02.07.2013 Views

bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik

bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik

bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Supari Muslim, dkk.<br />

TEKNIK<br />

PEMBANGKIT<br />

TENAGA LISTRIK<br />

JILID 3<br />

SMK<br />

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan<br />

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah<br />

Departemen Pendidikan Nasional


Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional<br />

Dilindungi Undang-undang<br />

TEKNIK<br />

PEMBANGKIT<br />

TENAGA LISTRIK<br />

JILID 3<br />

Untuk SMK<br />

Penulis : Supari Muslim<br />

Joko<br />

Puput Wanarti R<br />

Perancang Kulit : TIM<br />

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm<br />

MUS MUSLIM, Supari<br />

t Teknik Pembangkit Tenaga Listrik Jilid 1 <strong>untuk</strong> SMK /oleh<br />

Supari Muslim, Fahmi PoernJoko, Puput Wanarti R ---- Jakarta :<br />

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat<br />

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,<br />

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.<br />

vii, 580 hlm<br />

Daftar Pustaka : Lampiran. A<br />

Daftar Istilah : Lampiran. B dst<br />

ISBN : 978-979-060-097-3<br />

ISBN : 978-979-060-100-0<br />

Diterbitkan oleh<br />

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan<br />

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah<br />

Departemen Pendidikan Nasional<br />

Tahun 2008


KATA SAMBUTAN<br />

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat<br />

dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat<br />

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal<br />

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen<br />

Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan<br />

buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta<br />

buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku<br />

pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.<br />

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan<br />

Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran <strong>untuk</strong><br />

SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan <strong>untuk</strong><br />

digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri<br />

Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus<br />

2008.<br />

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya<br />

kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak<br />

cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional <strong>untuk</strong><br />

digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.<br />

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada<br />

Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),<br />

digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh<br />

masyarakat. Namun <strong>untuk</strong> penggandaan yang bersifat komersial<br />

harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan<br />

oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan<br />

akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para<br />

pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun<br />

sekolah Indonesia yang berada di luar negeri <strong>untuk</strong> mengakses<br />

dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.<br />

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.<br />

Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan<br />

semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami<br />

menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.<br />

Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.<br />

Jakarta, 17 Agustus 2008<br />

Direktur Pembinaan SMK


KATA PENGANTAR<br />

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha<br />

Kuasa, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan buku dengan<br />

judul: Teknik Pembangkitan Tenaga Listrik ini dapat kami selesaikan<br />

sesuai dengan jadwal waktu yang diberikan.<br />

Buku Teknik Pembangkitan Tenaga Listrik ini terdiri dari 13 Bab, yaitu:<br />

Bab I : Pendahuluan, berisi tentang pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>,<br />

jenis-jenis pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, instalasi pada pusat pembangkit<br />

<strong>listrik</strong>, masalah utama dalam pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, sistem<br />

interkoneksi, proses penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, dan mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />

dan diuraikan juga mengenai pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />

Bab II : Instalasi <strong>listrik</strong> pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, berisi tentang<br />

instalasi pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, jenis peralatan, prinsip kerja,<br />

pemeliharaan dan perbaikannya, termasuk di dalamnya berisi<br />

keselamatan kerja, latihan dan tugas.<br />

Bab III : Masalah operasi pada pusat-pusat <strong>listrik</strong>, berisi tentang cara<br />

pengoperasian dan pemeliharaannya pada pusat-pusat <strong>listrik</strong>, dan<br />

keselamatan kerja.<br />

Bab IV : Pembangkit dalam sistem interkoneksi, berisi tentang<br />

operasionalisasi dan pemeliharaan pada sistem interkoneksi, latihan dan<br />

tugas.<br />

Bab V : Manajemen pembangkitan, berisi tentang: manajemen biaya<br />

operasi, manajemen pemeliharaan, suku cadang, laporan pemeliharaan,<br />

dan laporan kerusakan, latihan dan tugas.<br />

Bab VI : Gangguan, pemeliharaan dan perbaikan mesin <strong>listrik</strong>, berisi<br />

tentang gangguan, pemeliharaan, dan perbaikan mesin <strong>listrik</strong>. Materi<br />

yang disajikan berbasis kondisi riil dilapangan dan didalamnya juga<br />

berisi format-format yang berlaku di perusahaan, latihan dan tugas.<br />

BAB VII : Pemeliharaan sumber arus searah, berisi tentang: pemakaian<br />

baterai akumulator dalam pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dan pemeliharaannya,<br />

gangguan-gangguan dan pemeliharaan mesin <strong>listrik</strong> generator arus<br />

searah, latihan dan tugas.<br />

Bab VIII : Sistem pemeliharaan pada pembangkit <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> air,<br />

berisi tentang kegiatan pemeliharaan generator dan governor,<br />

pemeliharaan transformator, alat pengaman, pemeliharaan accu,<br />

keselamatan kerja, latihan dan tugas.<br />

Bab IX: Standart operational procedure (SOP), berisi tentang beberapa<br />

SOP pada PLTU, pengoperasian, pemeliharaan pusat pembangkit,<br />

SOP genset, pemeliharaan genset, latihan dan tugas.<br />

Bab X: Transformator <strong>tenaga</strong>, switchgear, pengaman relay (proteksi),<br />

sistem excitacy, unit AVR, dan pemeliharaannya serta latihan dan tugas.<br />

iii


Bab XI: Crane dan elevator/lift, berisi tentang: tentang jenis motor yang<br />

digunakan, sistem pengereman, sistem kontrol, sistem instalasi dan<br />

rumus-rumus yang berkaitan dengan crane dan lift. Selain itu juga berisi<br />

tentang cara pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />

Bab XII: Telekomunikasi <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, berisi tentang<br />

klasifikasi <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, komunikasi<br />

dengan kawat, komunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong>, rangkaian<br />

transmisi, komunikasi radio, komunikasi gelombang mikro,<br />

pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />

Bab XIII Alat-alat ukur, berisi tentang prinsip kerja, cara penggunaan<br />

dan pemakaian, cara pemeliharaan alat ukur pada sistem <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

serta latihan dan tugas.<br />

Selain ke tiga belas <strong>bab</strong> di atas, pada lampiran juga dibahas tentang<br />

undang-undang keselamatan kerja dan penaggulangan kebakaran yang<br />

terkait dengan pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />

Kesemua isi dalam ke tiga belas <strong>bab</strong> mencerminkan secara lebih<br />

lengkap <strong>untuk</strong> mencapai kompetensi program keahlian pembangkitan<br />

<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, walaupun tidak setiap sub kompetensi diuraikan sendirisendiri<br />

tetapi juga saling berkaitan, tetapi isi buku materi telah<br />

membahas: Dasar Dasar Ke<strong>listrik</strong>an dan Elektronika, Memelihara<br />

Instalasi Listrik Unit, Memelihara Peralatan Elektronik, Memelihara DC<br />

Power, Memelihara Peralatan Komunikasi, Memelihara Gen-set,<br />

Memelihara Crane, Memelihara Generator, Memelihara Transformator,<br />

Memelihara Proteksi, Memelihara Kontrol Instrumen, dan Memelihara<br />

Switchgear dan implementasinya.<br />

Susunan buku dari awal sampai akhir secara lengkap, seperti yang<br />

tercantum dalam daftar isi.<br />

Susunan Bab tersebut di atas disusun berdasarkan Kurikulum 2004<br />

beserta kompetensinya, sehingga dengan merujuk kepada referensi<br />

yang digunakan, serta Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP),<br />

buku Teknik Pembangkit Tenaga Listrik berujud seperti keadaannya<br />

sekarang.<br />

Buku dapat disusun atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam<br />

kesempatan yang berharga ini kami sampaikan banyak terima kasih dan<br />

penghargaan, termasuk ucapan terimakasih disampaikan kepada<br />

saudara Indra Wiguna dan Gigih Adjie Biyantoro yang teah banyak<br />

membantu.<br />

Disadari bahwa isi maupun susunan buku ini masih ada kekurangan.<br />

Bagi pihak-pihak yang ingin menyampaikan saran dan kritik akan kami<br />

terima dengan senang hati dan ucapan terima kasih.<br />

iv Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penulis


DAFTAR ISI<br />

Halaman<br />

SAMBUTAN DIREKTORAT PSMK Iii<br />

KATA PENGANTAR V<br />

DAFTAR ISI vii<br />

BAB I. PENDAHULUAN 1<br />

A. Pembangkitan Tenaga Listrik 1<br />

B.<br />

Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik<br />

C. Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik 14<br />

D. Masalah Utama dalam Pembangkitan Tenaga Listrik 16<br />

E. Sistem Interkoneksi 20<br />

F. Proses Penyaluran Tenaga Listrik 21<br />

G. Mutu Tenaga Listrik 23<br />

H. Latihan 24<br />

I. Tugas 24<br />

BAB II. INSTALASI LISTRIK PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK 25<br />

A. Instalasi <strong>listrik</strong> Generator sinkron 3 phasa 25<br />

B. Rel (Busbar) 43<br />

C. Saluran Kabel antara Generator sinkon 3 phasa dan Rel 48<br />

D. Jenis-jenis Sakelar Tenaga 49<br />

E. Mekanisme Pemutus Tenaga (Switchgear) 72<br />

F. Instalasi Pemakaian Sendiri 75<br />

G. Baterai Aki 78<br />

H. Transformator 81<br />

I. Pembumian Bagian-Bagian Instalasi 104<br />

J. Sistem Excitacy 105<br />

K. Sistem Pengukuran 108<br />

L. Sistem Proteksi 109<br />

M. Perlindungan Terhadap Petir 113<br />

N. Proteksi Rel (Busbar) 116<br />

O. Instalasi Penerangan bagian vital 117<br />

P. Instalasi Telekomunikasi 118<br />

Q. Arus Hubung Singkat 122<br />

R. Pengawatan Bagian Sekunder 123<br />

S. Cara Pemeliharaan 126<br />

T. Perkembangan Isolasi Kabel 129<br />

U. Generator Asinkron 133<br />

V. Latihan 144<br />

W. Tugas 144<br />

BAB III MASALAH OPERASI PADA PUSAT-PUSAT LISTRIK 145<br />

10<br />

Daftar Isi vii


A. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) 145<br />

B. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) 160<br />

C. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) 180<br />

D. Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 184<br />

E. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 189<br />

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 198<br />

G. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 206<br />

H. Unit Pembangkit Khusus 209<br />

I. Pembangkit Listrik Non Konvensional 211<br />

J. Bahan Bakar 213<br />

K. Turbin Cross Flow 224<br />

L. Perlindungan Katodik (Cathodic Protection) 225<br />

M. Pemadam Kebakaran 228<br />

N. Beberapa Spesifikasi Bahan Bakar 230<br />

O. Latihan 234<br />

P. Tugas 234<br />

BAB IV PEMBANGKITAN DALAM SISTEM INTERKONEKSI 235<br />

A. Sistem Interkoneksi dan Sistem yang Terisolir 235<br />

C. Koordinasi Pemeliharaan 242<br />

D. Faktor-faktor dalam Pembangkitan 244<br />

E. Neraca Energi 246<br />

F. Keandalan Pembangkit 248<br />

G. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja 249<br />

H. Prosedur Pembebasan Tegangan dan Pemindahan 252<br />

Beban<br />

I. Konfigurasi Jaringan 259<br />

J. Otomatisasi 261<br />

K. Kendala-Kendala Operasi 262<br />

L. Latihan 264<br />

M Tugas 264<br />

BAB V MANAJEMEN PEMBANGKITAN<br />

265<br />

A. Manajemen Operasi 265<br />

B. Manajemen Pemeliharaan 267<br />

C. Suku Cadang 271<br />

D. Laporan Pemeliharaan 272<br />

E. Laporan Kerusakan 273<br />

F. Latihan 280<br />

G. Tugas 280<br />

BAB VI GANGGUAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN<br />

MESIN-MESIN LISTRIK<br />

A. Gangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan Generator<br />

Sinkron<br />

B. Gangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan pada Motor<br />

Sinkron<br />

viii Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

281<br />

281<br />

284


C. Gangguan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Motor Asinkron 287<br />

DPemeriksaan Motor Listrik 293<br />

EGangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan pada Motor 299<br />

Induksi 1 phasa<br />

FMembelit Kembali Motor Induksi 3 Phasa 307<br />

GLatihan 345<br />

HTugas 345<br />

BAB VII PEMELIHARAAN SUMBER ARUS SEARAH<br />

A. Pemakaian Baterai Akumulator dalam Pusat Pembangkit<br />

Tenaga Listrik<br />

B. Ganguan-gangguan dan pemeliharaan Mesin Listrik<br />

Generator Arus Searah<br />

347<br />

347<br />

F. Normal Stop Untuk Electrical Control Board 421<br />

G. Shut Down Unit (Operator BTB) 422<br />

H. Shut Down 424<br />

BAB X TRANSFORMATOR DAYA, SWITCHGEAR, RELAY<br />

PROTECTION, EXCITACY DAN SYSTEM CONTROL<br />

451<br />

A. Tansformator Tenaga 451<br />

B. Switchgear 467<br />

C. Relay Proteksi 478<br />

364<br />

C. Latihan 390<br />

D. Tugas 390<br />

BAB VIIII SISTEM PEMELIHARAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK<br />

TENAGA AIR (PLTA)<br />

391<br />

A. Kegiatan Pemeliharaan Generator dan Governor Unit I 393<br />

B. Kegiatan Pemeliharaan Transformator I (6/70 kV) 395<br />

C. Kegiatan Pemeliharaan Mingguan ACCU Battery 396<br />

D. Keselamatan Kerja 398<br />

E. Latihan 399<br />

F. Tugas 399<br />

BAB IX STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) 401<br />

A. Umum 401<br />

B. Prosedur Operasi Start Dingin PLTU Perak Unit III/IV 412<br />

C. BFP dan CWP C. Unit Start Up After 10 Hours Shut 415<br />

Down<br />

D. UNIT Start Up Very Hot Condition 417<br />

E. Prosedur Start Kembali Setelah Gangguan Padam 419<br />

Total<br />

I. Pengoperasian PadaTurning Gear 425<br />

J. Shut Down Unit (Operator Boiler Lokal) 426<br />

K. Pemeliharaan dan SOP Pada Pusat Pembangkit 426<br />

L. SOP Genset 437<br />

M. Latihan 449<br />

N. Tugas 450<br />

Daftar Isi ix


D. Sistem Excitacy 479<br />

E. Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) 483<br />

F. Pemeliharaan Sistem Kontrol 489<br />

G. Latihan 492<br />

H. Tugas 492<br />

BAB XI CRANE DAN ELEVATOR (LIFT) 493<br />

A. Crane<br />

B. Instalansi Lift/Elevator<br />

C. Pemeliharaan Crane dan Lift<br />

D. Latihan<br />

E. Tugas<br />

493<br />

513<br />

520<br />

523<br />

523<br />

BAB XII TELEKOMUNIKASI UNTUK INDUSTRI TENAGA LISTRIK 524<br />

A. Klasifikasi Telekomunikasi Untuk Industri Tenaga Listrik<br />

B. Komunikasi dengan Kawat<br />

C. Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga<br />

D. Rangkaian Transmisi<br />

E. Komunikasi Radio<br />

F. Komunikasi Gelombang Mikro<br />

G. Pemeliharaan Alat Komunikasi Pada Pusat Pembangkit<br />

Listrik<br />

524<br />

525<br />

526<br />

531<br />

534<br />

538<br />

541<br />

H. Latihan 542<br />

I. Tugas 542<br />

BAB XIII ALAT UKUR LISTRIK 544<br />

A. Amperemeter 544<br />

B. Pengukuran Tegangan Tinggi 548<br />

C. Pengukuran Daya Listrik 551<br />

D. Pengukuran Faktor Daya 554<br />

E. Pengukuran Frekuensi 559<br />

F. Alat Pengukur Energi Arus Bolak-Balik 563<br />

G. Alat-Alat Ukur Digital 567<br />

H. Megger 579<br />

I. Avometer 580<br />

J. Pemeliharaan Alat Ukur 580<br />

K. Latihan 582<br />

L. Tugas 582<br />

LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA<br />

LAMPIRAN B. DAFTAR ISTILAH<br />

LAMPIRAN C. DAFTAR TABEL<br />

LAMPIRAN D. DAFTAR GAMBAR<br />

LAMPIRAN E. DAFTAR RUMUS<br />

LAMPIRAN F. SOAL-SOAL<br />

LAMPIRAN 1. UU Keselamatan Kerja<br />

LAMPIRAN 2. Penanggulangan Kebakaran<br />

x Pembangkitan Tenaga Listrik


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

451<br />

BAB X<br />

Transformator Daya, Switchgear, Relay<br />

Protection, Excitacy dan Control System<br />

Transformator <strong>tenaga</strong> adalah suatu peralatan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang<br />

berfungsi <strong>untuk</strong> menyalurkan <strong>tenaga</strong>/daya <strong>listrik</strong> dari tegangan tinggi ke<br />

tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan)<br />

dengan frekuensi sama).<br />

Dalam operasi umumnya, transformator-transformator <strong>tenaga</strong> ditanahkan<br />

pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan <strong>untuk</strong> sistem pengamanan<br />

atau proteksi. Sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara<br />

langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan<br />

dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah<br />

diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah<br />

ditetapkan.<br />

A. Tansformator Tenaga<br />

1. Klasifikasi transformator<br />

<strong>tenaga</strong><br />

Transformator <strong>tenaga</strong> dapat di klasifikasikan menurut sistem<br />

pemasangan dan cara pendinginannya.<br />

1. Pemasangan<br />

Pemasangan dalam<br />

Pemasangan luar<br />

2. Pendinginan<br />

Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:<br />

1) Fungsi dan pemakaian<br />

Transformator mesin (<strong>untuk</strong> mesin-mesin <strong>listrik</strong>)<br />

Transformator Gardu Induk<br />

Transformator Distribusi<br />

2) Kapasitas dan Tegangan<br />

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas 1100 kV<br />

dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar X.1


452 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

(a) transformator 1100MVA (b) transformator 4500MVA<br />

(c ) Transformator 1000MVA<br />

Gambar X.1<br />

Contoh Transformator 3 Phasa dengan Tegangan Kerja di Atas<br />

1100 kV dan Daya di Atas 1000 MVA<br />

Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam operasi, transformator<br />

dapat dibagi menjadi: transformator besar, transformator sedang, dan<br />

transformator kecil.<br />

2. Cara kerja dan fungsi tiap-tiap bagian transformator<br />

Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi<br />

masing-masing<br />

a. Bagian utama<br />

1) Inti besi<br />

Inti besi berfungsi <strong>untuk</strong> mempermudah jalan fluksi, yang<br />

ditimbulkan oleh arus <strong>listrik</strong> yang melalui kumparan. Dibuat dari<br />

lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, <strong>untuk</strong><br />

mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh<br />

arus pusar atau eddy current.


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

453<br />

2) Kumparan transformator<br />

Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan<br />

kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun<br />

terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat<br />

seperti karton, pertinax dan lain-lain.<br />

Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan<br />

sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan<br />

tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul<br />

fluksi yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian<br />

sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada<br />

kumparan tersebut, sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat<br />

transformasi tegangan dan arus.<br />

3) Kumparan tertier<br />

Fungsi kumparan tertier diperlukan adalah <strong>untuk</strong> memperoleh<br />

tegangan tertier atau <strong>untuk</strong> kebutuhan lain. Untuk kedua<br />

keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta<br />

atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan juga <strong>untuk</strong><br />

penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone,<br />

kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua<br />

transformator daya mempunyai kumparan tertier.<br />

4) Minyak transformator<br />

Sebagian besar dari transformator <strong>tenaga</strong> memiliki kumparankumparan<br />

yang intinya direndam dalam minyak transformator,<br />

terutama pada transformator-transformator <strong>tenaga</strong> yang<br />

berkapasitas besar, karena minyak transformator mempunyai sifat<br />

sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi<br />

pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi)<br />

sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi dan<br />

minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:<br />

kekuatan isolasi tinggi<br />

penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga<br />

partikel-partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat<br />

viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan<br />

memiliki kemampuan pendinginan menjadi lebih baik<br />

titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat<br />

menimbulkan baha<br />

tidak merusak bahan isolasi padat<br />

sifat kimia yang stabil


454 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti<br />

tampak pada Tabel X.1 di bawah ini.<br />

Tabel X.1<br />

Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru<br />

No Sifat Minyak Isolasi Satuan<br />

Klas I/<br />

Klas II<br />

Metode Uji Tempat<br />

Uji<br />

1 Kejernihan - Jernih IEC 296 Di tempat<br />

Masa Jenis (20 o C) g/cm 3


Sifat<br />

No Minyak<br />

Isolasi<br />

1 Tegangan<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Tabel X.2<br />

Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru<br />

Tegangan<br />

Peralatan<br />

Batas yang<br />

diperbolehkan<br />

Metode<br />

Uji<br />

455<br />

Tempat Uji<br />

> 170 kV > 50 kV/2.5 IEC 156 Di tempat/<br />

tembus 70-170 kV mm ISO 760 Lab<br />

2 Kandungan < 70 kV > 30 kV/2,5 IEC 93 &<br />

Air > 170 kV mm IEC 250<br />

< 170 kV < 20 mg/L<br />

< 30mg/L<br />

(90 o Lab<br />

)<br />

3 Faktor All Voltage < 0,2 - 2,0 IEC 93&<br />

IEC 247<br />

Lab<br />

4 Dielektrik All Voltage G/mm IEC 93 & Ditempat/<br />

Tahanan<br />

Jenis<br />

IEC 247 Lab<br />

5 Angka<br />

Kenetralan<br />

All Voltage < 0,5mg/KOH IEC 296 Lab<br />

6 Sedimen Tidak terukur<br />

penurunan<br />

IEC 296 Lab<br />

7 Titik Nyala maximum<br />

15 o C<br />

IEC 296 Lab<br />

8 Tegangan<br />

Permukaan<br />

> 170kV >15 x103<br />

Nm -1<br />

Sedang Sedang<br />

dikerjakan dikerjakan<br />

IEC IEC<br />

9 Kandungan<br />

Sedang Sedang<br />

Gas<br />

dikerjakan dikerjakan<br />

IEC IEC<br />

6) Tangki dan konservator<br />

Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendan<br />

minyak transformator berada atau (ditempatkan) di dalam tangki.<br />

Untuk menampung pemuaian pada minyak transformator, pada<br />

tangki dilengkapi dengan sebuah konservator.<br />

Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:<br />

a) Jenis sirip (tank corrugated)<br />

Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang<br />

menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan<br />

otomatis, <strong>untuk</strong> membentuk badan tangki bersirip dengan siripnya


456 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat bernapas pada saat<br />

yang sama.<br />

Tutup dan dasar tangki terbuat dari plat baja bercanai panas yang<br />

kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip<br />

membentuk tangki corrugated ini. Umumnya transformator di<br />

bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.<br />

b) Jenis tangki Conventional Beradiator<br />

Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan tutup yang terbuat dari<br />

mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan dilas <strong>untuk</strong><br />

dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis<br />

panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel<br />

sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi dengan<br />

konservator dan digunakan <strong>untuk</strong> 25.000,00 kVA, yang<br />

ditunjukkan pada Gambar X.2.


Arester<br />

Radiator<br />

Keran Pengisi<br />

Minyak<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar 2<br />

Gambar X.2<br />

Transformator Tipe Conventional Beradiator<br />

(Sumber Trafindo, 2005)<br />

Bushing)<br />

Tangki<br />

Sensor<br />

Minyak<br />

Kipas Angin<br />

Keran pembuang<br />

minyak<br />

Sensor<br />

Tekanan Gas<br />

Sensor<br />

Suhu<br />

Tap Changer<br />

457<br />

c) Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined<br />

Tipe tangki ini sama dengan jenis conventional tetapi di atas<br />

permukaan minyak terdapat gas nitrogen <strong>untuk</strong> mencegah kontak<br />

antara minyak dengan udara luar


458 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

b. Peralatan Bantu<br />

a) Pendingin<br />

Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat<br />

rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut<br />

mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak<br />

isolasi transformator, maka <strong>untuk</strong> mengurangi adanya kenaikan<br />

suhu yang berlebihan tersebut pada transformator perlu juga<br />

dilengkapi dengan sistem pendingin yang bergungsi <strong>untuk</strong><br />

menyalurkan panas keluar transformator.<br />

Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa<br />

udara, gas, minyak dan air. Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat<br />

dengan cara:<br />

Alamiah (natural)<br />

Tekanan/paksaan (forced).<br />

b) Tap Changer (perubah tap)<br />

Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator <strong>untuk</strong><br />

mendapatkan tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan<br />

dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer<br />

dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau<br />

dalam keadaan tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya.<br />

c) Alat pernapasan<br />

Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator<br />

maupun suhu udara luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah<br />

mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan<br />

memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar<br />

dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak<br />

menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki.<br />

Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator.<br />

Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan<br />

dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus pada<br />

minyak transformator, maka <strong>untuk</strong> mencegah hal tersebut, pada<br />

ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal<br />

zat hygroscopis.<br />

d) Indikator<br />

Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu<br />

adanya indikator yang dipasang pada transformator. Indikator<br />

tersebut adalah sebagai berikut:<br />

indikator suhu minyak<br />

indikator permukaan minyak


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

indikator sistem pendingin<br />

indikator kedudukan tap, dan sebagainya.<br />

459<br />

c. Peralatan Proteksi<br />

a) Relai Bucholz<br />

Relai Bucholz adalah relai alat atau relai yang berfungsi<br />

mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan transformator<br />

yang menimbulkan gas.<br />

Timbulnya gas dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya<br />

adalah:<br />

Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa<br />

Hubung singkat antar phasa<br />

Hubung singkat antar phasa ke tanah<br />

Busur api <strong>listrik</strong> antar laminasi<br />

Busur api <strong>listrik</strong> karena kontak yang kurang baik.<br />

Pengaman tekanan lebih, alat ini berupa membran yang terbuat<br />

dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai<br />

pengaman tangki transformator terhadap kenaikan tekan gas yang<br />

timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu<br />

dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangi transformator.<br />

b) Relai tekanan lebih<br />

Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relai Bucholz. Fungsinya<br />

adalah mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator.<br />

Bedanya relai ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang<br />

tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT).<br />

c) Relai Diferensial<br />

Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di<br />

dalam transformator, antara lain adalah kejadian flash over antara<br />

kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau<br />

belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda<br />

kumparan.<br />

d) Relai Arus lebih<br />

Berfungsi mengamankan transformator arus yang melebihi dari<br />

arus yang diperkenankan lewat dari transformator tersbut dan<br />

arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan<br />

hubung singkat.


