Nautika Kapal Penangkap Ikan_Jilid_2.pdf
Nautika Kapal Penangkap Ikan_Jilid_2.pdf Nautika Kapal Penangkap Ikan_Jilid_2.pdf
9. Lampu deck dinyalakan 10. Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding 11. Kedalaman laut disekitar kapal diukur 12. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan 9.2.1.4. Kebocoran / Tenggelam Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kulit pelat kapal kerena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam. Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan. Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain : 1. Bunyikan sirine bahaya (internal dan eksternal) 2. Siap-siap dalam keadaan darurat 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 4. Nakhoda diberi tahu 5. Kamar mesin diberi tahu 6. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada 7. Berkumpul di sekoci / rakit penolong (meninggalkan kapal) dengan dengarkan sirine tanda berkumpul untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda 8. Awak kapal berkumpul di deck sekoci (tempat yang sudah ditentukan dalam sijil darurat) 9.2.1.5. Orang Jatuh ke Laut Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan tidak mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia. Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut, bila seorang awak kapal melihat orang jatuh kelaut, maka tindakan yang 401
harus dilakukan adalah berteriak “Orang Jatuh ke Laut” dan segera melapor ke Mualim Jaga. Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain : 1. Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh 2. Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan balingbaling 3. Posisi dan letak pelampung diamati 4. Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan metode “ WILLIAMSON TURN “ 5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap terlihat 6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan 7. Regu penolong siap di sekoci 8. Nakhoda diberi tahu 9. Kamar mesin diberi tahu 10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot 11. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan 9.3. Menggunakan Alat Pemadam Kebakaran Kalau diperhatikan api yang besar itu sebenarnya berasal dari api yang kecil, kemudian karena tidak terkendalikan akan menjadi besar dan melalap apa saja yang ada disekitarnya. Untuk kepentingan atau kegiatan tertentu api yang kecil sengaja diperbesar seperti pada kegiatan pembakaran biji besi, pembakaran genteng/batu bara dan lain sebagainya. Jadi kebakaran itu adalah nyala api yang tidak dapat dikendalikan yang akan membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda. Mencegah bahaya kebakaran akan lebih baik dari pada mengatasi atau memadamkan kebakaran. Pada setiap kejadian kebakaran tindakan awal atau sedini mungkin adalah sangat menentukan, karena pada saat itu api masih kecil dan mudah dikendalikan. Tindakan awal ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan kegagalan fatal. Untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang memadai 402
- Page 155 and 156: 8.5. PENGISYARATAN DENGAN BENDERA 1
- Page 157 and 158: 352 sebagai tanda desimal itu bukan
- Page 159 and 160: 354 Pancangan kedua di puncak Panca
- Page 161 and 162: 8.9. ULAR - ULAR ANGKA 356 Gambar.
- Page 163 and 164: 8.10. PENGISYARATAN DENGAN CAHAYA 1
- Page 165 and 166: 360 i. “RPT” AB BS” = “Ulan
- Page 167 and 168: 8.10.1. PROSEDUR ISYARAT DENGAN CAH
- Page 169 and 170: 8.12. PROSEDURE - PROSEDURE RADIO T
- Page 171 and 172: 8.14. SEMBOYAN RADIO TELEGRAPHY 1.
- Page 173 and 174: CONTOH SEMBOYAN BAHAYA RADIO TELEPH
- Page 175 and 176: 370 c. Isyarat “AA AA AA” dst d
- Page 177 and 178: NO 372 8.17. PROSEDUR PENGISYARATAN
- Page 179 and 180: 8.19. PENGISYARATAN DENGAN BUNYI 1.
