13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mengetahui hal itu, Budiman pun ikut berlari mengejar. Medan yang ia lewati<br />

bertambah berat. Jalan pasar yang sempit itu ditambah lagi dengan banyaknya orang<br />

yang lalu lalang membuatnya kesulitan berlari. Sekali ia menabrak ibu-ibu yang<br />

tengah berbelanja.<br />

”Maaf...” Budiman meminta maaf tanpa menghentikan pengejarannya.<br />

Jauh juga ia berlari mengejar hingga dilihatnya Heru berhenti di depannya.<br />

Heru tengah berhadapan dengan Yasmin yang menodongkan pistolnya pada seorang<br />

perempuan yang dijadikannya sebagai tameng. Dan perempuan itu adalah...Intan?<br />

”Berhenti mengejarku atau nyawa gadis ini melayang,” ancam Yasmin. Ia<br />

memegang pistolnya dengan mantap.<br />

”Tenang...tenanglah, jangan gegabah...” Heru berusaha menenangkan. Ia tak<br />

menyangka targetnya itu akan mengambil sandera. Ditambah lagi sandera itu adalah<br />

Intan. Entah bagaimana sore itu Intan ada di pasar.<br />

Intan yang berada di tangan Yasmin hanya terdiam. Ia tampak ketakutan.<br />

Budiman yang melihatnya menjadi khawatir. Sementara orang-orang yang berada di<br />

pasar terdiam tanpa bisa bergerak. Sepertinya mereka takut terjadi apa-apa dengan<br />

Intan.<br />

”Hoh...bersikap tenang? Bagaimana bisa? Aku sedang dikejar-kejar seperti<br />

anjing begini bisa bersikap tenang? Tenang gundulmu!” umpat Yasmin. Ia berjalan<br />

mundur sambil terus memegang Intan. ”Aku harus memastikan kalian tidak mengejar<br />

lagi.”<br />

”Baiklah, kami menurut. Kami tidak akan mengejarmu,” bujuk Heru.<br />

”Aku harus memastikannya. Kuperintahkan kalian berdua berbalik dan<br />

kemudian tiarap sekarang juga,” nada bicara Yasmin tinggi.<br />

”Apa?” Heru tampak begitu kesal. Ia paling benci mengikuti perintah<br />

penjahat. Tapi mau bagaimana lagi... Ia lalu memberi isyarat pada Budiman untuk<br />

tiarap. Budiman mengikutinya. Mereka kemudian tiarap di atas tanah yang kotor<br />

dengan sampah-sampah pasar.<br />

Budiman dan Heru mengintip dari tiarap mereka. Yasmin tersenyum puas. Ia<br />

kemudian berlari kencang dengan membawa serta Intan.<br />

Sial! Intan masih dalam bahaya, batin Budiman kesal. Semoga ia baik-baik<br />

saja, doanya dalam hati.<br />

146

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!