13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tio tengah menghancurkan rumah pohonnya dengan sebuah kapak. Rumah<br />

pohon yang selama ini ia tinggali itu pun roboh jatuh ke tanah. Tio sepertinya berat<br />

untuk menghancurkan rumah itu.<br />

”Kenapa kau hancurkan rumah pohon ini?” tanya Budiman tak mengerti.<br />

Tio tersenyum pahit. ”Aku takkan membiarkan bajingan-bajingan busuk ini<br />

memanfaatkan apa yang selama ini aku usahakan.” Seusai menghancurkan rumahnya,<br />

ia kemudian membabat habis ubi-ubi miliknya. ”Sayang, padahal sebentar lagi panen.<br />

Aku harus memastikan ubi-ubiku tidak dimakan orang-orang itu.”<br />

”Lalu apa yang akan kau lakukan dengan orang-orang ini?” tanya Budiman<br />

melihat ke arah kedua orang penebang liar yang tengah pingsan.<br />

”Tentu aku akan memberi mereka pelajaran.” Tio menyeret kedua laki-laki itu<br />

ke salah satu pohon besar. ”Budiman, bantu aku mengikat mereka.”<br />

Budiman membantu Tio mengikat kedua orang itu di pohon. Keduanya diikat<br />

berlawanan arah.<br />

”Sekarang, apa yang akan kau lakukan?” tanya Budiman pada Tio yang<br />

terlihat puas usai mengikat kedua orang penebang liar tersebut.<br />

Tio menghela nafas panjang. ”Entahlah Man, mungkin aku akan mencari<br />

bagian hutan yang lain di Kalimantan ini untuk ditinggali.”<br />

”Kau tidak kembali ke kota?”<br />

Tio menggeleng. ”Tidak, aku cukup sakit hati dengan orang-orang kota ini.” Ia<br />

menatap tajam ke arah kedua penebang liar. Dengan kasar ia lalu meludah ke arah<br />

mereka.<br />

”Hei, apa yang kau lakukan?” Budiman tersentak melihat ulah temannya itu.<br />

”Memberi mereka sedikit kenang-kenangan, apa lagi?”<br />

Tio melangkah ke arah sebuah kuburan kecil dengan nisan kayu yang<br />

nampaknya baru saja dibuat. Ia memandangi kuburan itu lama. Wajahnya terlihat<br />

sedih.<br />

kesedihan Tio.<br />

”Aku turut berduka atas kematian sahabatmu, Tio,” ucap Budiman melihat<br />

”Terima kasih,” sahut Tio. ”Kau tahu Man, bahkan binatang memiliki naluri<br />

yang kuat untuk saling melindungi. Apakah manusia tidak bisa mencontoh hal itu?”<br />

”Berdoalah semoga mereka bisa...”<br />

111

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!