13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Santi tersenyum. ”Iya sih, kau benar. Hubungan kami bisa bertahan semenjak<br />

SMP. Karena itulah, aku tak mau seperti ini terus. Aku mau kejelasan.”<br />

Budiman kembali teringat masa-masa di kelas tiga SMP saat itu. Ia ingat, saat<br />

itulah Irfan, teman akrabnya menyatakan perasaannya pada Santi. Semenjak itulah<br />

keduanya berpacaran. Namun selepas SMP, Budiman tak pernah mendengar kabar<br />

dari kedua temannya itu. Karena itulah, ketika mengetahui bahwa Irfan dan Santi<br />

masih berpacaran sampai saat ini, Budiman menjadi kagum. Cinta monyet itu bisa<br />

bertahan sampai lebih dari delapan tahun.<br />

”Sepertinya baru kemarin ya,” kenang Santi. ”Sepertinya baru kemarin ketika<br />

kita berempat, yaitu aku, Irfan, kau, dan Luna berlatih senam untuk persiapan ujian<br />

akhir.”<br />

berlatih.”<br />

”Ya,” sambung Budiman. ”Sepertinya baru kemarin aku terjatuh sewaktu kita<br />

Budiman tertawa sendiri mengingat semua kenangan itu. Melihat kawan<br />

lamanya itu tertawa, Santi ikut tertawa. Kenangan saat itu benar-benar indah.<br />

”Waktu berjalan begitu cepat. Secepat itu pulalah kita kemudian berpisah.<br />

Persahabatan kita benar-benar menyenangkan.”<br />

Mereka asyik berbincang sehingga tak menyadari seseorang yang berada di<br />

dalam sebuah mobil taksi yang diparkir di tepi jalan tengah mengamati keduanya.<br />

Lelaki itu mendesis geram melihat Santi dan Budiman. Ia memukul keras setir mobil,<br />

membuka pintu, dan berjalan keluar. Dengan cepat saja lelaki itu melangkah<br />

menghampiri Budiman. Tiba-tiba saja ia berdiri di depan Budiman. Santi dan<br />

Budiman langsung terkejut melihat sosok tinggi itu.<br />

Ketika Santi hendak menyapa sosok yang dikenalnya itu, lelaki itu tiba-tiba<br />

saja langsung mendaratkan pukulannya di tubuh Budiman. Budiman yang tidak<br />

menyangka akan mendapat pukulan langsung jatuh tersungkur di trotoar.<br />

”Apa yang...”<br />

Budiman mengerang kesakitan, tetapi lelaki itu tak menghentikan<br />

serangannya. Ia menghampiri tubuh Budiman yang terbaring di trotoar dan kembali<br />

mendaratkan pukulan bertubi-tubi pada tubuh kurus Budiman. Budiman tak berdaya<br />

menjadi sasaran empuk lelaki itu.<br />

241

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!