13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tiba-tiba sebuah petir menyambar dengan hebat. Kilatan cahaya petir itu<br />

memunculkan bayangan Budiman di jendela ruang tamu. Rusdi yang melihat<br />

bayangan Budiman di jendela ruang tamu kemudian menoleh ke belakang.<br />

Mengetahui hal itu, Budiman segera menyembunyikan pisau di belakang tubuhnya.<br />

Bangsat! Umpatnya dalam hati<br />

”Budiman?” seru Rusdi. ”Kau belum tidur?”<br />

”Ah... tidak...” Budiman tergagap. ”Sebenarnya... aku sudah tidur, hanya<br />

saja... udaranya panas di kamar, aku pun terbangun,” tutur Budiman beralasan.<br />

”Begitu ya...”<br />

”Paman sendiri kenapa belum tidur?” tanya Budiman mencoba ramah. Ia<br />

berusaha menghilangkan ketegangannya.<br />

”Kalau paman tidak bisa tidur karena suara petir yang begitu keras. Paman<br />

berusaha kembali tidur tapi tidak bisa. Karena itu paman memutuskan keluar kamar<br />

untuk sekedar menghibur diri.”<br />

akrab.<br />

”Paman benar, suara petirnya memang sangat keras,” sahut Budiman berusaha<br />

Rusdi kembali memandang keluar jendela. Budiman ikut memandang keluar.<br />

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening.<br />

”Budiman,” ujar Rusdi memecah keheningan. ”Pernahkah kau merasakan<br />

sebuah perasaan sangat bersalah?”<br />

”Perasaan sangat bersalah? Maksud paman?”<br />

Rusdi menghembuskan nafas panas dari hidungnya. Raut wajahnya berubah<br />

sedih. ”Maksud paman, perasaan bersalah karena telah melakukan sebuah kekeliruan<br />

besar menyangkut hidup orang lain.”<br />

”Kenapa paman menanyakan hal itu?” Budiman terkejut mendengar ucapan<br />

Rusdi tersebut. ”Apa ada yang salah paman?”<br />

Rusdi membalikkan tubuh sekaligus kursi rodanya menghadap ke arah<br />

Budiman. Ia menatap lekat wajah Budiman di kegelapan.<br />

”Budiman, itulah yang saat ini aku rasakan. Itulah yang selama ini<br />

menghantuiku...” nada bicara Rusdi meninggi pada kalimat keduanya.<br />

“Menghantui?” Budiman masih juga tak mengerti arah pembicaraan Rusdi.<br />

321

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!