Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf

Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf

bos.fkip.uns.ac.id
from bos.fkip.uns.ac.id More from this publisher
02.07.2013 Views

Dengan menambahkan zat-zat penggelembung seperti NaOH, terjadi penggelembungan serat. Bila konsentrasi NaOH ini cukup pekat yaitu 13% pada suhu 20 0 C bagian kristalin mulai menggelembung dan terjadi perubahan kisi-kisi kristal menjadi Selulosa II yang permanen (kisi-kristal selulosa alam I = selulosa). Dalam teori, selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi, hanya mempunyai daya serap dan reaktifitas yang lebih besar daripada asalnya. Tetapi dalam praktek mungkin terjadi pula degradasi, terutama bila berhubungan dengan udara dan terjadi oksiselulosa. Analisa-analisa kerusakan serat selulosa Untuk menilai kerusakan selulosa tidak dapat dilakukan hanya satu macam pengujian saja, tetapi harus beberapa macam pengujian. Di bawah ini dibicarakan secara singkat mengenai analisa dari pengujian tersebut. 1. Pengujian untuk penggelembungan selulosa − Seng khlorida – yodium − Bilangan barium (Barium aktivity number) − Perhitungan dekonvulasi (Deconvulution Count) − Pencelupan dengan zat warna tertentu 2. Pengujian untuk pemutusan rantai molekul − Fluiditas dalam kumproamonium 3. Uji gugus aldehida − Larutan fehling − Bilangan tembaga 4. Uji gugus karboksilat − Uji biru turnbull − Penyerapan metilena blue − Metode kalsium asetat − Kelarutan dalam natrium hidroksida − Alkalinitas dari abu selulosa − Penentuan α, β, γ selulosa 5. Pengujian untuk kerusakan kutikula − Uji merah Kongo (Congo red) − The Extrusion-test − Penodaan merah rutenin 7.4.2. Kerusakan Serat Wol Kerusakan serat wol lebih kompleks daripada selulosa. Seperti telah diketahui wol mempunyai jembatan sistina, jembatan garam dan rantai polipeptida. Wol dapat diserang oleh alkali, oksidator, khlor, reduktor, hama dan jamur. Kerusakan dapat terjadi pada sifat elastik, sistina, jembatan garam dan rantai polipeptida. 113

Kerusakan pada sifat elastik Alkali menyebabkan wol larut, gas khlor merubah wol menjadi membran yang elastik dan sangat mulur yang larut perlahan-lahan dalam air. Kehilangan sifat elastik membawa konsekuensi : − Bahan menjadi lebih mudah diserang asam dan lebih mudah dicelup − Sisik-sisik melekat satu sama lain dan mudah hilang karena gesekan sehinga merugikan sifat pemakaian wol. Kerusakan pada sistina (jembatan disulfida) Ada tiga macam reaksi sistina yaitu : 1. Reaksi oksidasi RCH2S – S – CH2R’ → R – CH2SO – S – SCH2R’ → RCH2SO2 – SCH2R’ → RCH2SO – SOCH2R’ → RCH2SO – SOCH2R’ → RCH2SO2 SO2CH2R’ disulfoksida disulfon Disulfoksida masih dapat bereaksi dengan timbal asetat membentuk Pbs yang berwarna coklat tua. Sedangkan tingkat terakhir dari oksidasi (RSO2 SO2R) tidak dapat bereaksi. Reaksi ini terjadi pada oksidasi dengan H2O2. 2. Reaksi hidrolisa HOH R – CH2 – S – S – CH2 – R’ RCH2SH + R’CH2SOH R’CH2SOH H2S → H2SO4 R’CHO → R’COOH Hasil akhir R’CH2SOH larut dalam alkali sehingga kerusakan karena alkali bertambah tinggi. H2S yang terjadi dapat bereaksi dengan timbal-asetat membentuk PbS. Reaksi ini terjadi karena hidrolisa oleh uap air atau air mendidih atau oleh alkali. Kerusakan oleh sinar matahari merupakan campuran oksidasi dan hidrolisa. 3. Reaksi reduksi Na2SO3 RCH2SSCH2R’ RCH2SNa + ’RCH 2SSO3Na Reaksi terjadi selama pengerjaan dengan natrium sulfit atau bisulfit. 114

Dengan menambahkan zat-zat penggelembung seperti NaOH, terjadi<br />

penggelembungan serat. Bila konsentrasi NaOH ini cukup pekat yaitu 13%<br />

pada suhu 20 0 C bagian kristalin mulai menggelembung <strong>dan</strong> terjadi perubahan<br />

kisi-kisi kristal menjadi Selulosa II yang permanen (kisi-kristal selulosa alam I =<br />

selulosa).<br />

Dalam teori, selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi,<br />

hanya mempunyai daya serap <strong>dan</strong> reaktifitas yang lebih besar daripada<br />

asalnya. Tetapi dalam praktek mungkin terjadi pula degradasi, terutama bila<br />

berhubungan dengan udara <strong>dan</strong> terjadi oksiselulosa.<br />

Analisa-analisa kerusakan serat selulosa<br />

Untuk menilai kerusakan selulosa tidak dapat dilakukan hanya satu macam<br />

pengujian saja, tetapi harus beberapa macam pengujian. Di bawah ini<br />

dibicarakan secara singkat mengenai analisa dari pengujian tersebut.<br />

1. Pengujian untuk penggelembungan selulosa<br />

− Seng khlorida – yodium<br />

− Bilangan barium (Barium aktivity number)<br />

− Perhitungan dekonvulasi (Deconvulution Count)<br />

− <strong>Pencelupan</strong> dengan zat warna tertentu<br />

2. Pengujian untuk pemutusan rantai molekul<br />

− Fluiditas dalam kumproamonium<br />

3. Uji gugus aldehida<br />

− Larutan fehling<br />

− Bilangan tembaga<br />

4. Uji gugus karboksilat<br />

− Uji biru turnbull<br />

− Penyerapan metilena blue<br />

− Metode kalsium asetat<br />

− Kelarutan dalam natrium hidroksida<br />

− Alkalinitas dari abu selulosa<br />

− Penentuan α, β, γ selulosa<br />

5. Pengujian untuk kerusakan kutikula<br />

− Uji merah Kongo (Congo red)<br />

− The Extrusion-test<br />

− Penodaan merah rutenin<br />

7.4.2. Kerusakan Serat Wol<br />

Kerusakan serat wol lebih kompleks daripada selulosa. Seperti telah diketahui<br />

wol mempunyai jembatan sistina, jembatan garam <strong>dan</strong> rantai polipeptida. Wol<br />

dapat diserang oleh alkali, oksidator, khlor, reduktor, hama <strong>dan</strong> jamur.<br />

Kerusakan dapat terjadi pada sifat elastik, sistina, jembatan garam <strong>dan</strong> rantai<br />

polipeptida.<br />

113

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!