13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Budiman mengangguk lemah. Kini ia merasa bersalah karena telah<br />

menceritakan kenyataan yang sebenarnya. Tapi sudahlah, ia memang harus<br />

mengatakannya.<br />

”Aku tahu apa yang kau rasakan.... Jadi Her, kumohon padamu untuk tidak<br />

mengulanginya,” ujar Budiman lemah. ”Apa kau lupa akan janjimu pada ayahmu<br />

sebelum ia pergi? Apa kau lupa kalau ia ingin kau menjadi seorang polisi yang baik?”<br />

”Janji... janji itu...”<br />

”Ya, janji itu. Kau tahu kenapa ayahmu menginginkanmu berjanji seperti itu?”<br />

tanya Budiman. Budiman menunggu jawaban Heru, namun Heru tak menjawab.<br />

Budiman kemudian meneruskan pertanyaannya. ”Kenapa ayahmu menginginkanmu<br />

berjanji seperti itu, tak lain karena ia tak ingin kau melakukan kesalahan yang sama<br />

seperti yang pernah ia lakukan. Ayahmu tak mau kau menjadi seorang polisi yang<br />

kehilangan jati dirinya. Jati diri... sebagai seorang polisi...”<br />

”Kehilangan jati diri?” Heru mengulangi ucapan Budiman.Ia kini mengerti apa<br />

yang sebenarnya terjadi.<br />

”Ya... jati diri... sebagai seorang polisi.... yang baik...”<br />

Budiman berhenti bicara. Rasa sakitnya kembali menyerang. Dilihatnya darah<br />

mengucur dengan cepat dari betis kanannya. Budiman merasa pusing. Sepertinya ia<br />

mulai kehabisan darah.<br />

”Budiman?” Heru tersentak melihat keadaan Budiman. Melihat temannya tak<br />

berdaya, ia segera bangkit. Ia lalu membantu Budiman berdiri. Bripda Hasan datang<br />

untuk membantu Heru, tapi segera dicegah oleh Heru.<br />

”Biarkan, biarkan ia bersamaku,” cegah Heru. Tangan kanan Budiman<br />

disampirkannya pada pundaknya, sementara tangan kirinya memegang bahu kiri<br />

Budiman. ”Aku ingin bersama temanku saat ini...”<br />

Sementara itu, di antara sadar dan tidak sadar, Budiman tersenyum kecil. Ia<br />

lalu tak sadarkan diri.<br />

Tak lama, beberapa orang polisi datang ke tempat itu. Mereka segera<br />

memisahkan Budiman dari Heru. Mereka memborgol Heru dan membawanya ke<br />

dalam mobil polisi. Dari dalam mobil polisi, Heru melihat ke arah Budiman yang<br />

dibawa ke mobil ambulans oleh beberapa orang petugas. Ia menatap temannya itu<br />

dengan sedih. Setetes air mata jatuh di pipinya.<br />

373

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!