13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Aku hanya ingin menanyakan motifmu untuk menyerang Rusdi. Kenapa kau<br />

melakukan hal itu. Sebenarnya ada dendam apa kau dengan dia?” Budiman langsung<br />

ke permasalahan.<br />

”Peduli apa kau? Dan apa gunanya untukmu.”<br />

”Jawab saja!” entah kenapa Budiman menjadi kesal diremehkan oleh Julius.<br />

”Oke, baiklah. Kuhargai kedatanganmu untuk menjengukku. Maka dari itu<br />

aku akan menjawab.”<br />

”Bagus kalau kau menghargaiku. Langsung saja,” sahut Budiman tak sabar.<br />

”Beberapa tahun yang lalu, aku adalah seorang penjahat yang ditakuti di kota<br />

Bontang. Semua polisi mencariku. Ya, siapa yang tidak akan mencari perampok<br />

kejam yang tak segan-segan melukai korbannya. Aku... Julius sang perampok,” kisah<br />

Julius dengan mata berapi-api.<br />

”Dua puluh tahun yang lalu, Rusdi berhasil menangkapku saat aku tengah<br />

menunggui istriku yang sedang melahirkan di rumah sakit. Sangatlah wajar kalau<br />

seorang polisi menangkap penjahat bukan? Tapi bukan itu masalahnya.<br />

”Sebelum Rusdi menangkapku di rumah sakit, ia sudah terlebih dulu<br />

menangkapku di tempat lain...”<br />

”Di tempat lain?” sela Budiman terkejut.<br />

”Benar,” jawab Julius. Ia lalu melanjutkan, ”Kepolisian berhasil mengepung<br />

tempat persembunyianku di sebuah perumahan. Saat itu aku bersama seorang anak<br />

buahku berhasil kabur dan berusaha melarikan diri. Tapi ternyata dua orang polisi<br />

mengetahui jejak kami dan mengikuti pelarian kami hingga kami terjepit disebuah<br />

jurang. Melalui sebuah baku tembak yang cukup menegangkan, aku dan anak buahku<br />

berhasil tertangkap sementara anak buahku tertembak di kakinya sehingga tidak dapat<br />

melarikan diri.<br />

”Ironisnya, salah seorang polisi yang menangkapku saat itu ternyata adalah<br />

sahabat lamaku, Junadi Anas.”<br />

”Apa katamu?” Budiman terkejut. Ia kembali mendengar nama ayahnya keluar<br />

dari mulut Julius.<br />

”Kenapa setiap aku mengatakan nama polisi itu kau selalu terkejut bocah?”<br />

Julius tampak menangkap keterkejutan Budiman. Tanpa mempedulikan keterkejutan<br />

Budiman, Julius melanjutkan ceritanya.<br />

348

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!