13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Ngapain ke Bontang coba... Di sana itu rawan... banyak kejahatan...dan juga<br />

tidak menyenangkan... Kakak akan khawatir nanti.”<br />

memelas.<br />

”Kak tolonglah, aku sudah sangat rindu dengan Bontang...” ujar Budiman<br />

”Kalau hanya untuk mengobati rindu, pergi ke Bontang barang seminggu,<br />

kemudian kembali lagi ke Kediri. Gak usah lama-lama...”<br />

”Tapi aku mau...”<br />

”Dengar ya adikku, kakak tidak mau terjadi apa-apa denganmu. Ya, semenjak<br />

kau menjadi berandalan di kampus. Cukup berandalan di kampus itu saja, jangan<br />

lagi!” sela Anis marah.<br />

Tiba-tiba suasana menjadi hening dan sunyi. Budiman terdiam tak menjawab<br />

perkataan Anis.<br />

”Man...kau masih di sana? Halo?”<br />

”Kak...” tiba-tiba Budiman bersuara. ”Kakak sendiri kan yang bilang kalau<br />

sekarang aku bebas memutuskan apa saja yang aku kehendaki? Apa kakak lupa?<br />

Sekarang aku ini sudah lulus kuliah, bagaimanapun aku ini sudah sarjana. Apakah<br />

pantas kalau aku masih dikekang?” Budiman menghentikan perkataannya. Ia tampak<br />

mengatur napas kemudian melanjutkan, ”Apa pun yang terjadi padaku sekarang,<br />

apakah aku ini jadi berandalan atau jadi orang baik, itu semua terserah aku. Aku<br />

bukan anak kecil lagi. Dan sekarang pun aku bukan lagi berandalan. Ingat itu Kak!”<br />

Hening lagi. Ganti Anis yang terdiam tak menjawab perkataan Budiman.<br />

”Kak...”<br />

”Baiklah, kau benar.” Akhirnya terdengar jawaban. ”Kau memang bukan lagi<br />

anak kecil yang bisa diatur-atur. Kau punya kehidupanmu sendiri. Dan kakak baru<br />

ingat kalau kakak pernah mengatakan hal itu. Kau menang, lakukanlah apa yang kau<br />

inginkan. Sekarang kakak sudah tidak bisa ikut campur lagi dengan urusanmu. Kau<br />

sudah besar... kau yang harus menyelesaikan masalahmu sendiri. Baiklah, sekarang<br />

terserah padamu, silakan...”<br />

baik Kakak.”<br />

”Kakak serius?” tanya Budiman tak percaya.<br />

”Ya, itukan yang kau inginkan?”<br />

”Kak, terima kasih,” ujar Budiman pelan. ”Aku takkan pernah melupakan budi<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!