460 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

e) Relai tangki tanah<br />

Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong> mengamankan transfor-mator bila ada<br />

hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian<br />

yang tidak bertegangan pada transformator.<br />

f) Relai Hubung tanah<br />

Fungsi alat ini adalah <strong>untuk</strong> mengamankan transformator jika<br />

terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.<br />

g) Relai Termis<br />

Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong> mencegah/mengamankan transformator<br />

dari kerusakan isolasi pada kumparan, akibat adanya panas lebih<br />

yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam<br />

relai ini adalah kenaikan temperatur.<br />

3. Pengujian atau pemeliharaan transformator<br />

Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN’50-1982 dengan<br />

melalui tiga macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76<br />

(1976), yaitu:<br />

a. Pengujian Rutin<br />

Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap<br />

transformator, meliputi:<br />

• pengujian tahanan isolasi<br />

• pengujian tahanan kumparan<br />

• pengujian perbandingan belitan<br />

• pengujian vector group<br />

• pengujian rugi besi dan arus beban kosong<br />

• pengujian rugi tembaga dan impedansi<br />

• pengujian tegangan terapan (Withstand Test)<br />

• pengujian tegangan induksi (Induce Test).<br />

b. Pengujian Jenis<br />

Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah<br />

transformator yang mewakili transformator lainnya yang sejenis, <strong>untuk</strong><br />

menunjukkan bahwa semua transformator jenis ini memenuhi<br />

persyaratan yang belum diliput oleh pengujian rutin. Pengujian jenis terdiri<br />

dari pengujian:<br />

pengujian kenaikan suhu<br />

pengujian impedansi


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

461<br />

c. Pengujian khusus<br />

Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan jenis,<br />

dilaksanakan atas persetujuan pabrik denga pembeli dan hanya<br />

dilaksanakan terhadap satu atau lebih transformator dari sejumlah<br />

transformator yang dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian khusus<br />

meliputi :<br />

pengujian dielektrik<br />

pengujian impedansi urutan nol pada transformator tiga phasa<br />

pengujian hubung singkat<br />

pengujian harmonik pada arus beban kosong<br />

pengujian tingkat bunyi akuistik<br />

pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa<br />

minyak.<br />

d. Pengujian rutin<br />

Yang termasuk pengujian rutin adalah pengukuran tahanan isolasi.<br />

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan<br />

<strong>untuk</strong> mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, <strong>untuk</strong><br />

menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran<br />

dilakukan antara:<br />

• sisi HV-LV<br />

• sisi HV-Ground<br />

• sisi LV-Groud<br />

• X1/X2-X3/X4 (transformator 1 phasa)<br />

• X1-X2 dan X3-X4 ) transformator 1 phasa yang dilengkapi dengan<br />

circuit breaker.<br />

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang<br />

menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang<br />

lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan <strong>untuk</strong> kriteria kering<br />

tidaknya transformator, juga <strong>untuk</strong> mengetahui apakah ada bagian-bagian<br />

yang terhubung singkat.<br />

e. Pengukuran tahanan kumparan<br />

Pengukuran tahanan kumparan adalah <strong>untuk</strong> mengetahui berapa nilai<br />

tahanan <strong>listrik</strong> pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila<br />

kumparan tersebut dialiri arus.<br />

Nilai tahanan belitan dipakai <strong>untuk</strong> perhitungan rugi-rugi tembaga<br />

transformator. Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan<br />

adalah suhu belitan pada saat pengukuran yang diusahakan sama<br />

dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran<br />

kecil.


462 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Peralatan yang digunakan <strong>untuk</strong> pengukuran tahanan di atas 1 Ohm<br />

adalah Wheatstone Bridge, sedangkan <strong>untuk</strong> tahanan yang lebih kecil<br />

dari 1 ohm digunakan Precition Double Bridge.<br />

Pengukuran dilakukan pada setiap phasa transformator, yaitu antara<br />

terminal:<br />

1) Pengukuran pada terminal tegangan tinggi<br />

a) Pada transformator 3 phasa<br />

- phasa A - phasa B<br />

- phasa B - phasa C<br />

- phasa C - phasa A<br />

b) Transformator 1 phasa<br />

Terminal H1-H2 <strong>untuk</strong> transformator double bushing dan<br />

Terminal H dengan Ground <strong>untuk</strong> transformator single bushing<br />

dan pengukuran sisi tegangan rendah<br />

c) Pada transformator 3 phasa<br />

- phasa a - phasa b<br />

- phasa b - phasa c<br />

- phasa c - phasa a<br />

d) Transformator 1 phasa (terminal X1-X4 dengan X2-X3<br />

dihubung singkat).<br />

f. Pengukuran perbandingan belitan<br />

Pengukuran perbandingan belitan adalah <strong>untuk</strong> mengetahui<br />

perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan<br />

rendah pada setiap tapping, sehingga tegangan output yang dihasilkan<br />

oleh transformator sesuai dengan yang dikehendaki, toleransi yang<br />

diijinkan adalah:<br />

a. 0,5 % dari rasio tegangan atau<br />

b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal.<br />

Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling<br />

yaitu, setelah coil transformator diassembling dengan inti besi dan<br />

setelah tap changer terpasang, pengujian kedua ini bertujuan <strong>untuk</strong><br />

mengetahui apakah posisi tap transformator telah terpasang secara<br />

benar dan juga <strong>untuk</strong> pemeriksaan vector group transformator.<br />

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn<br />

Ratio Test (TTR), misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau<br />

Cat. No. 550100-47.<br />

g. Pemeriksaan vector group


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

463<br />

Pemeriksaan vector group bertujuan <strong>untuk</strong> mengetahui apakah polaritas<br />

terminal-terminal transformator positif atau negatif. Standar dari notasi<br />

yang dipakai adalah Additive dan Subtractive.<br />

h. Pengukuran rugi dan arus beban kosong<br />

Pengukuran dilakukan <strong>untuk</strong> mengetahui berapa daya yang hilang yang<br />

dise<strong>bab</strong>kan oleh rugi histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan<br />

besarnya arus yang ditimbulkan oleh kerugian tersebut. Pengukuran<br />

dilakukan dengan memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi<br />

dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. suhu acuan 75ºC.<br />

i. Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)<br />

Pengujian ini dimaksudkan <strong>untuk</strong> menguji kekuatan isolasi antara<br />

kumparan dan body tangki.<br />

Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai dengan<br />

standar uji dan dilakukan pada:<br />

sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang<br />

di ke tanahkan<br />

sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang<br />

di ke tanahkan<br />

waktu pengujian 60 detik<br />

j. Pengujian tegangan induksi<br />

Pengujian tegangan induksi bertujuan <strong>untuk</strong> mengetahui kekuatan isolasi<br />

antara layer dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara belitan<br />

transformator.<br />

Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan supply dua kali tegangan<br />

nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk<br />

mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka frekuensi yang<br />

digunakan harus dinaikkan sesuai denga kebutuhan. Lama pengujian<br />

tergantung pada besarnya frekuensi pengujian dan waktu pengujian<br />

maksimum adalah 60 detik.<br />

k. Pengujian kebocoran tangki<br />

Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen<br />

transformator sudah terpasang. Pengujian dilakukan <strong>untuk</strong> mengetahui<br />

kekuatan dan kondisi paking dan las transformator. Pengujian dilakukan<br />

dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) sebesar kurang lebih 5 psi<br />

dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan paking dengan<br />

memberikan cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan<br />

sekitar 3 jam apakah terjadi penurunan tekanan.


464 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

l. Pengujian jenis (Type Test)<br />

a) Pengujian kenaikan suhu<br />

Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan <strong>untuk</strong> mengetahui berapa<br />

kenaikan suhu oli dan kumparan transformator yang dise<strong>bab</strong>kan oleh<br />

rugi-rugi transformator apabila transformator dibebani. Pengujian ini<br />

juga bertujuan <strong>untuk</strong> melihat apakah penye<strong>bab</strong> panas transformator<br />

sudah cukup effisien atau belum.<br />

Pada transformator dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian<br />

kenaikan suhu dilakukan pada tappng tegangan terendah (arus<br />

tertinggi), pada transformator dengan tapping maksimum 5%<br />

pengujian dilakukan pada tapping nominal.<br />

Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh,<br />

pengujian dilakukan dengan memberikan arus transformator<br />

sedemikian hingga membangkitkan rugi-rugi transformator, yaitu rugi<br />

beban penuh dan rugi beban kosong.<br />

b) Pengujian tegangan impulse<br />

Pengujian impulse ini dimaksudkan <strong>untuk</strong> mengetahui kemampuan<br />

dielektrik dari sistem isolasi transformator terhadap tegangan surja<br />

petir.<br />

Pengujian impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih<br />

sesaat dengan bentuk gelombang tertentu. Bila transformator<br />

mengalami tegangan lebih, maka tegangan tersebut hampir<br />

didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :<br />

- antar lilitan transformator<br />

- antar layer transformator<br />

- antara coil dengan ground<br />

c) Pengujian tegangan tembus oli<br />

Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan mengetahui<br />

kemampuan dielektrik oli. Hal ini dilakukan karena selain berfungsi<br />

sebagai pendingin dari transformator, oli juga berfungsi sebagai<br />

isolasi.<br />

Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN<br />

49 - 1 : 1982, IEC 158 dan IEC 296 yaitu:<br />

> = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying<br />

> = 50 KV/2,5 mm setelah purifying<br />

Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk hipotronics type<br />

EP600CD.


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

465<br />

Cara pengujian adalah sebagai berikut:<br />

bersihkan tempat contoh oli dari kotoran dengan mencucinya<br />

dengan oli sampai bersih<br />

ambil contoh oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan<br />

contoh oli tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena udara<br />

luar karena oli ini sangat sensitive<br />

tempatkan contoh oli pada alat tetes<br />

nyalakan power alat tetes<br />

tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis<br />

sejauh mana kemampuan dielektrik oli tersebut. Setelah counter<br />

berhenti dan tombol reset menyala, tekan tombol reset <strong>untuk</strong><br />

mengembalikan ke posisi semula<br />

hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelah<br />

dilakukan 5 (lima) kali dengan selang waktu 2 menit.<br />

4. Pencampuran Minyak Transformator Shell Diala B dengan Univolt<br />

80<br />

Minyak transformator memiliki dua fungsi yang sangat signifikan, yaitu<br />

sebagai pendingin dan isolator. PLN sebagai perusahaan penyedia<br />

<strong>listrik</strong> nasional beserta LMK menetapkan bahwa minyak transformator<br />

standar yang digunakan di Indonesia adalah Shell Diala B. Tetapi<br />

pada praktiknya di lapangan masih ditemui penggunaan dan<br />

pencampuran minyak transformator antara merk Shell Diala B dengan<br />

Univolt 80. Pencampuran terjadi ketika minyak transformator di dalam<br />

transformator memiliki merk. Shel Diala B dan Oil additional oil hose<br />

memiliki merk Univolt 80.<br />

Proses pencampuran minyak transformator shell Diala B dengan<br />

Univolt 8.0 terjadi pada saat proses purifikasi. Berikut adalah langkahlangkah<br />

atau proses purifikasi minyak transformator:<br />

1. Pemasangan pipa-pipa penghubung antara transformator dengan<br />

mesin purifikasi<br />

2. Pengel udara dalam pipa<br />

3. Pembukaan inlet dan outlet valve<br />

4. Penambahan minyak transformator dari additional oil hose<br />

5. Filterisasi<br />

Pencampuran kedua jenis minyak ini dilakukan dengan mengacu hasil<br />

pengujian atau pemeriksaan terhadap sampel-sampel yang dilakukan<br />

di Laboratorium PLN. Untak mengetahui keandalan dari penggunaan<br />

minyak Shell Diala B, Univolt 80 dan campurannya dilakukan<br />

pengujian terhadap tujuh sampel dari minyak baru tersebut. Sifat yang<br />

diuji adalah berat jenis pada 20 derajat celcius, viskositas kinematik<br />

pada 20 derajat celcius, titik nyala, angka kenetralan, uji korosi


466 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

pengeringan tembaga, tegangan tembus dan ketahanan oksidasi<br />

(kadar kotoran). Pencampuran memiliki perbandingan, yaitu:<br />

Kode Contoh I Univolt 80 100%<br />

Kode Contoh II Univolt 80 80% Shell Diala B 20%<br />

Kode Contoh III Univolt 80 60% Shell Diala B 40%<br />

Kode Contoh IV Univolt 80 50% Shell Diala B 50%<br />

Kode Contoh V Univolt 80 40% Shell Diala B 60%<br />

Kode Contoh VI Univolt 80 20% Shell Diala B 80%<br />

Kode Contoh VII Shell Diala B 100%.<br />

Minyak Univolt 80, Shell Diala B dan campurannya memiliki sifat<br />

penyerapan terhadap udara luar yang relatif sama. Kedua jenis minyak ini<br />

memiliki sifat-sifat awal yang sesuai dengan spesifikasi minyak isolasi<br />

berdasarkan SPLN 49-1,1982. Dari viskositasnya tampak bahwa kedua<br />

jenis minyak transformator ini termasuk kelas satu. Berdasarkan hasil<br />

pengupan nampak bahwa sifat-sifat campuran kedua, minyak masih<br />

berada diantara sifat-sifat kedua minyak, ini berarti tidak ada pengaruh<br />

reaksi antara rninyak Shell Diala B dengan Univolt 80 yang dapat<br />

menye<strong>bab</strong>kan sifat-sifat bergeser dari sifat-sifat awalnya. Berdasarkan<br />

hasil uji viskositasnya, campuran minyak Shell Diala B dengan Univolt 80<br />

dalam berbagai perbandingan termasuk dalam kelas satu.<br />

5. Keselamatan Kerja<br />

Peraturan-peraturan dasar yang menyangkut semua peralatan <strong>listrik</strong><br />

berlaku pula <strong>untuk</strong> nsformator dengan berapa ciri khas. Bila mengadakan<br />

perbaikan dan pemeliharaan sebuah transformator yang perlu dan<br />

penting <strong>untuk</strong> diperhatikan adalah melepaskan transformator dari semua<br />

hubungan pada sisi primer maupun pada sisi sekunder. Maksud<br />

melepaskan sisi sekunder menjaga kemungkinan terjdinya suatu umpan<br />

balik setelah dilepaskan, alat pembukannya dikunci dalam posisi terbuka.<br />

Jika mempergunakan sekering kawat lebur ini perlu disimpan <strong>untuk</strong><br />

menjaga sengaja dipasang lagi oleh orang lain. Setelah dilepaskan,<br />

kumparan primer dan skunder dihubungkan dengan tanah <strong>untuk</strong><br />

menghilangkan kemungkinan masih adanya sisa, energi di dalam<br />

transformator. Pentanahan ini baru dilepaskan setelah semua pekerjaan<br />

selesai.<br />

Walaupun jaraknya lebih jauh, pentanahan bejana transformator diperiksa<br />

apakah berada dalam keadaan baik. Jika bejana akan dibuka karena<br />

diperlukan pemeriksaan didalamnya, harus dan perhatikan bahwa di<br />

dalam bejana tidak akan terdapat suatu tekanan. Hal ini dilakukan<br />

dengan bantuan sebuah katup yang terletak di atas cairan isolasi. Jika


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

467<br />

dipergunakan gas, mulai bejana transformator harus dikosongkan dan<br />

diisi dengan udara bersih.<br />

Perhatian yang khusus harus diberikan bila transformator<br />

mempergunakan bahan askarel sebagai cairan isolasi. Bahan askarel ini<br />

hendaknya jangan terkena kulit karena mempunyai efek, terutama pada<br />

mata, hidung dan bibir yang dapat menjadi serius. Transformator yang<br />

berisi askarel hendaknya juga jangan dibuka jika masih berada dalam<br />

keadaan pahas, karena uapnya racun. Jika tidak dapat dihindari <strong>untuk</strong><br />

membuka transformator dalam keadaan panas, agar hal itu dilakukan<br />

ditempat yang mempunyai ventilasi yang baik, dan personil perlu dihindari<br />

dari kena uapnya. Perlu merupakan suatu prosedur tetap bila seseorang<br />

memasuki sebuah bejana transformator, agar dijaga dan dibantu oleh<br />

seorang lain yang berada di luarnya.<br />

Perhatian agar alat-alat seperti obeng, tang dan lain sebagainya tidak<br />

tertinggal di dalam jika pekerjaan selesai. Sebaliknya disusun suatu<br />

daftar peralatan yang dipakai, dan yang tepat diperiksa, setelah<br />

pekerjaan selesai dan sebelum disambungkan pada sumber pada<br />

sumber <strong>listrik</strong>, perlu diperhatikan bahwa semua keadaan telah aman dan<br />

baik.<br />

B. Switchgear<br />

1. Vacuum Interrupter (VI)<br />

Beberapa peralatan pengaman pada system pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

antara lain adalah Vacuum Interrupter (VI), ditunjukkan pada Gambar X.2.<br />

Gambar X.2<br />

Contoh Vacuum Interrupter


468 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

2. Switchgear<br />

Macam-macam switchgear antara lain adalah Gas Insulated Switchgear<br />

(GIS) seperti ditunjukkan pada Gambar X.3 yang memiliki tegangan kerja<br />

550kV, 300kV, 84kV, dan 72,5kV; Gas Switchgear Combined (GSC) yang<br />

memiliki tegangan kerja 550kV, 300 kV, 245 kV, dan 72,5kV seperti<br />

ditunjukkan pada Gambar X.4.<br />

(a) Gas Insulated Switchgear (b) Gas Insulated Switchgear<br />

(GIS) 550kV (GIS) 300kV<br />

(c) Gas Insulated Switchgear (d) Gas Insulated Switchgear<br />

(GIS) 84kV (GIS) 72,5kV<br />

Gambar X.3<br />

Gas Insulated Switchgear (GIS)<br />

Gambar X. 4 (a)<br />

Gas Switchgear Combined (GSC) 550kV


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X. 4 (b)<br />

Gas Switchgear Combined (GSC) 300 kV<br />

Gambar X.4 (c)<br />

Gas Switchgear Combined (GSC) 245 kV<br />

Gambar X.4 (d)<br />

Gas Switchgear Combined (GSC) 72,5 kV<br />

469


470 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X.5 menunjukkan Gas Combined Swithgear (GCS) yang memiliki<br />

tegangan kerja 550kV, 4000A<br />

Gambar X.5<br />

Gas Combined Swithgear (GCS) 550kV, 4000A<br />

Gambar X. 6 menunjukkan C-GIS (Cubicle type Gas Insulated<br />

Switchgear)<br />

Gambar X.6<br />

(a) C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 72.5kV


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X.6<br />

(b) C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 24kV<br />

Gambar X.6 (c)<br />

C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 12kV<br />

Gambar X. 7<br />

Dry Air Insulated Switchgear 72.5<br />

471


472 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X.8<br />

VCB (Vacuum Circuit Breaker) Out Door 145kV<br />

Gambar X.9<br />

Reduced Gas Dead Tank Type VCB 72.5 kV<br />

Current: 1250 to 2000A<br />

Rated breaking current: up to 31.5kA<br />

Features<br />

no usage of SF6 gas<br />

no gas-liquefaction in any ambient temp.<br />

(liquefaction point: -180 deg C)<br />

longer life & Easier maintenance than GCB


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X.10<br />

Dry Air Insulated Dead Tank Type VCB 72.5kV<br />

current : up to 2000A<br />

rated breaking current : up to 31.5kA<br />

Features<br />

superb interrupting performance<br />

compact<br />

low pressure of SF6 insulation gas<br />

reduction of maintenance and installation costs<br />

optimal arrangement of major equipments (VCB, DS, ES BCT, VT and LA)<br />

reduction of installation spac 72.5kV<br />

Gambar X. 11<br />

VCS (Vacuum Combined Switchgear)<br />

473


474 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

voltage : 72.5kV .<br />

current : 630 to 3150A<br />

rated breaking current : up to 25kA/ 40kA<br />

Features<br />

high performance even in the worst case scenario, such as out-of-phase breaking<br />

high speed re-closing duty server circuit conditions switching capacitors<br />

reducted maintenance costs<br />

no fire hazard<br />

compact and light weight<br />

Gambar X. 12<br />

VCB (Vacuum Circuit Breaker) In Door unit<br />

voltage : 3.6kV to 36kV<br />

Gambar X.13<br />

VCB (Vacuum Circuit Breaker) Indoor Unit<br />

voltage 24 kV


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X.14<br />

Oil-Immersed Distribution Transformers<br />

voltage : 7.2kV to 36kV<br />

power : 750kVA to 3000kVA<br />

Gambar X.15<br />

SF6 Gas-Insulated Transformer<br />

475<br />

3. Gangguan-gangguan pada Pemutus (Pemutus Tenaga Rusak atau<br />

Meledak)<br />

Penye<strong>bab</strong> kerusakan pada pemutus <strong>tenaga</strong> antara lain adalah:<br />

a. Arus hubung singkat melewati kemampuan pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT)<br />

Langkah pencegahannya adalah mengganti PMT yang memiliki<br />

kemampuan memutus arus hubung singkat yang lebih besar dengan<br />

tingkat hubung singkat.<br />

b. Kegagalan pada sistem proteksinya<br />

Penye<strong>bab</strong> kegagalan pada sistem proteksi antara lain:<br />

1) Baterai accu tegangannya lemah<br />

2) Relay tidak bekerja dan atau terbakar<br />

3) Pengawatan pada bagian skunder <strong>untuk</strong> sistem proteksi<br />

hubung singkat<br />

4) Kerusakan pada kontak-kontak dalam PMT<br />

5) Mekanisme penggerak (motor <strong>listrik</strong>) pada PMT macet


476 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Langkah <strong>untuk</strong> mencegah kegagalan antara lain adalah pada sistem<br />

proteksi perlu dilakukan pengecekan secara menyeluruh dan secara<br />

periodik.<br />

Gambar X.16<br />

Cast Resin Transformer<br />

Gambar X. 17<br />

Sheet-Winding<br />

(standard; aluminum optional; copper)<br />

3-phase 50Hz 10,000kVA<br />

22/6.6kV


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar X. 18<br />

Gambar-Gambar Short Circuit Breaking Tests<br />

Gambar X.19<br />

Short-Time Withstand Current Test<br />

477


478 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

C. RELAI PROTEKSI<br />

Gambar X. 20<br />

Alternating Current Withstand Voltage Test<br />

Gambar X.21<br />

Internal Arc Test of Cubicle<br />

Relai adalah sebuah alat yang bekerja secara otomatis mengatur/<br />

memasukkan suatu rangkaian <strong>listrik</strong> (rangkaian trip atau alarm) akibat<br />

adanya perubahan rangkaian yang lain<br />

Relai proteksi adalah suatu relai <strong>listrik</strong> yang digunakan <strong>untuk</strong><br />

mengamankan peralatan peralatan <strong>listrik</strong> terhadap kondisi abnormal.


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

479<br />

Relai proteksi pembangkit adalah suatu relai proteksi yang digunakan<br />

<strong>untuk</strong> mengamankan peralatan peralatan <strong>listrik</strong> seperti generator,<br />

transformator utama, transformator bantu dan motor-motor <strong>listrik</strong><br />

pemakaian sendiri suatu pembangkit <strong>listrik</strong>.<br />

Yang dimaksud dengan perangkat sistem proteksi adalah:<br />

Relai, Circuit Breaker, Disconnecting Switch – PMT/PMB (Pemutus<br />

Tenaga dan Pemutus Beban), Trafo tegangan (PT/ Potential<br />

Transformer) dan Trafo arus (CT/Current Transformer), Battery dan<br />

Pengawatan.<br />

Fungsi dan peranan relai proteksi adalah mengamankan operasi<br />

peralatan pembangkit dari kecelakaan atau kerusakan yang fatal.<br />

D. Sistem Excitacy<br />

Gambar X.22<br />

Slide Shows<br />

Sistem excitacy adalah sistem mengalirnya pasokan <strong>listrik</strong> DC sebagai<br />

penguatan pada generator <strong>listrik</strong>, sehingga menghasilkan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

dan besar tegangan output bergantung pada besarnya arus excitacy.<br />

Sistem eksitasi pada generator <strong>listrik</strong> terdiri dari 2 macam, yaitu: (1)<br />

Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation) dan (2)<br />

Sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation).<br />

1. Sistem excitacy dengan sikat<br />

Sistem excitasi menggunakan sikat, sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> berasal dari<br />

sumber <strong>listrik</strong> yang berasal dari generator arus searah (DC) atau<br />

generator arus bolak balik (AC) yang disearahkan terlebih dahulu dengan<br />

menggunakan rectifier. Jka menggunakan sumber <strong>listrik</strong> <strong>listrik</strong> yang<br />

berasal dari generator AC atau menggunakan Permanent Magnet<br />

Generator (PMG) medan magnetnya adalah magnet permanent.


480 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Dalam lemari penyearah, tegangan <strong>listrik</strong> arus bolak balik diubah atau<br />

disearahkan menjadi tegangan arus searah <strong>untuk</strong> mengontrol kumparan<br />

medan exciter utama (main exciter).<br />

Untuk mengalirkan arus eksitasi dari main eksiter ke rotor generator<br />

menggunakan slip ring dan sikat arang, demikian juga penyaluran arus<br />

yang berasal dari pilot exciter ke main exciter.<br />

2. Sistem excitacy tanpa sikat (brushless excitation)<br />

Penggunaan sikat atau slip ring <strong>untuk</strong> menyalurkan arus excitasi ke rotor<br />

generator mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu<br />

dialirkan pada sikat arang relative kecil. Untuk mengatasi keterbatasan<br />

sikat arang, pada generator pembangkit menggunakan system eksitasi<br />

tanpa menggunakan sikat (brushless excitation), sebagai contoh, pada<br />

PLTU menggunakan tipe MEC-3200.<br />

Keuntungan system excitation tanpa menggunakan sikat (brushless<br />

excitation), antara lain adalah:<br />

1) Energi yang diperlukan <strong>untuk</strong> excitacy diperoleh dari poros utama<br />

(main shaft), sehingga keandalannya tinggi<br />

2) Biaya perawatan berkurang karena pada system excitacy tanpa sikat<br />

(brushless excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring<br />

3) Pada system excitacy tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi<br />

kerusakan isolasi karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat<br />

sikat arang<br />

4) Mengurangi kerusakan (trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere)<br />

se<strong>bab</strong> semua peralatan ditempatkan pada ruang tertutup<br />

5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga<br />

menngkatkan keandalan operasi dapat berlangsung kontinyu pada<br />

waktu yang lama<br />

6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator<br />

dan bus exciter atau kabel tidak diperlikan lagi<br />

7) Biaya pondasi berkurang, se<strong>bab</strong> aluran udara dan bus exciter atau<br />

kabel tidak memerlukan pondasi<br />

3. Bagian-bagian dari sistem excitacy tanpa sikat (brushless<br />

excitation) pada PLTU<br />

Secara garis besar sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)<br />

adalah sebagai berikut:<br />

a. Pilot exciter<br />

Pilot exciter merupakan bagian stator exciter, merupakan belitan jangkar.<br />

Fungsinya adalah sebagai bahan magnit karena ada arus yang mengalir


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

481<br />

pada kumparan tersebut dengan menggunakan PMG (permanent magnet<br />

generator) sebagai sumber tegangan utamanya.<br />

b. Rotating Rectifier<br />

Rotating rectifier merupakan rangkaian penyearah gelombang penuh tiga<br />

fasa dua arah kirim kembali. Setiap phasa mempunyai dua pasang<br />

rectifier sebagai jalan keluar masuknya arus. Jadi total semua rectifier<br />

<strong>untuk</strong> 3 phasa yang dipergunakan adalah 18 buah karena pada tiap-tiap<br />

phasa memiliki 6 buah kirim dan masuk Tegangan dari generator AC<br />

yang berfungsi sebagai Exciter disearahkan sebagai sumber Excitacy<br />

genartor utama. Rotating rectifier terletak pada poros utama.<br />

c. AC rectifier<br />

AC rectifier adalah bagian exciter yang berputar seporos dengan<br />

kumparan jangkar generator. Generator AC yang berfungsi sebagai AC<br />

exciter adalah generator sinkron.<br />

d. Permanen Magnet Generator (PMG)<br />

Permanen Magnet Generator (PMG) seporos dengan poros generator<br />

utama sehingga PMG dapat menghasilkan daya apabila generator<br />

berputar. PMG memiliki dua bagian utama, yaitu:<br />

1) Magnit permanen<br />

Merupakan bagian rotor dari PMG yang sejenis dengan generator utama<br />

yang terbuat dari besi yang memiliki sifat kemagnitan yang kuat atau<br />

sering disebut magnit permanent. Sifat kemagnitan ini akan<br />

membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) pada jangkar akibat induksi<br />

magnit dan daya yang dihasilkan sesuai dengan nilai kemagnitan yang<br />

dimiliki.<br />

2) Stator<br />

Stator merupakan again dari PMG yang tidak bergerak dan berfungsi<br />

membangkitkan tegangan AC dan tegangan tersebut dipakai <strong>untuk</strong><br />

beban.<br />

e. Field circuit breaker<br />

Breaker rangkaian medan (41E) dioperasikan oleh motor <strong>listrik</strong> yang<br />

dioperasikan secara manual. Breaker rangkaian medan harus pada<br />

kondisi tertutup (close) ketika generator mencapai kecepatan tinggi<br />

dengan nilai yang telah diseting. Tentunya penyetingan ini telah diatur<br />

oleh perusahaan. Kondisi terbuka terjadai pada saat turbin akan berhenti<br />

atau mati (triping), pada saat ini turbin beroperasi pada kecepatan rendah<br />

kondisi rangkaian breaker pada kondisi terbuka (open) karena generator


482 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

utama tidak berbeban dan tidak membutuhkan tegangan <strong>untuk</strong><br />

menghasilkan output.<br />

f. Voltage output<br />

Merupakan pengatur tegangan exscitacy. Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong><br />

mengatur atau menseting besarnya masukan pada AVR yang digunakan<br />

<strong>untuk</strong> mengatur besarnya tegangan generator AC. Alat ini menyerupai<br />

trafo step down dalam fungsinya <strong>untuk</strong> menurunkan tegangan dari 110<br />

volt menjadi tegangan 6 volt, 9V, 12V, 15V dan <strong>untuk</strong> nilai tegangan<br />

yang lainnya. Besarnya tegangan output pada rangkaian ini identik<br />

dengan besar tegangan output pada generator, sehingga yang dipilih<br />

tegangan 9 Volt.<br />

g. Voltage adjuster (90 R)<br />

Merupakan pengatur tegangan excitacy. Alat ini mengatur atau menyeting<br />

besarnya masukan pada AVR yang <strong>untuk</strong> menentukan besarnya<br />

tegangan induksi generator. Alat ini seperti halnya trafo step down<br />

dikarenakan alat ini menurunkan tegangan dari 110V menjadi 6V, 9V,<br />

12V, 13V, 15V, dan lain-lain. Yang tentunya alat ini berbentuk tep-tep<br />

<strong>untuk</strong> memilih besar tegangan outpunya.<br />

Besarnya tegangan output pada rangkaian ini identik dengan besar<br />

tegangan output pada generator, yang berarti tegangan tep dipilih 9 V<br />

maka tegangan output generator 13,5 KV seperti tegangan Generator<br />

pembangkit PLTU Perak saat ini. Apabila tegangan tepat diatas 9 V maka<br />

output generator akan bertambah besar, tentunya dengan putaran sama,<br />

yang berarti Voltage adjuster (90 R) merupakan alat <strong>untuk</strong> menseting<br />

besar tegangan output generator utama dan juga bila sebaliknya.<br />

h. Cross current compensator (CCC)<br />

Cross current compensator dioperasikan pararel pada generator, yaitu<br />

bila menggunakan dua generator atau lebih. Manfaat dari ini adalah <strong>untuk</strong><br />

menyeimbangkan tegangan induksi generator satu dengan yang lainnya.<br />

Sehingga output generator mempunyai tegangan yang sama <strong>untuk</strong><br />

memikul beban yang sama pula.<br />

i. Manual voltage regulator (70 E)<br />

Digunakan <strong>untuk</strong> pengaturan tegangan penguatan secara manual.<br />

Biasanya alat ini dioperasikan pada saat AVR belum bekerja secara<br />

maksimal akibat belum adanya sumber tegangan <strong>untuk</strong> bekerja secara<br />

optimal, yaitu pada saat pembangkit mulai running atau berhenti (triping),<br />

saat ini tegangan output PMG tidak dapat menyuplai tegangan yang<br />

dibutuhkan oleh AVR sehingga exsitacy pada generator harus<br />

dioperasikan secara manual.


