13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

erdaya di depannya? Lelaki itu bahkan menyerahkan nyawa padanya. Sejurus<br />

kemudian, suara tawa jahat penuh kemenangan terdengar di kepalanya.<br />

”Bagus...bagus sekali. Sekarang kau lihat sendiri kan, Anas Budiman?<br />

Pembunuh itu telah menyerah. Pembunuh itu tak berdaya. Sekarang tunggu apa lagi?<br />

Habisi dia! Habisi dia sekarang!”<br />

’Kau benar,’ batin Budiman. ’Sekarang memang saatnya membalas dendam.<br />

Sekarang saatnya menuntaskan semua kesedihan yang telah dibuatnya.’<br />

”Tunggu apa lagi? Ambil pisau itu dan tikam dia! Habisi dia!”<br />

Budiman terhasut oleh bisikan-bisikan setan itu. Darahnya bergejolak keras.<br />

Amarahnya benar-benar berada di puncak saat ini. Ia pun secara tak sadar mengambil<br />

pisau dapur yang tergeletak di lantai. Digenggamnya pisau itu erat.<br />

Perlahan Budiman berdiri. Dengan pisau terhunus ia menghadap Rusdi. Rusdi<br />

yang melihat Budiman berdiri sembari memegang pisau terkejut. Rupanya Budiman<br />

tak memaafkannya. Rupanya Budiman akan membunuhnya malam ini. Melihat sorot<br />

mata yang dipancarkan anak temannya itu, Rusdi yakin kalau yang berdiri di<br />

depannya sekarang bukan Budiman yang ia kenal beberapa hari ini. Yang berdiri di<br />

depannya saat ini adalah... Budiman yang telah berubah menjadi setan.<br />

Budiman berdiri lama memandang sosok di depannya. Ia tengah berpikir,<br />

memikirkan apa yang sesaat lagi akan ia lakukan. Ia berpikir apakah benar yang akan<br />

ia lakukan? Apakah ia harus...<br />

”Jadi kau tak memaafkanku?” tebak Rusdi mencoba tegar menghadapi<br />

ancaman yang ditampakkan lelaki di hadapannya.<br />

”Ya, kau harus mati...” jawab Budiman dengan suara yang terdengar serak. Ia<br />

lalu mengangkat pisaunya ke atas, bersiap untuk melemparkannya ke arah Rusdi.<br />

Sedetik kemudian, ia telah mengayunkan tangannya ke depan. Pisau itu pun terlempar<br />

ke arah Rusdi, bersamaan dengan teriakannya yang termakan suara petir. ”Mampus<br />

kau!”<br />

329

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!