13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Kau panggil aku apa? Pecundang?” lelaki itu mendengus mengejek.<br />

”Bukannya kau yang pecundang? Menangkap seorang tua saja tidak bisa.”<br />

”Kau yang pecundang, beraninya menyerang orang cacat!” balas Budiman. Ia<br />

tahu kelemahan psikologis sang penjahat sekarang. Sepertinya lelaki itu tidak suka<br />

diejek. ”Kalau berani satu lawan satu, bukannya diam-diam. Kau laki-laki bukan?”<br />

”Apa katamu?” lelaki penyerang menjadi berang.<br />

”Kau lelaki atau bukan? Dasar tuli! Rupanya sekarang kau yang tuli. Tak<br />

kusangka tuli adalah penyakit menular,” Budiman terus mengejek. Ia tidak tahu apa<br />

yang akan dilakukan penjahat itu pada dirinya, yang pasti ia harus terus menahan<br />

lelaki itu untuk tidak lari. ”Kurasa pecundang sepertimu tidak pantas disebut penjahat<br />

paling ditakuti seperti katamu tadi. Heran, kenapa orang memanggilmu begitu ya?”<br />

”KAU!” sepertinya ejekan Budiman berhasil memancing amarah lelaki<br />

penyerang. Tampak tangan lelaki itu mengepal keras. ”Kalau kau sudah kuhajar baru<br />

tahu rasa! Kau tak tahu tengah berhadapan dengan siapa?”<br />

”Dengan siapa ya?” sahut Budiman masih dengan nada mengejek. ”Oh, aku<br />

tahu sekarang. Sekarang aku tengah berhadapan dengan seorang banci.”<br />

”Jaga mulutmu bocah!!”<br />

Habis sudah kesabaran sang penyerang. Lelaki itu melangkah cepat ke arah<br />

Budiman, memegang erat kerah baju Budiman dan langsung memaksanya bangkit.<br />

”Kau tahu aku siapa?” tanyanya dengan kasar.<br />

”Banci!” jawab Budiman santai. Ia tidak takut meski saat ini kerah bajunya<br />

dicengkeram erat oleh sang penjahat.<br />

”Ulangi!”<br />

”Banci!”<br />

Raut wajah sang penyerang berbuah garang. ”Ulangi sekali lagi kalau kau<br />

masih punya nyali!”<br />

Mendapat ancaman seperti itu, Budiman menjadi agak takut. Ia tak<br />

menyangka lelaki tua itu sanggup mengangkat tubuhnya hanya dengan satu tangan.<br />

Tampangnya pun terlihat sangat garang, seperti tampang penjahat kelas tinggi.<br />

”Oke...oke...” Budiman terpaksa menghentikan ejekannya. Ia takut penjahat<br />

itu akan memukulnya bila ia masih terus mengejek. Yang ia takutkan adalah ia akan<br />

344

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!