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

483<br />

Untuk bekerja 70E ini dengan putar searah jarum jam atau berlawanan.<br />

Alat ini bilamana diputar searah jarum jam <strong>untuk</strong> menambah sumber<br />

tegangan excitacy dan sebaliknya diputar berlawanan bilamana <strong>untuk</strong><br />

mengurangi tegangan excitacy. Ini terdapat suatu indikator tegangan<br />

excitacy. Yang tentunya alat ini seperti regulator pada umumnya dengan<br />

cara mengubah jumlah kutub <strong>untuk</strong> mengubah besar tegangan.<br />

E. Unit AVR (Automatic Voltage Regulator)<br />

1. Sistem pengoperasian<br />

Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi <strong>untuk</strong> menjaga<br />

agar tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator<br />

akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak<br />

terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah<br />

dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.<br />

Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy)<br />

pada exciter.<br />

Apabila tegangan output generator di bawah tegangan nominal<br />

tegangan generator maka AVR akan memperbesar arus penguatan<br />

(excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output<br />

Generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan<br />

mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan<br />

demikian apabila terjadi perubahan tegangan output Generator akan<br />

dapat distabilkan. AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi<br />

dengan peralatan seperti alat yang digunakan <strong>untuk</strong> pembatasan<br />

penguat minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.<br />

AVR dioperasikan dengan mendapat satu daya dari permanen<br />

magnet generator (PMG) dengan tegangan 110V, 20A, 400Hz. Serta<br />

mendapat sensor dari potencial transformer (PT) dan current<br />

transformer (CT).<br />

Data-data automatic voltage regulator (AVR) pada unit III dan IV<br />

sebagai berikut :<br />

Model : Of Tyrystor Auxomatic Voltage Regulator System<br />

Tipe : VRG-PMH II.<br />

Regulation : Within ± 1 %.<br />

Input Voltage : AC 125 V 350 420 HZ.<br />

Output Voltage : DC 130 V.<br />

Output Current : DC 20A.


484 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

2. Bagian-bagian pada unit AVR<br />

a. Sensing circuit<br />

Tegangan tiga phasa generator diberikan pada sensing circuit<br />

melewati PT dan 90R terlebih dahulu, dan tegangan tiga phasa<br />

keluaran dari 90R diturunkan kemudian disearahkan dengan<br />

rangkaian dioda, dan diratakan oleh rangkaian kapasitor dan<br />

resistor dan tegangan ini dapat diatur dengan VR (Variable<br />

Resistan). Keuntungan dari sensing circuit adalah mempunyai<br />

respon yang cepat terhadap tegangan output generator.<br />

Output tegangan respon berbanding lurus dengan output tegangan<br />

Generator berbanding lurus seperti ditinjukkan pada Gambar X.23.<br />

Sensing<br />

voltage<br />

Output voltage of generator<br />

Gambar X.23<br />

Grafik hubungan sensing tegangan terhadap output of Generator<br />

b. Comparative amplifier<br />

Rangkaian comparative amplifier digunakan sebagai pembanding<br />

antara sensing circuit dengan set voltage. Besar sensing voltage<br />

dengan set voltage tidak mempunyai nilai yang sama sehingga<br />

selisih/rentang besar tegangan tersebut. Selisih tegangan disebut<br />

dengan error voltage. Ini akan dihilangkan dengan cara<br />

memasang VR (variable resistance) pada set voltage dan sensing<br />

voltage.<br />

c. Amplifier circuit<br />

Aliran arus dari D11, D12, dan R34 adalah rangkaian penguat<br />

utama atau penguatan tingkat terendah. Keluaran dari<br />

comparative amplifier dan keluaran dari over excitation limiter<br />

(OEL) adalah tegangan negative dan dari tegangan negatif<br />

kemudian pada masukan OP201. Ketika over excitation limiter<br />

(OEL) atau minimum excitation limiter (MEL) tidak operasi maka<br />

keluaran dari comparative amplifier dikuatkan oleh OP201 dan


Comparative<br />

Amplyfier<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

485<br />

OP301 masukan dari OP301 dijumlahkan dengan keluaran dari<br />

dumping circuit. OP401 adalah Amplifier <strong>untuk</strong> balance meter<br />

hubungan antara tegangan masuk dan tegangan keluaran dari<br />

OP201 dan OP401 diperlihatkan pada bagan berikut.<br />

OEL<br />

D11<br />

R34 R35<br />

D12 D14<br />

OP201 OP301<br />

MEL<br />

D13<br />

Damping<br />

OP401<br />

Circuit Balance<br />

Meter<br />

Gambar X.24<br />

Rangkaian Amplifier<br />

Auto Manual Cange<br />

Over and Mixer Circuit<br />

d. Auotomatic manual change over and mixer circuit<br />

Rangkaian ini disusun secara Auto-manual pemindah hubungan<br />

dan sebuah rangkaian <strong>untuk</strong> mengontrol tegangan penguatan<br />

medan generator. Auto-manual change over and mixer circuit<br />

pada operasi manual pengaturan tegangan penguatan medan<br />

generator dilakukan oleh 70E, dan pada saat automatic manual<br />

change over and mixer circuit beroperasi manual maka AVR<br />

(automatic voltage Rregulator) belum dapat beroperasi. Dan<br />

apabila rangkaian ini pada kondisi auto maka AVR sudah dapat<br />

bekerja <strong>untuk</strong> mengatur besar arus medan generator.<br />

e. Limited circuit<br />

Limited circuit adalah <strong>untuk</strong> penentuan pembatasan lebih dan<br />

kurang penguatan (excitation) <strong>untuk</strong> pengaturan tegangan output<br />

pada sistem excitacy, VR125 <strong>untuk</strong> pembatas lebih dari keluaran<br />

terminal C6 dan VR126 <strong>untuk</strong> pembatas minimal dari keluaran<br />

terminal C6.<br />

f. Phase syncronizing circuit<br />

Unit tyristor digunakan <strong>untuk</strong> mengontrol tegangan output tyristor<br />

dengan menggunakan sinyal kontrol yang diberikan pada gerbang<br />

tyristor dengan cara mengubah besarnya sudut sinyal pada<br />

gerbang tyristor. Rangkaian phase sinkronisasi berfungsi <strong>untuk</strong><br />

mengubah sudut gerbang tyristor yang sesuai dengan tegangan<br />

output dari batas sinkronisasi dan juga sinyal kontrol yang<br />

diberikan pada tyristor di bawah ini terdapat gambar sinkronisasi


486 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

g. Thyristor firing circuit<br />

Rangkaian ini sebagai pelengkap tyristor <strong>untuk</strong> memberikan sinyal<br />

kontrol pada gerbang tyristor.<br />

h. Dumping circuit<br />

Dumping circuit akan memberikan sensor besarnya penguatan<br />

tegangan dari AC exciter dan <strong>untuk</strong> diberikan ke amplifier circuit<br />

dengan dijadikan feed back masukan terminal OP301.<br />

i. Unit tyristor<br />

Merupakan susunan dari tyristor dan dioda. Dan juga<br />

menggunakan fuse (sekring) yang digunakan sebagai pengaman<br />

lebur dan juga dilengkapi dengan indikator <strong>untuk</strong> memantau kerja<br />

dari tyristor yang dipasang pada bagian depan tyristor <strong>untuk</strong> tiap<br />

phase diberikan dua fuse yang disusun pararel dan ketika terjadi<br />

kesalahan atau putus salah satunya masih dapat beroperasi.<br />

j. MEL (minimum excitacy limiter)<br />

MEL (minimum eksitasi limiter) yaitu <strong>untuk</strong> mencegah terjadinya<br />

output yang berlebihan pada generator dan adanya penambahan<br />

penguatan (excitacy) <strong>untuk</strong> meningkatkan tegangan terminal<br />

generator pada level konstan.<br />

Rangkaian ini digunakan <strong>untuk</strong> mendeteksi operasional dari<br />

generator yaitu dengan mendeteksi keluaran tegangan dan arus<br />

pada generator. Rangkaian inijuga digunakan <strong>untuk</strong><br />

membandingkan keluaran tegangan generator dengan eksitasi<br />

minimum yang telah diseting. Rangkaian ini akan memberikan<br />

batas sinyal pada rangkaian AVR apabila melebihi eksitasi<br />

minimum, kemudian output dari MEL (Minimum Eksitasi Limiter)<br />

dikuatkan oleh amplifier.<br />

Current Fa ctor<br />

Voltage Factor<br />

Gambar X.25<br />

Diagram Minimum Excitasi Limiter<br />

Amplifier<br />

Ke AVR


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

487<br />

k. Automatic follower<br />

Prinsip kerja dari alat ini adalah <strong>untuk</strong> melengkapi penguatan<br />

dengan pengaturan secara manual oleh 70E. Untuk<br />

menyesuaikan pengoperasian generator dalam pembandingan<br />

fluktuasi dari tegangan terminal oleh sinyal error. Hal tersebut<br />

digunakan <strong>untuk</strong> menjaga kesetabilan tegangan pada generator.<br />

Pengoperasian ini digunakan <strong>untuk</strong> pengaturan manual (70E) <strong>untuk</strong><br />

ketepatan tingkatan excitacy yang telah disesuaikan. Kondisi<br />

pengoperasian generator dan pembandingan fluktuasi dari tegangan<br />

terminal oleh sinyal tegangan error. Hal tersebut dijadikan pegangan<br />

<strong>untuk</strong> menjaga kestabilan tegangan pada generator dengan adanya<br />

perubahan beban.<br />

Automatic Ffollower digunakan <strong>untuk</strong> mendeteksi keluaran regulator<br />

dari sinyal tegangan error dan pengoperasian otomatis manual<br />

adjuster dengan membuat nilai nol.<br />

Rangkaian ini <strong>untuk</strong> menaikkan sinyal dan menurunkan sinyal yang<br />

dikendalikan oleh 70E. Dengan cara memutar 70E <strong>untuk</strong><br />

mengendalikan sinyal pada rangkaian ini.<br />

Amplifier<br />

Circuit<br />

Amplifier<br />

Circuit<br />

Discrimination<br />

Circuit<br />

70E Raising<br />

Circuit<br />

70E Raising<br />

Circuit<br />

Gambar X.26<br />

Blok Diagram Automatic Follower<br />

70E<br />

M


488 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

G<br />

Generator<br />

CCC 90R<br />

70E<br />

AC<br />

Exciter<br />

41E<br />

MEL AVR<br />

PMG<br />

Auto-Manual<br />

Mixer<br />

Tyrister<br />

Amplifier<br />

Mixer<br />

Gambar X.27<br />

Diagram Excitacy<br />

Automatic<br />

Field Follower


G<br />

Generator<br />

Sensing<br />

Circuit<br />

MBL<br />

AC<br />

Exiter<br />

F. Pemeliharaan Sistem Kontrol<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Comparative<br />

Amplifier<br />

Phasa<br />

Syncronizing<br />

Circuit<br />

489<br />

Yang dibahas dalam topik ini tentang rangkaian dan kontrol transformator<br />

yang meliputi perbaikan relai-relai (proteksi), pengawatan rangkaian dan<br />

pengotrolan suatu transformator. Secara spesifik kumparan dan bagian<br />

mekanik setiap transformator sama.<br />

Lain halnya dengan alat proteksi, rangkaian dan pengontrolan suatu<br />

transformator sangat spesifik dan satu sama lain berbeda, tergantung dari<br />

tingkat keandaiannya.<br />

Contoh:<br />

Ada sebuah transformator sistem kontrol magnetis. kontrol<br />

elektronik/digital dan bahkan kontrol sistem komputer.<br />

CEL<br />

Dumping<br />

Circuit<br />

Gambar X.28<br />

Diagram AVR<br />

Amplifier<br />

Circuit<br />

PMG<br />

Auto-Manual<br />

Change Over<br />

And Mixer Circuit<br />

70E<br />

Automatic<br />

Follower<br />

Thyristor<br />

Firing Circuit<br />

Thyristor<br />

Firing Circuit


490 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Jadi disini gamba-gambar rangkaian, kontrol dan relai-relai (proteksi)<br />

serta buku petunjuk pemeliharaan sangat menentukan dan diperlukan<br />

dalam perbaikan transformator.<br />

Apabila pengelolaan perawatan tentang perawatan rangkaian<br />

dan terminal transformator dilaksanakan dengan intensif, maka<br />

kerusakan terhadap alat proteksi, kontrol dan rangkaian transformator<br />

tidak akan terjadi. Tetapi walaupun demikian dapat saja terjadi<br />

kerusakan-kerusakan di luar perhitungan.<br />

Adapun kerusakan alat proteksi, kontrol dan rangkaian<br />

transformator serta perbaikannya, antara lain:<br />

a. Kerusakan pada sumber <strong>tenaga</strong> dan pengawatan.<br />

Kerusakan pada umumnya pada penyambungan pengawatan, circuit<br />

breaker dan pengaman arus lebih.<br />

Tindakan perbaikan adalah dengan memperbaiki<br />

sambungan/terminal pengawatan, bongkar pasang/mengganti<br />

circuit breaker dan menguji atau mengganti pengaman arus lebih.<br />

b. Kerusakan pada terminal utama dan pentanahan.<br />

Kerusakan umumnya terjadi pada sambungan kabel pada terminal<br />

terlepas dan tahanan pentanahan di atas standar. Tindakan<br />

perbaikan adalah dengan mengganti terminal sambungan<br />

kabel. Dan memperbaiki pentanahan dengan memeriksa<br />

elektroda dan mengganti terminal sambungnya.<br />

1) Kerusakan tap changer (perubah tap).<br />

Kerusakan umumnya pada dudukan kontak utama, bagian<br />

mekanik macet, counter dan regulator. Tindakan perbaikan<br />

adalah dengan menyetel posisi kontak point dan atau<br />

mengganti, bongkar pasang bagian mekanik, mengkalibrasi<br />

counter dan menguji serta menyeting regulator dengan relai<br />

maupun manual.<br />

2) Kerusakan indikator minyak, pendingin dan temperatur.<br />

Kerusakan umumnya pada indikator minyak, indikator pendingin,<br />

dan indikator temperatur tidak menunjuk angka.<br />

Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa, memperbaiki, dan<br />

mengganti alat-alat sensor permukaan minyak, sensor<br />

indikator pendingin dan sensor temperatur. Selain itu juga<br />

memeriksa, memperbaiki atau mengganti pengawatan dan


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

memeriksa relairelai yang berhubungan dengan indikator.<br />

491<br />

3) Kerusakan alarm proteksi, relai, sumber daya DC dan<br />

pengawatannya<br />

Kerusakan umumnya pada alarm tidak mengeluarkan sinyal, relairelai<br />

tidak sesuai setting atau tidak bekerja dan sumber daya DC<br />

tidak mengeluarkan tegangan atau tegangan di bawah<br />

normal. Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa,<br />

memperbaiki alarm, memeriksa atau memperbaiki relai-relai<br />

serta memeriksa atau memperbaiki serta mengganti<br />

penyearah dan pengontrol sumber daya DC serta perbaiki<br />

penguatannya.<br />

4) Kerusakan kontaktor-kontaktor, limit switch dan terminal control<br />

Kerusakan umumnya pada kontaktor, limit switch dan<br />

terminal-terminalnya.<br />

Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa,<br />

menseting, memperbaiki dan atau mengganti kontak point<br />

kontaktor, memeriksa atau menyetel dan memperbaiki limit switch<br />

dan memeriksa atau memperbaiki serta mengganti terminalterminal.<br />

5) Alat-alat ukur tidak mununjuk sempurna atau rusak<br />

Kerusakan umumnya pada penunjukan yang tidak akurat atau<br />

tidak menunjuk dan transformator ukur tidak<br />

berfungsi. Tindakan perbaikan adalah dengan mengkalibrasi,<br />

memperbaiki atau mengganti alat-alat ukur dan memeriksa<br />

serta memperbaiki pengawatannya serta memeriksa atau<br />

dapat melakukan perbaikan transformator ukur.<br />

Contoh soal<br />

Transformator yang dipararel syaratnya adalah perbandingan tegangan,<br />

prosentase impedansi sama, sehingga didpatkan muatan yang seimbang.<br />

Bagaimana pengaruhnya terhadap keseimbangan muatan jika dua<br />

transformator yang memiliki prosentase impedansi tidak sama. Data<br />

transformator seperti ditunjukkan di bawah ini.<br />

Transformator I<br />

Pabrik Willem Smith sambungan CT<br />

Daya = 150 kVA<br />

Tegangan Primer 5.740-6.000-6.240 kV tiga trap<br />

Prosentase impedansi 3,75%


492 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Saklar pada transformator I =6.000 V<br />

Tegangan skunder 231 V<br />

Transformator II<br />

Pabrik Willem Smith sambungan CT<br />

Daya = 100 kVA<br />

Tegangan Primer 5.740-6.000-6.240 kV tiga trap<br />

Prosentase impedansi 4,4%<br />

Saklar pada transformator I =6.000 V<br />

Tegangan skunder 231 V<br />

Penyelesaian:<br />

PI<br />

ZtrafoI<br />

PII 150 100<br />

: = : =<br />

ZtrafoII 3,<br />

75 41,<br />

40:<br />

24,<br />

4<br />

Jumlah daya transformator I dan II =150 + 100 = 250 kVA<br />

Daya yang diperbolehkan ditanggung oleh transformator I adalah<br />

sebesar:<br />

40<br />

x250 = 155kVA<br />

64,<br />

4<br />

Daya yang diperbolehkan ditanggung oleh transformator II adalah<br />

sebesar:<br />

24,<br />

4<br />

x250 = 90kVA<br />

64,<br />

4<br />

Daya yang diperbolehkan ditanggung pada rel pengumpul adalah<br />

150<br />

sebesar x250 = 240kVA<br />

155<br />

G. Latihan<br />

Laksanakan pemeliharaan transformator, excitacy, dan system pengaman<br />

yang ada di bengkel anda dengan bimbingan guru dan teknisi<br />

H. Tugas<br />

Buat laporan kegiatan yang anda lakukan dan diskusikandengan teman anda<br />

dengan didampingi guru


A. Crane<br />

Crane dan Elevator (Lift)<br />

BAB XI<br />

CRANE DAN ELEVATOR (LIFT)<br />

493<br />

1. Pengantar<br />

Crane adalah alat <strong>untuk</strong> pelayan beban mekanis atau muatan yang<br />

dilengkapi dengan kerekan <strong>untuk</strong> mengangkat benda dan berfungsi juga<br />

<strong>untuk</strong> menggerakkan benda yang diangkat melalui ruangan. Macammacam<br />

crane adalah: Crane Gantung berjalan, Crane Tower, dan Crane<br />

Derek.<br />

Crane gantung berjalan adalah mesin berjalan mesin yang berjalan di rel<br />

yang ditopang oleh bangunan yang memiliki troli dan diperlengkapi<br />

dengan kerekan yang berjalan melintang di rel yang bertumpu pada<br />

bangnan <strong>untuk</strong> mengangkat beban. Contoh penggunaan adalah pada<br />

PT DOK dan Perkapalan Surabaya (Persero) <strong>untuk</strong> mengangkat plat<br />

baja, pipa dan peralatan kapal lainnya. Pada crane di perusahaan ini<br />

menggunakan 3 (tiga buah) motor <strong>listrik</strong> yang masing-masing satu motor<br />

<strong>untuk</strong> mengangkat beban, satu motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> keperluan berjalan dan<br />

1 (satu) motor <strong>listrik</strong> lainnya <strong>untuk</strong> jalan rel. Besar kecilnya daya motor<br />

<strong>listrik</strong> bergantung dari berdasarkan daya beban.<br />

Sistem kontrol yang dignakan pada crane jenis ini adalah menggunakan<br />

pengendal (pengontrolan) dengan kontaktor-kontaktor yang dilengkapi<br />

dengan saklar push-button, sehingga motor <strong>listrik</strong> dapat beroperasi<br />

secara maksimal. Dengan pengontrolan, kecepatan putaran dapat diatur.<br />

Misalnya <strong>untuk</strong> mengangkat beban dengan kecepatan putaran tunggi<br />

atau rendah atau menurunkan beban dengan menggunakan kecepatan<br />

putaran tinggi atau rendah.<br />

2. Motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat beban pada crane<br />

Motor <strong>listrik</strong> yang digunakan memiliki dapat diatur arah putarannya, dalam<br />

hal ini putaran kanan dan kiri. Sedangkan <strong>untuk</strong> kecepatan putaran yang<br />

dipilih adalah bergantung dari berat beban.<br />

Sebagai contoh, crane yang dimiliki PT Dok dan Perkapalan (Persero),<br />

karena crane yang dimiliki kapasitas 16 ton, maka menggunakan putaran<br />

dengan kecepatan rendah. Namun demikian jika dikehendaki dengan<br />

kecepatan putaran yang tinggi, maka tinggal mengubah bentuk belitannya


494 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

(karena motor <strong>listrik</strong> yang dimiliki jenis belitannya dahlander) dan<br />

belitannya dahlander dengan tujuan jika bebannya besar.<br />

3. Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor Listrik Dahlander<br />

Untuk mengatur hubungan belitan digunakan alat yang disebut main<br />

winding menggunakan rangkaian kontaktor. Gambar X.1 menunjukkan<br />

gambar pengawatan <strong>untuk</strong> mengatur kecepatan (rendah dan tinggi) pada<br />

motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> crane.<br />

Gambar XI.1<br />

Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane<br />

Keterangan gambar<br />

K1 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />

putaran rendah dengan arah putaran ke kanan<br />

K2 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />

putaran rendah dengan arah putaran ke kiri<br />

K3 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />

putaran tinggi dengan arah putaran ke kanan<br />

K4 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />

putaran tinggi dengan arah putaran ke kiri


Crane dan Elevator (Lift)<br />

Gambar XI.2<br />

Single Line Diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane<br />

495<br />

Jika tombol S2 ditekan, kontaktor K1 bekerja karena pada sistem control<br />

ini tidak memakai sistem penguncian maka operator harus menekan terus<br />

menerus supaya motor <strong>listrik</strong> dapat bekerja terus menerus juga. Pada<br />

kondisi ini, putaran motor <strong>listrik</strong> kearah kiri.<br />

Dengan menekan tombol S4 terus menerus maka motor akan berputar<br />

dengan kecepatan tinggi kearah kanan dengan ketentuan tidak boleh<br />

menekan tombol lain selain S4. dan <strong>untuk</strong> mengoperasikan motor dengan<br />

kecepatan tinggi kearah kiri maka kita harus menekan S5 maka motor<br />

akan berputar cepat kearah kiri dengan syarat tidak menekan tombol<br />

selain S5.<br />

4. Rumus-rumus yang terkait dengan crane<br />

a. Untuk menentukan <strong>tenaga</strong> atau force gravitasi bumi adalah:<br />

F = 9,<br />

8m<br />

(11-1)<br />

Keterangan:<br />

F = Gaya benda(N-Newton)<br />

M = masa tau berat (kg)<br />

9,8 = grafitasi bumi


496 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Contoh:<br />

Hitung nilai <strong>tenaga</strong> pada masa 12 kg<br />

Penyelesaian:<br />

F = 9,<br />

8m<br />

F = 9, 8x12<br />

F = 177,<br />

6N<br />

b. Torsi mekanik<br />

T = F.d. (N-m) (11-2)<br />

F<br />

Gambar XI. 3<br />

Contoh gambar menentukan torsi mekanik<br />

Keterangan:<br />

T = Torsi dalam Newton Meter (NM)<br />

F = gaya (Force) dalam Newton (N)<br />

d = Jarak benda dalam satuan meter<br />

Contoh:<br />

Torsi motor pada saat start 150 N-M, dengan diameter pully 1 meter,<br />

hitung jarak pengereman jika motor berhenti 2 m dan gaya pengereman<br />

Penyelesaian:<br />

F = T/R=150/0,5<br />

=300 N<br />

Gaya pada saat pengereman dengan jarak 2 meter adalah<br />

T = 150/2 = 75 N<br />

c. Tenaga Mekanik<br />

W = F . d Joule (11-3)<br />

Keterangan:<br />

W = <strong>tenaga</strong> mekanik dalam Joule<br />

F = Gaya (Force) dalam Newton (N)<br />

d = jarak pemindahan benda dalam meter (m)<br />

Contoh:<br />

d


Crane dan Elevator (Lift)<br />

497<br />

Jika berat benda 50 kg pada ketinggian 10 m seperti ditunjukkan pada<br />

Gambar 5 di bawah ini, tentukan gaya dan <strong>tenaga</strong> pada benda.<br />

