Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf
Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 1.pdf
serat poliakrilat pemasakannya menggunakan larutan detergen 1% pada suhu 80 0 C selama 1 jam, sedangkan untuk serat asetat rayon menggunakan larutan detergen 1 – 1,5 ml/l dan amonia 1,5 ml/l suhu < 70 0 C selama 30 menit. Pemakaian alkali lain sebaiknya dihindarkan karena dapat terjadi hidrolisa dari seratnya sehingga menimbulkan kerusakan. 5.3.6 Pemasakan Serat Campuran Untuk mendapatkan mutu bahan tekstil yang optimal, pada saat sekarang banyak kita jumpai bahan/kain yang dibuat dari dua jenis serat atau lebih, misalnya benang lusi dan pakan berbeda jenis seratnya atau lusi dan pakannya dibuat dari campuran serat yang berbeda jenis. Pemasakan pada kain yang terdiri dari dua jenis serat atau lebih, harus dikerjakan dalam kondisi sedemikian rupa, sehingga hasil pemasakannya lebih baik dan tidak terjadi kerusakan pada serat-serat tersebut. Kain yang benang lusinya terdiri dari serat kapas dan pakannya terdiri dari rayon viskosa harus dimasak dengan kondisi sedemikian, sehingga hasil pemasakan untuk kapasnya baik dan tidak terjadi kerusakan yang berlebih pada rayon viskosanya. Pemasakan pada kain semacam ini dilakukan dengan mengurangi pemakaian soda kostik, menurunkan suhu dan memperpendek pemasakan serta menambahkan zat pembantu yang dapat mempercepat/memperbaiki hasil pemasakan, misalnya zat pembasah yang bersifat dispersi. Pemasakan pada kain yang dibuat dari campuran serat (blended) misalnya poliester kapas (TC) atau poliester rayon (TR) harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga hasil pemasakan serat kapas/rayonnya baik dan tidak terjadi kerusakan yang berlebih pada serat poliesternya. Pemasakan pada jenis kain ini dilakukan dengan mengurangi kadar soda kostik, karena serat poliester akan rusak oleh soda kostik, juga dengan penurunan suhu pengerjaan serta memperpendek waktu pemasakan dan penggunaan zat-zat yang dapat memperbaiki hasil pemasakan. 5.3.7 Pemeriksaan Larutan Pemasakan Pemeriksaan larutan pemasakan hanya dilakukan untuk proses pemasakan menggunakan mesin sistem kontinyu misalnya mesin J-Box/L-Box atau Vaporloc, karena untuk proses tidak kontinyu antara jumlah bahan dengan jumlah larutan sudah sekaligus dalam mesin semuanya, sedangkan untuk proses kontinyu jumlah mesin dan larutan yang diperlukan diberikan secara bertahap sesuai dengan kecepatan mesin, sehingga kadar larutan dalam saturator bisa berubah-ubah dan perlu dilakukan proses pemeriksaan agar kadar larutan selalu konstan. Pengecekan kadar larutan pemasakan dilakukan dengan cara titrasi sebagai berikut : 89
5.3.7.1 Zat yang Digunakan Zat yang digunakan adalah larutan pada saturator scouring, larutan HCl 0,1 N dan indicator PP. 5.3.7.2 Cara Titrasi Pertama mengambil 10 ml larutan saturator scouring dengan pipet ukur dan masukan ke dalam erlenmeyer, kemudian ke dalamnya tambahkan 3 tetes indikator PP sampai larutan menjadi merah muda, titrasi larutan tersebut dengan HCl 0,1 N menggunakan buret sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer dikocok-kocok sampai larutan berubah warna menjadi jernih dan catat volume HCl 0,1 N yang digunakan untuk titrasi. Untuk memudahkan dalam perhitungan kadar larutan dapat dilihat dengan tabel 4 - 2. Pengecekan kadar larutan dilakukan secara rutin setiap 30 menit sekali agar kadarnya sesuai dengan ketentuan, jika dari hasil titrasi kadarnya lebih tinggi dari ketentuan maka feeding kertas ke saturator dikurangi demikian juga sebaliknya. 