13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Heru menundukkan wajahnya ke tanah. Perkataan Budiman benar. Selama ini<br />

ia menjalani hidupnya dengan penuh semangat memainkan catur kehidupan,<br />

mengejar setiap nilai kemenangan. Tetapi, kenapa sekarang dirinya justru mengotori<br />

papan catur itu?<br />

”Kau benar Budiman, aku telah mengotori semua piala kemenanganku...” ujar<br />

Heru menyesali diri. ”Dan aku bahkan hampir mengotori tempat suci ini dengan darah<br />

keparat itu.”<br />

Budiman berusaha menahan dirinya untuk tetap berdiri. Namun, tiba-tiba sakit<br />

yang sangat mendera kaki Budiman. Budiman tak mampu menahan berat tubuhnya<br />

sehingga ia pun kembali terjatuh ke tanah.<br />

”Maaf Heru, tapi hanya ini yang bisa kulakukan untuk mencegahmu. Padahal,<br />

aku sudah berjanji takkan memukulmu lagi,” ujar Budiman terengah-engah. Nafasnya<br />

naik- turun tak beraturan. Ia melirik ke arah Heru yang berlutut tak jauh darinya.<br />

”Budiman, kenapa kau lakukan ini?” tanya Heru pada Budiman yang masih<br />

terbaring di tanah, sementara dirinya berusaha bangkit. ”Kenapa kau mengorbankan<br />

dirimu sendiri untuk mencegahku?” Heru memandang temannya itu dengan sedih. Ia<br />

tak percaya Budiman akan seberani tadi untuk menghentikan aksi nekatnya.<br />

”Karena aku... karena aku tak ingin melihatmu melakukan kesalahan yang<br />

pernah dilakukan ayahmu,” jawab Budiman. Ia masih bersimpuh di atas tanah.<br />

”Kesalahan apa?”<br />

”Kesalahan yang hampir saja membuatku membunuh ayahmu itu,” jawab<br />

Budiman tegas.<br />

Heru terkejut. ”Apa maksudmu Budiman?”<br />

”Sebenarnya... sebenarnya aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak<br />

menceritakan hal ini kepadamu. Tapi sepertinya janji itu tinggallah janji...” jawab<br />

Budiman. Ia lalu mulai menceritakan kenyataan yang sebenarnya mengenai Rusdi. Ia<br />

menceritakan bagaimana Rusdi membunuh ayahnya dan bagaimana ketika Budiman<br />

berusaha membalas dendam pada Rusdi atas kematian ayahnya itu.<br />

Heru semakin terkejut mendapati kenyataan yang sebenarnya. Ternyata<br />

ayahnya yang selama ini ia kenal...<br />

”Jadi... jadi begitu?”<br />

372

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!