F = 9,8. m<br />

= 9,8.50<br />

= 490 N<br />

W = F. d<br />

= 490.10<br />

= 4. 900 J<br />

d. Daya mekanik<br />

Gambar XI. 4<br />

Contoh Gambar Menentukan Tenaga Mekanik<br />

P = W . t Watt (11-4)<br />

Keterangan<br />

P = daya mekanik dalam Watt (W)<br />

W = <strong>tenaga</strong> mekanik dalam Joule<br />

F = Gaya (Force) dalam Newton (N)<br />

t = waktu kerja dalam detik<br />

Contoh:<br />

Motor <strong>untuk</strong> lift dengan berat benda 500 kg dan diangkat dengan<br />

ketinggian 30 meter dalam 20 detik. Hitung daya motor <strong>listrik</strong> dalam kW<br />

dan HP (Hourse Power, 1 HP = 746 Watt).<br />

Gambar XI. 5


498 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penyelesaian:<br />

F = 9,8. m<br />

= 9,8 x 500 = 4.900 N<br />

W = F . d<br />

= 4.900 x 30<br />

= 147.000 J<br />

Daya motor<br />

P = W/t<br />

P = 147.000/12<br />

= 12.250 Watt<br />

= 12,25 kW<br />

P = 12.250 /746<br />

= 16,4 HP<br />

Contoh gambar menentukan daya mekanik<br />

e. Daya motor <strong>listrik</strong><br />

nT<br />

P = Watt<br />

9,<br />

55<br />

(11-5)<br />

Keterangan<br />

P = daya mekanik motor (W)<br />

T = Torsi motor (N-m)<br />

N = kecepatan motor dalam radial per menit (rpm)<br />

9,55= konstanta<br />

Contoh<br />

Gambar XI. 6<br />

Contoh Gambar Menentukan Daya Motor Listrik


Crane dan Elevator (Lift)<br />

499<br />

Pengembangan pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda dengan<br />

dengan gaya P1 25 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output jika putaran<br />

motor 1.700 rpm. Jari-jari pully 0,1 m.<br />

Penyelesaian:<br />

T= F/R<br />

= (25-5) x 0,1<br />

= 2 N-m<br />

P = n. (T/9.95)<br />

= 1.700 x (2/9,95)<br />

= 356 W<br />

Motor yang dipilih <strong>untuk</strong> mengangkat beban adalah 0,5 HP<br />

f. Efisiensi mesin <strong>listrik</strong><br />

100%<br />

1 x<br />

Po<br />

η =<br />

(11-6)<br />

P<br />

Keterangan<br />

? = efisiensi dalam satuan persen (%)<br />

Po = daya output (W)<br />

P1 = daya input<br />

Contoh:<br />

Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 92 persen dioperasikan dengan<br />

beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy current) pada<br />

motor <strong>listrik</strong> tersebut.<br />

Penyelesaian<br />

P1= Po/ ?<br />

= 150.000/92<br />

= 163 kW<br />

Output mekanik motor<br />

= 150 kW<br />

Rugi-rugi pada motor<br />

P1-Po<br />

= 163 kW-150 kW<br />

= 13 kW


500 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

g. Energi Kinetik<br />

Ek =1/2 m.V 2 (11-7)<br />

Keterangan<br />

Ek = Energi kinetik dalam Joule<br />

M = masa benda dalam kg<br />

V = kecepatan benda dalam m/s (meter/detik}<br />

Contoh:<br />

Bus dengan berat 600 kg memindah benda dengan kecepatan 100<br />

km/jam dan berpenumpang 40 orang dengan berat 2400 kg. Hitung total<br />

energi kinetiknya dan hitung energi kinetik sampai bus berhenti.<br />

Penyelesaian<br />

Total berat bus<br />

M = 6.000 + 2.400<br />

= 8.400 kg<br />

Kecepatan<br />

V = 100 km/jam<br />

= (100x1000)/3600 detik<br />

= 27,8 m/s<br />

Besarnya Energi kinetik<br />

Ek =1/2 m.V 2<br />

= ½ x 8.400 x 27,8 2<br />

= 3.245.928 J<br />

= 3,25 Mega Joule (MJ)<br />

h. Energi kinetik pada putaran dan momen enersi<br />

Keterangan<br />

Ek =5,48 x 10 -3 Jn 2 (11-8)<br />

Ek = Energi kinetik dalam Joule<br />

J = Momen Enersi dalam kg-m 2<br />

n = kecepatan putara (rpm)<br />

5,48 x 10 -3 constanta dari (p 2 /1800)


Crane dan Elevator (Lift)<br />

501<br />

Contoh<br />

Roda berbentuk tabung dari logam dengan berat 1.400 kg diameter 1<br />

m dan lebar atau ketinggian 225 mm.<br />

Hitung<br />

a. Momen inersia<br />

b. Energi kinetik pada roda jika kecepatannya 1.800 rpm<br />

Gambar XI. 7<br />

Contoh Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen Enersi<br />

Penyelesaian<br />

a. Momen inersia<br />

J = m.r 2<br />

= (1.400 x 0,52)/2<br />

= 175 kg-m 2<br />

b. Energi kinetik<br />

Ek = 5,48 x 10 -3 Jn 2<br />

= 5,48x10 -3 x175x<br />

1.800 2<br />

= 3,1 Mega Joule (MJ)<br />

Contoh<br />

Roda memiliki 2 ring dan poros seperti pada Gambar XI.8. Pada ring<br />

diberi beban 80 kg dan 20 kg Tentukan momen enersi pada roda<br />

Gambar XI. 8<br />

Contoh gambar menentukan energi kinetik pada putaran<br />

dan momen enersi pada roda 2 pully


502 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penyelesaian<br />

Enersi pada ring luar<br />

J1 = m (R1 2 + R2 2 )/2<br />

= 80 (0,4 2 + 0,3 2 )/2<br />

= 10 kg-m 2<br />

Pada ring dalam<br />

J2 = m L 2 /12<br />

= 20 (0,6 2 )/12<br />

= 0,6 kg-m 2<br />

Total momen enersi pada roda adalah:<br />

J = J1 + J2<br />

= 10 + 0,6<br />

= 10,6 kg-m 2<br />

Soal latihan<br />

1. Pengembangan pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda<br />

dengan dengan gaya P1 15 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output<br />

jika putaran motor 1.700 rpm. Radius pully 0,1 m.<br />

2. Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 92 persen dioperasikan dengan<br />

beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy current) pada<br />

motor <strong>listrik</strong> tersebut.


5. Pengereman Motor AC<br />

Crane dan Elevator (Lift)<br />

Tabel XI.1<br />

Momen Inersi Gerak dan Putaran<br />

503<br />

Sebuah motor akan berhenti bergerak bila diputus hubungkan dari suplai<br />

daya. Waktu yang dibutuhkan oleh motor tersebut <strong>untuk</strong> benar-benar<br />

berhenti tergantung pada kelembaman motor, beban dan friksi motor itu<br />

sendiri. Apa bila kita berkeinginan mengontrol rate/tingkat gerak motor<br />

waktu bergerak pelan atau berhenti, maka memerlukan tindakan<br />

pengereman. Metode pengereman diterapkan berdasarkan pada


504 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

aplikasi,daya yang ada, kebutuhan akan rangkaiaan, biaya dan hasil yang<br />

diharapkan.<br />

Terdapat berbagai cara agar pengereman motor bisa dilakukan termasuk<br />

cara-cara berikut: (1) Dengan memakai perangkat friksi mekanik <strong>untuk</strong><br />

memberhentikan dan menahan beban, (2) Dengan memberi arus gerak<br />

rotasi motor, (3) Dengan menggunakan DC terhadap lilitan motor pada<br />

saat suplay ac diputus hubungkan, dan (4) Mengandalkan energi yang<br />

dihasilkan motor pada saat motor tersebut digerakkan beban.<br />

Empat macam metoda pengereman yang banyak dipakai adalah sebagai<br />

berikut:<br />

1. Mekanik<br />

2. Dinamik<br />

3. Regeneratif<br />

4. Plug<br />

Prinsip kerja dan gambar diagram rangkaian masing-masing metoda<br />

diuraikan sebagai berikut:<br />

1) Plug Breaking<br />

Plug Braking merupakan pengereman motor dengan cara membalikkan<br />

arah motor sehingga motor dapat menghasilkan daya torsi penyeimbang<br />

dan membentuk daya perlambatan.<br />

Pada Gambar XI.9 ditununjukkan susunan Plug. Motor hanya digerakkan<br />

dalam satu arah dan harus benar-benar berhenti pada saat tombol stop<br />

ditekan.<br />

Stop Start<br />

R<br />

OL’s<br />

F F<br />

O<br />

Zero Speed<br />

Switch<br />

F 4<br />

Gambar XI.9<br />

Rangkaian Control Plug<br />

F<br />

R


K1<br />

1<br />

L<br />

2<br />

L<br />

L1 L2 L3<br />

4<br />

L<br />

3<br />

L<br />

6<br />

L<br />

5<br />

L<br />

M<br />

3~<br />

Gambar XI.10<br />

Rangkaian Daya Plugging<br />

Crane dan Elevator (Lift)<br />

505<br />

Untuk diperhatikan bahwa saklar kecepatan nol digunakan pada<br />

rangkaian ini. Saklar kecepatan nol tersebut dioperasikan dengan motor.<br />

Secara normal saklar tersebut pada keadaan tidak beroperasi. Pada saat<br />

motor berrotasi kontak-kontak saklar menutup dan tetap menutup sampai<br />

motor berhenti secara total. Gambar XI.10 menunjukkan Rangkaian Daya<br />

Plugging.<br />

2) Pengereman Dinamik<br />

Pengereman Dinamik adalah sebuah metoda pengereman <strong>untuk</strong> motor<br />

induksi AC dengan cara menerapkan sebuah sumber DC pada lilitan<br />

stator dari sebuah motor setelah suplai diputus hubungkan. Pengereman<br />

dinamik terkadang disebut juga sebagai pengereman elektronik.<br />

1<br />

L<br />

2<br />

L<br />

4<br />

L<br />

3<br />

L<br />

6<br />

L<br />

5<br />

L<br />

K2


506 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Sistem pengereman ini biasanya digunakan dengan, motor rotor lilit,<br />

prinsip penggunaannya sama dengan yang digunakan terhadap motor<br />

jangkar hubung singkat (sequirrel-cage). Pengereman dinamik tidak<br />

menghentikan motor secara total tetapi hanya memperlambat motor<br />

secara tiba-tiba. Biasanya sistem mekanik yang harus digunakan <strong>untuk</strong><br />

menghentikan motor, setelah dilakukan pengereman dinamik.<br />

Untuk pengereman dinamik, agar bisa menghasilkan daya torsi<br />

pengereman yang sesuai maka ukuran sumber dc diperkirakan 1,3 kali<br />

arus terukur. Ukuran sebenarnya hanya ditentukan oleh resistansi lilitan<br />

stator sehingga tegangan harus berukuran rendah. Gambar XI.11<br />

menunjukkan contoh rangkaian daya dan kontrol pengereman dinamik.<br />

Sumber DC disambungkan melalui sebuah step-down transformer<br />

(penurun tegangan) dan rectifier. Single diagram rangkaian daya<br />

pengereman dinamik ditunjukkan pada Gambar XI.12.<br />

3) Pengereman Regeneratif<br />

Pengereman jenis regeneratif motor AC adalah sebuah sistem<br />

pengoperasian dimana motor induksi digerakkan oleh beban diatas<br />

kecepatan sinkron. Pada saat motor digerakkan pada kecepatan sinkron<br />

tersebut, motor bertindak seperti sebuah generator induksi dan<br />

membentuk daya torsi pengereman. Energi yang dibentuk motor dialirkan<br />

kembali menuju saluran suplay.<br />

L3<br />

L2<br />

L1<br />

Step Down<br />

orTransfmator<br />

K2<br />

Gambar XI.11<br />

Contoh Rangkaian Daya Pengereman Dinamik<br />

1<br />

3<br />

5<br />

1<br />

3<br />

5<br />

K1<br />

2<br />

4<br />

6<br />

2<br />

4<br />

6<br />

W<br />

V<br />

U<br />

M<br />

3~


Crane dan Elevator (Lift)<br />

Gambar XI.12<br />

Single Diagram Rangkaian Daya Pengereman Dinamik<br />

507<br />

Contoh pengereman regeneratif diterapkan pada Trem. Gambar XI.13<br />

menunjukkan pengereman regeneratif diterapkan<br />

Rectifier<br />

DC<br />

Supply<br />

Ke Belitan<br />

Penguat<br />

DC Supply<br />

Lift Counter Weight<br />

DC Machine No. 2<br />

DC Machine No 1<br />

L1<br />

L2<br />

L3<br />

Gambar XI.13<br />

Pengereman Regeneratif<br />

M3~


508 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

4) Pengereman Mekanik<br />

Sesuai dengan namanya, pengereman mekanik adalah cara<br />

memberhentikan motor <strong>listrik</strong> dengan memberlakukan gesekan atau friksi<br />

motor. Friksi tersebut diterapkan dengan cara yang sama seperti halnya<br />

blok rem mobil seperti ditunjukkan pada Gambar XI.14.<br />

Sepatu Rem<br />

Gambar XI.14<br />

Pengereman Dinamik<br />

Spiral dengan sepatu<br />

<strong>untuk</strong> mengunci motor<br />

Selenoid<br />

Jangkar<br />

Rem tersebut bekerja setelah daya hilang, yaitu blok rem mengunci motor<br />

dengan daya kerja pegas. Pada saat daya dihubungkan, solenoid diberi<br />

energi menjaga agar armature atau jangkar tetap tertutup. Dengan<br />

armature tertutup, pegas tertahan balik sehingga tetap mengerem motor.<br />

Rem mekanik dipakai pada sistem pengereman yang ada tidak cukup<br />

<strong>untuk</strong> membawa motor sehingga benar-benar berhenti. Contoh, dengan<br />

rem dinamik tidak akan bisa memberhentikan motor secara total sehingga<br />

diperlukan penggunaan rem mekanik menahan motor setelah daya<br />

diputus hubungkan. Solenoid rem dapat disambungkan antara dua<br />

saluran suplai atau antara satu dari suplai tersebut dan netral. Solenoid<br />

tersebut disambungkan secara langsung pada saluran suply motor<br />

seperti ditunjukkan pada Gambar XI.15.


Crane dan Elevator (Lift)<br />

Gambar XI.15<br />

Sambungan Solenoid Rem <strong>untuk</strong> Pengasutan DOL<br />

509<br />

6. Motor Area<br />

1) Pengereman pada Motor Area<br />

Motor yang dipergunakan <strong>untuk</strong> crane, termasuk motor arus bolak-balik<br />

dan arus searah. Akan tetapi <strong>untuk</strong> keluaran nominal dari 200kW atau<br />

kurang, kebanyakan dipergunakan motor tak serempak, pelayanan dan<br />

perawatan sederhana dan biaya instalasi rendah. Karena perjalanan troli<br />

dan perjalanan crane sering tidak memerlukan kendali kecepatan, maka<br />

motor ini kebanyakan dipergunakan <strong>untuk</strong> keperluan ini. Motor crane<br />

sering mengalami berulang kali pengasutan, pengereman dan<br />

pembalikan putaran dan sewaktu-waktu berbeban lebih, sehingga motor<br />

ini harus kuat secara elektrik dan mekanik.<br />

Khusus pada motor sebagai pengangkat beban seperti pada motor area,<br />

pengereman secara mekanik dengan menggunakan friksi mekanik yaitu<br />

kampas sangatlah diperlukan sebagai penahan beban apabila motor itu<br />

dalam keadaan tidak bekerja. Karena ditakutkan pada saat motor<br />

tersebut menahan beban, beban akan jatuh ke bawah akibat adanya<br />

gaya gravitasi bumi karena tidak adanya pengereman tersebut.<br />

Pengereman mekanik sendiri pada dasarnya hampir sama dengan rem<br />

tromol pada kendaraan, hanya saja cara kerjanya yang berbeda. Pada


510 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Motor, cara kerjanya secara elektrik, yaitu dengan cara elektro magnetik,<br />

dan ada juga yang menggunakan sistem hidrolik. Tetapi dalam<br />

penjelasan ini dibahas tentang pengereman mekanik dengan cara elektro<br />

magnetik.<br />

Untuk motor yang menggunakan pengereman mekanik seperti yang<br />

dijelaskan di atas, motor tersebut dilengkapi dengan komponen penghasil<br />

magnet, penyearah tegangan karena rangkaian magnet (spool) tersebut<br />

membutuhkan sumber tegangan DC. Secara garis besar konstruksi dan<br />

pengereman motor area ditunjukkan pada Gambar XI.16.<br />

Belitan Stator<br />

Rotor<br />

Sangkar<br />

Pondasi Motor Besi Pendorong 100 VDC<br />

Kampas<br />

Rem<br />

Pegas<br />

Gambar XI.16<br />

Konstruksi dan Pengereman pada Motor Area<br />

Spool<br />

2) Sistem Kerja<br />

Perlu ditekankan sebelumnya, motor area akan melakukan pengereman<br />

pada saat motor tidak dalam bekeja. Spool rem membutuhkan tegangan<br />

DC agar supaya dapat menghasilkan magnet yang kemudian menarik<br />

besi pendorong kampas sehingga motor tidak berputar dan keadaaan<br />

mengerem. Dalam posisi seperti ini motor dalam keadaan tidak bekerja<br />

atau mendapatkan tegangan. Sedangkan pada saat pengereman itu<br />

sendiri telah ditekankan di depan bahwa motor dalam keadaan tidak<br />

bekerja atau tidak mendapatkan tegangan. Secara otomatis, arus juga<br />

tidak mengalir pada spul, sehingga kemagnetan pada spool akan hilang.<br />

Akibatnya, kampas terdorong oleh besi pendorong akibat gaya pegas dari<br />

pegas yang dipasang sedemikian rupa sehingga kampas rem mendesak<br />

pondasi motor dan motor akan mengerem. Jadi pengereman ini<br />

mengandalkan pegas <strong>untuk</strong> mendorong kampas ke pondasi motor.<br />

As


Crane dan Elevator (Lift)<br />

511<br />

Pada cara ini motor pengangkat juga dijalankan <strong>untuk</strong> penurunan. Cara<br />

ini sesuai bagi motor dengan keluaran sampai sekitar 75 kW, mempunyai<br />

laju rendah, akan tetapi mempunyai kerugian remnya mudah aus. Maka<br />

sistem pengereman seperti ini sangat cocok <strong>untuk</strong> motor area pada crane<br />

10 T yang memiliki spesifikasi sebagai berikut<br />

1. Daya :11 kW<br />

2. Arus nominal: 29 Ampere<br />

3. Tegangan : 380 V AC<br />

4. Frequensi : 50 Hz<br />

5. Putaran : 1450 rpm dan 2940 rpm<br />

Gambar XI.17<br />

Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton


512 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XI.18<br />

Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton<br />

Gambar XI.19<br />

Motor Area pada Crane Gantung 10 Ton Untuk mengangkat Kapal


B. Instalasi Lift/ Elevator<br />

Crane dan Elevator (Lift)<br />

Pemberian <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> pada lift dan atau elevator harus berasal dari<br />

cabang tersendiri, mulai dari PHB utama atau dari panel utama dengan<br />

diberi tanda yang jelas dan terang. Motor <strong>listrik</strong> yang digunakan adalah<br />

motor <strong>listrik</strong> 3 phasa 50 Hz dengan <strong>tenaga</strong> 3 sampai dengan 5 PK dan<br />

bahkan dalam perkembangannya dayanya lebih besar. Contoh konstruksi<br />

lift ditunjukkan pada Gambar XI.20.<br />

1) Bagian-bagian Lift<br />

Bagian-bagian mekanik yang ada pada lift dan elevator adalah:<br />

a) Batang peluncur terbuat dari kerangka baja profil yang tegak berdiri<br />

setinggi susunan gedung<br />

b) Sangkar Lift Cabine berfungsi sebagai tempat penumpang sejumlah<br />

6-10 orang yang bergerak naik-turun melalui kerangka atau batang-<br />

batang peluncur tersebut. Dalam cabine lift dilengkapi dengan tombol-<br />

tombol tekan <strong>untuk</strong> memberhentikan lift pada lantai tertentu. Selain itu<br />

juga dilengkapi dengan pintu gingsir yang digunakan <strong>untuk</strong> masuk<br />

dan keluarnya penumpang dan pada pintu juga dilengkapi dengan<br />

alat pengaman<br />

c) Kabel baja telanjang lemas berinti banyak. Salah satu ujungnya diikat<br />

ada sangkar (lift cabine) sedang ujung lainnya melalui roda piringan<br />

bagian atas, turun ke bawah selanjutnya diikat pada bandul pemberat<br />

yang memiliki berat sedikit lebih berat dari beratnya sangkar, yaitu<br />

sebesar 45% lebih. Karena adanya bandul pemberat maka <strong>untuk</strong><br />

menaikkan dan menurunkan cabine lift tidak memerlukan <strong>tenaga</strong> yang<br />

besar<br />

d) Pada lift juga ada satu lagi kabel baja yang melingkari roda piringan<br />

(disk), satu roda di atas dikamar mesin dan yang satu lagi berada di<br />

bawah dipasang pada dasar lorong lift. Kabel ini digerakkan oleh<br />

piringan di atas yang bdigerakkan oleh motor <strong>listrik</strong> berjalan/berputar<br />

ke kanan dan ke kiri yang membuat sangkar lift naik turun karena<br />

pada satu titik dari kabel yang naik turun ini diikatkan pada<br />

sangkarnya.<br />

Untuk menjaga keselamatan para penumpang, pada setiap lift memiliki<br />

beraneka ragam alat pengaman, baik pengaman mekanis maupun<br />

elektris dengan tingkat kepekaan dan faktor keamanan yang tinggi.<br />

Pada sistem pengendali atau kontrol semua peralatan pengaman dan<br />

tanda-tanda <strong>untuk</strong> mendeteksi setiap tujuan yang serba otomatis<br />

digunakan electronic box yang dipasang:<br />

a) Cabine lift berukuran 1400x350x2100mm<br />

513


514 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

b) Kekuatan penumpang maximum 6 orang (450 kg) dan atau<br />

bergantung kapasitas daya lift<br />

c) Kecepatan lift 45m/menit<br />

d) Pintu lorong dan pintu cabine memiliki daun pintu sendiri-sendiri<br />

berupa pintu ginsir atau yang terbaru hanya pintu lorong<br />

e) Diantara pintu tersebut masih ada pintu pengaman<br />

f) Motor <strong>listrik</strong> sebagai penggeraknya memiliki daya 2,5 PK, 3 phasa, 50<br />

Hz, 380V, dan 1450 rpm. Untuk kapasitas daya yang lebih tinggi<br />

maka jumah lantai yang dapat dilayani lift lebih besar atau banyak<br />

g) Instalasi lift melayani bebarapa lantai pada contoh ini, dan bergantung<br />

jumlah lantai bangunan<br />

2) Macam peralatan dan pengaman pada lift<br />

a. Penentuan berat cabine dipengaruhi oleh berat cabine ditambah<br />

dengan 45% muatan = 2.000kg+45% x 2 ton=2.202 kg<br />

b. Pada saat cabine berkedudukan di tempat yang paling atas, masih<br />

ada ruang bebas setinggi 175 cm, sedang pada kedudukan paling<br />

bawah, masih ada ruang bebas dengan jarak 75 cm<br />

c. Jika terjadi lift berhenti melebihi titik teratas atau terbawah, lift akan<br />

menyentuh saklar akhir dan lift segera berhenti. Setiap saklar akhir<br />

terdapat dua saklar di atas dan di bawah hingga merupakan<br />

pengaman berganda<br />

d. Pada dasar lorong lift terdapat tonggak penahan sebagai pengaman,<br />

masing-masing <strong>untuk</strong> lift dan bandul pemberat<br />

Piringan PP memiliki alat centrifugal yang segera berkembang dan<br />

membuka saklar dan membuat lift berhenti. Jika lift turun lebih cepat<br />

6% dari kecepatan normal. Jika lift meluncur ke bawah cepat sekali<br />

(jika kabelnya putus) yang berarti roda PP ikut berputar cepat juga.<br />

e. Alat pengaman yang dapat menahan kabelnya dan pada saat kabel<br />

ditahan maka kabel akan cukup kuat <strong>untuk</strong> menarik cakar pengaman<br />

yang akan menjepit dengan keras batang peluncur dan lift segera<br />

berhenti (seperti rem pada kereta api)


Crane dan Elevator (Lift)<br />

515<br />

f. Pada saat lift berhenti, pintu lorong dan pintu cabine akan membuka<br />

dan menutup sendiri secara otomatis dalam waktu 8 detik dan cukup<br />

waktu <strong>untuk</strong> keluar masuknya penumpang. Diantara daun pintu lorong<br />

dan daun pintu cabine terdapat daun pintu pengaman yang menonjol<br />

lebih dari tutup pintu yang menonjol tersebut karena letaknya jika<br />

terdapat badan atau anggota badan yang terjepit akan tertekan lebih<br />

dulu masuk kedalam dan mematikan aliran motor <strong>listrik</strong> penggerak ke<br />

dua daun pintu yang ada dan gerakan pintu berhenti seketika.<br />

g. Pada cabine terdapat lampu tanda bahaya <strong>untuk</strong> terjadinya<br />

gangguan-gangguan dan kemacetan-kemacetan dan apapun jenis<br />

gangguan dapat diatasi dengan segera. Jenis gangguan yang terjadi<br />

diantaranya adalah: tidak ada tegangan <strong>listrik</strong>, sumber tegangan mati,<br />

pintu macet, dan lain-lainnya.<br />

Pada cabine terdapat telepon yang sewaktu-waktu dapat digunakan<br />

menghubungi petugas lift atau operator yang selalu berada di kamar<br />

mesin. Lampu-lampu bahaya dan juga alat telepon dapat aliran dari<br />

baterai.


516 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

KM<br />

Pintu<br />

Pintu<br />

TP<br />

BP<br />

PPN<br />

P<br />

Balancee<br />

PT<br />

C<br />

Tiga alur kabel baja<br />

TP<br />

PP<br />

DC<br />

A<br />

Gambar XI.20<br />

Konstruksi Lift<br />

B<br />

D


Keterangan Gambar XI.20<br />

Crane dan Elevator (Lift)<br />

PT : Piringan traksi <strong>untuk</strong> 3 kabel baja<br />

PP : Piringan pengatur jalannya sangkar cabine (tempat beban)<br />

TP : Kabel baja pengatur juga menggerakkan mekanik pengaman<br />

PPN : Piringan penegang<br />

KM : Kamar mesin tepat di atas lorong lift<br />

DC : Cakar pengaman yang dapat mengait keras tonggak<br />

peluncurm sebagai rem<br />

BP : Batang peluncur<br />

TP : Tonggak pengaman<br />

A : Kawat baja dimasukkan tabung besi cor B<br />

B : Tabung besi cor<br />

C : Kerangka cabine bagian atas (frame atas)<br />

D : Pegas (pir) penyerap getaran<br />

E : Moer pemasang pegas atau pir dengan kunci pengaman<br />

KB : Kabel baja<br />

517<br />

Contoh gambar pengawatan pada lift ditunjukkan pada Gambar XI.21 di<br />

halaman berikut.


