13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Tante terlarut dalam keriangan sendiri, dalam keriangan tante yang selalu<br />

merasa remaja. Sampai sekarang, sampai kau sudah besar Intan, dan sampai tante<br />

memiliki panti asuhan sendiri,” jelas Amanda sudah berhasil menguasai dirinya kini.<br />

”Tapi Tante...” akhirnya Budiman bersuara, ”apakah Tante sudah benar-benar<br />

memendam jauh keinginan tante itu? Apa Tante sudah benar-benar tidak ingin<br />

berumah tangga?”<br />

”Entahlah Man,” jawab Amanda. ”Sampai setua ini, sampai menjadi perawan<br />

tua seperti ini, tante tidak tahu apakah keinginan itu masih ada. Yang pasti, tante tidak<br />

mau apa yang dialami kedua kakak tante itu terjadi pada tante. Tante tidak mau..”<br />

”Tante,” potong Intan. ”Paman Toni itu orangnya baik, mana mungkin beliau<br />

akan menyakiti Tante.”<br />

”Tapi orang bisa berubah kan?” sahut Amanda ketus. ”Hermawan dan Julius<br />

itu awalnya juga orang baik, tetapi apa yang telah mereka lakukan kemudian? Mereka<br />

tidak bertanggung jawab.”<br />

tersinggung.<br />

”Tante, tidak semua laki-laki seperti itu,” Budiman menambahkan. Ia merasa<br />

”Maafkan tante Man. Tante tahu, tidak semua laki-laki seperti itu, tapi seperti<br />

yang sudah Tante katakan, kalau kami bertiga seperti terkena kutukan pernikahan.”<br />

”Kutukan apa Tante?” Intan terlihat emosi. ”Kutukan itu tidak pernah ada,<br />

Tante yang membuatnya sendiri. Tante hanya takut berumah tangga, itu saja kan?””<br />

Amanda tersenyum sedih. ”Mungkin kau benar, mungkin tante takut.”<br />

”Tante, dalam berumah tangga itu pasti akan ada permasalahan yang muncul.<br />

Ibarat kita sedang menaiki perahu di lautan, yang gelombangnya begitu besar,” Intan<br />

berkata bijak.<br />

”Kau benar-benar anak yang cerdas Tan,” puji Amanda. ”Aku tidak ingin<br />

membuat kalian bersedih. Sepertinya aku memang harus memikirkannya lagi.”<br />

Amanda tiba-tiba berhenti bicara. Sepertinya ia sudah tidak ingin berdebat. ”Tante<br />

tidur dulu ya? Sudah ngantuk nih...”<br />

Amanda beranjak dari ruang tamu dan melangkah masuk ke kamarnya. Intan<br />

dan Budiman hanya bisa memandang kepergiannya.<br />

”Tantemu benar-benar orang yang aneh,” komentar Budiman kemudian.<br />

234

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!