13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Heru menoleh ke asal suara. Ia terkejut melihat Budiman berdiri di sana.<br />

”Budiman? Kenapa kau ada di sini?”<br />

Budiman melangkah mendekat. Ia sudah berada kira-kira sepuluh meter ketika<br />

tiba-tiba Heru berteriak mencegahnya.<br />

”Jangan mendekat!” ancam Heru. ”Atau bajingan ini mati!”<br />

Mendengar ancaman itu, Budiman menghentikan langkahnya. Ia tak ingin<br />

terjadi sesuatu yang buruk. ”Heru, hentikan tindakan nekatmu ini!”<br />

Tak lama, kedua polisi yang datang bersama Budiman datang. Keduanya<br />

tampak terkejut melihat Heru.<br />

”Heru, jangan berbuat nekat, menyerahlah!” teriak Bripda Edi.<br />

”Iya, Her. Kau jangan mempertaruhkan jabatanmu,” Bripda Hasan ikut bicara.<br />

Heru mendengus kesal mendengar ucapan kedua rekan polisinya itu. ”Peduli<br />

apa kalian? Kalian tak usah ikut campur! Ini urusanku!”<br />

”Tentu kami peduli,” sahut Bripda Edi. ”Kau rekan kami.”<br />

”Rekan?”<br />

”Ya, kau rekan kami. Kau seorang polisi yang hebat. Janganlah kau<br />

mempertaruhkan reputasimu itu hanya untuk membalas dendam,” tambah Bripda<br />

Hasan.<br />

Heru tak bergeming. Ia masih mengarahkan moncong pistolnya ke arah Julius.<br />

Julius tampak tak takut. Ia sepertinya sudah menerima apapun yang akan terjadi<br />

padanya. Toh, ia pun akan mati.<br />

”Kalau kau mau menembakku, lakukan saja sekarang,” ujar Julius dengan<br />

nada mengejek. ”Kenapa kau masih berpikir? Apa kau takut?”<br />

”Diam!” bentak Heru pada Julius. ”Lebih baik kau tutup mulut bodohmu itu!”<br />

”Heru, jangan lakukan hal bodoh. Dengarkan kata kedua temanmu ini, kau tak<br />

pantas melakukan hal ini,” seru Budiman terus mencegah Heru.<br />

”Hal bodoh? Mungkin inilah hal bodoh yang bisa membuatku merelakan<br />

kepergian ayahku. Pembalasan...” sahut Heru marah.<br />

”Heru... kumohon...” Budiman memelas. ”Biarkan Julius mati di tangan para<br />

penembak jitu, itu cara mati yang tepat untuknya. Bukan seperti ini Her!”<br />

cegah aku.”<br />

”Di tangan siapa keparat ini mati bukan masalah bukan? Jadi kumohon jangan<br />

368

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!