518 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

C. Pemeliharaan Crane dan Lifft<br />

Gambar XI.21<br />

Contoh Pengawatan Lift


Crane dan Elevator (Lift)<br />

519<br />

Pemeliharaan crane dan lift secara umum hampir sama, hanya jika pada<br />

lift sistem pengamannya lebih banyak, baik pengaman mekanik maupun<br />

pengaman sistem ke<strong>listrik</strong>an serta pengaman manusia. Selain itu ruang<br />

gerak <strong>untuk</strong> pekerjaan pemeliharaan lift lebih kurang leluasa.<br />

Pekerjaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pada sistem mekanik,<br />

sistem ke<strong>listrik</strong>an dan sistem keamanan manusia serta kesehatan dan<br />

keselamatan kerja<br />

1. Pemeliharaan pada sistem mekanik<br />

Pemeliharaan sistem mekanik, diantaranya adalah:<br />

a. Pemeliharaan sistem mekanik maju mundur, putar kanan kiri dan<br />

naik turun, meliputi pemeriksaan sistem pelumas, pemeriksaan<br />

keausan dan kekerasan baut mur sistem mekanik<br />

b. Pemeliharaan rel sebagai tumpuan, dalam hal ini pemeriksaan sistem<br />

pelumasan antara talang atau ril sebagai landasan meluncur dari<br />

gesekan crane dan lift. Selain pemeriksaan juga dilakukan<br />

pembersihan pada landasan luncur atau pacu dan ril, baik pada crane<br />

maupun lift. Bersihkan talang atau ril landasan gerakan dan beri<br />

pelumasan<br />

c. Pemeliharaan kawat baja penarik, meliputi pemeriksaan kelenturan<br />

kawat baja dan jika sudah kering beri tambahan pelumas sehingga<br />

kelenturannya meningkat<br />

d. Periksa kawat baja, apakah sudah ada bagian kawat yang sudah<br />

terputus sebagian, karena jika tidak ditangani akan cepat menyebar<br />

ke kawat lainnya<br />

e. Periksa ikatan pada cabine, pemberat dan kelengkapan lainnya.<br />

Apakah masih kuat atau sudah mengalami kelembekan ikatan<br />

f. Periksa bagian sistem pengereman (khususnya pengerema mekanik)<br />

dan pengereman mekanik maupun elektrik. Jenis pengereman dan<br />

prinsip kerja serta komponen lainnya<br />

g. Segera lakukan perbaikan jika ditemukan bagian yang tidak beres.<br />

Jika pengereman dengan menggunakan sistem mekanis, periksa<br />

apakah rem sudah aus dan kekerasan pegas apakah masih cukup<br />

atau sudah lembek dan apakah gerakannya tidak terhalang benda<br />

lain. Jika pegasnya sudah lembek, segera lakukan penggantian dan<br />

jika teromol remnya sudah aus segera lakukan penggantian<br />

h. Periksa bagian cabine, apakah ikatan cukup kuat atau sebaliknya.<br />

Apakah kekuatan mekanis cabine masih memenuhi syarat dan<br />

apakah gerakan cabine tidak terhalang oleh benda lain


520 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

i. Periksa pada sistem penggeraknya, apakah masih memilki kekuatan<br />

sesuai dengan benda yang diangkut dan atau dipindahkan<br />

j. Periksa kecepatan sistem penggeraknya, apakah sudah mengalami<br />

penurunan yang besar atau tidak. Jika sudah mengalami penurunan<br />

lakukan perbaikan<br />

k. Pemeriksaan pada sistem pengaman pintu keluar masuk barang dan<br />

manusia (khusus <strong>untuk</strong> lift) dan apakah pintu darurat masih bekerja<br />

dengan optimal atau tidak<br />

l. Buat laporan secara tertulis kegiatan pemeliharaan dan kejadiankejadian<br />

yang ditemui sesuai format yang sudah disediakan selama<br />

pada saat pemeriksaan atau pemeliharaan. Laporan disampaikan<br />

secara tertulis dan lisan kepada atasan langsung <strong>untuk</strong> mendapat<br />

perhatian dan di analisis lebih lanjut dan pengambilan keputusan<br />

m. Lakukan perbaikan ringan maupun sedang dengan diketahui dan<br />

disetujui atasan langsung<br />

Pemeliharaan dilakukan secara rutin tiap hari karena jika tidak<br />

dilakukan faktor resikonya sangat tinggi, baik bagi keselamatan dan<br />

keamanan manusia maupun keamanan barang yang diangkat dan<br />

atau dipindahkan. Selain itu kerusakan mekanis akan berdampak<br />

pada kerusakan pada sistem ke<strong>listrik</strong>annya dan sebaliknya.<br />

2. Pemeliharaan sistem ke<strong>listrik</strong>annya<br />

Pemeliharaan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an sangat diperlukan dan<br />

diharuskan karena jika tidak dipelihara akan terjadi kerusakan.<br />

Kerusakan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an akan berdampak pada sistem<br />

mekanik serta dapat mengancam keselamatan jiwa manusia dan<br />

benda yang diangkat dan dipindahkan serta keselamatan benda di<br />

sekitarnya<br />

3. Pemeliharaan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an, meliputi:<br />

a. Sistem pengaman, lakukan pemeriksaan apakah pengaman masih<br />

dapat bekerja dengan sempurna menggunakan alat kerja <strong>listrik</strong><br />

(tespen, multi tester, obeng, tespen, palu, tang dan lainnya. Gunakan<br />

tool kit <strong>untuk</strong> teknisi <strong>listrik</strong> agar peralatan lebih lengkap dan digunakan<br />

berdasarkan kebutuhannya<br />

b. Pelihara bagian motor <strong>listrik</strong> (sesuai prosedur) yang ada <strong>untuk</strong><br />

pemeliharaan motor <strong>listrik</strong> di <strong>bab</strong> lain buku ini<br />

c. Pemeliharaan pada generator pembangkit <strong>listrik</strong>, prosedurnya sesuai<br />

dengan pemeliharaan yang ada dalam <strong>bab</strong> lain buku ini


Crane dan Elevator (Lift)<br />

521<br />

d. Pemeliharaan pada sistem instalasi, yang perlu diperhatikan adalah<br />

apakah tahanan isolasi, sambungan dan pengawatannya masih rapi<br />

atau tidak. Jika tahanan isolasi sudah rendah, lakukan penggantian<br />

kabel. Pemeriksaan sambungan diperlukan karena jika kurang kuat<br />

akan terjadi loncatan bunga api dan akan berpengaruh pada sistem<br />

ke<strong>listrik</strong>an<br />

e. Pemeliharaan sistem pengendali crane atau lift, karena jika tidak<br />

dipelihara juga berpengaruh pada kinerja sistem. Apakah kinerja<br />

sistem pengendali masih baik atau mengalami kerusakan<br />

f. Pemeliharaan sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>. Lakukan pemeriksaan besarnya<br />

sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, baik sumber <strong>listrik</strong> arus bolak balik sebagai<br />

penggerak motor maupun sumber <strong>listrik</strong> arus searah dan penyearah<br />

karena sumber <strong>listrik</strong> arus searah sebagai sumber <strong>listrik</strong> bagi sistem<br />

alarm dan lampu indikator dan keperluan lainnya. Pemeriksaan terkait<br />

dengan besar tegangan sumber apakah terjadi kenaikan atau<br />

penurunan karena jika terlalu tinggi dapat merusak peralatan<br />

ke<strong>listrik</strong>an dan kontrol serta indikator dan alrm serta penerangan. Jika<br />

terlalu rendah maka kinerja sistem tidak optimal.<br />

g. Periksa alat komunikasi, alarm, dan lampu indikator yang ada pada<br />

cabine lift karena ada kemungkinan gangguan darurat pada cabine,<br />

termasuk lift macet<br />

4. Keselamatan kerja<br />

Keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan dan ditaati dalam<br />

bekerja atau beraktivitas lainnya. Dalam melakukan pemeliharaan<br />

dan perbaikan crane dan lift, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:<br />

a. Pakai seragam kerja sesuai dengan standart yang ditentukan,<br />

diantaranya adalah helm pengaman, kaca pengaman, sepatu<br />

pengaman<br />

b. Bekerjalah dengan peralatan yang memadai (bawa toll kit), karena<br />

lebih mudah pemeliharaan, pengontrolan kelengkapan, dan<br />

melakukan pemeliharaan lebih mudah serta memperkecil faktor<br />

kelupaan bekerja dengan peralatan yang lengkap<br />

c. Pemeliharaan sebaiknya dilakukan pada saat crane dan lift tidak<br />

beroperasi<br />

d. Sediakan dan pelihara peralatan serta kelengkapan keselamatan dan<br />

kesehatan kerja<br />

e. Lakukan pekerjaan sesuai dengan standar operasional prosedur<br />

(SOP) yang sudah ditetapkan, baik SOP <strong>untuk</strong> manusia di tempat<br />

kerja maupun SOP peralatan yang dipelihara dan diperbaiki.


522 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

D. Latihan<br />

1. Sebuah sabuk konveyor bergerak horizontal pada dengan 1,5 m/detik<br />

dengan dibebani 60,026 kg/jam. Panjang sabuk 90 m dan digerakkan oleh<br />

sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan kecepatan 960 rpm. Perbandingan momen<br />

enersia pada poros motor <strong>listrik</strong> seperti ditunjukkan pada gambar di bawah<br />

ini.Tentukan momen pada poros motor <strong>listrik</strong><br />

Penyelesaian<br />

Pada saat panjang saat panjang sabuk 90 meter dengan kecepatan<br />

1,5m/detik. Sabuk ini akan bekerja terus menerus dengan kecepatan<br />

1,5 m/detik <strong>untuk</strong> memindahkan beban seberat 1000,43 kg<br />

v<br />

t =<br />

s<br />

1,<br />

5<br />

=<br />

90<br />

= 60 det<br />

momen<br />

60.<br />

026<br />

=<br />

60<br />

= 1000,<br />

43kg/<br />

menit<br />

960<br />

Kecepa = tan.<br />

sudut 2π<br />

m 60<br />

= 32πmeter.<br />

rad / sec<br />

ϖ<br />

Momen<br />

1<br />

. m.<br />

v 2<br />

114,<br />

72<br />

J<br />

=<br />

2<br />

1<br />

= . 2 J.<br />

2 ϖ m<br />

= 5.<br />

048,<br />

11.<br />

J<br />

114,<br />

72<br />

5.<br />

048,<br />

11<br />

= 0,<br />

0227kgm<br />

2<br />

Jadi momen inersia pada poros motor <strong>listrik</strong> adalah 0,0227 kg/m 2<br />

E. Tugas<br />

1,5 m/s<br />

90 m<br />

1. Jelaskan langkah dan tata cara pemeliharaan dan perbaikan pada crane<br />

dan lift.<br />

2. Lakukan tugas praktik kerja lapangan di <strong>industri</strong> perbaikan dan pemeliharaan lift<br />

atau pada kantor dan sejenisnya yang memiliki teknisi crane dan lift serta dan<br />

buat laporan kegiatan


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

BAB XII<br />

TELEKOMUNIKASI UNTUK<br />

INDUSTRI TENAGA LISTRIK<br />

A. Klasifikasi Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

523<br />

Yang termasuk dalam <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> adalah<br />

semua fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> yang diperlukan dalam pengelolaan<br />

perusahaan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, antara lain adalah penyediaan dan kebutuhan,<br />

operasi, pengamanan dan pemeliharaan. Jaringan <strong>telekomunikasi</strong><br />

merupakan sistem syaraf dalam pengelolaan perusahaan. Makin maju<br />

perusahaan makin penting adanya fasilitas yang dapat diandalkan dan<br />

komunikasi yang cepat dan handal. Sistem <strong>telekomunikasi</strong> ini dapat<br />

dibagi menjadi 3 macam, yaitu komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian beban (loaddispatching),<br />

<strong>untuk</strong> pemeliharaan dan <strong>untuk</strong> keperluan administratif.<br />

1. Komunikasi <strong>untuk</strong> Pembagian Beban<br />

Komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian beban digunakan dengan maksud <strong>untuk</strong><br />

memungkinkan pembagian beban secara cepat dan tidak terganggu.<br />

Telekomunikasi <strong>untuk</strong> kebutuhan ini sistemnya tidak boleh digunakan<br />

bersama dengan kebutuhan lainnya. Bahkan perlu disediakan suatu<br />

sistem <strong>telekomunikasi</strong> cadangan. Dalam keadaan terjadi gangguan pada<br />

sistem <strong>tenaga</strong>, bencana alam atau bencana-bencana lainnya, sistem<br />

<strong>telekomunikasi</strong> harus tetap dapat bekerja dengan sempurna.<br />

Fasilitas peralatan <strong>telekomunikasi</strong> yang sesuai <strong>untuk</strong> pembagian beban<br />

adalah komunikasi radio, <strong>telekomunikasi</strong> lewat pembawa PLC, dan<br />

lainnya.<br />

2. Komunikasi <strong>untuk</strong> Pemeliharaan<br />

Komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan dengan maksud agar komunikasi antara<br />

pusat <strong>listrik</strong> (power station), gardu (substation), saluran transmisi, saluran<br />

distribusi dan lainnya berjalan dengan baik dan lancar. Jenis<br />

<strong>telekomunikasi</strong> yang digunakan adalah <strong>telekomunikasi</strong> dengan kawat<br />

bagi sistem <strong>tenaga</strong> yang kecil dan <strong>telekomunikasi</strong> dengan radio atau<br />

dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong> Power Line Carrier (PLC) bagi sistem<br />

<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang besar. Komunikasi radio mobil sangat berguna dalam<br />

pemeliharaan saluran transmisi.


524 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

3. Komunikasi <strong>untuk</strong> Administratif<br />

Komunikasi <strong>untuk</strong> keperluan administratif digunakan dalam hubungan<br />

antara kantor pusat, kantor daerah dan kantor cabang. Sering saluran<br />

komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan digunakan juga <strong>untuk</strong> keperluan<br />

administratif. Kadang-kadang yang dipakai <strong>untuk</strong> keperluan terakhir ini<br />

adalah saluran komunikasi cadangan guna tugas-tugas tersebut<br />

terdahulu.<br />

Jenis-jenis fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> yang ada pada <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

secara bagan dapat.dilihat pada Gambar XII.1.<br />

B. Komunikasi dengan Kawat<br />

1. Saluran Telekomunikasi<br />

Komunikasi dengan menggunakan kawat tidak sesuai <strong>untuk</strong> pemakaian<br />

pada rangkaian yang penting atau pemakaian jarak jauh, karena<br />

pengaruh yang besar dari angin ribut, angin topan, gempa, banjir,<br />

interferensi dari saluran <strong>tenaga</strong> terhadap kawat komunikasi. Meskipun<br />

demikian, komunikasi jenis ini masih dipakai pada jarak pendek karena<br />

pertimbangan ekonomis. Komunikasi dengan kabel dipakai karena<br />

stabilitasnya lebih terjamin dibandingkan dengan komunikasi lewat<br />

saluran udara. Kelemahannya adalah komunikasi dengan kabel lebih<br />

mahal dan lebih menyulitkan apabila terjadi kerusakan.<br />

Saluran udara dapat dipasang pada tiang-tiang yang khusus dan dapat<br />

dipasang pada tiang-tiang yang juga dipakai <strong>untuk</strong> keperluan lain,<br />

misalnya tiang distribusi. Dengan menggunakan tiang distribusi sebagai<br />

saluran udara <strong>telekomunikasi</strong> maka biayanya lebih murah. Saluran<br />

telepon yang dipasang pada tiang saluran <strong>tenaga</strong> berupa kabel, karena<br />

karakteristik ke<strong>listrik</strong>annya lebih baik dan lebih kuat. Beberapa<br />

keterangan mengenai kabel <strong>telekomunikasi</strong> ditunjukkan pada Tabel XII.1.<br />

2. Sistem Transmisi Alat Komunikasi<br />

Komunikasi dengan menggunakan kawat dapat dibagi menjadi dua<br />

sistem, yakni sistem transmisi suara dan sistem transmisi pembawa.<br />

Sistem transmisi suara dilakukan dengan cara menyalurkan arus <strong>listrik</strong><br />

<strong>untuk</strong> komunikasi sesuai dengan frekuensi suara, Pada sistem transmisi<br />

pembawa dengan menyalurkannya sesudah mengubah frekuensi suara<br />

menjadi frekuensi gelombang pembawa. Frekuensi <strong>untuk</strong> komunikasi<br />

pembawa adalah antara 3 - 60 kHz dengan jumlah saluran bicara<br />

antara 1-3.


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

525<br />

Untuk komunikasi pembawa dapat dipakai saluran udara maupun kabel,<br />

tetapi pada <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> lebih senang menggunakan komunikasi<br />

dengan pembawa pembawa saluran <strong>tenaga</strong> (Power Line Carrier,<br />

disingkat PLC) dan komunikasi radio.<br />

C. Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga<br />

Telekomunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong> (PLC) adalah<br />

komunikasi dengan cara arus pembawa (carrier current) ditumpukkan<br />

(superposed) pada saluran transmisi <strong>tenaga</strong>, sehingga saluran <strong>tenaga</strong><br />

imenjadi rangkaian transmisi frekuensi tinggi. Jangkauan frekuensinya<br />

berbeda <strong>untuk</strong> setiap Negara, antara 10 sampai 500 kHz.<br />

Untuk memungkinkan komunikasi dengan cara ini secara effisien, yaitu<br />

dimana karakteristik penyaluran syarat lewat pembawa digabungkan<br />

dengan karakteristik penyaluran <strong>tenaga</strong> pada tegangan tinggi diperlukan<br />

peralatan pengait (link coupling equipment).<br />

Sistem pengaitan (coupling system) diklasifikasikan menurut pengaitan<br />

induktif dan pengaitan kapasitif. Karena jebakan saluran (line trap)<br />

merupakan impedansi tinggi terhadap frekuensi pembawa, maka jebakan<br />

ini diserikan dengan saluran transmisi <strong>tenaga</strong> <strong>untuk</strong> memperbaiki<br />

karakteristik penyaluran gelombang-gelombang pembawa. Pengaitan<br />

induktif lewat udara menggunakan penghantar yang dipasang sejajar<br />

dengan jarak tertentu dari saluran transmisi. Sistem ini dipakai <strong>untuk</strong><br />

mengaitkan peralatan PLC dengan saluran transmisi pada frekuensi<br />

tinggi. Sistem ini sekarang jarang digunakan.<br />

Ada dua jenis pengaitan dengan kapasitor yaitu sistem pengaitan dengan<br />

kapasitor jenis penala (tuning type), dimana rangkaian penala (termasuk<br />

kapasitor pengait) dikaitkan secara seri dengan saluran transmisi dan<br />

jenis yang kedua adalah sistem pengaitan dengan kapasitor jenis<br />

penyaring (filter) pengaitan peralatan.


526 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XII.1 Bagan jenis-jenis fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> pada <strong>industri</strong><br />

Tenaga <strong>listrik</strong>


a. Karakteristik Listrik<br />

Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

Tabel XII.1<br />

Karakteristik dan Struktur Kabel Telekomunikasi<br />

Hal Karakteristik<br />

Tahanan Isolasi Di atas 10 M?/Km<br />

Tahanan Penghantar Di bawah 20,7 ?/Km<br />

Antara penghantar dalam dan luar AC 3.000V <strong>untuk</strong> 1 menit<br />

Antara penghantar luar dan kulit luar AC 3.000V <strong>untuk</strong> 1 menit<br />

Impedansi Karakteristik Antara Ω<br />

+ 5<br />

73<br />

Attenuasi Di bawah 3,7 dB/Km<br />

Tahanan Penghantar Di bawah 29,0 ?/Km<br />

Tahanan Isolasi Di atas 10.000 M?/Km<br />

Kapasitansi Elektrostatik Di bawah 50 µF/Km<br />

Antara Penghantar<br />

AC 2.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />

menit<br />

Antara Penghantar dan Tanah AC 4.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />

Tegangan<br />

Ketahanan<br />

(Withstand)<br />

(tanpa perisai)<br />

Antara Penghantar dan Perisai<br />

Antara Perisai dan Tanah<br />

menit<br />

AC 2.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />

menit<br />

AC 4.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />

menit<br />

Antara Kawat Penolong dan AC 1.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />

Tanah<br />

menit<br />

Impedansi Karakteristik 1 KHz 450 (Standart)<br />

(?)<br />

10 KHz 150 (Standart)<br />

30 KHz 130 (Standart)<br />

Attenuasi (dB/Km) 1 KHz 0,75 (Standart)<br />

10 KHz 1,7 (Standart)<br />

30 KHz 2,2 (Standart)<br />

−1<br />

527


528 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

b. Struktur Kabel PVC<br />

Jumlah<br />

Pasangan<br />

Diameter<br />

Luar dari<br />

Penghantar<br />

(mm)<br />

Tabel XII.2.<br />

Komunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong><br />

Tebal Isolasi<br />

Polythylene<br />

(mm)<br />

Tenal<br />

Vinyl<br />

Seath<br />

(mm)<br />

Diameter<br />

Luar<br />

(mm)<br />

Berat<br />

Kira-Kira<br />

(kg/km<br />

5 0,9 0,5 2,0 14 240<br />

10 0,9 0,5 2,0 18 335<br />

15 0,9 0,5 2,0 20 455<br />

20 0,9 0,5 2,1 23 570<br />

30 0,9 0,5 2,3 27 820<br />

50 0,9 0,5 2,5 34 1.220<br />

c. Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong> Pembawa (PLC)<br />

Tabel XII.3.<br />

Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong> Pembawa (PLC)<br />

Hal Standar<br />

Penghantar Dalam<br />

Material<br />

Diameter Luar<br />

Soft copper berlilit<br />

Kira-kira 1,2 mm (7/0,4mm)<br />

Material Polyethyline (field type)<br />

Isolasi<br />

Tebal Kira-kira 3 mm<br />

Diameter Luar Standart 7,3 mm<br />

Penghantar Luar Material Soft copper wire braid<br />

Tebal Standart 2,5 mm<br />

Sarung Vinyl (sheath)<br />

Diameter Luar<br />

Standar 13,2 mm<br />

Maksimum 14 mm<br />

Berat Kira-kira 220 kg/km


G KS<br />

G<br />

G<br />

CC<br />

CC<br />

KS<br />

CC<br />

Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

Dr<br />

KS<br />

Dr<br />

(a) Diagram Peralatan Pengait<br />

400? - 75?<br />

Dr<br />

Penyaring<br />

Pengait<br />

600? - 75?<br />

Dr<br />

C<br />

130?<br />

Penyaring<br />

Pengait<br />

Alat<br />

Pelindung<br />

(b) Diagram Rangkaian Kapasitor Pengait<br />

LT<br />

C<br />

Feeder<br />

Feeder<br />

Feeder<br />

(c) Diagram Rangkaian Wide band Type Line Trap<br />

Gambar XII.2<br />

Peralatan Pengait <strong>untuk</strong> Komunikasi Pembawa (PLC)<br />

KS<br />

Pengaitan Fasa ke Tanah<br />

Pengalihan Fasa ke Fasa<br />

L1<br />

P1<br />

P1<br />

F1<br />

F2<br />

F1<br />

KS P1 Ars<br />

Alat<br />

Pelindung<br />

F1<br />

F1<br />

Ars<br />

P1<br />

P1<br />

Ke Peralatan<br />

PLC<br />

Feeder<br />

529


530 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Keterangan Gambar XII.2<br />

CC Kapasitor pengait (Coupling Capacitor)<br />

CF Penyaring Pengait (Coupling Fixer)<br />

LT Jebakan saluran<br />

LS Pemilah<br />

CB Pemutus Beban<br />

F Feeder<br />

P Alat Pelindung<br />

PL Peralatan Komunikasi Pembawa (PLC)<br />

PS Sumber Tenaga Listrik<br />

KS Saklar Pengetanahan<br />

O, P1, P2, ARS Arester<br />

Dr Drive Coil<br />

F1, F2 Sekring<br />

LC Main Coil<br />

PLC dengan saluran dilakukan melalui penyaring pengait dan kapasitor<br />

pengait. Sistem kedua ini sekarang banyak dipakai seperti ditunjukkan<br />

pada Gambar XII.2.<br />

Kapasitor pengait memisahkan saluran transmisi dari peralatan PLC dan<br />

bersama penyaring pengait merupakan jaringan empat kutub yang<br />

meneruskan frekuensi tinggi. Yang dipakai adalah kapasitor kertas terisi<br />

minyak dengan kapasitansi elektrostatis 0,001-0,002 uF.<br />

Sebagai penyaring dipakai "band-pass filter". Rangkaiannya dari jenis<br />

trafo seperti ditunjukkan pada Gambar XII.2 (b). Kerugian pada daerah<br />

frekuensi yang diteruskan (passing band) 1 - 1,5 dB ke bawah.<br />

Jebakan saluran terdiri dari kumparan utama yang meneruskan frekuensi<br />

siaga, alat penala yang memberikan impedansi frekuensi tinggi yang<br />

dikehendaki serta arester yang melindungi peralatan. Contoh<br />

rangkaiannya ditunjukkan dalam Gambar XII.2. Induktansi kumparan<br />

utamanya kira-kira 0,1 - I mH, sedang impedansi frekuensi tingginya<br />

memiliki tahanan effektif antara 400 - 600 Ohm.<br />

D. Rangkaian Transmisi<br />

Peralatan pengait (Coupling Equipment) dalam Gardu terdiri dari jebakan<br />

saluran (Line Trap), kapasitor pengait (Coupling Capacitor), dan<br />

penyaring pengait (Coupling Filter).


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

531<br />

Ada 4 sistem rangkaian transmisi PLC seperti ditunjukkan pada Gambar<br />

XII.3. Untuk ke empat sistem ini karakteristik transmisinya berbeda.<br />

Impedansi frekuensi tinggi dari saluran transmisi berubah menurut<br />

komposisi rangkaian dan konstruksi salurannya. Namun harga-harga<br />

berikut ini dapat dipakai sebagai patokan:<br />

Untuk pengaitan fasa-tanah Z = 400 ?<br />

Untuk pengaitan antar-fasa Z = 600 ?<br />

Gambar XII.3<br />

Sistem Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC)<br />

Lx adalah rugi tambahan dalam pengait fasa-tanah (dB), diambil 5 dB.<br />

Peralatan PLC yang dipakai adalah jenis satu saluran dan jenis tiga<br />

saluran. Contoh spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel XII.3.


532 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XII. 4<br />

Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi<br />

Tabel XII.4<br />

Contoh Spesifikasi Peralatan Pembawa Saluran Tenaga (PLC)


E. Komunikasi Radio<br />

Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

533<br />

Telekomunikasi dengan pesawat radio banyak juga dipakai dalam <strong>industri</strong><br />

<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>. Penggunaannya tetap akan memegang peranan penting,<br />

terutama karena keunggulannya dalam keadaan bencana alam (angin<br />

topan, banjir) dibandingkan dengan komunikasi melalui kawat.<br />

Spesifikasinya berubah dengan frekuensi kerja yang digunakan, yaitu<br />

frekuensi tinggi sekali (VHF) ke atas. Contoh spesifikasi peralatan<br />

komunikasi radio tertera pada Tabel XII.5<br />

Frekuensi yang paling sering dipakai adalah antara 40 - 70 MHz dan<br />

150 - 160 Hz. Pancaran gelombang radio VHF (30 - 300 MHZ)<br />

merupakan pancaran dengan gelombang langsung (direct wave),<br />

gelombang pantulan (reflected wave) dalam jarak yang masih dapat<br />

dilihat (with in line-off-sight distance), dan gelombang lenturan (diffracted<br />

wave) di luar jarak yang dapat dilihat (beyond line-of-sight-distance).<br />

Karena jarang ada pancaran ionosfir <strong>untuk</strong> gelombang pendek, maka<br />

komunikasi ini tidak dapat dipakai <strong>untuk</strong> jarak jauh. Namun, sering<br />

kekuatan medan gelombang lenturan besar sekali, misalnya bila jalan<br />

pancaran itu dipotong oleh gunung yang ideal. Dalam hal demikian,<br />

komunikasinya dimungkinkan <strong>untuk</strong> jarak jauh, yaitu kira-kira 100 km di<br />

luar jarak yang dapat dilihat.


