13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hutan liar di Kalimantan Timur. Betapa geramnya aku mengetahui hal buruk ini<br />

terjadi pada hutan di negeriku, apalagi hutan di Kalimantan adalah salah satu pusat<br />

kehidupan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan terbesar di dunia. Aku pun<br />

memutar haluanku, aku kemudian mengganti tujuanku, dari untuk hidup di dalam<br />

hutan menjadi untuk menyelamatkan hutan dari kepunahan.<br />

”Berbekal uang hasil panen di hutan Jawa Barat itulah, aku kemudian pergi ke<br />

Kalimantan, tepatnya di Kutai. Betapa takjubnya aku ketika pertama kali datang ke<br />

hutan ini, suasana kehidupan liar di hutan ini begitu mengagumkan. Hutan di sini<br />

lebih lebat dan misterius dari hutan-hutan di pulau Jawa. Oleh karena itulah aku<br />

memutuskan menetap di hutan ini untuk waktu yang lama sembari menghidupkan<br />

kembali daerah hutan yang mulai mengalami kerusakan.<br />

”Aku kemudian membangun sebuah rumah pohon di sini. Kamu lihat sendiri,<br />

kamu sedang berada di dalamnya.” Tio terlihat menunjuk ke setiap sudut ruangan itu.<br />

”Aku juga menanam ubi-ubian di halaman samping pohon ini, sebagai sumber<br />

penghasilan. Setiap satu bulan sekali aku membawa ubi-ubi yang telah dipanen ke<br />

desa terdekat untuk dijual, uangnya aku gunakan membeli beras. Maklum, di hutan<br />

mana bisa kamu menanam padi.”<br />

”Kau senang tinggal di sini?” tanya Budiman memotong cerita Tio.<br />

”Tentu, aku sangat senang bisa tinggal di dalam hutan ini. Inilah impianku<br />

selama ini. Tapi semuanya berubah kira-kira satu tahun yang lalu,” mimik wajah Tio<br />

berubah sedih.<br />

”Apa yang terjadi?”<br />

”Pagi itu, ketika aku tengah berkeliling hutan, aku melihat truk-truk dan alat<br />

berat memasuki hutan ini. Rupanya mereka datang untuk melakukan penebangan liar.<br />

Benar-benar kurang ajar!” sorot mata Tio berapi-api. ”Aku pun mulai menutup diri,<br />

agar jangan sampai orang-orang itu mengetahui keberadaanku di hutan ini. Aku<br />

kemudian membuat semak-semak yang kurancang sedemikian rupa sehingga tampak<br />

begitu lebat. Aku bahkan bersusah payah memindahkan pohon besar dan<br />

menanamnya kembali. Hal itu aku lakukan agar mereka tidak mengetahui rumah<br />

pohon dan ladang ubiku. Mereka pasti akan sangat marah bila mengetahui ada orang<br />

yang tinggal di dalam hutan yang mengamati kegiatan mereka.”<br />

102

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!