13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Tentu itu adalah masalah!” sanggah Budiman cepat. ”Memang Julius telah<br />

bersalah karena membunuh ayahmu, tapi itu bukan berarti kau bisa menghukumnya<br />

seperti ini. Ingat reputasimu, ingat apa pekerjaanmu. Kau seorang polisi, tidak pantas<br />

membawa kabur tahanan untuk kemudian dibunuh seperti ini.”<br />

”Terserah apa katamu Budiman, tapi aku takkan mengurungkan niatku ini,”<br />

Heru masih bersikeras mempertahankan keinginannya.<br />

Budiman tak kehabisan akal. Ia harus terus membujuk Heru untuk<br />

menghentikan aksinya. ”Heru, ingatkah kau apa yang diinginkan ayahmu sebelum<br />

kematiannya? Ingatkah kau apa yang kau janjikan padanya waktu itu?”<br />

”DIAM!” Bentak Heru marah. Ia menatap tajam ke arah Budiman. ”Jangan<br />

bawa-bawa ayahku, Budiman!”<br />

”Tentu aku akan melakukannya,” sahut Budiman tak gentar. ”Apa kau pikir<br />

ayahmu akan senang melihat apa yang kau lakukan saat ini? Apa kau pikir ayahmu<br />

senang?” Budiman lalu mendengus. ”Kau salah kalau berpikir demikian. Aku yakin,<br />

paman Rusdi akan sangat marah bila tahu apa yang kau lakukan ini.”<br />

”Sudah aku bilang diam!” Heru kembali membentak. Ia lalu mulai menarik<br />

picu pistolnya. “Bila kalian masih terus bicara, aku tak segan-segan lagi membunuh<br />

keparat ini!”<br />

”Heru jangan!” cegah Bripda Edi.<br />

”Heru tenanglah!” Bripda Hasan ikut mencegah. ”Kalau ada permasalahan,<br />

bukankah bisa diselesaikan dengan baik-baik?”<br />

Heru tak bergeming. Ia kini mengalihkan pandangannya ke arah Julius. Ia<br />

menatap wajah lelaki yang telah membunuh ayahnya dengan penuh kebencian. Ia<br />

telah siap menekan pelatuk pistolnya. Julius yang melihat hal itu hanya bisa menelan<br />

ludah. Ia tak menyangka penjahat hebat sepertinya akan mati seperti ini.<br />

Budiman tak tahu harus berbuat apa lagi untuk mencegah Heru menekan<br />

pelatuk pistol. Ia berusaha berpikir dengan cepat bagaimana caranya agar Heru tak<br />

melakukan kesalahan seperti yang pernah akan ia lakukan dulu. Namun, tak ada jalan<br />

pemecahan yang ia temukan. Ia putus asa dan berniat melakukan hal terakhir yang<br />

bisa ia lakukan.<br />

Budiman tersenyum aneh. Ia lalu melangkahkan kakinya ke arah Heru. Heru<br />

yang menyadari Budiman mendekatinya langsung menoleh.<br />

369

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!