13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

jendela ruang tamu. Sosok itu terdiam memandangi pemandangan luar rumah<br />

membelakangi Budiman. Rupanya hujan tengah turun dengan derasnya.<br />

Budiman terkejut. Situasi yang ia dapati saat ini sama persis dengan apa yang<br />

terjadi di dalam mimpinya. Ia tak tahu apa yang ia hadapi saat ini mimpi atau<br />

kenyataan. Ia lalu mencubit lengannya pelan. Sakit, berarti kini ia tidak sedang<br />

bermimpi.<br />

Budiman membalikkan tubuhnya hendak kembali ke kamarnya. Ia tak mau<br />

mimpinya itu menjadi kenyataan. Namun, entah mengapa ia tak bisa bergerak. Entah<br />

mengapa sepertinya ada kekuatan besar yang menahannya.<br />

”Kau mau kabur kemana?”<br />

Tiba-tiba ia mendengar suara bisikan di dalam kepalanya. Bisikan yang tidak<br />

ingin didengarnya.<br />

”Kau tidak bisa kabur, Anas Budiman...”<br />

Berisik! Umpat Budiman. Namun bisikan-bisikan itu masih juga ada, bahkan<br />

semakin menjadi-jadi.<br />

”Kau harus meneruskan langkahmu! Bunuh dia! Bunuh dia sekarang juga,<br />

Anas Budiman... Apa lagi yang kau tunggu?”<br />

’Tapi, tapi bagaimana dengan Heru? Aku tak ingin mengkhianatinya. Ia terlalu<br />

baik,’ batin Budiman bimbang.<br />

”Ah, persetan dengan sahabatmu itu. Dia tidak mengalami hal yang selama<br />

ini membuatmu sedih. Dia tak pernah mengalaminya. Untuk apa kau pedulikan dia?”<br />

’Aku tak bisa...aku tak bisa...,’ nurani Budiman berusaha menolak bisikan itu.<br />

319

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!