13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Apa?” raut wajah ayah Heru tiba-tiba menegang. ”Anas Budiman?”<br />

Mendengar nama itu, ayah Heru tersentak. Entah kenapa, seketika itu ayah<br />

Heru melepas jabatan tangannya. Ia seperti ketakutan.<br />

pun terkejut.<br />

”Kenapa ayah?” tanya Heru yang heran dengan sikap ayahnya itu. Budiman<br />

”Tidak, tidak apa-apa, ayah hanya sedikit pusing,” jawab ayah Heru cepat.<br />

”Her, kalau kau izinkan, ayah ingin istirahat dulu. Sekarang kau temani Budiman, dan<br />

perlakukan ia dengan baik. Bagaimanapun, tamu adalah raja.”<br />

”Baiklah, kalau ayah memang butuh istirahat. Silakan...”<br />

Ayah Heru tersenyum. Ia lalu menoleh ke arah Budiman. ”Budiman,<br />

anggaplah rumah sendiri. Maaf karena paman tidak bisa menemanimu.” Lelaki itu<br />

kemudian menggerakkan kursi rodanya menuju ke dalam.<br />

”Maafkan ayahku ya kalau menurutmu ia tidak sopan,” kata Heru setelah<br />

ayahnya pergi. ”Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Akhir-akhir ini ayahku terlihat<br />

aneh. Aku bingung dengan apa yang terjadi padanya.”<br />

”Tidak apa-apa, ayahmu baik kok,” sahut Budiman. Ia heran melihat sikap<br />

ayah Heru tadi. Kenapa tiba-tiba lelaki itu melepas jabatan tangannya?<br />

*<br />

Budiman merasa sangat senang tinggal di rumah Heru. Ia dapat lebih dekat<br />

dengan teman lamanya itu. Ia pun jadi tahu banyak mengenai Heru. Tapi, satu hal<br />

yang belum ia mengerti adalah sikap ayah Heru padanya. Lelaki itu bersikap dingin<br />

dan seolah canggung padanya. Padahal seharusnya dirinyalah sebagai tamu yang<br />

merasa canggung.<br />

ketika.<br />

”Ayahmu mengapa memakai kursi roda?” tanya Budiman pada Heru suatu<br />

”Oh, itu.” Heru terdiam. Air mukanya menampakkan kesedihan. ”Empat tahun<br />

yang lalu kaki ayahku tertembak oleh kawanan perampok. Ayahku kemudian menjadi<br />

lumpuh. Perampok-perampok itu benar-benar bangsat!” terdengar nada emosi dalam<br />

jawaban Heru itu.<br />

308

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!