534 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Tabel XII.5<br />

Contoh spesifikasi peralatan komunikasi radio


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

Gambar XII.5<br />

Contoh Peralatan Radio<br />

535


536 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XII.6<br />

Contoh Pemancar<br />

Komunikasi radio VHF dari stasion ke stasion digunakan <strong>untuk</strong><br />

kepentingan lokal dengan I - 6 saluran (CH).<br />

Contoh pemancar, penerima dan antena radio ditunjukkan pada Gambar<br />

XII.5 dan Gambar XII.6


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

Gambar XII.7<br />

Contoh Komunikasi Radio <strong>untuk</strong> Pemeliharaan<br />

F. Komunikasi Gelombang Mikro<br />

537<br />

Jangkauan frekuensi <strong>untuk</strong> komunikasi dengan gelombang mikro<br />

(microwave) adalah 300 – 3.000 MHz (dinamakan ultra-high frequency,<br />

disingkat UHF) dan 3.000-30.000 MHz (dinamakan super-high frequency,<br />

disingkat SHF). Frekuensi UHF ke atas dinamakan gelombang mikro,<br />

meskipun ada juga yang menggunakan batas 1.000 MHz. Frekuensi yang<br />

biasanya digunakan oleh perusahaan <strong>listrik</strong> adalah frekuensi sekitar<br />

(band) 400 MHz, 2.000 MHz dan 7.000 MHz.<br />

Spesifikasi peralatan yang digunakan <strong>untuk</strong> komunikasi radio pada<br />

frekuensi sekitar 400 MHz ditunjukkan pada Tabel XII.4. Pancaran<br />

gelombangnya terbatas pada jarak yang dapat dilihat, yaitu <strong>untuk</strong><br />

komunikasi antara stasiun dengan rangkaian komunikasi multiplek di<br />

bawah 24 saluran (CH). Akhir-akhir ini, sistem ini banyak dipakai guna<br />

komunikasi radio mobil <strong>untuk</strong> pemeliharaan saluran <strong>tenaga</strong> di sekitar<br />

kota). Cara kerjanya sama dengan komunikasi VHF.<br />

Telekomunikasi dengan gelombang mikro digunakan <strong>untuk</strong> saluransaluran<br />

komunikasi yang terpenting yang memerlukan saluran bicara<br />

banyak. Dalam hal demikian, biaya pembangunan dengan metoda<br />

komunikasi yang lain. Keuntungan yang lain adalah bahwa berisiknya<br />

sedikit, mutu suaranya baik dan keandalannya tinggi.<br />

Dibandingkan dengan komunikasi PLC, komunikasi gelombang mikro<br />

lebih murah, karena harga kapasitor pengait dan jebakan saluran pada


538 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

komunikasi PLC mahal. Kecuali itu, <strong>untuk</strong> PLC dibutuhkan peralatan yang<br />

penguatannya besar karena besarnya tegangan berisik korona terutama<br />

pada tegangan tinggi. Oleh karena itu, bila saluran bicaranya enam atau<br />

lebih, komunikasi gelombang mikro lebih ekonomis dan lebih stabil.<br />

Gelombang mikro dipancarkan menurut garis lurus (seperti cahaya). Oleh<br />

karena itu pancaran gelombang mikro terbatas pada pancaran<br />

gelombang langsung dalam batas jarak yang dapat dilihat (kecuali<br />

pancaran gelombang terpencar di troposfir). Ini berati, bahwa rugi<br />

pancaran antara titik pancaran dan titik penerima berubah-ubah<br />

tergantung dari refraksi di udara (yang merupakan fungsi dari suhu di<br />

tanah, tekanan udara, kelem<strong>bab</strong>an, kedudukan geografis) serta pengaruh<br />

gelombang pantulan (reflected). Fluktuasi ini dinamakan geiala<br />

menghilang (fading). Makin jauh jarak pancaran gelombang radio dan<br />

makin tinggi frekuensinya, makin besar gejala menghilangnya.<br />

Di angkasa bebas (free space), pengaruh apapun terhadap pancaran<br />

gelombang tidak ada. Dalam pembangunan rangkaian gelombang mikro,<br />

stasion radionya harus diletakkan di tempat dimana gejala menghilang<br />

tidak akan banyak terjadi. Rangkaian itu juga harus direncanakan dengan<br />

memperhitungkan terjadinya rugi pancaran karena gejala menghilang<br />

tadi.<br />

Sebagai antena gelombang mikro digunakan lensa elektromagnetik,<br />

antena reflektor tanduk atau antena parabolis. Karena pertimbangan<br />

ekonomis antena yang terakhir banyak dipakai oleh perusahaanperusahaan<br />

<strong>listrik</strong>. Setiap antena ini dapat disesuaikan dengan kearahan<br />

(directivity) yang teliti dan perolehan daya yang tinggi. Ciri<br />

<strong>telekomunikasi</strong> gelombang mikro dimungkinkan oleh mutu antena ini.<br />

Seperti terlihat pada Gambar XII.6, antena parabolis (parabolic antenna)<br />

terdiri dari reflektor parabolis dan radiator primer yang meradiasikan<br />

gelombang-gelombang ke reflektor. Gelombang-gelombang radio yang<br />

direfieksikan kemudian dipancarkan ke depan dengan arah yang tepat.<br />

Sebagai saluran penghubung (feeder line) dipakai kabel koaksial <strong>untuk</strong><br />

frekuensi sekitar 2.000 MHz, sedang penuntun gelombang (wave guide)<br />

persegi, eliptis, atau bulat dipikai <strong>untuk</strong> frekuensi sekitar 7.000 MHz.<br />

Seperti terlihat pada Gambar XII.8, <strong>untuk</strong> memungkinkan pemantulan<br />

gelombang menurut arah tertentu digunakan reflektor logam datar yang<br />

digunakan reflektor pasif. Reflektor ini biasanyaberukuran 3 m x 4 m,<br />

4 m x 6 m atau 6 m x 8 m.<br />

Peralatan <strong>telekomunikasi</strong> gelombang mikro terdiri dari pesawat pemancar<br />

dan penerima radio, pesawat pengulang (repeater) dan alat frekuensi


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

539<br />

pembawa. Dewasa ini semua peralatan ini sudah ditransistorkan. Contoh<br />

pesawat pengulang keadaan padat (solid state) ditunjukkan pada XII.8.<br />

Pesawat pengulang menggunakan sistem relai detektif (detective relay<br />

system) yang menerima gelombang mikro, mendemodulasikannya,<br />

mengambil bagian videonya, lalu memancarkannya kembali sesudah<br />

memodulasikannya lagi. Ada juga sistem heterodin, yang menguatkan<br />

gelombang mikro yang diterima sesudah mengubah frekuensinya<br />

menjadi VHF, lalu memancarka kembali sesudah merubah frekuensinya<br />

menjadi gelombang mikro. Sistem terakhir ini jarang dipakai oleh<br />

perusahan-perusahaan <strong>listrik</strong>.<br />

Gambar XII.8<br />

Lintasan Gelombang Mikro yang Dipantulkan oleh Reflektor Pasif Panah<br />

Menunjukkan Lintasan Gelombang


540 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XII. 9<br />

Bagian-Bagian Pemancar (A) Antena Reflektor Pasif Parabola<br />

(B) Gelombang Mikro<br />

G. Pemeliharaan Alat Komunikasi Pada Pusat Pembangkit Listrik<br />

Pemeliharaan alat komunikasi lebih ditekankan pada pemeliharaan<br />

alat yang menghasilkan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> DC sebagai sumber <strong>tenaga</strong> alat<br />

komunikasi. Selain itu pemeliharaan pada antene penerima dan<br />

antene pemancar. Hal ini terkait dengan kualitas suara dan sinyal.<br />

Kualitas sinyal berkaitan dengan kekuatan suara, sedangkan kualitas<br />

suara berkaitan dengan kejelasan atau suar jelas dan tidak banyak<br />

noise<br />

Pemeliharaan antene diantaranya adalah melakukan pengecekan<br />

arah antene dan atau parabola, membersihkan permukaan antene<br />

yang berasal dari bahan almunium dari kotoran debu dan pengaruh<br />

kelem<strong>bab</strong>an terhadap permukaan antene.<br />

Pemeliharaan antene juga berkaitan dengan pengecekan posisi<br />

antene dan arah antene. Karena gerakan angin maka dapat<br />

mempengaruhi posisi dan arah antene, sehingga memerlukan<br />

pemeliharaan rutin.


Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />

541<br />

Pengecekan pada baterai pada pesawat penerima juga sangat<br />

memerlukan pemeliharaan, termasuk pembersihan kontak-kontak<br />

baterai, tingkat keregangan pegas penjepit baterai pada pesawat<br />

penerima.<br />

Pemeriksaan dan pemeliharaan alat pendingin pada peralatan<br />

pemancar merupakan masalah yang penting juga pada alat<br />

komunikasi, karena jika alat pendingi tidak bekerja dengan baik, alat<br />

pemancarnya cepat panas dan bahkan dapat terbakar sehingga<br />

dampaknya sangat besar terutama alat komunikasi <strong>untuk</strong> kebutuhan<br />

pemeliharaan. Hal ini juga berlaku <strong>untuk</strong> alat komunikasi yang lebih<br />

canggih, tetapi dalam pemeliharaannya banyak terkait dengan<br />

program dan tidak memerlukan pekerjaan mekanik yang banyak.<br />

Pemeriksaan dan pemeliharaan pada alat komunikasi jenis kabel juga<br />

memerlukan perhatian. Kegiatan pada pemeliharaan alat komunikasi<br />

melalui kawat diantaranya dapat dilakukan mealalui pemeriksaan<br />

kawat yang digunakan, penggantian jika kondisi kawat sudah cacat<br />

dan atau terluka. Selain itu, pemeriksaan pada kontak-kontak<br />

sambungan kawat juga harus dipelihara, baik terhadap debu maupun<br />

korosi dan oksidasi.<br />

H. Latihan<br />

Lakukan pekerjaan mekanis dan elektronik <strong>untuk</strong> memelihara sistem<br />

peralatan komunikasi yang ada di sekolah dengan bimbingan guru<br />

dan teknisi bidang sistem <strong>telekomunikasi</strong><br />

I. Tugas<br />

Buat laporan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang telah anda<br />

lakukan dan selanjutnya lakukan diskusi dengan didampingi guru.


542 Pembangkitan Tenaga Listrik


BAB XIII<br />

ALAT UKUR LISTRIK<br />

Alat Ukur Listrik 543<br />

Alat ukur <strong>listrik</strong> banyak macamnya, tetapi pada bagian ini hanya dibahas<br />

Alat Ukur yang berkaitan secara langsung dengan pusat pembangkit<br />

<strong>listrik</strong>.<br />

A. Ampermeter<br />

1. Pengertian ampermeter<br />

Ampermeter adalah alat <strong>untuk</strong> mengukur besarnya arus yang mengalir<br />

pada rangkaian berbeban. Batas ukur amperemeter masih terbatas di<br />

lapangan, khusunya <strong>untuk</strong> mengukur arus <strong>listrik</strong> yang besar dan<br />

sistemnya menggunakan tegangan tinggi, sehingga harus menggunakan<br />

alat transformator arus. Transformator arus tersebut berfungsi <strong>untuk</strong><br />

menurunkan besarnya arus <strong>listrik</strong> dan selanjutnya diukur dengan<br />

amperemater.<br />

2. Transformator Arus<br />

Transformator arus harus memiliki tingkat kepresisian yang tinggi<br />

sehingga rasio arus primer dan skunder konstan. Transformator arus<br />

digunakan <strong>untuk</strong> mengukur dan memonitor arus line dan juga digunakan<br />

<strong>untuk</strong> hubungan ke relai dan terhubung pada sisi skunder. Gambar XIII.1<br />

menunjukkan contoh pengukuran arus dilengkapi transformator arus.<br />

Arus nominal transformator sebesar 5 A, dan besarnya arus yang terukur<br />

bergantung pada besarnya arus primer line. Karena transformator arus<br />

hanya digunakan <strong>untuk</strong> pengukuran dan sistem proteksi, maka dayanya<br />

antara 15 VA sampai dengan 200 VA. Transformator arus memiliki rasio<br />

150 A/5 Transformator arus cukup aman <strong>untuk</strong> digunakan pengukuran<br />

line jaringan transmisi tegangan tinggi.<br />

Gambar XIII.2 menunjukkan desain transformator arus 500 VA, 100 A/5 A<br />

<strong>untuk</strong> line sedang Gambar XIII.3 menunjukkan transformator arus 50 VA,<br />

400 A/5 A, 60 Hz dengan isolasi <strong>untuk</strong> tegangan 36 kV


544 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Tegangan Line 69 kV<br />

Contoh<br />

Ip<br />

Transformator<br />

Arus<br />

Primer<br />

Skunder<br />

Is<br />

BEBAN<br />

Amperemeter<br />

0 -5 A<br />

Gambar XIII.1<br />

Contoh Pengukuran Arus Dilengkapi Transformator Arus<br />

Gambar XIII.2<br />

Desain Transformator Arus 500 VA, 100 A/5 A <strong>untuk</strong> Line 230 kV<br />

Transformator dengan 500 VA, 400 A/5 A, 36 kV dihubungkan pada<br />

tegangan AC antara line dan netral tegangannya 14,4 kV. Ampermeter.<br />

A


Alat Ukur Listrik 545<br />

relai dan sambungan kabel pada sisi skunder dengan total impedansi<br />

1,2 Ohm. Arus transmisi 280 A.<br />

Hitung:<br />

a. Arus skunder<br />

b. Rugi tegangan terminal skunder<br />

c. Drop tegangan pada primer<br />

Penyelesaian:<br />

a. Perbandingan arus<br />

I1/I2 = 400/5<br />

= 80 A<br />

Perbandingan belitan<br />

N1/N2 = 1:80<br />

Arus skunder<br />

= 280/80<br />

= 3,5 A<br />

b. E2 = I .R<br />

= 3,5 x 1.2<br />

= 4,2 V<br />

Rugi tegangan pada sisi skunder adalah 4,2 V<br />

c. Tegangan primer = 4,2/80<br />

= 52,5 mV<br />

Gambar XIII.3<br />

Transformator Arus 50 VA, 400 A/5 A, 60 Hz dengan Isolasi<br />

<strong>untuk</strong> Tegangan 36 kV


546 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Selain transformator arus seperti ditunjukkan pada Gambar XIII.1, ada<br />

jenis lain tentang transformator arus, yaitu transformator arus toroida<br />

seperti ditunjukkan pada Gambar XIII.4.<br />

Alat tersebut sedang dipasang pada line dengan arus line 100 A pada<br />

setiap saat. Laminasi berbentuk ring poros inti. Posisi konduktor primer<br />

panjang berada d (LV) dan tegangan menengah dengan isolasi dalam<br />

ditengah. Toroida memiliki perbandingan transformasi N dan CT memiliki<br />

rasio 1000 A/5 A dan 300 belitan pada belitan skunder. Toroida CT<br />

sederhana dan digunakan pada tegangan rendah.<br />

Gambar XIII.5 Transformator toroida tersambung dengan bushing.<br />

Gambar XIII.4<br />

Transformator Toroida 1.000 A/5A <strong>untuk</strong><br />

Mengukur Arus Line


Contoh<br />

Alat Ukur Listrik 547<br />

Gambar XIII.5<br />

Transformator Toroida Tersambung dengan Bushing<br />

Transformator tegangan 14.400 V/115 V, rating arus transformator 75/5 A<br />

digunakan mengukur pada line transmisi. Jika voltmeter menunjuk 111 V<br />

dan ampermeter menunjukkan 3 A, hitung tegangan dan arus line.<br />

Penyelesaian<br />

Besarnya tegangan line adalah<br />

E = 111 x (14.400/115)<br />

= 13.900 V<br />

Besarnya arus line adalah<br />

I = 3 X (75/5)<br />

= 45 A<br />

B. Pengukuran Tegangan Tinggi<br />

Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi tidak dapat dilakukan<br />

secara langsung karena keterbatasan skala voltmeter dan demi menjaga<br />

keselamatan manusia. Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi<br />

digunakan alat bantu transformator tegangan.


548 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Transformator tegangan berfungsi <strong>untuk</strong> menurunkan tegangan pada sisi<br />

tegangan tinggi (primer) menjadi tegangan rendah (skunder), dengan<br />

menggunakan perbandingan belitan. Pada sisi tegangan tinggi jumlah<br />

belitannya lebih banyak jika dibandingkan jumlah belitan pada sisi<br />

skunder. Contoh transformator tegangan yang digunakan <strong>untuk</strong><br />

mengukur tegangan ditunjukkan pada Gambar XIII.6. Jumlah<br />

perbandingan belitan primer dan skundernya adalah 60:1<br />

Transformator<br />

tegangan<br />

Gambar XIII.6<br />

Transformator Tegangan pada Line 69 kV<br />

Hubungan antara jumlah belitan primer dan skunder terhadap besarnya<br />

tegangan primer dan skunder pada transformator tegangan dirumuskan<br />

sebagai berikut:<br />

N 1 E1<br />

= (13-1)<br />

N<br />

2<br />

E<br />

Keterangan<br />

N1 adalah jumlan belitan primer<br />

N2 adalah jumlan belitan skunder<br />

E1 adalah jumlan tegangan primer<br />

E2 adalah jumlan tegangan<br />

skunder<br />

2<br />

Primer<br />

Skunder<br />

Contoh transformator tegangan ditunjukkan pada Gambar XIII.7.<br />

Besarnya daya 7.000 VA, 80,5 kV, 50/60 Hz dengan tingkat kepresisian<br />

0,3% dan BIL 650 kV. Terminal primer berada pada bushing yang<br />

dihubungkan pada tegangan tinggi dan dihubungkan pada ground.<br />

Tegangan belitan skunder 115 V dengan tegangan pada masing-masing<br />

V<br />

Tegangan Line<br />

69 kV<br />

Voltmeter AC<br />

0-150 V


Alat Ukur Listrik 549<br />

tap 4 V dengan tinggi 2565 mm, tinggi porselin bushing 1.880 mm<br />

dengan oli 250 L dan berat 740 kg.<br />

Gambar XIII.7<br />

Contoh Aplikasi Transformator Tegangan pada Pengukuran Tegangan Tinggi<br />

Contoh bentuk voltmeter dengan range 9.000 V dan ampermeter dengan<br />

range 2. 500 A produksi General Electric ditunjukkan pada Gambar XIII.8<br />

Gambar XIII.8<br />

Contoh Bentuk Amperemeter dan Volmeter


550 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

C. Pengukuran Daya Listrik<br />

Dalam teori teknik <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> terurai <strong>untuk</strong> menentukan besarnya daya<br />

<strong>listrik</strong> yang dipakai dalam satuan Volt Amper (VA) dan yang lebih tinggi<br />

kVA (kilo Volt Amper). Dapat pula dikatakan Watt dan kW (kilo Watt) jika<br />

faktor daya atau cos f diperhitungkan.<br />

Dalam uraian secara perhitungan, besarnya daya (P) adalah:<br />

P = E . I. Cos f watt, <strong>untuk</strong> daya arus bolak–balik satu phasa<br />

P= E . I. Cos f . 3 Watt <strong>untuk</strong> daya arus bolak–balik tiga phasa.<br />

Dalam praktiknya kita tinggal melihat hasil yang telah didata pada alat<br />

ukur. Di sini akan kelihatan berapa besar daya yang dipakai pada alat<br />

pemakai. Lihat skema gambar pengukur daya pada Gambar XIII.9.<br />

Gambar XIII.9<br />

Kontruksi dasar Watt Meter<br />

Keterangan : L – medan lapan (spool arus)<br />

P – medan putar (spool tegangan)<br />

Gambar XIII.10<br />

Pengukur Daya (Watt-meter 1 phasa)


Gambar XIII.11<br />

Pengukur Daya (Watt-Meter 1 Phasa/3 Phasa)<br />

A<br />

Gambar XIII.12<br />

Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa<br />

Gambar XIII.13<br />

Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa dan 3 Phasa<br />

Alat Ukur Listrik 551


552 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XIII.14<br />

Cara penyambungan Wattmeter 1 phasa<br />

Gambar XIII.15<br />

Cara Pengukuran Daya 3 Phasa dengan 2 Wattmeter<br />

Gambar XIII.16<br />

Rangkaian Pengukuran Daya 3 Phasa 4 Kawat


D. Pengukuran Faktor Daya<br />

Gambar XIII.17<br />

Rangkaian Pengukuran Daya Tinggi<br />

Alat Ukur Listrik 553<br />

Dalam pengertian sehari–hari disebut pengukur Cosinus phi (f). Tujuan<br />

pengukuran Cos f atau pengukur nilai cosinus sudut phasa adalah,<br />

memberikan penunjukan secara langsung dari selisih phasa yang timbul<br />

antara arus dan tegangan. Kita menghendaki bukan penunjukan sudut<br />

phasa melainkan penunjukan cosinus phi. Untuk menghitung Cos f<br />

dengan menggunakan rumus:<br />

P<br />

Cos f =<br />

(13-2)<br />

V . I<br />

Keterangan:<br />

P = daya dalam satuan watt<br />

V = tegangan dalam satuan volt<br />

I = arus <strong>listrik</strong> dalam satuan<br />

amper<br />

Pengukuran Cos f berdasarkan pada dasar–dasar gerak <strong>listrik</strong> dapat<br />

dianggap sebagai Pengukuran kumparan silang. Kumparan didalamnya<br />

terdiri dari kumparan arus dan kumparan tegangan, prinsip seperti<br />

pengukur Watt.


554 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Dalam proses pengukuran Cos f , prinsip pengukuran bukanlah dituntut<br />

hasil yang persis. Menurut petunjuk–petunjuk dari pembuat atau yang<br />

memproduksi alat ukur, kesalahan yang diizinkan adalah dua derajat,<br />

sudut skala penunjukan.<br />

Gambar XIII.18<br />

Alat Pengukur Cos F<br />

Gambar XIII.19<br />

Kopel yang Ditimbulkan<br />

Pada kumparan S1 bekerja suatu gaya,<br />

K1= C1.I1.I3.Cos f (13-3)<br />

Q = C2.VI. Cos f (13-4)<br />

Gaya pada kumparan S 2 besarnya;<br />

K2=C3.I2 I3.Cos (90–f ) = C 4 .V.I sin α (13-5)


Alat Ukur Listrik 555<br />

Kopel yang ditimbulkan oleh k1 adalah;<br />

M1 = C5.V.I. cos f sin α (13-6)<br />

Kopel k2 adalah;<br />

M2=C6.V.I.sinf .cos α (13-7)<br />

Atau<br />

tg α = C. tg . f (13-8)<br />

Akibatnya bahwa dengan jarum yang dihubungkan dengan kumparankumparan<br />

yang dapat bergerak dan yang sikapnya selalu sesuai<br />

dengan kumparan S2, memberi penunjukan yang langsung berbanding<br />

lurus dengan f. Kalau arus mendahului, Gambar XIII.19, kopel<br />

ditimbulkan oleh gaya I2 dari I3 karena itu kedua gaya kopel bekerja<br />

bersama–sama, dimana kumparan S2 dengan jarumnya berhenti di muka<br />

sudut negatif f berarti di sebelah kiri dari garis tengah yang tegak.<br />

Gambar XIII.20<br />

Pengukur Cos F dengan Kumparan Tegangan yang Tetap dan Inti Besi


556 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XIII.21<br />

Diagram Vektor Ambar XIII.20<br />

Gambar XIII.22<br />

Prinsip Cosphimeter Elektro Dinamis<br />

Gambar XIII .23<br />

Cosphimeter dengan Azas Kumparan Silang


Gambar XIII.24<br />

Vektor Diagram Arus dan Tegangan<br />

pada Cosphimeter<br />

Gambar XIII.26<br />

Kontruksi Cosphimeter dengan Garis-Garis<br />

Gambar XIII.27<br />

Sambungan Cosphimeter 1 phasa<br />

Alat Ukur Listrik 557<br />

Gambar XIII.25<br />

Skala Cosphimeter 3 phasa<br />

Gambar XIII.28<br />

Sambungan Secara Tidak Langsung<br />

Cosphimeter 1 Phasa


558 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XIII.29<br />

Pemasangan Cosphimeter<br />

3 phasa<br />

E. Pengukuran Frekuensi<br />

Gambar XIII.30<br />

Pemasangan secara tidak langsung<br />

Cosphimeter phasa tiga<br />

Tujuan alat ini adalah <strong>untuk</strong> mengetahui banyaknya getaran <strong>listrik</strong> dengan<br />

kesatuan Herzt dari sumber pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />

Mengapa getaran ini perlu diketahui, hal ini menyangkut permasalahan<br />

dari alat yang dipergunakan, dalam hal ini adalah alat–alat <strong>listrik</strong> karena<br />

alat–alat tersebut sudah mempunyai spesifikasi tertentu <strong>untuk</strong> getaranya.<br />

Biasanya yang dipakai rata–rata berkisar 48 Hz sampai dengan 60 Hz.<br />

Kecuali getaran–getaran dari komponen elektronika. Perlu diingat pada<br />

teori dasar dari generator <strong>listrik</strong>; tertera rumus:<br />

n.p<br />

Frekuensi f = (13-9)<br />

120<br />

Frekuensimeter bekerja atas dasar azas getaran <strong>listrik</strong> atau getaran<br />

secara mekanis. Frekunsi dengan azas resonansi (getaran) <strong>listrik</strong> jarang<br />

temukan, mengingat pembuatannya sangat mahal dan rumit dan<br />

dise<strong>bab</strong>kan ruang lingkup penunjukkan jarum penunjuk sangat–sangat<br />

sempit hanya berkisar 48 dengan Hz sampai 52 Hz, tetapi yang banyak<br />

dipakai adalah frekuensimeter dengan azas mekanik mudah merakitnya.<br />

Penyambungan frekuensi meter sama halnya dengan penyambungan<br />

alat ukur Voltmeter. Jadi disambung secara pararel terhadap jaringan<br />

<strong>listrik</strong>. Dan alat ini banyak ditemukan pada panel–panel PHB.


