13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Heru tersenyum. Ia senang teman baiknya itu sudah kembali sehat. Namun<br />

sedetik kemudian senyumnya berubah kecut. Ia baru ingat kalau luka yang dialami<br />

Budiman itu karena perbuatan bodoh dirinya. Ia benar-benar menyesal.<br />

sendiri.”<br />

”Maafkan aku ya Budiman?” ujarnya pelan. ”Aku telah melukai sahabatku<br />

Budiman tersenyum mendengar pengakuan tulus sahabatnya itu. ”Kau tak<br />

perlu meminta maaf,” balasnya. ”Aku akan selalu menyediakan kakiku demi<br />

melihatmu kembali menjadi orang yang baik.”<br />

”Begitukah?”<br />

Lagi-lagi Budiman tersenyum. Kali ini sebuah senyuman yang penuh Arti.<br />

”Ya, akan selalu begitu.”<br />

Heru.<br />

”Kau benar-benar sahabatku, Budiman. Aku malu pada diriku sendiri,” sesal<br />

“Sudahlah, lupakan itu semua. Hal itu hanya akan membuatmu sedih,” hibur<br />

Budiman. Ia lalu mengulurkan surat kabar yang sedari tadi ia pegang kepada Heru.<br />

surat kabar itu.<br />

”Apa ini?” tanya Heru tak mengerti.<br />

”Bacalah,” jawab Budiman pelan.<br />

Heru menerima surat kabar dari tangan Budiman. Ia lalu membaca headline<br />

“JULIUS STAHL, PENJAHAT PEMBUNUH AKHIRNYA DIHUKUM MATI”<br />

Heru tersenyum pahit. Lelaki tua yang akan dihabisinya itu telah mati<br />

sekarang. Tak ada lagi dendam, tak ada lagi kebencian. Semuanya sudah terbalas<br />

sekarang.<br />

berita itu.<br />

”Bagaimana menurutmu?” tanya Budiman setelah Heru selesai membaca<br />

“Tak ada yang menarik,” jawab Heru datar. ”Toh, akhirnya si tua itu sudah<br />

mati sekarang.”<br />

”Ya... dan seharusnya kau tak membawanya kabur saat itu. Kau hanya<br />

memperkeruh masalah.”<br />

376

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!