13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

semak-semak tumbuh di tepi-tepi jalan sekitar perumahan, membuat lingkungan<br />

menjadi terasa sejuk.<br />

”Sudah lama ayah tidak keluar Her,” kata Rusdi. Ia menarik nafas dalam.<br />

Udara pagi itu benar-benar segar. ”Terima kasih kau mau menemani ayah.”<br />

”Itu sudah biasa ayah,” sahut Heru. ”Bukankah dulu kita selalu seperti ini?<br />

Setiap minggu berjalan-jalan mengelilingi perumahan, sekedar menghirup udara pagi<br />

yang segar seperti ini.”<br />

Rusdi tersenyum. Ia teringat kenangan saat ia dan istrinya dulu berjalan-jalan<br />

bersama Heru ketika putranya itu masih kecil dulu. ”Ya, kau benar. Bersama ibumu<br />

dulu kita selalu melakukannya. Ayah masih ingat saat-saat itu.”<br />

”Ayah masih mengingatnya ya? Baguslah kalau begitu,” sahut Heru. ”Apapun<br />

yang terjadi, kebersamaan seperti ini jangan sampai hilang. Karena kekeluargaan<br />

dibangun mulai dari sini. Bukan begitu Budiman?” Heru melirik ke arah Budiman.<br />

”Ah, iya... kau benar Her, semuanya bermula dari hal-hal yang kecil,” jawab<br />

Budiman sekenanya. Ia tak mengira Heru akan bertanya padanya. ”Hal-hal seperti<br />

makan bersama, berwisata bersama, dan menonton televisi bersama. Semuanya<br />

diperlukan dalam kerangka kekeluargaan.”<br />

”Perkataanmu sangat bagus Budiman,” komentar Rusdi. ”Hanya seorang<br />

bodoh yang mau menghancurkan kerangka tersebut.”<br />

”Seorang bodoh?” Heru terkejut. ”Maksud ayah apa?”<br />

”Ah, ayah hanya bergurau,” ralat Rusdi cepat. ”Kau sering berjalan-jalan<br />

seperti ini Budiman?” tanya Rusdi mengalihkan pembicaraan.<br />

”Sayangnya tidak, aku terlalu malas untuk ini,” jawab Budiman malas. Ia tahu<br />

maksud perkataan Rusdi tadi. Ia tahu apa yang dimaksud Rusdi dengan ’seorang<br />

bodoh’ itu. Mendengar kata-kata itu membuat Budiman teringat dendamnya dulu.<br />

Tapi, cepat-cepat ia hilangkan bayangan dendam itu. Bagaimanapun semuanya telah<br />

berakhir.<br />

”Pantas kau kurus dan terlihat lemah,” ejek Heru.<br />

”Hei!” sentak Budiman emosi.<br />

”Ayolah... hanya bercanda kok...” sahut Heru menangkap reaksi Budiman.<br />

338

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!