13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Yang ditanya melirik ke arah Budiman. Ia menghentikan makannya kemudian<br />

menjawab, ”Tidak aku berasal dari Sidoarjo, tapi aku lama tinggal di Madura. Kau<br />

pasti menebaknya dari logatku kan?”<br />

Budiman mengangguk. ”Benar. Dulu, aku juga punya seorang teman dengan<br />

aksen seperti Anda. Namanya Fathur Rozy,” tutur Budiman yang kemudian teringat<br />

temannya.<br />

Entah mengapa tiba-tiba laki-laki itu tersedak. ”Fathur Rozy nama temanmu<br />

itu?” tanyanya.<br />

”Ya, ia anak yang baik dan rajin beribadah. Aku senang berteman dengannya,”<br />

jawab Budiman.<br />

”Siapa namamu?” laki-laki itu kembali bertanya.<br />

Budiman heran mendengar pertanyaan itu. Ia heran kenapa laki-laki itu<br />

menanyakan namanya. Namun demikian Budiman tetap menjawab. ”Namaku<br />

Budiman, lengkapnya Anas Budiman.”<br />

Laki-laki itu kembali tersedak. ”Budiman?”<br />

”Ya, memangnya kenapa?” Budiman terheran.<br />

”Kau tidak ingat aku?” ujar laki-laki itu dengan aksen Madura yang sangat<br />

kental. ”Aku ini temanmu, Fathur Rozy itu...”<br />

”Be...benarkah?” Budiman tak percaya dengan yang baru saja ia dengar.<br />

*<br />

”Kau tinggal di panti asuhan ini?” tanya Fathur Rozy yang oleh Budiman<br />

dipersilakan masuk ke dalam panti.<br />

”Iya, aku tinggal di sini,” jawab Budiman. ”Kau dari mana saja? Aku tak<br />

menyangka bisa bertemu denganmu di Bontang.”<br />

di dekat sini.”<br />

penasaran.<br />

Fathur Rozy tersenyum tajam. ”Aku menjadi guru mengaji di salah satu TPA<br />

”Kau tinggal di Bontang?”<br />

”Ya, bisa dibilang begitu,” terang Fathur Rozy.<br />

”Bagaimana ceritanya kau bisa sampai di Bontang?”” tanya Budiman<br />

122

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!