13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Oh, Santi. Ada apa dengan Santi?”<br />

”Kudengar ia ingin menikah denganmu. Tapi kau belum juga melamarnya,”<br />

Budiman langsung ke pokok pertanyaan.<br />

”Santi sudah cerita ya?” tanya Irfan seraya menoleh sekilas ke arah Budiman.<br />

Budiman mengangguk. Irfan lalu mendesah panjang. ”Santi... ia benar-benar<br />

menginginkan pernikahan rupanya.”<br />

”Itu kan wajar Fan, semua wanita pasti menginginkannya,” bela Budiman.<br />

”Iya, aku tahu. Tapi apakah aku harus menurutinya?”<br />

”Apakah ada yang salah dengan pernikahan, sehingga kau sepertinya tidak<br />

menginginkannya?”<br />

”Bukan begitu Man,” sahut Irfan datar. ”Tidak ada yang salah dengan<br />

pernikahan, dan memang setiap manusia menginginkannya. Tapi beda denganku.”<br />

”Kenapa? Kau juga manusia kan?”<br />

”Kau tidak tahu masalahnya Man,” sahut Irfan masih datar.<br />

”Masalah. Ada apa Fan?”<br />

Irfan menghela nafas panjang. Ia terdiam sejenak dan kemudian menjawab,<br />

“Man, aku hanya takut menghadapinya. Aku takut...”<br />

Budiman terkejut. Sosok yang selama ini ia kenal sebagai seorang pemberani<br />

dan tak takut apapun itu sekarang takut pada pernikahan? Bagaimana bisa?<br />

”Jujur,” sambung Irfan. ”Kau tahu keluargaku bukan? Kau tahu ibuku bukan?<br />

Kau tahu aku bukan?”<br />

Budiman mengangguk untuk semua pertanyaan Irfan itu. Ia ingat, keluarga<br />

Irfan adalah jenis keluarga broken home. Kedua orang tuanya bercerai. Ayahnya<br />

meninggalkanya ketika ia masih kecil yang semenjak itu ia diasuh oleh ibunya<br />

seorang diri. Ibunya yang hanya bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga.<br />

“Ya, aku ingat itu,” jawab Budiman.<br />

”Bagus. Jadi kukira kau bisa menyimpulkannya sendiri.”<br />

Mendengar perkataan Irfan, Budiman menjadi kesal. ”Maksudmu kau tidak<br />

mau menikah karena melihat pernikahan kedua orang tuamu yang seperti itu?” simpul<br />

Budiman. ”Itu tidak masuk akal.”<br />

”Masuk akal bagiku,” sahut Irfan cepat. ”Pernikahan hanyalah awal dari<br />

perpisahan, seperti pada kedua orang tuaku dulu.”<br />

250

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!