13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Jangan berkata begitu,” tepis Amanda. ”Itu semua masa lalu, tak perlu diingat<br />

lagi. Saat itu aku hanya terlalu lugu sehingga tidak mengenalmu dengan baik. Saat itu<br />

yang ada dalam benakku hanyalah kenapa kakak bisa memilihmu. Kenapa ia rela<br />

menentang kami hanya demi menikah denganmu, aku tak bisa mengerti.<br />

Bagaimanapun, kakak telah memilihmu. Ia memilihmu karena ia menganggapmu<br />

bukan sebagai penjahat, melainkan sebagai seorang suami yang baik. Ia yakin kau<br />

adalah suami yang baik.”<br />

”Itulah Mand,” sela Julius. ”Aku merasa sangat bersalah karena telah<br />

mengecewakan Jelita. Aku benar-benar bodoh!”<br />

”Tak ada gunanya menyesal sekarang, semuanya telah terjadi. Kau ditangkap<br />

polisi, kakak meninggal saat melahirkan, putrimu dirawat kak Ratna, lalu aku yang<br />

merawatnya, dan sekarang putrimu telah meninggal. Semuanya pastilah sudah<br />

ketentuan,” Amanda menasehati Julius dengan bijak. ”Sekarang, yang aku inginkan<br />

padamu, dan aku yakin kakak juga menginginkannya, adalah kalau kau mau<br />

mengakui semua kesalahanmu itu dan menjadi seperti yang diimpikan oleh kakak.<br />

Walaupun sekarang sudah terlambat...”<br />

Suasana seketika menjadi hening. Julius tak bisa berkata apa-apa lagi,<br />

demikian juga Amanda. Semua kenangan masa lalu saat ini tengah berada dalam<br />

benak masing-masing. Sebuah masa lalu yang tak pernah terlupakan.<br />

”Amanda,” panggil Julius memecah keheningan. ”Bagaimana putriku?<br />

Bisakah kau ceritakan padaku?”<br />

Amanda mengangguk. ”Putrimu itu, sangat baik. Sifatnya berbanding terbalik<br />

denganmu, dan aku yakin ini menurun dari ibunya. Ia sangat ramah, penyayang, dan<br />

peduli. Hampir semua orang yang dikenalnya tak merelakan kepergiannya. Ia benar-<br />

benar baik, sehingga terlalu baik untuk pergi secepat ini. Tapi Tuhan memang sudah<br />

menentukan, kita tidak bisa apa-apa bukan?”<br />

Julius menitikkan air mata. Ia terlihat menangis, tapi senyum tersungging di<br />

bibirnya. Saat ini, perasaan sedih, senang, marah, kecewa, semuanya bercampur<br />

dalam hatinya. Ia terharu, sangat terharu sehingga terlalu cengeng untuk seorang<br />

penjahat sekaliber dirinya. Padahal ia hanya membayangkan putrinya.<br />

Membayangkan bagaimana putrinya menjalani kehidupan.<br />

356

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!