5.3.8 Pemeriksaan Hasil Pemasakan Pemeriksaan hasil pemasakan dilakukan dengan melihat daya serap bahan hasil pemasakan dengan cara meneteskan air suling di atas bahan hasil pemasakan dalam keadaan kering dengan menghitung waktu serapnya, jika waktu yang diperlukan < 5 detik maka hasil pemasakan dikatakan baik, dan jika lebih dari waktu tersebut maka pemasakan kurang baik. Tabel 5 - 2 Hasil Titrasi Kadar Soda Kostik (NaOH) dalam Larutan Pemasak Volume HCl 0,1 N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 4,4 8,4 12,4 16,4 20,4 24,4 28,4 32,4 36,4 40,4 44,4 48,4 52,4 56,4 4,8 8,8 12,8 16,8 20,8 24,8 28,8 32,8 36,8 40,8 44,8 48,8 52,8 56,8 5,2 9,2 13,2 17,2 21,2 25,2 29,2 33,2 37,2 41,2 45,2 49,2 53,2 57,2 5,6 9,6 13,6 17,6 21,6 25,6 29,6 33,6 37,6 41,6 45,6 49,6 53,6 57,6 6 10 14 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58 6,4 10,4 14,4 18,4 22,4 26,4 30,4 34,4 38,4 42,4 46,4 50,4 54,4 58,4 6,8 10,8 14,8 18,8 22,8 26,8 30,8 34,8 38,8 42,8 46,8 50,8 54,8 58,8 7,2 11,2 15,2 19,2 23,2 27,2 31,2 35,2 39,2 43,2 47,2 51,2 55,2 59,2 7,6 11,6 15,6 19,6 23,6 27,6 31,6 35,6 39,6 43,6 47,6 51,6 55,6 59,6 90
- Page 83 and 84: Semua zat warna golongan ini akan r
- Page 85 and 86: Tabel 2- 4 Uji Kelunturan Zat denga
- Page 87 and 88: Jenis zat warna naftol ini adalah z
- Page 89 and 90: - Zat warna pigmen Adanya zat warna
- Page 91 and 92: Lapisan eter dipisahkan dalam tabun
- Page 93 and 94: BAB III PERSIAPAN PROSES PENCELUPAN
- Page 95 and 96: 3.1.2. Penumpukkan Kain (Pile Up) S
- Page 97 and 98: 3.2. Penyambungan Kain (Sewing) Sew
- Page 99 and 100: Keterangan gambar : 1. Benar (Pingg
- Page 101 and 102: 4. Perawatan dan pemeliharaan mesin
- Page 103 and 104: BAB IV PERSIAPAN PROSES PENCELUPAN
- Page 105 and 106: 4.2. Sewing Sewing adalah proses me
- Page 107 and 108: 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Page 109 and 110: Keterangan Gambar 3 - 4 : 1. Body m
- Page 111 and 112: 3. Pemasakan (Scouring) Berbeda den
- Page 113 and 114: Keterangan : 1. Rol pengantar 2. Pl
- Page 115 and 116: didapatkan tegangan kain yang sesua
- Page 117 and 118: menyebabkan rol pendingin panas, un
- Page 119 and 120: 1. Persiapan kain Tumpukan kain pad
- Page 121 and 122: Cara perendaman ini tidak banyak di
- Page 123 and 124: Enzyma Mout diastase aktifitasnya s
- Page 125 and 126: NO. 1 2 3 4 5 WARNA YANG TIMBUL Bir
- Page 127 and 128: (RCOO)2 Ca + HCl Ca Cl2 + 2RCOOH sa
- Page 129 and 130: Skema Proses Pemasakan Kapas Dengan
- Page 131 and 132: Gambar 5 - 17 Mesin Kier Ketel Gamb
- Page 133: 5.3.4 Pemasakan Serat Protein 5.3.4
- Page 137 and 138: − Natrium perborat (NaBO3) − Ka
- Page 139 and 140: Setelah penetralan, larutan bersifa
- Page 141 and 142: 2) Pengaruh suhu Suhu juga mempenga
- Page 143 and 144: Na2SO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + S
- Page 145 and 146: Dengan proses pengasaman sisa-sisa
- Page 147 and 148: timbul gas khlor, maka proses anti
- Page 149 and 150: 3. Pengelantangan serat poliester N
- Page 151 and 152: A A B C D E E F G Gambar 7 - 1 Skem
- Page 153 and 154: digunakan adalah stabilisator C yan
- Page 155 and 156: Kain dipad dalam larutan leucophor
- Page 157 and 158: molekul dan memberikan hasil jenis
