teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk
teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk
Ketika mulut sudah terbuka dan batang (7) berayun ke atas, benang lusi (8) menjadi tegang dan benang lusi (9) kendor, seperti terlihat pada gambar. Ketika sisir (10) mengetek, pakan (11) yang ditempatkan pada bagian rendah daerah anyam. Pengalaman pabrik memperlihatkan bahwa penggunaan batang silangan berayun telah mampu meningkatkan kerapatan benang 15% sampai 20% dengan tenaga pengetekan yang sama. 8.10.1.2 Pengontrol Putus Lusi Pengontrol Lusi putus dipasang didepan atan kadang-kadang dibelakang batang silangan. Peralatan ini tidak hanya memeriksa keajegan benang Gambar 8.20 Ayunan Batang Silangan 465 lusi, tetapi juga untuk menyeimbangkan tegangan benang lusi yang beraneka dan juga ikut mempengaruhi pembentukan mulut lusi yang bersih. Hal ini juga menyebabkan putus benang pada mesin tenun yang dilengkapi dengan pengontrol lusi putus, jumlah lusi putusnya berkurang, bila dibandingkan tanpa peralatan tersebut. Ada aturan tertentu untuk menentukan susunan Drop Wire (Kawat Penjatuh) yang dicucuki sehelai benang lusi. Drop Wire tengah harus lebih jauh jaraknya dari penyangga bar, agar kawat penjatuh jatuhnya lebih mudah khususnya pada bagian pinggir. Disatu pihak, sangat tidak diinginkan khususnya untuk mesin tenun yang sangat lebar, bahwa saat jatuhnya kawat penjatuh sesuai
466 dengan saat penyisipan pakan pada kamran yang naik, karena akan menyebabkan kawat penjatuh berayun. Bagaimanapun ayunan kawat penjatuh dapat diterima, karena membantu membebaskan debu dari peralatan tersebut. Pada umumnya lima baris kawat penjatuh (Drop Wire) pada mesin dengan empat sampai enam kamran, karena harus memberi kelonggaran pada distribusi benang lusi pada kawat penjatuh dan kamran. Prinsip ini tidak berlaku untuk pinggir kain, yang rol penjatuhnya dipasang pada baris pertama dan terakhir yang lebih dekat agar tidak mudah putus. Kawat penjatuh dipasang dengan cara berbeda-beda. Untuk lusi sutra dan filamen, garpu kawat penjatuh terendah dipasang pada bar pemandu dan untuk benang elastis dipasang diantara bar pemandu. 8.10.1.3 Temple Peralatan ini terdiri dari susunan cincin yang bagian luarnya terdapat susunan jarum-jarum yang terpasang tetap. Selama pembentukan kain, pinggir kain cenderung membengkok karena mengkeret pakan. Ring Temple ini digunakan untuk mengontrol pinggir kain agar lebar kain selalu terjaga sesuai dengan konstruksi kain yang diinginkan. Temple dirancang untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk kainkain rumah tangga yang berat dan dari sutra halus dan kain payung serta beberapa kain wol dan linen menggunakan temple. Macam-macam Temple Ada bermacam-macam tipe Temple, yaitu : - Roller Temple (Rol Temple) - Ring Temple (Cincin Temple) - Clamp Temple (Klem Temple) a) Roller Temple Tipe ini paling banyak digunakan (lihat gambar 8.3). Rol dapat berputar dan dipasang pada poros tetap I kain T lewat disekeliling rol dan dipegang teguh oleh penutup 3. Penutup dan poros dipasang pada suatu penyangga 4. Bagian depan penutup disetel pada jarak 2 mm – 4 mm darai posisi sisir waktu mengetek.
- Page 161 and 162: - Pengering dengan ruang pengering
- Page 163 and 164: mempunyai diameter yang tidak terla
- Page 165 and 166: Dropper, mata gun gan sisir tenun.