- Page 181 and 182: 2. Tabel-tabel fonetik Untuk pelafa
- Page 183 and 184: 378 a. Isyarat-isyarat untuk transm
- Page 185 and 186: 8.20. ISYARAT -ISYARAT SATU HURUF I
- Page 187 and 188: Z Dengan 4 angka GMT (2 angka yang
- Page 189 and 190: 384
- Page 191 and 192: Pada tahun 1889 atas inisiatif dan
- Page 193 and 194: 9.1.3. BAGIAN B 9.1.3.1. Seksi 1 SI
- Page 195 and 196: . Setiap perubahan haluan dan/atau
- Page 197 and 198: 392 iii. Jika kapal mendapat angin
- Page 199 and 200: c. Kapal tenaga yang bertindak dala
- Page 201 and 202: 396 ii. Lamanya waktu setiap cerlan
- Page 203 and 204: 9.2.1. Jenis-jenis Keadaan Darurat
- Page 205: 400 2. Regu-regu pemadam kebakaran
- Page 209 and 210: 9.3.2. Jenis dan Macam Alat Pemadam
- Page 211 and 212: 9.3.4.3. Bahan pemadam Gas CO2 - Ba
- Page 213 and 214: 9.3.6. Instalasi CO2 408 Gambar. 9.
- Page 215 and 216: 410 Gambar. 9.5. Botol Pemadam Keba
- Page 217 and 218: 9.3.6.1.4. Botol pemadam kebakaran
- Page 219 and 220: 414 Fireman’s outfit (perlengkapa
- Page 221 and 222: 416 4. Baju Penolong (life jacket)
- Page 223 and 224: . Alat penggantung Pada alat pengga
- Page 225 and 226: 4. Dua buah kapal, satu pada tiap-t
- Page 227 and 228: terikat dengan baik didalam sekoci
- Page 229 and 230: 9.4.2.1.5.5. Kapasitas sekoci penol
- Page 231 and 232: 426 Dimana : V = Volume sekoci dala
- Page 233 and 234: Sekurang-kurangnya setengah dari se
- Page 235 and 236: 8. Sistem endokrin 9. Sistem reprod
- Page 237 and 238: . Otot Sepan Lintang Kerjanya dibaw
- Page 239 and 240: 9.5.6. Sistim Pencernaan Pencernaan
- Page 241 and 242: 9.5.8. Keracunan Semua zat dapat be
- Page 243 and 244: 438 2. Cara NIELSEN a. Korban dalam
- Page 245 and 246: 440 - dalam perjalanan 5. Bagian di
- Page 247 and 248: 442 4. Membalut Mata Macam-macam ca
- Page 249 and 250: 444 5. Membalut tumit dan pergelang
- Page 251 and 252: 446 3. FUNDA VERTISIS ( Menutup dan
- Page 253 and 254: 448 Gambar. 9.21.a. Membalut dengan
- Page 255 and 256: 450
harus dilakukan adalah berteriak “Orang Jatuh ke Laut” dan segera<br />
melapor ke Mualim Jaga.<br />
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan<br />
antara lain :<br />
1. Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung<br />
dan asap sedekat orang yang jatuh<br />
2. Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan balingbaling<br />
3. Posisi dan letak pelampung diamati<br />
4. Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak<br />
cukup disarankan menggunakan metode “ WILLIAMSON TURN “<br />
5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap<br />
terlihat<br />
6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan<br />
7. Regu penolong siap di sekoci<br />
8. Nakhoda diberi tahu<br />
9. Kamar mesin diberi tahu<br />
10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot<br />
11. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada<br />
perubahan<br />
9.3. Menggunakan Alat Pemadam Kebakaran<br />
Kalau diperhatikan api yang besar itu sebenarnya berasal dari api yang<br />
kecil, kemudian karena tidak terkendalikan akan menjadi besar dan<br />
melalap apa saja yang ada disekitarnya. Untuk kepentingan atau kegiatan<br />
tertentu api yang kecil sengaja diperbesar seperti pada kegiatan<br />
pembakaran biji besi, pembakaran genteng/batu bara dan lain<br />
sebagainya.<br />
Jadi kebakaran itu adalah nyala api yang tidak dapat dikendalikan yang<br />
akan membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda.<br />
Mencegah bahaya kebakaran akan lebih baik dari pada mengatasi atau<br />
memadamkan kebakaran. Pada setiap kejadian kebakaran tindakan awal<br />
atau sedini mungkin adalah sangat menentukan, karena pada saat itu api<br />
masih kecil dan mudah dikendalikan.<br />
Tindakan awal ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena<br />
keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan kegagalan<br />
fatal. Untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat diperlukan<br />
pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan<br />
bahaya kebakaran yang memadai<br />
402