teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk
teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk teknik pembuatan benang dan pembuatan kain jilid 2 smk
jet plat melintang (4), membuka rahang yang dihubungkan dengan tuas (4a) apabila ditarik • Rem Ban Rem ban memberi efek pengereman yang jauh lebih besar sehingga banyak digunakan pada mesin tenun. Untuk menjamin pemisahan yang sempurna ban rem (2) dari keliling drum (1) pada waktu rem dilepas, rem dilengkapi dengan penutup (3) dan beberapa skrup (4), sehingga Gambar 8.8 Rem Mesin Tenun 449 oleh bar (5) dengan tenaga magnit listrik. ban dalam posisi bebas dari drum (gambar 8.8B) • Rem konis Suatu contoh rem konis dapat dilihat pada gambar 8.8, yang biasanya melengkapi mesin mesin gripper projektil. Suatu kekurangan rem cakram satu sisi dan rem konis adalah daya rem terhadap poros. Dipihak lain pelat rem biasanya
450 dirancang agar tekanan rem terjadi pada pelat tetap dan tidak ada dorongan pada poros pada saat berputar. Hal ini dapat diatasi dengan rem magnit listrik yang digunakan pada mesin tenun otomatis UTAS (gambar 8.9) pelat tetap 16 dipasang pada alur drum yang dipasang pada kurung siku (breaket) 19. Gambar 8.9 Kopling Magnit Listrik dan Pengereman 8.5.4 Pengontrol Penggerakan Pada mesin tenun tipe lama penggerak dengan kupling biasanya dikontrol secara mekanis sedangkan pada tipe baru digunakan sistem kontrol magnit listrik. • Kontrol Penggerak Mekanis Oleh karena secara komparatif sistem ini lebih ruwet dan banya liku-likunya dan karena jarak yang jauh antara tuas penggerak dengan poros kupling, hal ini akan menimbulkan masalah kompleks, biasanya komponennya dirancang yang memiliki ruang khusus. Selain itu tenaga yang diperlukan juga lebih besar. kontrol penggerak magnit listrik mengacu pada keruwetan dan ongkos yang tinggi pada sistem mekanis, kontrol penggerak
- Page 145 and 146: 11. Pipa pembagi larutan (Size Divi
- Page 147 and 148: Gambar 7.75 Penganjian dengan Mesin
- Page 149 and 150: Keterangan : 1. Mixing Cistern 2. C
- Page 151 and 152: setinggi 10 cm, perhatikan keluarny
- Page 153 and 154: viskositas larutan yang stabil. −
- Page 155 and 156: Gambar 7.82 Penempatan Bum dan Arah
- Page 157 and 158: agian penganjian dibedakan menurut
- Page 159 and 160: sehingga dapat bercampur dengan lar
- Page 161 and 162: - Pengering dengan ruang pengering
- Page 163 and 164: mempunyai diameter yang tidak terla
- Page 165 and 166: Dropper, mata gun gan sisir tenun.
- Page 167 and 168: 7.6.2.1 Bagian peralatan Mesin Cucu
- Page 169 and 170: 2. Pisau cucuk (Denting Hook) Pisau
- Page 171 and 172: Sisir Mesin Tenun Konvensional H E1
- Page 173 and 174: 7.6.2.3 Persiapan sebelum proses pe
- Page 175 and 176: Gambar 7.107 Bagian-bagian Peralata
- Page 178 and 179: BAB VIII PROSES PEMBUATAN KAIN TENU
- Page 180 and 181: mengembangkan mesin tenun dan mempr
- Page 182 and 183: a. Mesin tenun harus dirancang deng
- Page 184 and 185: helai benang yang satu dengan benan
- Page 186 and 187: digunakan untuk membuat anyaman sed
- Page 188 and 189: peluncuran pembukaan mulut lusi dan
- Page 190 and 191: water jet. Pada mesin ini sistem mu
- Page 192 and 193: 8.4.3 Rangka Mesin Rangka mesin har
- Page 194 and 195: 8.5.1.2 Penggerak dengan Kopling Ag
- Page 198 and 199: magnit listrik banyak dipakai pada
- Page 200 and 201: ebas dari putaran penggerak kopling
- Page 202 and 203: Rem Beam Lusi Otomatis Benang lasi
- Page 204 and 205: diawali oleh gerakan tuas (gambar 8
- Page 206 and 207: 8.7 Beam Lusi Selama tiga dekade be
- Page 208 and 209: 8.8.2. Penyetelan Gandar Belakang G
- Page 210 and 211: penarikan yang terus menerus disete
- Page 212 and 213: Ketika mulut sudah terbuka dan bata
- Page 214 and 215: Temple dipasang pada suatu bar luru
- Page 216 and 217: • Sistem Satu Pawl Gerakan penyua
- Page 218 and 219: Pada mesin tenun moderen suatu puta
- Page 220 and 221: membuat kamran bekerja secara langs
- Page 222 and 223: 2. Mekanisme penyeleksian, yang men
- Page 224 and 225: sama dengan permukaan silinder (14)
- Page 226 and 227: F. Comber Board Pada gambar 8.31, d
- Page 228 and 229: 8.13.2. Klasifikasi Mesin Jacquard
- Page 230 and 231: Tegangan benang lusi normal dibatas
- Page 232 and 233: Pada gambar 8.37 diperlihatkan komb
- Page 234 and 235: Gambar 8.39 Hubungan Kartu, Jarum,
- Page 236 and 237: mendorong jarum kemudian hook (1),(
- Page 238 and 239: Gambar 8.43 Mekanisme Gerakan Jacqu
- Page 240 and 241: Gambar 8.45 Mekanisme Pengetekan Li
- Page 242 and 243: 8.14.3 Mekanisme roda gigi Mekanism
- Page 244 and 245: Karena teropong bergerak dengan kec
jet plat melintang (4), membuka<br />
rahang yang dihubungkan<br />
dengan tuas (4a) apabila ditarik<br />
• Rem Ban<br />
Rem ban memberi efek<br />
pengereman yang jauh lebih<br />
besar sehingga banyak<br />
digunakan pada mesin tenun.<br />
Untuk menjamin pemisahan<br />
yang sempurna ban rem (2) dari<br />
keliling drum (1) pada waktu<br />
rem dilepas, rem dilengkapi<br />
dengan penutup (3) <strong>dan</strong><br />
beberapa skrup (4), sehingga<br />
Gambar 8.8<br />
Rem Mesin Tenun<br />
449<br />
oleh bar (5) dengan tenaga<br />
magnit listrik.<br />
ban dalam posisi bebas dari<br />
drum (gambar 8.8B)<br />
• Rem konis<br />
Suatu contoh rem konis dapat<br />
dilihat pada gambar 8.8, yang<br />
biasanya melengkapi mesin<br />
mesin gripper projektil. Suatu<br />
kekurangan rem cakram satu<br />
sisi <strong>dan</strong> rem konis adalah daya<br />
rem terhadap poros. Dipihak<br />
lain pelat rem biasanya