13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Kak, aku tak pernah bermaksud seperti itu. Aku tak pernah berpikir untuk<br />

menghindari anak-anak yang jelas sangat aku sayangi,” elak Intan.<br />

”Tapi kenapa kau seperti ini?”<br />

”Karena... karena aku tak ingin mereka sedih bila nanti aku pergi<br />

meninggalkan mereka. Kupikir inilah yang bisa aku lakukan.”<br />

”Tan, kenapa kau berpikiran seperti itu?” Budiman akhirnya mengerti apa<br />

yang sedang terjadi pada Intan. ”Kau salah bila berpikiran seperti itu.... kau tak<br />

seharusnya seperti itu...<br />

”Aku tahu kau sedang sedih saat ini, aku tahu. Aku tahu kalau kau memang<br />

memikirkan orang lain, aku tahu. Dari semua sikapmu selama ini, kau memang selalu<br />

memikirkan orang lain. Aku tak meragukan semua itu Tan. Tapi kumohon, jangan<br />

kau jauhi anak-anak hanya karena penyakit itu. Terus terang saja, mereka sangat sedih<br />

tanpa kehadiranmu...”<br />

”Kak, hidupku tak lama lagi. Aku akan segera pergi meninggalkan kalian<br />

semua, itulah yang terjadi. Aku... sedih. Aku tak mau berpisah dari kalian. Aku tak<br />

mau pergi meninggalkan kalian.” Intan menitikkan air mata. Ia mulai menangis.<br />

Budiman tak dapat mencegahnya.<br />

”Kak... aku tak mau pergi...” isak Intan sendu. Budiman menjadi sangat sedih<br />

melihat tangis Intan. Ia tak bisa berkata apa-apa. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk<br />

menghentikan semua kesedihan ini.<br />

”Tan, kau takkan pergi... aku janji.”<br />

”Tapi kata dokter, hidupku tak lama lagi...” Intan terisak. Siapapun akan<br />

tersentuh melihat tangis gadis itu.<br />

Tiba-tiba Budiman memeluk tubuh Intan. Ia mendekap tubuh gadis itu erat.<br />

Intan terkejut. Ia tak menyangka Budiman akan memeluk tubuhnya.<br />

”Tan, jangan katakan tentang kematian lagi. Kau takkan pernah pergi. Kau<br />

takkan pernah meninggalkan kami. Jangan pernah berkata pergi, karena kau takkan<br />

pergi kemana-mana. Takdir manusia itu ada di tangan Tuhan. Kau harus yakin itu.”<br />

Budiman ikut menangis. ”Kau pasti hidup. Kau pasti bisa bertahan. Karena kau<br />

adalah bidadari. Bidadari yang datang untuk menghilangkan setiap kesedihan, bukan<br />

untuk tenggelam di dalamnya. Penyakit itu, takkan bisa mengalahkanmu. Aku<br />

yakin...”<br />

278

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!