13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sementara itu Heru masih terpekur. Ia benar-benar bersedih. Ia tahu setiap<br />

orang pastilah akan meninggal, tapi ia tak bisa terima kematian ayahnya. Ayahnya<br />

meninggal bukan karena penyakit ataupun usia tua, melainkan...<br />

Tiba-tiba ia mengepalkan tangan kanannya keras. Sorot matanya<br />

memancarkan kebencian yang sangat. Kini, sebuah rencana terlintas di benaknya.<br />

”Ayah...,” panggilnya. ”Aku takkan membiarkan kematian ayah begitu saja.<br />

Seseorang haruslah membayar untuk ini. Karena itu, izinkanlah aku untuk...<br />

melakukan apa yang harus kulakukan!”<br />

*<br />

Selepas kepergian Rusdi, Budiman masih menginap di rumah Heru. Ia tak<br />

ingin meninggalkan sahabatnya itu di tengah kesedihan yang dialaminya. Ia melihat<br />

betapa kehilangannya Heru atas kematian ayahnya itu. Heru menjadi seorang<br />

pendiam. Jarang ia berbincang kepada Budiman. Itupun setelah Budiman<br />

mengajaknya berbicara lebih dahulu.<br />

Budiman ingin menghibur temannya itu, tetapi ia mengurungkan niatnya<br />

setelah melihat kesedihan Heru. Ia takut justru akan menyinggung perasaan Heru.<br />

”Her, jangan bersedih terus ya?” hibur Budiman suatu ketika. ”Kau harus<br />

merelakan kematian ayahmu ini.”<br />

”Kenapa?” sahut Heru ketus. ”Kenapa aku harus merelakan kematian ayahku<br />

ini? Ayahku meninggal bukan karena sakit ataupun usia, ayahku meninggal karena<br />

dibunuh, Budiman!”<br />

”Tapi, mungkin itulah jalan ayahmu, kau tak bisa mencegahnya,” tambah<br />

Budiman. ”Setiap orang pasti akan menemui kematian, entah bagaimana caranya.”<br />

”Kau tak mengerti Budiman, kau takkan mengerti...” sanggah Heru. ”Kau tak<br />

tahu bagaimana rasanya kehilangan seperti ini...”<br />

Budiman terdiam. Bukannya ia tak ingin meneruskan nasehatnya, tetapi<br />

melihat sikap Heru yang makin ketus ia menjadi ragu. Ia tak ingin Heru justru<br />

semakin bersedih. Ia tahu apa yang dirasakan Heru saat ini, karena ia memang pernah<br />

mengalami hal yang sama. Hal yang sama, yang pernah membuatnya menjadi kalap.<br />

Membuatnya menjadi tak terkendali dan membuatnya terbawa jebakan setan....<br />

362

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!