13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kini pandangan Intan beralih pada lelaki yang tengah menggendong seorang<br />

bayi. Ia tersenyum sementara lelaki itu terlihat sedih.<br />

”Kak Budiman,” panggilnya lemah. ”Sampaikan salamku pada kak Heru.<br />

Sampaikan kalau aku mencintainya. Dan sampaikan juga permintaan maafku.”<br />

”Aku akan menyampaikannya,” jawab Budiman tegar.<br />

”Terima kasih kak, kau telah banyak membantuku... Aku belum sempat<br />

melihatmu bahagia, jadi berjanjilah kalau kakak akan bahagia untukku.”<br />

”Ya, pasti Intan. Aku pasti akan bahagia.” Budiman tak kuasa menahan air<br />

matanya. Menjelang kematiannya pun, Intan masih sempat memikirkan kebahagiaan<br />

orang lain. Gadis itu benar-benar bidadari.<br />

Intan berhenti bicara. Ia melihat sekelilingnya, mendapati semua wajah yang<br />

ada di sana menampilkan rona kesedihan terutama Amanda. Amanda tak kuasa<br />

melihat keadaan keponakannya itu.<br />

”Kalau begitu, aku bisa tenang. Terima kasih semuanya, terima kasih.” Intan<br />

terdiam sejenak. Air mata menetes pelan di pipinya dan jatuh di atas bantal. ”Aku<br />

sangat bahagia, karena di saat-saat terakhirku ini, kalian semua ada bersamaku. Kalian<br />

semua menemaniku di sini. Kalian semua adalah keluargaku, keluarga terbaik yang<br />

pernah kumiliki. Aku sangat bersyukur bisa bersama kalian selama ini. Aku bersyukur<br />

memiliki kalian semua. Terima kasih....”<br />

Semua yang ada di ruangan itu terharu mendengarkan tutur lemah Intan. Itulah<br />

kata-kata terakhir yang diucapkan gadis baik hati itu. Sedetik kemudian gadis itu<br />

memejamkan mata.<br />

”Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...”<br />

Hari itu, Intan telah pergi. Ia pergi jauh tak kembali. Gadis baik hati itu pergi<br />

meninggalkan semua kenangan indah di hati setiap orang yang mengenalnya. Gadis<br />

berhati bidadari itu telah tiada. Selamat tinggal, bidadari...<br />

*<br />

Heru baru saja keluar dari sebuah toko bunga. Ia membeli setangkai bunga<br />

mawar yang sedianya akan ia berikan kepada Intan. Hari itu, Heru yang sama sekali<br />

tidak mengetahui keadaan Intan berniat menyatakan perasaannya pada gadis yang<br />

299

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!