13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kina. Orang utan itu kelihatan sangat bersemangat. Kina lalu melempar pisang itu<br />

cukup kencang ke arah Budiman yang berada di dekat pintu. Mungkin karena terlalu<br />

kencang, Budiman tidak dapat menangkapnya sehingga pisang itu terjatuh ke bawah.<br />

”Biar aku yang mengambil,” ujar Budiman menawarkan diri. Ia kemudian<br />

menuruni rumah pohon dan mencari-cari pisang itu di rerumputan.<br />

Tak lama mencari, ia menemukannya. Ia memungut pisang itu dan berbalik ke<br />

arah rumah pohon. Ketika hendak naik ke atas rumah pohon, terdengar suara laki-laki<br />

yang menegurnya dari belakang.<br />

”Jangan bergerak Nak,” ujar suara itu.<br />

Budiman menoleh, dilihatnya seorang laki-laki tengah mengarahkan senapan<br />

ke arahnya. Budiman spontan mengangkat kedua tangannya ke atas.<br />

”Apa yang kamu mau?” tanya Budiman.<br />

”Berbalik!” bentak orang itu. Budiman lalu berbalik membelakangi orang itu.<br />

”Ternyata dugaanku benar selama ini. Perkiraanku bahwa hantu hutan hanya cerita<br />

bodoh yang tidak berarti itu benar. Sekarang bahkan aku tengah mengancam hantu<br />

itu,” terdengar suara laki-laki itu sombong. ”Aku hanya mau tanya, apa yang kau<br />

lakukan di dalam hutan ini, hah? Apa kau memata-matai kami dengan menggunakan<br />

topeng bodohmu itu?”<br />

”Memata-mataimu? Kurang kerjaan benar aku,” sahut Budiman dengan nada<br />

mengejek. ”Kukira harusnya aku yang bertanya, sedang apa kalian di dalam hutan.<br />

Dan kukira kalian tengah melakukan penebangan liar, benar bukan?”<br />

”Tutup mulutmu!” bentak lelaki itu. ”Kau tidak usah banyak bicara, karena<br />

sebentar lagi kau akan mati. Takkan kubiarkan ada orang yang mengetahui apa yang<br />

sedang kami kerjakan. Sekarang kamu akan benar-benar menjadi hantu.”<br />

Budiman terkejut mendengarnya. Laki-laki ini tampaknya serius. Budiman<br />

kini bingung dengan apa yang akan ia lakukan. Terlalu beresiko untuk melawan<br />

mengingat laki-laki itu memegang senjata.<br />

Budiman kemudian mendongak ke atas. Dilihatnya Tio tengah mengamati dari<br />

atas rumah pohon. Tio memberikan isyarat kepada Budiman bahwa ia akan<br />

menyerang laki-laki itu. Melihat isyarat itu, Budiman mengangguk kecil.<br />

membentak.<br />

”Cepat katakan apa yang kau lakukan di sini!” perintah lelaki itu dengan<br />

109

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!