13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Ya, semoga.”<br />

Luna dan Mario pun beranjak meninggalkan Budiman. Budiman memandang<br />

Luna dengan sedih. Luna adalah cinta pertamanya, cinta pertamanya yang sulit untuk<br />

dapat dilupakan. Dan air mata menetes di pipinya.<br />

*<br />

“Kenapa kau tersenyum sendiri Luna?” tanya Mario heran melihat Luna yang<br />

tiba-tiba tersenyum.<br />

berkaca-kaca.<br />

“Aku hanya ingat Budiman. Ia anak yang baik,” jawab Luna.<br />

”Oh, lelaki tadi.”<br />

”Ya, dia sangat baik...” ujar Luna penuh arti. Entah mengapa matanya menjadi<br />

*<br />

Cepat saja Budiman sudah berada di atas kapal laut yang akan membawanya<br />

menuju ke Balikpapan. Budiman banyak menghabiskan waktunya di dek luar kapal<br />

dengan memandangi lautan biru.<br />

”Indah ya, laut yang biru,” tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki di<br />

sampingnya. Budiman menoleh, seorang lelaki paruh baya tengah bersandar seperti<br />

dirinya di tepian kapal.<br />

”Ya, indah,” jawab Budiman pendek. ”Kau akan menemukan kedamaian<br />

ketika melihatnya.”<br />

Lelaki itu mengangguk seakan setuju dengan pendapat Budiman.<br />

”Kamu benar, melihat laut memang bisa mendamaikan hati. Tapi kamu lupa<br />

kalau melihat laut juga bisa membuatmu mabuk,” ujar lelaki itu misterius. ”Sayang<br />

aku tak bisa melihatnya terus-menerus.”<br />

”Kenapa?” tanya Budiman ingin tahu.<br />

”Ya, karena memandangi laut terlalu lama akan membuatku sedih,” jawab<br />

lelaki itu kemudian.<br />

”Sedih?”<br />

22

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!