13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Ya, aku tahu itu....” sahut Budiman.<br />

”Kukira...kukira Intan menyukaimu, tapi ternyata aku salah. Intan, gadis itu<br />

menyukaiku,” kenang Heru.<br />

”Awalnya aku juga berpikir seperti itu Her,” Budiman kembali bicara. ”Tapi<br />

ternyata Intan lebih menyukaimu. Ia hanya menganggapku sebagai seorang kakak.<br />

Tak lebih.”<br />

berkaca-kaca.<br />

”Kenapa kau tak mengatakannya padaku?” Heru menatap Budiman dengan<br />

”Maafkan aku Her, bukannya aku tak mau mengatakannya padamu. Hanya<br />

saja, aku telah berjanji pada Intan untuk tidak mengatakannya. Maafkan aku Her...”<br />

”Aku mengerti...” Heru mengusap air matanya. Ia menatap jauh ke depan.<br />

”Aku mengerti... karena gadis sebaik Intan, tak pantas dikhianati.”<br />

Heru menatap pin pemberian Intan lekat. Entah mengapa kini ia merasa damai<br />

kala melihat pin itu. Ia merasa Intan kini sedang bersamanya.<br />

”Ironis memang... Intan, gadis baik hati yang aku cintai itu, ternyata adalah<br />

putri dari lelaki keparat yang telah membunuh ayahku. Tak kusangka...”<br />

”Ya, takkan pernah kita sangka,” sahut Budiman. ”Tak pernah kita sangka<br />

kalau putri seorang penjahat berhati iblis itu memiliki hati bagaikan malaikat. Sebuah<br />

lawan kata yang mengerikan.”<br />

”Tapi meskipun begitu,” sela Heru, ”aku takkan pernah menyesal karena telah<br />

mencintai putri dari pembunuh ayahku itu. Aku takkan pernah menyesal.”<br />

terjadi...”<br />

”Kalau begitu, maafkan perbuatan Julius demi Intan, Her...”<br />

Heru hanya tersenyum. Ia lalu bangkit dari ayunan. ”Semoga itu akan<br />

Budiman ikut berdiri. Ia menepuk bahu Heru pelan. ”Aku yakin akan.<br />

Sekarang kau akan pergi?”<br />

”Ya, aku akan pergi. Waktuku sudah habis di Bontang. Semoga aku bisa<br />

menemukan ketenangan.”<br />

”Aku berharap yang sama denganmu.”<br />

Heru berbalik menghadap Budiman. Ia memandang wajah Budiman lekat.<br />

”Budiman, sampai di sini perjumpaan kita. Setiap awal pasti ada akhir, setiap<br />

pertemuan pasti ada perpisahan. Kita beruntung bisa bertemu hanya karena sepotong<br />

382

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!