- Page 167 and 168: 7.6.2.1 Bagian peralatan Mesin Cucu
- Page 169 and 170: 2. Pisau cucuk (Denting Hook) Pisau
- Page 171 and 172: Sisir Mesin Tenun Konvensional H E1
- Page 173 and 174: 7.6.2.3 Persiapan sebelum proses pe
- Page 175 and 176: Gambar 7.107 Bagian-bagian Peralata
- Page 178 and 179: BAB VIII PROSES PEMBUATAN KAIN TENU
- Page 180 and 181: mengembangkan mesin tenun dan mempr
- Page 182 and 183: a. Mesin tenun harus dirancang deng
- Page 184 and 185: helai benang yang satu dengan benan
- Page 186 and 187: digunakan untuk membuat anyaman sed
- Page 188 and 189: peluncuran pembukaan mulut lusi dan
- Page 190 and 191: water jet. Pada mesin ini sistem mu
- Page 192 and 193: 8.4.3 Rangka Mesin Rangka mesin har
- Page 194 and 195: 8.5.1.2 Penggerak dengan Kopling Ag
- Page 196 and 197: jet plat melintang (4), membuka rah
- Page 198 and 199: magnit listrik banyak dipakai pada
- Page 200 and 201: ebas dari putaran penggerak kopling
- Page 202 and 203: Rem Beam Lusi Otomatis Benang lasi
- Page 204 and 205: diawali oleh gerakan tuas (gambar 8
- Page 206 and 207: 8.7 Beam Lusi Selama tiga dekade be
- Page 208 and 209: 8.8.2. Penyetelan Gandar Belakang G
- Page 210 and 211: penarikan yang terus menerus disete
- Page 214 and 215: Temple dipasang pada suatu bar luru
- Page 216 and 217: • Sistem Satu Pawl Gerakan penyua
- Page 218 and 219: Pada mesin tenun moderen suatu puta
- Page 220 and 221: membuat kamran bekerja secara langs
- Page 222 and 223: 2. Mekanisme penyeleksian, yang men
- Page 224 and 225: sama dengan permukaan silinder (14)
- Page 226 and 227: F. Comber Board Pada gambar 8.31, d
- Page 228 and 229: 8.13.2. Klasifikasi Mesin Jacquard
- Page 230 and 231: Tegangan benang lusi normal dibatas
- Page 232 and 233: Pada gambar 8.37 diperlihatkan komb
- Page 234 and 235: Gambar 8.39 Hubungan Kartu, Jarum,
- Page 236 and 237: mendorong jarum kemudian hook (1),(
- Page 238 and 239: Gambar 8.43 Mekanisme Gerakan Jacqu
- Page 240 and 241: Gambar 8.45 Mekanisme Pengetekan Li
- Page 242 and 243: 8.14.3 Mekanisme roda gigi Mekanism
- Page 244 and 245: Karena teropong bergerak dengan kec
- Page 246 and 247: Susunan mekanisme pukulan (gambar 8
- Page 248 and 249: Tahap-tahap peluncuran pakan adalah
- Page 250 and 251: 8.16.3 Pemeliharaan Mesin Tenun Ter
- Page 252: PENUTUP Buku ini diharapkan dapat m
- Page 255 and 256: 14. Soji Muramatsu. Jacquard Weavin
- Page 257 and 258: Gambar 5.10 Urutan Proses Pembuatan
- Page 259 and 260: Gambar 5.83 Pasangan-pasangan Rol p
- Page 261 and 262: Gambar 5.161 Batang Penggeser......
Ketika mulut sudah terbuka <strong>dan</strong><br />
batang (7) berayun ke atas,<br />
<strong>benang</strong> lusi (8) menjadi tegang<br />
<strong>dan</strong> <strong>benang</strong> lusi (9) kendor,<br />
seperti terlihat pada gambar.<br />
Ketika sisir (10) mengetek,<br />
pakan (11) yang ditempatkan<br />
pada bagian rendah daerah<br />
anyam.<br />
Pengalaman pabrik<br />
memperlihatkan bahwa<br />
penggunaan batang silangan<br />
berayun telah mampu<br />
meningkatkan kerapatan<br />
<strong>benang</strong> 15% sampai 20%<br />
dengan tenaga pengetekan<br />
yang sama.<br />
8.10.1.2 Pengontrol<br />
Putus<br />
Lusi<br />
Pengontrol Lusi putus dipasang<br />
didepan atan ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g<br />
dibelakang batang silangan.<br />
Peralatan ini tidak hanya<br />
memeriksa keajegan <strong>benang</strong><br />
Gambar 8.20<br />
Ayunan Batang Silangan<br />
465<br />
lusi, tetapi juga untuk<br />
menyeimbangkan tegangan<br />
<strong>benang</strong> lusi yang beraneka <strong>dan</strong><br />
juga ikut mempengaruhi<br />
pembentukan mulut lusi yang<br />
bersih. Hal ini juga<br />
menyebabkan putus <strong>benang</strong><br />
pada mesin tenun yang<br />
dilengkapi dengan pengontrol<br />
lusi putus, jumlah lusi putusnya<br />
berkurang, bila dibandingkan<br />
tanpa peralatan tersebut.<br />
Ada aturan tertentu untuk<br />
menentukan susunan Drop Wire<br />
(Kawat Penjatuh) yang dicucuki<br />
sehelai <strong>benang</strong> lusi. Drop Wire<br />
tengah harus lebih jauh<br />
jaraknya dari penyangga bar,<br />
agar kawat penjatuh jatuhnya<br />
lebih mudah khususnya pada<br />
bagian pinggir. Disatu pihak,<br />
sangat tidak diinginkan<br />
khususnya untuk mesin tenun<br />
yang sangat lebar, bahwa saat<br />
jatuhnya kawat penjatuh sesuai