- Page 159 and 160: Kerusakan pada sifat elastik Alkali
- Page 161 and 162: 3. Pengujian kerusakan jembatan gar
- Page 164 and 165: DAFTAR PUSTAKA Lubis, Arifin, S.Tek
5.3.7.1 Zat yang Digunakan<br />
Zat yang digunakan adalah larutan pada saturator scouring, larutan HCl 0,1 N<br />
<strong>dan</strong> indicator PP.<br />
5.3.7.2 Cara Titrasi<br />
Pertama mengambil 10 ml larutan saturator scouring dengan pipet ukur <strong>dan</strong><br />
masukan ke dalam erlenmeyer, kemudian ke dalamnya tambahkan 3 tetes<br />
indikator PP sampai larutan menjadi merah muda, titrasi larutan tersebut<br />
dengan HCl 0,1 N menggunakan buret sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer<br />
dikocok-kocok sampai larutan berubah warna menjadi jernih <strong>dan</strong> catat volume<br />
HCl 0,1 N yang digunakan untuk titrasi. Untuk memudahkan dalam perhitungan<br />
kadar larutan dapat dilihat dengan tabel 4 - 2.<br />
Pengecekan kadar larutan dilakukan secara rutin setiap 30 menit sekali agar<br />
kadarnya sesuai dengan ketentuan, jika dari hasil titrasi kadarnya lebih tinggi<br />
dari ketentuan maka feeding kertas ke saturator dikurangi demikian juga<br />
sebaliknya.<br />
5.3.8 Pemeriksaan Hasil Pemasakan<br />
Pemeriksaan hasil pemasakan dilakukan dengan melihat daya serap bahan<br />
hasil pemasakan dengan cara meneteskan air suling di atas bahan hasil<br />
pemasakan dalam keadaan kering dengan menghitung waktu serapnya, jika<br />
waktu yang diperlukan < 5 detik maka hasil pemasakan dikatakan baik, <strong>dan</strong> jika<br />
lebih dari waktu tersebut maka pemasakan kurang baik.<br />
Tabel 5 - 2<br />
Hasil Titrasi Kadar Soda Kostik (NaOH) dalam Larutan Pemasak<br />
Volume<br />
HCl 0,1 N<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5<br />
6<br />
7<br />
8<br />
9<br />
10<br />
11<br />
12<br />
13<br />
14<br />
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9<br />
4<br />
8<br />
12<br />
16<br />
20<br />
24<br />
28<br />
32<br />
36<br />
40<br />
44<br />
48<br />
52<br />
56<br />
4,4<br />
8,4<br />
12,4<br />
16,4<br />
20,4<br />
24,4<br />
28,4<br />
32,4<br />
36,4<br />
40,4<br />
44,4<br />
48,4<br />
52,4<br />
56,4<br />
4,8<br />
8,8<br />
12,8<br />
16,8<br />
20,8<br />
24,8<br />
28,8<br />
32,8<br />
36,8<br />
40,8<br />
44,8<br />
48,8<br />
52,8<br />
56,8<br />
5,2<br />
9,2<br />
13,2<br />
17,2<br />
21,2<br />
25,2<br />
29,2<br />
33,2<br />
37,2<br />
41,2<br />
45,2<br />
49,2<br />
53,2<br />
57,2<br />
5,6<br />
9,6<br />
13,6<br />
17,6<br />
21,6<br />
25,6<br />
29,6<br />
33,6<br />
37,6<br />
41,6<br />
45,6<br />
49,6<br />
53,6<br />
57,6<br />
6<br />
10<br />
14<br />
18<br />
22<br />
26<br />
30<br />
34<br />
38<br />
42<br />
46<br />
50<br />
54<br />
58<br />
6,4<br />
10,4<br />
14,4<br />
18,4<br />
22,4<br />
26,4<br />
30,4<br />
34,4<br />
38,4<br />
42,4<br />
46,4<br />
50,4<br />
54,4<br />
58,4<br />
6,8<br />
10,8<br />
14,8<br />
18,8<br />
22,8<br />
26,8<br />
30,8<br />
34,8<br />
38,8<br />
42,8<br />
46,8<br />
50,8<br />
54,8<br />
58,8<br />
7,2<br />
11,2<br />
15,2<br />
19,2<br />
23,2<br />
27,2<br />
31,2<br />
35,2<br />
39,2<br />
43,2<br />
47,2<br />
51,2<br />
55,2<br />
59,2<br />
7,6<br />
11,6<br />
15,6<br />
19,6<br />
23,6<br />
27,6<br />
31,6<br />
35,6<br />
39,6<br />
43,6<br />
47,6<br />
51,6<br />
55,6<br />
59,6<br />
90