13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keduanya saling menangis. Entah mengapa, Intan merasa kalau ia tidak lagi<br />

sendirian. Ia tidak lagi sendiri merasakan kesedihan itu. Ia merasa Budiman pun ikut<br />

merasakan kesedihan yang dialaminya. Untuk pertama kalinya, ia berbagi kesedihan<br />

dengan orang lain. Kesedihan yang ia kira hanya diciptakan untuknya, ternyata dapat<br />

terbagi.<br />

lekat.<br />

Budiman melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Intan yang basah lekat-<br />

”Tan, kau takkan pernah mati. Kau akan selalu hidup di hati kami.” Budiman<br />

mencengkeram bahu Intan erat.<br />

”Kak Budiman...” kini ganti Intan yang memeluk tubuh Budiman. Ia memeluk<br />

tubuh lelaki yang disayanginya itu erat seolah tak ingin berpisah. ”Kak, terima kasih<br />

telah berbagi denganku...”<br />

”Itu tugasku. Itu tugasku untuk mengembalikanmu seperti dulu. Karena Intan<br />

yang kukenal takkan kalah oleh penyakit seperti ini. Intan yang kukenal adalah<br />

seorang gadis ceria yang selalu menyambut hari dengan senyuman. Itulah Intan...”<br />

Di sela-sela wajah yang sembab akibat air mata, Intan akhirnya tersenyum.<br />

*<br />

Berkat semangat yang diberikan Budiman waktu itu, Intan menjadi ceria<br />

kembali. Ia mulai melupakan kesedihannya dan kembali merawat anak-anak panti.<br />

Anak-anak panti pun kembali ceria. Amanda yang melihat hal itu menjadi senang.<br />

”Terima kasih ya Man,” ucapnya pada Budiman.<br />

”Seharusnya aku yang berterima kasih pada tante karena telah merawat Intan<br />

dengan baik. Aku yakin, Intan sekarang adalah buah dari didikan tante selama ini.”<br />

”Itu sudah kewajiban tante, Man. Ibunya banyak berjasa pada tante, jadi sudah<br />

tanggung jawab tante untuk membesarkannya.” Amanda tersenyum melihat Intan<br />

yang tengah bermain dengan anak-anak panti di ruang bermain. ”Dia terlalu baik<br />

untuk mengalami semua ini Man. Aku sedih bila memikirkannya...” air mata menetes<br />

di pipi pengacara itu.<br />

”Sudahlah tante,” hibur Budiman. ”Intan akan baik-baik saja.”<br />

Amanda tersenyum optimis. ”Terima kasih...”<br />

279

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!