13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Iya, itu dulu sewaktu aku belum bekerja. Sekarang aku sudah bekerja, dan<br />

kau tahu sendiri bagaimana jadwalku. Pekerjaan seperti ini membuat kebiasaanku<br />

sewaktu sekolah dulu terjadi kembali.”<br />

”Kebiasaan apa?”<br />

”Tidak pernah sarapan pagi,” Budiman menjawab polos.<br />

”Oh, kak...” wajah Intan terlihat sedih. ”Jangan begitu lagi ya?”<br />

Melihat kecemasan Intan, Budiman hanya mengangguk lemah.<br />

*<br />

Budiman sedang membaca surat kabar ketika Intan masuk ke kamarnya<br />

dengan membawa nampan berisi sepiring bubur dan segelas air putih.<br />

”Intan, apa yang...” Budiman terkejut melihat Intan membawakannya sarapan.<br />

”Tidak usah repot-repot...”<br />

”Sudahlah, kak,” potong Intan. ”Kau butuh istirahat yang cukup dan juga<br />

makan yang teratur. Aku selaku pengasuh panti asuhan ini harus memastikan kalau<br />

kau benar-benar makan secara teratur. Aku tak mau melihatmu sakit.”<br />

”Baiklah, terima kasih...” Budiman tidak bisa berkata-kata lagi.<br />

”Nah, kalau begitu sekarang singkirkan dulu bacaanmu itu.” Budiman<br />

menuruti begitu saja perintah Intan. Ia meletakkan surat kabar yang ia baca di<br />

mejanya. ”Aku akan menyuapimu...” ujar Intan kemudian membuat Budiman<br />

terhenyak.<br />

”Tan, aku bisa makan sendiri...” betapa malunya Budiman mengetahui Intan<br />

akan menyuapinya.<br />

Intan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya dengan tenang. ”Kau mau<br />

menurut tidak?”<br />

Waduh, kacau nih..., batin Budiman. Masa’ ia harus disuapin Intan sih?<br />

”Ayo, buka mulutmu,” Intan telah menyuap sesendok bubur dan bersiap<br />

memasukkannya ke mulut Budiman. Budiman tak berkutik menghadapi perhatian<br />

Intan itu. Ia pun membuka mulutnya.<br />

Satu persatu suapan Intan masuk ke mulut Budiman. Budiman yang awalnya<br />

canggung kini menjadi biasa. Mendapat perlakuan seperti itu, ia menjadi teringat<br />

155

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!