13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Budiman.<br />

”Tapi kenapa paman lakukan ini untukku. Aku pikir ini terlalu mewah,” heran<br />

”Tak usah kau pikir macam-macam Nas. Kau bilang kalau kau akan kembali<br />

ke Jawa. Jadi, paman secara khusus telah mempersiapkan semua ini untukku. Paman<br />

tahu kau sangat suka hidangan ini. Anggaplah ini sebagai perjamuan terakhir dari<br />

paman sebelum kau pergi, Nas,” jelas Nurali. “Jangan malu-malu, nikmatilah<br />

perjamuan terakhir ini.”<br />

Budiman mengangguk mengerti. Ia tak menyangka Nurali akan sebaik ini<br />

padanya. Ia pun segera memulai makan.<br />

Budiman makan dengan lahap. Baginya, tak ada yang bisa menandingi<br />

nikmatnya makan ikan kerapu bakar. Nurali yang melihat hal itu tersenyum sendiri.<br />

”Kau seperti ayahmu, Nas. Ayahmu juga sangat menyukai masakan ini. Ia<br />

selalu memintaku membuatkannya bila ia datang ke sini. Ia sering datang ke sini<br />

mengajakmu yang saat itu masih kecil,” kisah Nurali.<br />

”Benarkah paman,” sahut Budiman dengan mulut penuh. ”Kurasa ayah adalah<br />

orang yang paling rakus kalau begitu.”<br />

bercanda.<br />

”Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?” tanya Nurali heran.<br />

”Bagaimana tidak? Anaknya saja seperti ini,” jawab Budiman dengan<br />

Nurali yang mendengarnya pun menjadi tertawa. ”Anas, kau bisa saja.”<br />

Budiman tersenyum kecil di sela-sela makannya. Ia lalu berkata lagi, ”Oh, ya<br />

paman, ada satu hal yang ingin aku tanyakan. Aku sudah penasaran semenjak kita<br />

pertama kali bertemu di kapal waktu itu.”<br />

”Apa yang mau kau tanyakan Nas?”<br />

”Waktu itu paman menegurku yang tengah memandang laut, bukan?” kenang<br />

Budiman. ”Paman mengatakan waktu itu kalau paman tidak bisa memandang laut<br />

terus-menerus karena akan membuat paman sedih. Sedih karena teringat gadis yang<br />

takkan pernah paman miliki. Memangnya siapa gadis itu paman?”<br />

”Oh,” Nurali tampak terkejut mendengar pertanyaan Budiman. Ia tidak ingat<br />

pernah mengatakannya pada Budiman waktu di kapal. ”Benarkah aku mengatakan hal<br />

itu?”<br />

”Ya, paman mengatakannya.”<br />

394

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!