13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Tangan ini sudah lama menantikan darah. Sudah lama tangan ini haus akan<br />

darah. Tapi sebentar lagi, rasa haus itu akan hilang....” lelaki itu mempererat<br />

gengamannya pada tanaman berduri yang menusuk tangannya itu. Ia kemudian<br />

tertawa keras. Sebuah tawa yang sangat mengerikan.<br />

*<br />

Budiman menatap makam yang ada di hadapannya dengan sedih. Makam<br />

yang masih tampak baru. Pada batu nisan tertulis nama seseorang yang takkan ia<br />

lupakan. Nama Intan.<br />

Di belakang Budiman, berdiri Heru dengan tatapan yang sama. Gadis yang<br />

dicintainya kini telah terbaring di sana. Meskipun lelaki itu tak tampak menangis<br />

sedih, jauh di dalam hatinya ia merasa sangat sedih. Ia telah kehilangan Intan, gadis<br />

yang telah membuatnya jatuh hati itu.<br />

”Kenapa perempuan sebaik dia harus pergi meninggalkan kita begitu cepat?”<br />

terdengar suara wanita di belakang Heru. Heru menoleh. Tampak seorang wanita<br />

dengan pakaian serba hitam berdiri di belakangnya.<br />

tertangkap?”<br />

”Yasmin?” Heru terkejut. ”Kenapa kau bisa ada di sini? Apa kau tak takut<br />

Yasmin menggeleng. Ia tersenyum hambar. ”Aku rela dipenjara, asalkan aku<br />

bisa mengunjungi makam kak Intan. Dia lebih berarti daripada hidupku.”<br />

”Yasmin...” Heru terkejut. Begitu dalamkah kebaikan yang ditanam oleh Intan<br />

sehingga Yasmin pun mempertaruhkan hidupnya hanya untuk mengunjungi makam<br />

gadis itu?<br />

”Kak Budiman sepertinya sangat sedih.” Yasmin melihat ke arah Budiman<br />

yang masih tertunduk di depan makam. ”Sulit untuk melepas orang yang sangat kita<br />

sayangi.”<br />

”Kau benar,” sahut Heru. ”Siapapun akan berat untuk melepas kepergian<br />

Intan. Ia gadis yang sangat baik.”<br />

Keduanya terdiam menatap makam Intan. Budiman yang sedari tadi tertunduk<br />

memandang makam Intan mulai menitikkan air mata. Ia teringat semua kenangan<br />

indah bersama Intan. Kenangan saat Intan merawatnya, kenangan saat melihat bintang<br />

304

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!