13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Ya, aku iri padanya. Matahari selalu terbenam di senja hari seperti ini. Tapi ia<br />

akan terbit dan muncul kembali keesokan paginya. Sedangkan aku, tak lama lagi aku<br />

akan terbenam dan takkan terbit kembali.”<br />

”Kau salah,” ralat Budiman cepat. ”Harusnya matahari yang iri padamu.”<br />

”Kenapa?” ganti Intan yang tak mengerti.<br />

Budiman menatap mata sendu Intan lekat. ”Karena matahari terbit dan<br />

terbenam. Sedangkan kau akan selalu terbit di hati kami semua. Tidak peduli pagi,<br />

siang, ataupun malam.”<br />

Intan tersenyum. Kata-kata Budiman tadi begitu indah. Melihat senyum di<br />

bibir gadis yang telah menganggapnya sebagai kakak itu, Budiman balas tersenyum.<br />

Lelaki itu kemudian mencium kening Intan lembut. Sebuah ciuman persaudaraan,<br />

seorang kakak pada adiknya.<br />

kecupannya.<br />

”Kak, bolehkah aku bersenandung?” tanya Intan setelah Budiman melepaskan<br />

”Bersenandung?” Budiman memandang Intan dengan penuh tanya.<br />

Intan mengangguk. ”Ya, aku sering datang ke sini bila hatiku sedang senang.<br />

Datang ke sini setiap senja membuatku merasa sangat tenang. Entah kenapa aku<br />

sangat ingin membagi kebahagiaanku kepada matahari yang akan tenggelam.”<br />

”Kau sedang bahagia?”<br />

Intan mengangguk lagi. ”Ya, kau yang membuatku bahagia kak. Kau dan<br />

semua yang telah terjadi dalam hidupku. Aku harus bersyukur atas semua yang telah<br />

diberikan oleh Tuhan pada diriku. Termasuk kesempatan untuk menikmati hidup<br />

walaupun hanya sejenak.” Intan terdiam. Air mata kembali menetes di pipinya. Ia pun<br />

langsung menghapusnya.<br />

”Sudahlah, Tan,” Budiman kembali menghibur Intan. ”Katamu kau mau<br />

bersenandung?”<br />

Intan mengangguk sembari tersenyum. ”Ya, setiap aku datang ke sini, aku<br />

selalu duduk di tempat ini sembari memandang matahari senja. Sama seperti yang aku<br />

lakukan saat ini. Biasanya, aku menyenandungkan sebuah lagu yang aku buat sendiri<br />

untuk mengusir sepi. Anehnya, setiap kali aku bersenandung, seekor burung gagak<br />

selalu datang menghampiriku. Gagak itu seolah ingin ikut bersenandung denganku,<br />

seolah ingin menemaniku menikmati matahari senja.”<br />

294

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!