13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Intan!” panggil Budiman. Tetapi yang dipanggil telah jauh berada di luar dan<br />

tak mendengarnya.<br />

Budiman beranjak dari tempat duduknya menuju ke benda yang dijatuhkan<br />

oleh Intan. Rupanya benda itu adalah selembar foto. Budiman memungutnya dan<br />

melihatnya. Tampak dalam foto itu sekumpulan anak-anak berpakaian santri di depan<br />

sebuah masjid besar. Budiman tebak itu adalah foto Intan bersama teman-temannya.<br />

Budiman mengamati wajah anak-anak itu satu-persatu, berharap menemukan<br />

wajah Intan. Budiman tak menemukan wajah Intan di deretan anak-anak remaja<br />

maupun yang ia taksir berusia belasan tahun. Tapi ia melihat wajah yang mirip Intan<br />

di deretan anak-anak kecil yang kira-kira berusia lima tahun.<br />

Budiman terus mengamati foto itu. Tampaknya foto itu diambil ketika Intan<br />

masih kecil. Yang membuatnya heran, salah satu wajah dari deretan anak-anak<br />

belasan tahun itu sepertinya ia kenal. Wajah itu seperti...wajah kakaknya, kak Anis!<br />

Budiman kemudian memperhatikan lebih seksama foto tersebut. Ia yakin anak<br />

perempuan yang ia taksir berusia sepuluh tahun itu adalah kakaknya. Tapi, kenapa<br />

bisa? Pandangan Budiman kembali pada deretan anak-anak kecil. Dilihatnya seeorang<br />

anak laki-laki berpakaian santri dengan peci bewarna sama dengan seragam santri<br />

yang ia kenakan. Wajah anak laki-laki itu adalah...wajahnya sewaktu kecil!<br />

Tapi...bagaimana bisa? Tanya Budiman dalam hati. Bagaimana bisa ia dan<br />

kakaknya ada dalam foto milik Intan?<br />

Ingatan Budiman lalu membawanya pada masa kecilnya. Saat itu, sebelum ia<br />

dan keluarganya pindah ke pulau Jawa, Budiman dan kakaknya memang pernah<br />

menjadi santri di sebuah Taman Pendidikan Al’Qur’an di Bontang. Apakah ini adalah<br />

foto sewaktu mereka masih di Bontang? Kalau begitu...<br />

”Pasti ada dia,” kata Budiman berbicara pada dirinya sendiri. Ia kembali<br />

mengamati foto di tangannya. Tak lama ia merasa menemukan wajah yang ia kenali.<br />

“Ya, ada. Ada dia...”<br />

Tiba-tiba Budiman menangis dalam diam. Air matanya jatuh di atas wajah<br />

anak laki-laki yang ia maksud.<br />

“Alwi...”<br />

*<br />

33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!