Alat Ukur Listrik 559<br />

1. Frekuensi meter Lidah Bergetar<br />

Gambar XIII.31 menunjukkan sistem kerja suatu frekuensimeter jenis<br />

batang bergetar. Sejumlah kepingan plat baja yang tipis membentuk<br />

lidah-lidah bergetar, masing–masing memiliki perbedaan frekuensinya,<br />

relatif tidak berjauhan satu sama lain dalam barisnya, dan mendapatkan<br />

arus medan magnet dari arus bolak–balik, salah satu lidah akan timbul<br />

getaran dan beresonansi, memberikan defleksi yang besar sesuai<br />

frekuensi yang ditimbulkan oleh arus bolak–balik.<br />

Gambar XIII.32 menunjukkan prinsip kerja suatu frekuensimeter jenis<br />

batang bergetar.<br />

Gambar XIII.31<br />

Kerja Suatu Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar<br />

Dalam perencanaan susunan lidah–lidah bergetar, telah ditetapkan<br />

bahwa amplitudo dari defleksinya akan menurun sampai kira–kira 60%,<br />

bila jarak dari perbedaan frekuensinya 0, 25 Hz dari frekuensinya.<br />

Getaran dapat dilihat pada tipe lidah bergetar.<br />

Gambar XIII.32<br />

Prinsip Kerja Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar


560 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gaya yang bekerja pada lidah–lidah bergetar berbanding lurus dengan<br />

kuadrat dari fruksi magnet yang tetap Φ yang dise<strong>bab</strong>kan oleh fluksi<br />

magnet permanen dan fluksi arus bolak–balik Φ m. Sin ?t,<br />

disuperposisikan kepadanya (Gambar XIII.32) dengan demikian:<br />

(Φ+ Φm.sin ?t) 2 =Φ 2 +½ Φm+2.Φ.Φm.Sin ? t–½ Φ m.cos 2 ?t (13-10)<br />

2. Alat Pengukur Frekuensi dari Type Rasio<br />

Gambar XIII. 33<br />

Prinsip Kerja Frekuensimeter Tipe Elektro Dinamis<br />

Alat ukur frekuensi dengan skala penunjukkan sering dibuat sebagai alat<br />

ukur rasio (elektro dinamis) lihat Gambar XIII.33. Arus yang mengalir<br />

melalui kumparan M1 dan M2 adalah I1 dan I2 .<br />

Konstanta–konstanta dipilih sedemikian rupa, sehingga menye<strong>bab</strong>kan<br />

arus–arus mempunyai resonansi pada masing–masing 42 Hz. Maka rasio<br />

dari I1 dan I2 akan berubah secara monoton dengan frekuensi–frekuensi<br />

yang berubah diatas, atau dibawah 50 Hz. Maka petunjuk akan bergetar<br />

sesuai dengan rasio tersebut, dan frekuensi yang akan diukur dapat<br />

diketahui pada skala petunjuk.<br />

Alat ukur frekuensi lidah bergetar atau tipe alat ukur rasio terbatas,<br />

dalam daerah pengukurannya. Agar daerah petunjukkan dapat lebih


Alat Ukur Listrik 561<br />

besar, maka sumber daya yang dipergunakan sebagai yang diperlihatkan<br />

Gambar XIII.134. Arus yang melalui meter amper.<br />

I = f. C. V (13-11)<br />

Karena terdapat suatu hubungan yang linier abtar I dan f, maka alat<br />

pengukur amper tersebut dapat dikalibrasikan dengan frekuensi.<br />

Gambar XIII.34<br />

Prinsip Suatu Frekuensi Meter Jenis Pengisisan-Pengosongan Kapasitor<br />

Cara kerja alat ukur<br />

Bila kontak–kontak dari relai pada gambar terbuka atau menutup pada<br />

frekuensi f , maka muatan C.V mengalir melalui a;at ukur amper pada<br />

setiap periode, dan demikian arus I yang mengalir melalui alat ukur<br />

amper diberikan I = f.C.V. Karena terdapat suatu hubungan antara I dan<br />

f, maka pengukur amper tersebut dapat dikalibrasikan dengan frekuensi.<br />

Gambar XIII.35<br />

Kontruksi Frekuensi Lidah


562 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XIII.36<br />

Skala Frekuensimeter Lidah<br />

F. Alat Pengukur Energi Arus Bolak-Balik<br />

1. Prinsip Kerja<br />

Untuk pengukur energi arus bolak–balik mempergunakan alat ukur type<br />

induksi, karena alat ukur ini mempunyai peralatan yang berprinsip<br />

kerjanya. Lihat Gambar XIII.37. Cp adalah inti kumparan tegangan, Wp<br />

adalah lilitan kumparan tegangan, dan Cc adalah inti kumparan arus, Wc<br />

adalah arus (lilitan arus), arus 1 mengalir melalui Wc mengakibatkan<br />

terjadinya fluksi Φ 1, Wp mempunyai sejumlah kumparan yang banyak dan<br />

mempunyai penampang kawat spot yang kecil dibandingkan dengan<br />

penampang kawat spot arus, dan hasil dari Wp adalah fluksi magnet Φ 2<br />

antara arus yang melalui Wc dan Wp berbeda 90 o .<br />

Perbedaan ini ditunjukkan oleh Gambar XIII.38. Dengan demikian<br />

kepingan alumunium D, terjadi momen gerak TD yang berbanding lurus<br />

terhadap daya beban yang diperlihatkan dalam persamaan. Bila<br />

kepingan alumunium berputar dengan kecepatan n, sambil berputar D<br />

akan memotong garis–garis fruksi qm dari magnet permanen,<br />

menye<strong>bab</strong>kan terjadinya arus–arus putar yang berbanding lurus terhadap<br />

n.?Φ.m didalam kepingan alumunium tersebut. Arus–arus putar ini akan<br />

memotong gari–garis fluksi Φ m. sehingga kepingan D akan mengalami<br />

suatu momen rendaman Td yang berbanding lurus terhadap n?Φ m 2 , bila<br />

momen tersebut yaitu TD dan Td ada dalam keadaan seimbang, maka<br />

hubungan di bawah berlaku:<br />

Kd.V.I.co?f = Km.N.Φ m 2 (13-12)<br />

Kd.V.I.Cosf =Km.N.Φ m 2


N =<br />

Alat Ukur Listrik 563<br />

Kd<br />

V.I (13-13)<br />

Kd.<br />

Φ.<br />

M 2<br />

Kd dan Km sebagai suatu konstanta. Dari persamaan tersebut terlihat<br />

bahwa kecepatan putar n, dari kepingan D adalah berbanding lurus<br />

dengan beban V.<br />

Gambar XIII.37<br />

Prinsip Kerja Meter Penunjuk Energi Listrik Arus Bolak-Balik<br />

(Jenis Induksi)<br />

Gambar XIII.38<br />

Arus Eddy pada Suatu Piringan<br />

I cos f , perputaran dari kepingan tersebut <strong>untuk</strong> jangka waktu tertentu<br />

berbanding dengan energi yang akan diukur. Untuk mencapai perputaran<br />

tertentu, maka perputaran dari keping D ditransformasikan melalui


564 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

sistem mekanis tertentu, kepada alat penunjuk roda–roda angka<br />

transformasi dari kecepatan putar roda angka berputar lebih lambat<br />

dibanding dengan kepingan C. Dengan demikian maka alat penunjuk<br />

atau roda angka menunjukkan energi yang diukur dalam kWH (kilo Watt<br />

Jam) setelah melalui kalibrasi tertentu.<br />

2. Kesalahan dan cara kompensasinya<br />

a. Penyesuaian phasa<br />

Agar kepingan bisa diberikan suatu momen yang berbanding lurus<br />

terhadap daya beban, diperlukan memuat F 2 agar phasanya tertinggal<br />

90 o terhadap V. Akan tetapi dalam praktiknya sudut phasa lebih kecil 90 o<br />

yang dise<strong>bab</strong>kan adanya tahanan–tahanan dan kerugian–kerugian isi<br />

besi pada inti dari kumparan tegangan Wp.<br />

Untuk mengkompensasikan ini, suatu penyesuaian phasa di tempatkan<br />

pada kumparan itu. Hal ini dicapai dengan melilitkan kumparan F dengan<br />

beberapa lilitan terhadap inti lilitan tegangan dan dihubungkan tahanan R,<br />

lihat gambar XIII.39 terlihat bahwa arus I yang mengalir dise<strong>bab</strong>kan oleh<br />

fluksi magnetis F2 dan ini membangkit pula fluksi magnetis Fs, hal ini<br />

mengakibatkan fluksi kombinasi F2 dari F2 dan Fs mempunyai phasa<br />

tinggal terhadap V dengan sudut 90 o .<br />

Gambar XIII.39<br />

Prinsip Pengatur Phasa


Alat Ukur Listrik 565<br />

b. Penyesuaian pada beban berat<br />

Kepingan D pada saat berputar memotong medan Φ 1 dan Φ 2 selain dari<br />

qm akan membangkitkan momen k1.n .F 1 2 dan k2.n. F2 2 . Momen tersebut<br />

akan bekerja berlawanan arahnya dari perputaran, akan menimbulkan<br />

perlawanan dan menye<strong>bab</strong>kan kesalahan negatif.<br />

Jadi dengan demikian pada beban–beban berat kesalahan negatif yang<br />

dise<strong>bab</strong>kan oleh K1 . n .F1 2 akan terjadi.<br />

Untuk mengurangi kesalahan ini F1 dibuat kecil, F 2 besar dan<br />

perputarannya kecil. Suatu shunt magnetis dipasang di dalam inti<br />

kumparan arus ditunukkan pada Gambar XIII.40<br />

Gambar XIII.40<br />

Prinsip Suatu Beban Berat<br />

Gambar XIII.41<br />

Prinsip Suatu Beban Ringan<br />

Pada saat arus I kecil demikian pula F1 kecil, maka shunt magnet akan<br />

memungkinkan fluksi yang berbentuk F1 dari F1 <strong>untuk</strong> mengalir. Jadi<br />

fluksi magnetis yang dise<strong>bab</strong>kan arus dan memotong kepingan D<br />

berkurang F1 menjadi (F1 – F1), akan tetapi pada saat I besar, maka F1<br />

akan besar pula sampai F1m, pada saat kejenuhan dari fluksi magnet<br />

terjadi. Dengan demikian momen gerak yang akan dihasilkan akan<br />

bertambah secara perbandingan lebih besar terhadap arus, sehingga


566 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

suatu kompensasi <strong>untuk</strong> kesalahan negatif pada beban–beban berat<br />

akan terjadi.<br />

c. Penyesuaian Beban–Beban Ringan<br />

Bila kepingan D berputar, maka momen gesekan akan terjadi dan<br />

menye<strong>bab</strong>kan kesalahan–kesalahan negatif. Untuk mengatasi ini<br />

ditempatkan cincin tembaga yang pendek, lihat Gambar XIII.41. Dengan<br />

pengaturan bagian dari fluksi magnetis q2 yang melalui cincin pendek,<br />

akan mempunyai phasa terlambat bagian lainnya yang tidak melalui<br />

cincin pendek ini.<br />

Dengan mengatur posisi dari cincin pendek, kemungkinan <strong>untuk</strong><br />

meniadakan pengaruh dari momen-momen gesekan.<br />

d. Mengelakkan putaran pada Beban Kosong<br />

Dalam posisi tidak berfungsi atau beban kosong atau tidak ada beban<br />

maka kumparan tegangan akan tersambung pada tegangan ini<br />

menye<strong>bab</strong>kan timbulnya medan magnet pada medan putar dan<br />

mengakibatkan keping D berputar secara pelan. Untuk menghindari hal<br />

ini, maka dilakukan dengan jalan membuat lubang kecil pada<br />

keping D dan ini berfungsi bila keping D berputar pada saat bagian<br />

dilubang melewati medan dari kumparan putar, maka keping–keping D<br />

akan mati.<br />

G. Alat-Alat Ukur Digital<br />

Gambar XIII.42<br />

Bentuk Bentuk Penunjuk (Register)<br />

Alat ukur digital menunjukkan kebesaran yang diukur dalam bentuk<br />

angka. Alat ukur ini sangat peka sekali, bahkan sampai angka desimal<br />

dan sangat kecil masih dapat ditera dengan teliti. Dan alat ini<br />

penunjukkan secara langsung dapat dibaca. Disamping ini ada<br />

keuntungan–keuntungan lain seperti penggunaan sinyal-sinyal digital<br />

<strong>untuk</strong> pencetakan atau perekaman langsung pada pita magnetis


Alat Ukur Listrik 567<br />

selanjutnya <strong>untuk</strong> penghubung langsung komputer–komputer alat–alat<br />

digital <strong>untuk</strong> menambah efisiensi pengolahan data.<br />

Gejala-gejala yang akan diukur kebanyakan berubaf secara kontinu<br />

(dalam bentuk analog), jika dipergunakan alat ukur digital <strong>untuk</strong><br />

gejala–gejala tersebut maka perlu diubah pada setiap tempat menjadi<br />

besaran digital. Alat yang <strong>untuk</strong> mengubah ini disebut pengubah analog<br />

digital (A–D converter) dan ini merupakan elemen yang penting bagi alat<br />

ukur digital. Gambar XIII.43 menunjukkan Prinsip votmeter digital dengan<br />

metode perbandingan.<br />

Gambar XIII.43<br />

Prinsip Votmeter Gigital dengan Metode Perbandingan<br />

Gambar XIII.44 menunjukkan beda antara metoda perbandingan dan<br />

metoda integrasi<br />

Gambar XIII.44<br />

Beda Antara Metoda Perbandingan dan Metoda Integrasi


568 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

1. Voltmeter Digital<br />

Masa sekarang perkembangan penggunaan alat–alat ukur <strong>listrik</strong> yang<br />

serba praktis dan canggih selalu dicari, terutama peneraan tegangan<br />

<strong>listrik</strong> diciptakan Voltmeter digital, ini sangat pesat sekali dan diciptakan<br />

bermacam–macam jenis. Selain mengukur tegangan, voltmeter digital<br />

dapat pula mengukur tahanan (meter–meter Volt Ohm) atau dapat<br />

kedua-duanya tegangan DC dan AC (multi meter).<br />

Metoda yang dipakai secara garis besar dapat dibagi dalam metoda<br />

perbandingan, metoda integrasi dan metoda potensiometer integrasi.<br />

a. Metode perbandingan<br />

Voltmeter berdasarkan metoda ini mempunyai suatu tegangan yang<br />

standar berkode berubah–ubah, tegangan yang diukur dibandingkan oleh<br />

suatu amplifier pembanding.<br />

Tegangan yang dibandingkan oleh suatu amplifier pembanding mengatur<br />

suatu rangkaian pengatur (witching circuit) melalui suatu rangkaian logik<br />

sehingga tegangan standar dapat berubah secara otomatis sampai<br />

menyamai tegangan yang diukur, kemudian tegangan standar berkode ini<br />

ditunjukkan secara bilangan.<br />

Metoda ini mempunyai sifat demikian rupa sehingga perbandingan<br />

langsung antara tegangan yang diukur dan tegangan standar menjamin<br />

ketelitian dan ketepatan pengukuran. Perbandingan tegangan luar<br />

dengan tegangan yang diukur dapat diukur dengan teliti dan tepat dan<br />

output berkode dapat dipakai <strong>untuk</strong> perekaman otomatis dari harga yang<br />

diukur.<br />

b. Metoda Integrasi<br />

Dengan metoda ini tegangan diintegrasikan oleh suatu rangkaian<br />

integrasi yang mempunyai kelinieran sangat baik, hasilnya diubah<br />

menjadi pulsa–pulsa yang kemudian diukur. Karena tegangan input<br />

diintegrasikan melalui suatu waktu periode sebanding dengan periode<br />

frekuensi gelombang daya jala–jala, maka harga rata–rata “noise”<br />

dengan frekuensi jala–jala yang tercampur dalam tegangan input adalah<br />

nol. Demikian pula noise lain, sehingga pengaruh dari noise pada<br />

petunjuk meter dapat dikurangi. Metoda integrasi ini dapat disub<br />

klasifikasikan dalam tiga jenis sabagai berikut:<br />

2. Jenis pengubah tegangan frekuensi<br />

Jenis ini merupakan kombinasi dari suatu pengubah tegangan frekuensi<br />

dan suatu frekuensimeter jenis penghitung (counter type) jika tegangan<br />

yang diukur dipasang pada terminal input, pengubah tegangan frekuensi<br />

menghasilkan suatu deretan pulsa sebanding dengan tegangan input dan


Alat Ukur Listrik 569<br />

frekensimeter jenis penghitung menghitung pulsa–pulsa dalam suatu<br />

perioda waktu tertentu. Karena dalam pengubah ini dipakai rangkaian<br />

integrasi, maka jenis ini mempunyai keunggulan dari metoda integrasi.<br />

3. Jenis “Dual Slope“<br />

Pada jenis ini, tegangan analog diubah ke lebar waktu (time–width). Unit<br />

pengubah menggunakan suatu rangkaian integrasi. Tegangan yang<br />

yang diukur dikecilkan atau diperkuat sampai suatu nilai tegangan yang<br />

sesuai v1, i, lalu diintegrasikan selama satu periode waktu tertentu t1 dan<br />

kemudian suatu tegangan referensi v2 dengan polaritas berlawanan dari<br />

v1 diintegrasikan. Jika v1 diintegrasikan, maka output integrator mula–<br />

mula nol akan mencapai suatu nilai tertentu dan kembali menjadi nilai nol<br />

jika v2 diintegrasikan. Jika v2 dipasang sampai output integrator nol<br />

disebut t2 maka berlaku; v2/v1 = t2/ t1. jadi dengan mengukur t2 dan v2<br />

secara teliti dan t1 konstan, maka tegangan yang diukur v1 dapat<br />

ditentukan.<br />

4. Jenis modulasi lebar pulsa (jenis feedback)<br />

Pada jenis ini, pegangan input dimodulasikan dengan lebar pulsa secara<br />

teliti dan dihitung beda antara lebar pulsa positif dan negatif. Output<br />

integrator v1 mempunyai “slope“ yang merupakan jumlah “slope“ dari<br />

tegangan yang diukur, V x 1 dan tegangan refernsi +Vs atau –Vs.<br />

Selain itu, suatu tegangan segitiga v2 dengan perioda antara frekuensi<br />

gelombang jala–jala dilakukan berulang–ulang dan jika v2 sama dengan<br />

v1, maka terjadi pembalikkan polaritas dari sakelar k oleh pembanding<br />

(comparator), jika perioda waktu dimana sakelar k berada pada –Vs<br />

adalah t1 dan berada pada +Vs adalah t2, maka berlaku hubungan;<br />

(Vx/Vs)(R2/R10=(t1–t2)(t1+t2). Karena (t1+t2) telah diambil sama dengan<br />

perioda dari frekuensi gelombang jala–jala, maka vx dapat ditentukan<br />

dengan mengukur beda antara lebar antara lebar pulsa–pulsa (t1–t2).<br />

5. Metoda Potensiometer Integrasi<br />

Metoda ini merupakan suatu kombinasi dari metoda perbandingan dan<br />

metoda integrasi, yaitu ketelitian dan metoda integrasi diperbaiki dengan<br />

menggabungkannya dengan metoda potensiometer. Sebagai contoh<br />

anggap keadaan dimana harus diperlihatkan suatu harga pengukuran 6<br />

digit, keempat digit pertama didapat dengan jenis pengubah tegangan<br />

frekuensi dan kebesaran digitalnya diubah menjadi suatu kebesaran<br />

analog yang diteliti lalu dimasukkan kembali ke input, kedua digit terakhir<br />

didapat dengan mengukur beda antara input dan kebesaran analog yang<br />

sedang diukur dengan metoda perbandingan. Gambar XIII.45


570 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

menunjukkan prinsip sistem penghitung dengan cara modulasi lebar<br />

pulsa<br />

Gambar XIII.45<br />

Prinsip Sistem Penghitung dengan Cara Modulasi Lebar Pulsa<br />

6. Recorder<br />

Alat–alat ukur dengan mana harga tegangan, arus atau lainnya yang<br />

diukur direkam secara otomatis <strong>untuk</strong> suatu waktu yang panjang, atau<br />

bentuk gelombang, diteliti atau direkam, biasanya “recorder“ (perekam).<br />

a. Perekam Jenis Langsung (Direct Writing Type Recorder)<br />

Pada alat penunjuk <strong>listrik</strong>, dimana setiap titik pergerakan direkam pada<br />

kertas, disebut direct writing type recorder. Penulisan boleh dengan pena<br />

atau pemetaan.<br />

b. Penulisan pena<br />

Ini dikerjakan dengan mengikat pena pada titik yang ditunjukkan oleh alat<br />

<strong>listrik</strong>. Pena yang dipakai di tunjukkan oleh Gambar XIII.46. Tinta diisap<br />

oleh tempat tinta yang diam, melalui pengisap tinta. Oleh karena<br />

pergerakan pena disertai dengan penggesekan antara pena dan kertas,<br />

maka kopel penggerak haruslah lebih besar dibandingkan dengan meter<br />

<strong>listrik</strong> yang bergerak bebas. Karena itu tidak mempunyai sensitivitas<br />

yangtinggi seperti mikro amper meter.


Gambar XIII.46<br />

Alat Pencatat Penulis Pena<br />

Alat Ukur Listrik 571<br />

Gambar XIII.47<br />

Contoh Cara Kerja Garis Lurus Alat Pencatat Penulis Langsung<br />

Biasanya perekaman didapat dalam pena berbentuk busur lingkaran dan<br />

beberapa alat dilengkapi dengan alat mekanis <strong>untuk</strong> mengubah busur ini<br />

ke koordinat orthogonal cara pendekatan. Gambar XIII.47 menunjukkan<br />

contoh cara kerja garis lurus alat pencatat penulis langsung


572 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

c. Jenis Pemetaan (Plotting)<br />

Titik defleksi yang ditunjukkan oleh instrumen penunjuk <strong>listrik</strong> dipetakan<br />

pada 10 s/d 30 sekon interval pada kertas. Bentuk mekanis plotting<br />

digambar pada Gambar III.48. berbeda halnya dengan penulisan pena,<br />

disini tidak ada gesekan antara pena dan kertas, kecuali <strong>untuk</strong> pemetaan,<br />

oleh karena itu sensitifitasnya lebih dibandingkan dengan pen. Tambahan<br />

dengan pergantian warna pita <strong>untuk</strong> setiap plotting.<br />

Gambar XIII.48<br />

Alat Pencatat Penulis Langsung<br />

Gambar XIII.49 menunjukkan cara kerja alat pencatat pencatat penulis<br />

langsung (jenis pemetaan)<br />

Gambar XIII.49<br />

Cara kerja alat pencatat pencatat penulis langsung (jenis pemetaan)


Alat Ukur Listrik 573<br />

7. Oscilloscope<br />

Pemakaian oscillosgraph elektromagnetis dibatasi sampai frekuensi 10<br />

KHz, dan <strong>untuk</strong> gejala frekuensi tinggi dipakai tabung katoda ray <strong>untuk</strong><br />

mendefleksikan sinar cahaya elektron. Gambar XIII.50 menunjukkan blok<br />

diagram suatu alat pencatat X-Y.<br />

Dengan adanya elektron yang berpindah diantara elektroda penggerak,<br />

sinar cahaya elektron akan bergerak dengan adanya tegangan pada<br />

elektroda penggerak. Jika 2 set elektroda penggerak (deflecting<br />

elektrode) diikatkan pada sudut yang benar satu sama lainya seperti<br />

gambar, sinar cahaya elektron dalam perjalanan yang lalu pada elektro<br />

dan penggerak ini akan bergerak vertikal maupun horizontal dan<br />

memukul satu titik pada screen dan ini menye<strong>bab</strong>kan material screen<br />

ber-flourescense dan bintik terang akan kelihatan pada screen.<br />

Gambar XIII.51 menunjukkan penyimpanan suatu sinar elektron dalam<br />

suatu CRT. Pada elektroda penggerak horizontal dan tegangan v = V.<br />

Sint, dipakai pada elektroda penggerak vertikal, bintik pada screen akan<br />

menunjukkan gelombang sinus. Gerakan elektromagnet, signal arus<br />

dipakai dalam sistem kumparan penggerak <strong>untuk</strong> menghasilkan medan<br />

magnet yang kemudian digunakan menggerakkan sinar cahaya elektron.<br />

Pada oscilloscope gejala yang disebutkan diatas digunakan <strong>untuk</strong><br />

melukiskan bentuk gelombang.<br />

Gambar XIII.50<br />

Blok diagram suatu alat pencatat X-Y


574 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar XIII.51<br />

Penyimpanan Suatu Sinar Elektron dalam Suatu CRT<br />

Gambar XIII.52 menunjukkan “Blok Diagram” suatu oscilloscope (system<br />

”repetitive sweep”)<br />

Gambar XIII.52<br />

“Blok Diagram” Suatu Oscilloscope (System”Repetitive Sweep”)


Alat Ukur Listrik 575<br />

Gambar XIII.53<br />

Hubungan Antara Bentuk Geombang yang Terlibat dan Bentuk Gelombang<br />

“Saw-Tooth” dalam Sistem “Triggered Sweep”<br />

Gambar XIII.54<br />

Prinsip penyimpanan “Storage CRT”


576 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Gambar III.55<br />

Contoh dari Samping Osciloskop<br />

Gambar III.56<br />

Bentuk Suatu 1800-4500 MHz Band Signal Generator<br />

Gambar XIII.57<br />

“Blok Diagram” Untuk Rangkaian Gambar XIII.106


H. Megger<br />

Gambar XIII.58<br />

Peredam Reaktansi<br />

Alat Ukur Listrik 577<br />

Meger adalah alat <strong>untuk</strong> mengukur besarnya nilai tahanan isolasi. Jenis<br />

megger adalah: megger dengan engkol sebagai pembangkit tegangan,<br />

Sumber <strong>tenaga</strong> pada megger jenis ini berasal dari generator pembangkit<br />

<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang ada dalam alat ukur ini dan <strong>untuk</strong> membangkitkannya<br />

poros megger harus diputar; dengan alat penunjukan jarum dan megger<br />

dengan sumber <strong>tenaga</strong> dari baterai dan alat penunjukkanya berupa jarum<br />

juga. Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur ini adalah <strong>untuk</strong><br />

mengukur kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat<br />

pada belitan antar phasa, antara phasa dengan bodi dan antar belitan<br />

pada phasa yang sama ditunjukkan pada Gambar XIII.59 di bawah ini.


578 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

W<br />

X<br />

Z<br />

U<br />

Y<br />

V<br />

~ 0<br />

Mengger<br />

Z X Y<br />

U V W<br />

Gambar XIII.59<br />

Pengujian Belitan Mesin Listrik 3 Phasa dengan Menggunakan Megger<br />

I. Avometer<br />

Avometer atau multitester berfungsi <strong>untuk</strong> mengukur besarnya tahan<br />

<strong>listrik</strong>, besar tegangan <strong>listrik</strong> (AC dan DC), dan mengukur arus <strong>listrik</strong> (AC<br />

dan DC). Salah satu contoh penggunaan AVOmeter ditunjukkan pada<br />

Gambar XIII.60.<br />

Pada saat mengukur belitan, hubungan bintang atau segitiga pada<br />

terminal motor harus dilepas.<br />

D<br />

D<br />

A<br />

C<br />

A<br />

B<br />

B<br />

Avometer<br />

Gambar XIII.60<br />

Cara Mengukur Belitan Kutub dengan Menggunakan Avometer<br />

J. Pemeliharaan Alat Ukur<br />

Diberi warna,<br />

tebal garis sama<br />

AVO<br />

Alat-alat yang yang ada di laboratorium dan bengkel <strong>listrik</strong> banyak jenis,<br />

macam dan spesifikasinya, sehingga perlu penanganan khusus terhadap<br />

alat-alat. Untuk menunjang pemeliharaan dibutuhkan petugas laboran<br />

dan teknisi. Dengan adanya petugas laboran teknisi, diharapkan


Alat Ukur Listrik 579<br />

laboratorium dan bengkel <strong>listrik</strong> terpelihara dengan baik sehingga umur<br />

peralatan menjadi lebih panjang.<br />

Pemeliharaan merupakan salah satu pekerjaan yang harus ada dalam<br />

kegiatan dilaboratorium dan bengkel. Pemeliharaan harus dilakukan oleh<br />

<strong>tenaga</strong> khusus yang memahami karakteristik peralatan yang ada.<br />

Pemeliharaan harus dilakukan oleh <strong>tenaga</strong> khusus yang memahami<br />

karakteristik peralatan menukang, komponen-komponen, dan peralatan<br />

<strong>listrik</strong> yang ada di laboratorium atau bengkel.<br />

Maksud pemeliharaan adalah agar peralatan menukang, komponenkomponen,<br />

mesin-mesin <strong>listrik</strong> dan peralatan <strong>listrik</strong> laboratorium atau<br />

bengkel tidak mudah cepat rusak dan efisien kerjanya tinggi.<br />

Pemeliharaan mempunyai tujuan agar supaya alat-alat laboratorium atau<br />

bengkel dapat digunakan secara optimal dalam jangka waktu yang relatif<br />

lama. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan berarti<br />

merawat, memperlakukan dengan benar, menyimpan dengan benar<br />

sesuai dengan fungsinya, agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang<br />

tidak perlu terjadi.<br />

Jika dicermati, menangani alat-alat laboratorium dan bengkel tidak dapat<br />

dilakukan dengan cara serampangan, artinya cara menangani alat<br />

laboratorium atau bengkel harus dilakukan dengan cara professional.<br />

Laboran harus betul-betul memahami jenis, macam, dan spesifikasi alat<br />

laboratorium atau bengkel. Dengan memahami jenis, macam, dan<br />

spesifikasi alat-alat akan membantu mempermudah laboran dalam<br />

memeliharanya. Ruang lingkup pemeliharaan atau perawatan lebih<br />

kurang adalah meliputi penempatan penyimpanan alat-alat, posisi letak<br />

penyimpanan, menejemen penggunaan alat, pembersihan alat,<br />

perlindungan peralatan dari pengaruh suhu dan lingkungan, dan<br />

pengecekan kondisi peralatan secara berkala (misal pemberian vet<br />

secara berkala pada bantalan motor <strong>listrik</strong>, pembersihan kotoran pada<br />

solder, pemberian minyak pelumas pada alat ukur <strong>listrik</strong> jarum, dan<br />

pembersihan disc drive pada komputer).<br />

Penempatan penyimpanan alat merupakan bagian dari pekerjaan<br />

pemeliharaan. Penempatan penyimpanan alat disesuaikan dengan jenis,<br />

macam dan spesifikasinya. Alat yang peka terhadap terhadap kondisi<br />

lingkungan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari<br />

sinar matahari langsung, terbebas dari suhu ruangan yang terlalu tinggi,<br />

terlalu lem<strong>bab</strong>, dan terbebas dari debu. Misalnya seperangkat komputer,<br />

alat ini harus ditempatkan diruangan tertutup yang terbebas dari sinar<br />

matahari langsung, suhu udara kurang lebih 30 o C, dan bebas dari debu.


