13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Selamat datang di duniaku Budiman,” tiba-tiba Tio sudah berdiri di<br />

belakangnya. ”Lihatlah di samping sana,” seru Tio sambil menunjuk ke arah ladang<br />

ubi. ”Itulah ladang. ubiku.”<br />

”Bagaimana kau bisa mendapatkan air?” tanya Budiman penasaran.<br />

”Tak jauh di belakang pohon ini, ada sungai kecil yang airnya masih jernih.<br />

Aku memanfaatkannya untuk menyiram tanamanku, mandi dan untuk minum.”<br />

”Begitu ya...”<br />

Budiman menghirup udara di depannya dalam-dalam. Benar kata Tio, hutan<br />

ini menyenangkan. Alamnya benar-benar masih liar. Masih sangat hijau.<br />

Saat tengah menikmati udara bebas itulah, tiba-tiba dari atas muncul seekor<br />

binatang yang berpegangan pada sulur-sulur pohon bergelantungan di depannya.<br />

Budiman dibuatnya terkejut.<br />

”Tio...apa ini?”<br />

”Oh,” Tio tersenyum. ”Aku lupa memperkenalkan teman kecilku ini padamu.<br />

Tio menarik sulur pohon itu ke arahnya. Binatang berbulu itu serta merta melompat<br />

ke bahunya. ”Mungkin aku terlihat seperti tarzan. Ini Kina, orang utan kecil yang<br />

selalu menemaniku selama tinggal di sini. Dia baik kok.”<br />

Budiman mengamati primata berbulu lebat di bahu teman lamanya itu.<br />

Binatang itu memang benar-benar orang utan. Orang utan yang masih kecil itu<br />

kemudian memamerkan barisan gigi putihnya ke arah Budiman. Budiman tersenyum<br />

melihatnya.<br />

”Pantas kau tak kesepian tinggal di sini,” komentar Budiman. ”Baru saja aku<br />

mau menanyakan hal itu. Apakah kau tak kesepian? Ternyata ada teman berbulumu<br />

ini. Dimana kau menemukannya?”<br />

”Aku menemukannya di samping jasad seekor orang utan dewasa dalam<br />

perjalanan ke tempat ini. Kukira kedua orang tuanya tewas ditembak oleh pemburu.<br />

Awalnya aku tak mau membawanya serta, tapi sepertinya binatang ini menyukaiku. Ia<br />

mengikutiku sampai ke tempat ini. Dia benar-benar teman yang menyenangkan.”<br />

”Baguslah kalau begitu, kau tidak kesepian jadinya,” komentar Budiman.<br />

”Ya,” sahut Tio sambil membelai orang utan itu lembut. ”Oh, ya! Ngomong-<br />

ngomong kau belum cerita bagaimana kau bisa sampai dikejar-kejar penebang itu.”<br />

104

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!