13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

nanti. Tapi... sampai kapan aku menunggu? Sampai keberanian muncul di hatinya<br />

untuk berani berkomitmen, begitu?”<br />

“San...”<br />

terpendam.”<br />

“Maaf Man, kalau aku begitu emosi,” Santi mencoba menguasai keadaannya.<br />

“Tidak apa-apa,” sahut Budiman. “Luapkanlah apa yang selama ini<br />

Santi tersenyum lemah. “Kami sering bertengkar untuk ini. Jujur, aku tidak<br />

bisa begini terus. Aku takut kalau Irfan tak pernah ingin berumah tangga denganku.<br />

Aku takut kalau hanya hubungan seperti ini yang diinginkan si tolol itu. Sepertinya<br />

aku tidak akan tahan....”<br />

”San, aku yakin cinta kalian akan berakhir manis. Aku yakin kalau sebenarnya<br />

Irfan juga menginginkan hal itu, tapi mungkin saja ia belum terpikir ke arah situ.<br />

Mungkin juga ia menginginkan kematangan dirinya sebelum melamarmu. Bisa saja<br />

kan?” Budiman mencoba membela Irfan. Bagaimanapun, ia tidak ingin melihat<br />

hubungan kedua sahabatnya itu runtuh.<br />

”Man, kau sahabat yang baik. Kau bahkan masih sempat membela orang gila<br />

itu.” Santi terdiam sejenak. Pikirannya melayang entah kemana. Ia lalu memandang<br />

air Mahakam yang sedikit bergelombang. ”Kau lihat air sungai itu,” tunjuknya<br />

kemudian. Budiman mengikuti arah pembicaraan Santi. ”Gelombangnya kecil ya?”<br />

Budiman mengangguk setuju. ”Gelombang kecil, tapi terkadang besar.”<br />

”Gambaran kehidupan manusia,” sambung Santi. ”Terutama, dalam membina<br />

rumah tangga.”<br />

Budiman mengangguk lagi. Kata-kata Santi tadi mengingatkan Budiman pada<br />

perkataan Intan waktu itu.<br />

”Aku sangat menginginkannya,” kata Santi dengan mata berbinar.<br />

”Menginginkan dapat merasakan menaiki bahtera pernikahan, mengarungi samudera<br />

kehidupan. Meskipun gelombangnya besar, aku tidak takut. Kau tahu kenapa? Karena<br />

ada seseorang di sampingmu yang sangat kau cintai. Apa aku terlalu menuntut?”<br />

Budiman tersenyum mendengar ucapan Santi. ”Tidak, itu wajar. Semoga Irfan<br />

juga menginginkannya.”<br />

246

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!