13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Untuk pertama kalinya setelah dua puluh tahun lebih, kini ia merasa bahagia.<br />

Bukan karena dendamnya telah terbalas, bukan pula karena penantiannya akan<br />

hukuman mati telah tiba. Kebahagiaan di hatinya tak lain karena bayangannya pada<br />

sang buah hati.<br />

Intan Mutu Manikam, nama yang indah. Nama yang sengaja diberikan kakak<br />

iparnya, Ratna. Intan, karena diharapkan sang buah hati bisa menjadi seorang yang<br />

sangat berharga layaknya Intan. Sedangkan Mutu Manikam, diambil dari nama sang<br />

nenek yang konon sangat disegani.<br />

Julius memang kecewa karena tidak memberi nama anaknya sendiri. Ia juga<br />

kecewa karena belum sekalipun bertemu dengan Intan. Namun, kebahagiaan bukan<br />

datang dari hal-hal yang luput itu. Kebahagiaan datang, karena kebaikan sang buah<br />

hati.<br />

*<br />

Budiman dan Heru menunggu dengan sangat cemas di kursi tunggu.<br />

Keduanya terlihat gelisah menanti kejelasan keadaan Rusdi.<br />

Saat itulah pintu ruang gawat darurat terbuka. Seorang dokter keluar dari<br />

dalamnya. Heru dan Budiman langsung beranjak dan menghampiri sang dokter.<br />

”Bagaimana keadaan ayah saya dok?” cecar Heru.<br />

”Anda putranya?” tanya sang dokter. Heru mengangguk. Dokter itu menghela<br />

nafas panjang. ”Sebelumnya, saya minta anda tabah. Kami sudah berusaha sebaik<br />

mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain.”<br />

”Maksud dokter?” tanya Budiman terkejut.<br />

”Ayah saya baik-baik saja kan?” Heru terlihat panik.<br />

”Itulah...” ucapan sang dokter terhenti. Raut wajahnya berubah sedih. ”Ayah<br />

anda telah meninggal.”<br />

Seketika seluruh tubuh Heru menegang mendengar perkataan sang dokter. Ia<br />

tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Kedua tangannya kemudian<br />

mencengkeram kedua bahu sang dokter. ”Anda bercanda kan dok? Anda tahu itu<br />

tidak benar kan dok?”<br />

Sang dokter menggeleng. ”Saya tidak bercanda, inilah kenyataannya.”<br />

359

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!