13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Belut betina?” Budiman mengambil foto di meja. Ia mengamati foto itu<br />

dengan seksama. Foto itu membuatnya tertarik. Foto seorang gadis berpakaian serba<br />

hitam. Wajah gadis itu lumayan manis dengan kulit putihnya. Tapi, yang membuat<br />

Budiman tertarik bukan kecantikan gadis itu, melainkan perasaan seperti pernah<br />

mengenal dan melihat gadis itu.<br />

Budiman mengingat-ingat. Nampaknya ia pernah akrab dengan gadis<br />

perampok itu. Budiman lalu meraba-raba ingatan masa lalunya. Dan, tiba-tiba saja<br />

mulutnya menganga seakan tak percaya dengan ingatannya.<br />

”Kak Budiman...kau kenapa?” Intan heran melihat sikap Budiman.<br />

”Budiman, apa ada yang aneh?” Heru ikut bertanya.<br />

”Ya, gadis ini...” Budiman mencoba mengingat-ingat kembali.<br />

”Kau kenal gadis ini?”<br />

”Gadis ini adalah... adik kelasku!”<br />

*<br />

Budiman tak percaya dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini. Gadis<br />

perampok yang membuatnya tak sadarkan diri itu adalah Yasmin Kusuma, adik<br />

kelasnya sewaktu SMA. Adik kelasnya ketika ia menjabat sebagai pengurus Palang<br />

Merah di sekolahnya. Tapi mengapa...<br />

Budiman tidak heran mengetahui Yasmin ada di Kalimantan. Ia tahu,<br />

kampung halaman Yasmin sekaligus tanah kelahirannya adalah Tarakan, sebuah<br />

daerah di Kalimantan Timur. Yang Budiman heran adalah apa yang terjadi dengan<br />

gadis itu kemudian. Setahu Budiman, Yasmin adalah gadis yang manis, lembut, baik<br />

hati, kalem, dan jauh dari kesan nakal. Karena itulah ia tak percaya ketika ia ketahui<br />

bahwa Yasmin menjadi seorang perampok. Apa motifnya?<br />

Yasmin...ada ada denganmu? Tanya Budiman dalam hati.<br />

*<br />

141

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!