13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Aku pun menuju ke kediaman saudara istriku. Namun yang kudapati<br />

hanyalah tanah lapang kosong. Ternyata keluarga mereka tewas dalam kebakaran.<br />

Aku kehilangan harapan, semuanya telah hilang. Inilah hukuman untuk seorang<br />

penjahat kejam sepertiku. Inilah hukuman yang setimpal untukku.”<br />

Julius mulai menangis. Ia terisak. Budiman yang melihat hal itu menjadi iba.<br />

Ia tak menyangka kalau seorang penjahat sekaliber Julius bisa menangis seperti itu. Ia<br />

tidak menyangka kalau penjahat sekejam Julius ternyata masih memiliki hati. Tapi,<br />

ada yang aneh dengan cerita Julius. Sepertinya, sepertinya Budiman pernah<br />

mendengar kisah yang sama.<br />

”Maaf kalau aku telah membuatmu teringat pada masa lalumu yang<br />

menyedihkan itu,” ujar Budiman kemudian. ”Aku telah memaksamu untuk<br />

menceritakan kenangan yang tidak ingin kau ingat.”<br />

”Tidak apa-apa, aku tak pernah menceritakan hal ini sebelumnya kepada<br />

siapapun. Setelah ini aku akan menghadapi hukuman mati, jadi tidak ada salahnya<br />

menceritakan kisah ini,” timpal Julius terisak.<br />

”Jadi,” Budiman menatap wajah Julius. ”Jadi kau lalu memutuskan untuk<br />

membunuh Rusdi sebagai bentuk pembalasanmu karena telah memisahkanmu dengan<br />

keluargamu itu?” Budiman mencoba menyimpulkan kisah Julius sendiri.<br />

”Ya,” jawab Julius di sela-sela isak tangisnya. ”Kau tahu, sebagai seorang<br />

penjahat, apapun bisa dilakukan untuk melenyapkan kegundahan hati.”<br />

”Termasuk membunuh orang?”<br />

Julius mengangguk. ”Ya, termasuk membunuh orang. Tidak hanya satu,<br />

sebenarnya setelah menyerang Rusdi aku berniat menyerang seorang lagi. Namun,<br />

aku terlalu bodoh hingga bisa masuk ke dalam jebakan konyolmu itu.”<br />

”Junadi Anas,” sela Budiman. ”Dia kan targetmu selanjutnya?”<br />

”Ya, benar. Si bajingan Junadi Anas. Tak kukira sahabatku itu berani<br />

berbohong kepadaku.”<br />

Budiman tersenyum pahit mendengar penuturan Julius. Ia lalu bangkit dari<br />

tempat duduknya dan melangkah membelakangi Julius yang masih terduduk di<br />

tempatnya.<br />

”Karena itulah,” ujarnya kemudian. ”Karena itulah aku tadi mengatakan<br />

memiliki informasi menarik untukmu.”<br />

351

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!