13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Waduh...,” Nurali memukul keningnya sendiri. ”Tampaknya aku sudah mulai<br />

pikun nih. Seharusnya tak kubiarkan Layin pergi.”<br />

”Siapa gadis itu paman? Tampaknya paman sangat menyukainya,” Budiman<br />

mengulangi pertanyaannya.<br />

”Dari mana kau tahu kalau aku sangat menyukainya?” tanya Nurali heran.<br />

”Buktinya paman akan ingat bila melihat laut. Itu tandanya...”<br />

”Ya, paman tahu,” potong Nurali cepat. ”Tapi benar kau ingin tahu?”<br />

Budiman mengangguk. ”Tentu aku ingin tahu”<br />

”Kenapa kau ingin tahu?” tanya Nurali seolah menunda jawabannya.<br />

”Karena aku mendengarnya saat pertama kali bertemu denganmu. Itu menjadi<br />

sesuatu yang sangat menarik untuk diketahui.”<br />

”Baiklah, akan paman ceritakan,” akhirnya Nurali langsung pada jawabannya.<br />

”Gadis itu adalah gadis yang disukai oleh ayahmu saat itu.”<br />

”Oleh ayahku?” Budiman terkejut. Lagi-lagi menyangkut ayahnya?<br />

”Ya, benar. Ketika masih bujang, paman dan ayahmu itu, Junadi sering sekali<br />

berjalan bersama. Suatu hari kami bertemu dengan seorang gadis manis yang<br />

membuat kami terpana. Ya, kami berdua. Tapi saat itu kami hanya menganggapnya<br />

sebagai teman biasa saja,” kisah Nurali.<br />

”Tapi kemudian, mungkin dikarenakan kami sering berjalan bersama, timbul<br />

perasaan suka di hati paman pada gadis itu. Paman pun mulai melakukan berbagai<br />

cara pendekatan. Paman dan ayahmu sering mengajak gadis itu berjalan-jalan<br />

walaupun hanya ke pantai. Ternyata ada satu hal yang paman tak ketahui mengenai<br />

gadis itu.”<br />

”Apa itu paman?”<br />

”Ternyata, sahabat paman, ayahmu itu juga menyukai gadis itu,” lanjut Nurali.<br />

”Apa?” Budiman tak percaya. ”Jadi maksudnya kalian berdua menyukai gadis<br />

yang sama, begitu?”<br />

Nurali mengangguk. ”Benar, kami sama-sama menyukainya. Kami pun<br />

bersaing untuk mendapatkan cinta gadis itu. Namun, sebagai seorang sahabat, kami<br />

bersaing dengan cara yang baik. Tapi toh, akhirnya paman menyerah.”<br />

”Menyerah?” Budiman kembali terkejut. ”Kenapa?”<br />

395

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!