580 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Jika pekerjaan seperti ini telah dilakukan, maka pekerjaan pemeliharaan<br />

komputer telah dilakukan. Posisi letak penyimpanan alat juga merupakan<br />

bagian dari pekerjaan pemeliharaan. Posisi letak penyimpanan alat harus<br />

diperhatikan petunjuk posisi cara meletakkan alat, misalnya alat harus<br />

diletakkan tegak lurus, mndatar, atau posisi lain sesuai dengan petunjuk<br />

cara meletakkannya. Sebagai contoh adalah meter-meter listrk (alat<br />

pengukuran <strong>listrik</strong>), alat ini ada yang cara meletakkanya dengan posisi<br />

tegak lurus, mendatar, dan miring dengan sudut tertentu. Apabila<br />

petunjuk cara meletakkan penyimpanan alat dilanggar, cepat atau lambat<br />

akan berpengaruh pada tingkat ketelitian hasil pengukuran. Ada<br />

beberapa alat ukur <strong>listrik</strong>, misalnya AVO meter, alat ini tidak ada petunjuk<br />

khusus posisi meletakkannya. Keadaan ini dapat diatasi dengan<br />

meletakkan AVO meter sedemikian rupa sehingga mudah <strong>untuk</strong> melihat<br />

jenis alat ukur dan mudah dibaca (tidak terbalik) jika dibaca secara<br />

langsung<br />

K. Latihan<br />

1. Lakukan observasi terkait dengan proses pemeliharaan alat ukur<br />

dilaboratorium selama 1x50 menit j dengan didampingi guru pembina<br />

dan teknisi<br />

2. Lakukan observasi terkait dengan proses pemeliharaan alat ukur<br />

dilaboratorium selama 1x50 menit janm dengan didampingi guru<br />

pembina dan teknisi<br />

L. Tugas<br />

Buat laporan langkah-langkah pemeliharaan yang telah dilakukan di<br />

Laboratorium atau bengkel dan kendala-kendalanya. Tugas dikumpulkan<br />

pada pertemuan Ke 3.


DAFTAR PUSTAKA<br />

Daftar Pustaka LAMPIRAN<br />

A1<br />

Abdul Kadir, 1998. Transmisi Tenaga Listrik. Universitas Indonesia,<br />

Jakarta<br />

Andriyanto, 2003. Pengoperasian Generator STF 100 kVA Sebagai<br />

Pembangkit Tenaga Listrik. Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa,<br />

Surabaya<br />

Davit Setyabudi, 2006. Transformator Tenaga. Laporan PI. Teknik<br />

Elektro FT Unesa, Surabaya<br />

Djiteng Marsudi, 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga, Surabaya<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Pengenalan Pemeliharaan Mesin<br />

Pembangkit. PT PLN Persero Unit Pendidikan dan Pelatihan,<br />

Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Penanganan Bahan Bakar. PT PLN<br />

Persero Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Alat Bantu Mesin Pembangkit<br />

PT. PLN Persero. Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Pemeliharaan Mesin Pembangkit.<br />

Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Keselamatan Kerja dan<br />

Penanggulangan Kebakaran. Unit Pendidikan dan Pelatihan,<br />

Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Kerja Mesin Pembangkit PLTU. Unit<br />

Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />

Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Kerja Mesin Pembangkit PLTA. Unit<br />

Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003


LAMPIRAN<br />

A2<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Ermanto, Petunjuk Operasi PLTU Sektor Perak Unit III & IV Bidang<br />

Turbin. Tim Alih Bahasa. Perusahaan Umum Listrik Negara<br />

Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur Sektor Perak.<br />

GBC Measurement, Protective Relay Aplication Guide, the General<br />

Electric Company. Stafford England, 1987<br />

Hedore Wildi, 2002. Electrical Machines & Power System. Prentice Hall,<br />

New Jersly<br />

http://faizal.web.id/sky/tutorial/energi-alternatif-dari-gunung-halimun/<br />

http://www.blogberita.com<br />

http://www.ekaristi.org<br />

http://www.firstelectricmotor.com<br />

http://www.harianbatampos.com<br />

http://www.indonesiapower.co.id/Profil/UnitBisnis/tabid/66/Default.aspx<br />

http://www.motor-rundirect.com<br />

http://www.sitohangdaribintan.blogspot.com<br />

http://members.bumn-ri.com/jasa_tirta1/graphics.html<br />

http://www.gtkabel.com/<br />

Jan Machrowski, et.al. 1996. Power System Dynamic and Stability. New<br />

York, Singapore Toronto<br />

Joel Weisman, et.al. 1985. Modern Power and Planning System. Printed<br />

in the United Soth of America, America.<br />

Joko, 2004. Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin-Mesin Listrik (Paket<br />

Belajar Bernuansa Kewirausahaan. Teknik Elektro FT Unesa<br />

Surabaya, Surabaya<br />

IEC 156/1963, Method for the Determination of Electric Strength of<br />

Insulating oils. 1963


IEC 76/1976. Power Transformer. 1976<br />

Daftar Pustaka LAMPIRAN<br />

A3<br />

Indrati Agustinah, Joko, 2000. Pemeliharaan dan Perbaikan<br />

Transformator (Paket Belajar Bernuansa Kewirausahaan). Teknik<br />

Elektro FT Unesa Surabaya, Surabaya<br />

Kurikulum SMK Tahun 2004. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan,<br />

Jakarta. 2004<br />

Kursus Pengoperasian Sistem Penunjang (Demin Plant)<br />

(L.KUG/M.OUI.803 (1) A). PT. PLN (Persero) Unit Pendidikan dan<br />

Pelatihan Surabaya. 2004<br />

Laporan On Site Training Prajabatan SLTA & D3 PLTU III/IV Perak<br />

Surabaya. Sistem Ke<strong>listrik</strong>an (L.KKG/M.OUI.201 (1) A).<br />

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Priok Jakarta,<br />

2005<br />

M. Azwar Charis, 2006. Membelit Ulang motor Kompresor Tiga Phasa<br />

Putaran 1500 RPM. Laporan PI. Teknik Elektro, FT Unesa,<br />

Surabaya<br />

MS. Nurdin. V. Kamuraju, 2004. High Voltage Enginering. Printed in<br />

Singapore<br />

P.T. Bambang Djaya. Methode Pengujian Transformator Distribusi.<br />

P.T. Bambang Djaya, Surabaya 1995.<br />

P.T. PLN. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan <strong>untuk</strong> Transformator<br />

Tenaga. Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta 1981<br />

Rachma Dewi O. 2006. Observasi Pembuatan Engine Panel Trapesium<br />

Selenoid Off Untuk Generating Set F 3L 912-STF 25 kVA (20 kW)<br />

di PT. Conductorjasa Suryapersada. Laporan PI. Teknik Elektro FT<br />

Unesa, Surabaya<br />

Rahmat R. Hakim, 2006. Prosedur Umum Perbaikan Motor 3 Phasa di<br />

PT ABB Sakti Industri Surabaya. Laporan PI. Teknik Elektro,<br />

FT Unesa, Surabaya


LAMPIRAN<br />

A4<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

SPLN 17: 1979. Pedoman Pembebanan Transformator Terendam<br />

Minyak. Jakarta, 1979.<br />

SPLN 50 – 1982. Pengujian Transformator. Jakarta, 1982.<br />

Standart Operational Procedure (SOP) Start-Stop Unit III & IV Unit<br />

Pembangkitan Perak. PT. PJB I Unit Pembangkitan Perak dan<br />

Grati, Surabaya. 1998<br />

Standar Kompetensi Nasional. Bidang Inspeksi Pembangkitan Tenaga<br />

Listrik. Depdiknas RI, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.<br />

2003<br />

Turan, G. 1987. Modern Power System Analysis. John Wiley & Sons<br />

Yudi Widya N, 2006. Sistem Pembangkit Tenaga Air (PLTA) Mendalan<br />

di PT. PJB Pembangkitan Brantas Distrik D PLTA Mendalan.<br />

Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa, Surabaya<br />

Yugo F. 2006. Sistem Pengoperasian Genset di PT. Bayu Bangun<br />

Lestari Plasa Surabaya. Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa,<br />

Surabaya<br />

Copyright 2003. Japan AE Power Systems Corporation. All Rights<br />

Reserved.


absorben, 95<br />

accu battery, 396<br />

accu zuur, 81<br />

aero derivative, 183<br />

agregat dan piranti, 363<br />

air gap, 115<br />

alarm, 123<br />

alat ukur digital, 564<br />

ambient temperature, 143<br />

amperemeter, 541, 547<br />

amplifier mekanis,, 143<br />

AMSSB, 119<br />

angka oktan, 223<br />

antene, 540<br />

arus hubung singkat, 122<br />

arus line, 544<br />

arus keluar ke line, 353<br />

arus pengisian , 351<br />

asam sulfat (H2SO4), 79<br />

assembling, 312<br />

automatic follower, , 486<br />

auxiliary transformer, 180, 401<br />

avometer,576<br />

AVR, 37,482<br />

baterai aki, 76, 338<br />

baterai akumulator, 349<br />

baterai buffer, 359<br />

beban harian, 5<br />

beban puncak, 5<br />

beban rata-rata, 2<br />

beban tahunan, 5<br />

belitan, 518<br />

belitan primer,546<br />

belitan skunder, 546<br />

biaya poduksi, 5<br />

black start, 157<br />

bleaching earth, 96<br />

blow down (air ketel), 17, 147<br />

boiler, 412<br />

breakdown voltage ,99<br />

buffer baterey, 348<br />

DAFTAR ISTILAH<br />

Daftar Istilah LAMPIRAN<br />

B1<br />

bushing, 84, 85,528<br />

busur <strong>listrik</strong>, 64<br />

cable duct, 27<br />

carrier current, 501<br />

cathodic protection, 226<br />

cd (cadmium), 78,79<br />

cellars, 193<br />

centrifuge reclaiming, 94<br />

chosphimeter, 555<br />

circuit breaker, 52<br />

circulating water pump, 401<br />

compression joint, 129<br />

condition based maintenance, 391<br />

consumable parts, 272<br />

control room, 144<br />

cos φ, 552<br />

coupling capacitor, 529<br />

coupling system, 524<br />

crane, 5, 492<br />

ct/ppt avr, 37<br />

current compensator. 481<br />

data acquisition, 142<br />

daya, 2<br />

daya aktif, 109<br />

daya reaktif, 110<br />

dB, 530<br />

deaerator, 175<br />

debit air, 13<br />

deenergized, 96<br />

dekarbonator, 179<br />

delta-delta, 85<br />

delta-bintang, 88<br />

delta-wye, 88<br />

diagram AVR, 488<br />

diagram beban,2<br />

diagram excitacy, 487<br />

dinamo exciler, 39<br />

disconnecting switch, 27<br />

distribution planning, 7<br />

dokumen sop, 402<br />

dual slope, 567


LAMPIRAN<br />

B2<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

duga muka air (DMA), 159<br />

economizer, 174, 163<br />

elektroda, 87<br />

elevator, 512<br />

energi <strong>listrik</strong>, 5<br />

energi mekanik, 4<br />

energi primer, 5, 16<br />

exitacy, 94, 458<br />

feeder (saluran), 15<br />

faktor beban, 2, 244<br />

faktor daya, 551<br />

faktor disipasi, 97<br />

faktor kapasitas, 245<br />

faktor utilisasi, 246<br />

field circuit breaker, 480<br />

fire, 93,233<br />

filtering, 95<br />

flashover, 115<br />

frekuensi, 24, 110<br />

frekuensi getar,557<br />

frekuensi lidah bergetar, 556<br />

frekuensi meter, 556<br />

flused stem system, 197<br />

forced outage rate (for), 246<br />

fuel cell, 213<br />

gangguan belitan kutub, 371<br />

gangguan dan kerusakan, 19<br />

gangguan elektrik generator, 370<br />

gangguan mekanis generator, 364<br />

gangguan, pemeliharaan dan<br />

perbaikan generator sinkron, 285<br />

gangguan, pemeliharaan dan<br />

perbaikan motor asinkron, 288<br />

gangguan pada mesin dc, 364<br />

gelombang mikro, 553<br />

generation planning, 5<br />

generator, 350<br />

generator asinkron,133<br />

generator arus searah shunt, 37<br />

generator buffer, 360<br />

generator dc, 29<br />

generator dc dengan 2 kutub, 40<br />

generator dc shunt 4 kutup, 40<br />

generator dc tidak keluar tegangan,<br />

364<br />

generator <strong>listrik</strong>,1<br />

generator main excitacy, 38<br />

generator penguat pilot, 29<br />

generator penguat utama, 29<br />

generator sinkron, 3, 28, 133, 282,<br />

generator sinkron 3 phasa, 27, 28,<br />

generator terbakar, 277<br />

gerbang AND,428<br />

gerbang NOT, 429<br />

gerbang OR, 428,<br />

geothermal, 189<br />

glowler, 373<br />

grindability test, 234<br />

ground, 546<br />

grounding mesh, 137<br />

grounding plate, 137<br />

hand wheel (shunt regullar), 37<br />

harmonisa, 24<br />

hazard triangle, 229<br />

heat exchanger, 18<br />

heat recovery steam generator, 184<br />

heat shrink, 184<br />

hubungan jajar baterai akumulator<br />

dan generator sunt, 350<br />

hygroscopicity, 95<br />

instalasi arus searah, 5<br />

instalasi bahan bakar, 5<br />

instalasi baterai aki, 5<br />

instalasi lift/elevator, 512<br />

instalasi pemakain sendiri, 75<br />

instalasi pendingin, 5<br />

instalasi penerangan, 5<br />

instalasi tegangan tinggi, 5<br />

instalasi tegangan rendah, 5<br />

instalasi <strong>telekomunikasi</strong>, 119<br />

instalasi sumber energi, 5<br />

interferensi, 523<br />

interkoneksi, 6<br />

insulating switch, 50<br />

investasi, 5<br />

jenis saklar <strong>tenaga</strong>, 49<br />

juster werstand, 37<br />

jointing sleeve, 128<br />

kapasitor penguat, 529<br />

kendalan pembangkit, 248<br />

kebenaran AND, 427<br />

kebenaran OR, 428<br />

kedip tegangan, 24<br />

kegiatan pemeliharaan, 396<br />

kemiringan tegangan, 24<br />

klasifikasi transformator <strong>tenaga</strong>, 450<br />

kendala operasi, 227<br />

kerja pararel transformator. 432


keselatanan kerja, 398, 444, 465<br />

kilo Watt jam, 513<br />

koh (potas kostik), 79<br />

komunikasi gelombang mikro, 536<br />

komunikasi dengan kawat, 523<br />

komunikasi dengan pembawa<br />

saluran <strong>tenaga</strong>, 524<br />

komunikasi <strong>untuk</strong> administratif, 523<br />

komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian<br />

beban, 522<br />

komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan,522<br />

komunikasi radio, 531<br />

komunikasi gelombang mikro, 532<br />

konsumen, 1<br />

konstruksi jaringan distribusi, 7<br />

konversi energi primer, 4<br />

koordinasi pemeliharaan, 242, 236<br />

kualitas <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />

kumparan silang, 554<br />

KWH meter, 23<br />

K3, 249<br />

lama pemakaian, 2<br />

laporan kerusakan, 274<br />

laporan pemeliharaan, 272<br />

laporan dan analisis gangguan, 279<br />

lebar pulsa, 567<br />

lighting arrester, 116<br />

line, 88<br />

line trap, 511<br />

lift, 512<br />

limited circuit, 484<br />

line matching unit, 119<br />

load forecast, 5<br />

loss of load pro<strong>bab</strong>ility (LOLP), 249<br />

magnetic circuit breaker (MCB), 63<br />

main generator, 394<br />

main exciter, 37, 393<br />

maintenance, 391<br />

manajemen operasi, 266<br />

manajemen pemeliharaan, 268<br />

medan magnet, 63<br />

megger, 575<br />

mekanisme pemutus <strong>tenaga</strong>, 72<br />

membelit motor <strong>listrik</strong>, 306<br />

Daftar Istilah LAMPIRAN<br />

B3<br />

mencari kerusakan generator<br />

sinkron, 283<br />

menentukan letak kerusakan motor<br />

dc, 386<br />

mesin diesel, 193<br />

metode integrasi, 565<br />

metode perbandingan, 565<br />

mika saklar, 354<br />

minyak transformator, 464<br />

modulasi lebar pulsa, 549<br />

motor area, 508<br />

motor dahlander, 492<br />

motor <strong>listrik</strong>, 433<br />

motor <strong>listrik</strong> bantu, 394<br />

motor <strong>listrik</strong> terbakar, 278<br />

motor tidak mau berputar, 382<br />

motor terlalu cepar putarannya, 384<br />

multiple grounding rod,137<br />

mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 21<br />

NiOH (nikel oksihidrat), 79<br />

ohmsaklar, 351<br />

off delay, 429<br />

on delay, 429<br />

operator system, 105<br />

operation planning, 7<br />

operasi, 17<br />

operasi unit pembangkit, 236<br />

opjager, 357<br />

oscilloscope, ,571<br />

otomatisasi, 261<br />

output pilot exciter, 36<br />

output, 36<br />

over circuit breaker, 394<br />

over heating, 276<br />

partial discharge, 271<br />

pemadam kebakaran, 229<br />

pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />

pembebasan tegangan, 252<br />

pembumian, 105<br />

pemeliharaan alat ukur, 576<br />

pemeliharaan crane dan lift, 518<br />

pemeliharaan dan sop, 427<br />

pemeliharaan bulanan, 391<br />

pemeliharaan alat komunikasi pada<br />

pusat pembangkit, 539


LAMPIRAN<br />

B4<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

pemeliharaan generator dan<br />

governor, 393<br />

pemeliharaan harian, 391<br />

pemeliharaan instalasi pada pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong>, 126<br />

pemeliharaan mingguan, 391,<br />

pemeliharaan periodik, 268, 392<br />

pemeliharaan pada plta, 393<br />

pemeliharaan pmt, 474<br />

pemeliharaan PLTU, 170<br />

pemeliharaan rutin, 391<br />

pemeliharaan sistem kontrol, 488<br />

pemeliharaan sumber dc, 347<br />

pemeliharaan transformator,395,<br />

459<br />

pemeliharaan triwulan, 392<br />

pemeriksaan transformator, 101<br />

pemetan (plotting), 569<br />

pemindahan beban, 256<br />

pemutus beban (PMB), 50<br />

pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT), 47, 474<br />

pemutus <strong>tenaga</strong> meledak, 279<br />

pemutus <strong>tenaga</strong>, 432<br />

pencatat langsung, 570<br />

pengatur phasa, 562<br />

pengereman dinamik, 504<br />

pengereman mekanik, 507<br />

pengereman motor, 507<br />

pengereman plug, 503<br />

pengereman regeneratif, 506<br />

penggerak mula, 1<br />

penghubung, 432<br />

pengujian transformator, 459<br />

pengukuran, 546<br />

pengukur energi, 560<br />

pengukuran daya <strong>listrik</strong>, 548<br />

pengukuran faktor daya, 551<br />

pengukuran frekuensi, 557<br />

pengukuran tegangan tinggi, 545<br />

penulisan pena, 568<br />

penunjuk (register), 564<br />

penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 21<br />

penyaring pengait, 529<br />

penyediaan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />

peramalan beban, 9<br />

perbaikan dan perawatan genset,<br />

443<br />

perbaikan generator sinkron, 282<br />

peredam reaktansi, 575<br />

perencanaan distribusi, 7<br />

perencanaan subtransmisi, 7<br />

performance test, 391<br />

perkiraan beban, 5, 236<br />

perubahan temperatur, 398<br />

pilot exciter, 37, 393<br />

piston ring, 18<br />

plate tectonic, 190<br />

PLTA, 1, 11, 78, 145<br />

PLTD, 11, 78, 198<br />

PLTG, 11, 180<br />

PLTGU, 184<br />

PLTN, 1, 14, 208<br />

PLTP, 1,11, 189<br />

PLTU, 3, 160<br />

PMT gas SF6, 63<br />

PMT medan magnit, 63<br />

PMT vacum, 57<br />

PMS (Saklar pemisah), 50<br />

penyimpanan alat ukur, 578<br />

potensiometer, 106, 567<br />

power generator, 4<br />

power line carrier (PLC),119,522<br />

power plant, 8<br />

power network analyzer, 23, 24<br />

predictive maintenance, 180<br />

primer proteksi, 341<br />

primover, 1, 4<br />

prinsip kerja alat ukur, 560<br />

program automatic control, 142<br />

pusat <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> thermo, 3, 11<br />

pusat <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> hydro,3, 12<br />

putaran motor terbalik, 385<br />

radiator, 17<br />

rangkaian transmisi suara,529<br />

recorder, 568<br />

region, 238<br />

rel (busbar), 15, 43<br />

rel ganda, 44<br />

rel tunggal, 43<br />

relai hubung tanah, 113<br />

relai diferensial, 112<br />

relai proteksi, 110, 477<br />

repetitive, 572<br />

rotating rectifier, 480<br />

rotor turbogenerator, 30<br />

run off river, 147<br />

sutm, 259<br />

saklar, 49


saklar pemisah (PMS),49<br />

saluran jebakan, 529<br />

saluran kabel, 48<br />

scada, 119<br />

sentral telepon, 347<br />

sensing circuit, 482<br />

sel berbentuk lurus, 348<br />

selenoid, 508<br />

shut down unit, 422<br />

sistem distribusi, 10<br />

signal generator, 574<br />

sincronizing circuit, 484<br />

simbol gerbang AND, 429<br />

simbol gerbang OR, 429<br />

single grounding rod, 137<br />

sistem excitacy, 106, 478<br />

sistem excitacy dengan sikat , 478<br />

sistem excitacy tanpa sikat, 479<br />

sistem interkoneksi, 20, 235<br />

sistem pengukuran, 109<br />

sistem proteksi, 110<br />

sistem yang terisolir, 235<br />

sop blower, 273<br />

sop operator boiler lokal, 426<br />

sop sistem ke<strong>listrik</strong>an, 428<br />

stator pilot exciter, 37<br />

start nor mal stop, 400<br />

storage,573<br />

suku cadang, 272<br />

super heater, 150<br />

switchgear, 72, 466<br />

switching, 102, 256<br />

system grid operation, 8<br />

system logic, 427<br />

system logic and wiring diagram,<br />

427<br />

system planning, 5<br />

tabel kebenaran, 427<br />

tahanan geser, 36<br />

tahanan isolasi, 393, 395<br />

tegangan line, 545<br />

perkembangan teknologi<br />

pembangkitan, 20<br />

<strong>telekomunikasi</strong>, 552<br />

<strong>telekomunikasi</strong> melalui kawat, 523<br />

Daftar Istilah LAMPIRAN<br />

B5<br />

thermal siphon filter, 96<br />

threshold values, 142<br />

thyristor circuit, 485<br />

time based maintenance, 391<br />

timer, 429<br />

top overhaul, 269<br />

transformator, 81<br />

transformator arus, 541<br />

transformator rusak, 278,<br />

transformator tegangan, 546<br />

transformator <strong>tenaga</strong>, 450<br />

transformator toroida, 545<br />

transformator 3 phasa, 27<br />

transmisi, 6, 545<br />

transmission planning, 6<br />

trichloroethylene, 100<br />

turbin pelton, 154<br />

turbin crossflow, 225<br />

turbin air, 4,5<br />

trip coil, 74<br />

turbin francis, 151<br />

turbin gas 4,5<br />

turning gear, 412,, 425<br />

turbin kaplan, 152<br />

turbin uap, 4, 5<br />

turbocharger, 203<br />

turning type, 524<br />

ultra-high frequency (UHF), 493<br />

unit avr, 482<br />

unit tyristor, 485<br />

urutan kerja dan tanggungjawab,<br />

403<br />

type brushlees exiter system, 35<br />

type rasio, 558<br />

vacuum interrupter (VI), 446<br />

viskositas, 93<br />

voltage adjuster, 481<br />

voltmeter digital, 565<br />

VVA, 37<br />

waduk, 159<br />

wattmeter, 503<br />

wattmeter 1 phasa, 548, 549<br />

wattmeter 1 phasa dan 3 phasa,548<br />

wattmeter 3 phasa, 550<br />

wiring diagram, 429


DAFTAR TABEL<br />

H a l<br />

II.1 Komponen dan Cara Pemeriksaan Transformator<br />

Tenaga<br />

101<br />

II.2 Tahanan Jenis Berbagai Macam Tanah Serta<br />

Tahanan Pentanahan<br />

139<br />

III.1 Klasifikasi Serta Data Batu 216<br />

III.2 Data Teknis Bahan Bakar Minyak 217<br />

III.3 Struktur Molekul Hydrocarbon Aliphatic 222<br />

III.4 Komposisi BBM Diesel Produk Soviet 222<br />

III.5 Hubungan Tekanan Uap dengan Suhu 224<br />

III.6 Komposisi Gas Alam dari Berbagai Tempat 225<br />

IV.1 Neraca Daya Sistem 244<br />

IV.2 Neraca Energi Sistem 248<br />

VI.1<br />

Standar Kebutuhan Hantaran, Pengaman Lebur, dan<br />

Diameter Pipa <strong>untuk</strong> Penyambungan Motor Induksi<br />

298<br />

VI.2 Standart Kabel dengan Isolasi Karet dalam Pipa<br />

sesuai Standart American Wire Gauge<br />

299<br />

VI.3 Pemakaian Arus dan Tegangan pada Motor DC dan<br />

Motor AC 3 Phasa menurut AEG<br />

300<br />

VI.4 Format dan Data Fisik yang Dicatat Pada Proses<br />

Penerimaan<br />

310<br />

VI.5 Hasil Inspeksi Ke<strong>listrik</strong>an 311<br />

VI.6 Dismanting Data 312<br />

VI.7 Striping Data 321<br />

VI.8 Format Data Hasil Pengukuran dan Tes Running 336<br />

VI.9 Format Proses Pencatatan Tes Ke<strong>listrik</strong>an 337<br />

VI.10 Laporan Tes Ke<strong>listrik</strong>an Inti Stator 338<br />

VI.11 Laporan Waktu & Kinerja Karyawan 339<br />

VI.12 Laporan Inspeksi 340<br />

VI.13 Daftar Diameter, Penampang, Berat dalam kg/km,<br />

dan Besarnya Nilai Tahanan pada Suhu 15 0 C<br />

Ohm/km<br />

341<br />

VIII.1 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi pada Pilot Exciter Unit I<br />

393<br />

VIII.2 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi pada Main Exciter Unit I<br />

393<br />

VIII.3 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi pada Main Generator Unit I<br />

394<br />

VIII.4 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi Pada Motor Listrik Bantu Unit I<br />

394<br />

VIII.5 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi Pada OCB Generator 6 kV Unit I<br />

395<br />

Pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> LAMPIRAN<br />

C1


VIII.6 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi Transformator I (6/70 kV)<br />

395<br />

VIII.7 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />

Isolasi pada OCB Transformator 70 kV<br />

396<br />

VIII.8 Contoh hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan Isolasi<br />

Pada OCB Generator 6 kV<br />

396<br />

VIII.9 Contoh Hasil Pemeliharaan Accu 398<br />

IX.1 Istilah-Istilah yang ada Pada SOP PLTU Perak 401<br />

IX.2 Format Pengesahan Dokumen 402<br />

IX.3 Daftar Dokumen Terkait 405<br />

IX.4 Daftar Penerimaan Awal Dokumen Terkendali 406<br />

IX.5 Daftar Perubahan Dokumen 408<br />

IX.6 Daftar Induk Perubahan Dokumen 409<br />

IX.7 Lembar Tanda Terima Dokumen 410<br />

IX.8 Bagan Alir Dokumen Mutu 411<br />

IX.9 Kebenaran “AND” 427<br />

IX.10 Kebenaran “OR” 428<br />

IX.11 Kebenaran “NOT” 428<br />

IX.12 Data Transformator 439<br />

IX.13 Pengaturan Tap Changer Trafo Daya 439<br />

IX.14 Instruksi Kerja Pemeliharaan Genset 446<br />

X.1 Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru 453<br />

X.2 Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Bekas 454<br />

XI.1 Momen Inersi Gerak dan Putaran 502<br />

XII.1 Karakteritik dan Struktural Kabel Telekomunikasi 526<br />

XII.2 Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga 527<br />

XII.3 Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong><br />

Pembawa (PLC)<br />

527<br />

XII.4 Contoh Spesifikasi Peralatan Pembawa Saluran<br />

Tenaga (PLC)<br />

531<br />

XII.5 Contoh Spesifikasi Peralatan Komunikasi Radio 533<br />

LAMPIRAN<br />

C2


DAFTAR GAMBAR<br />

Halaman<br />

I.1 Diagram Proses Pembangkitan Tenaga Listrik 2<br />

I.2 Contoh Diagram Beban Listrik Harian 3<br />

I.3 Contoh Power Generator Comersial di India 4<br />

I.4 Pengangkatan Transformator Menggunakan Crane Untuk<br />

Pengembangan Pusat Pembangkit Listrik<br />

6<br />

I.5 Contoh Konstruksi Transmisi 7<br />

I.6 Contoh Konstruksi Jaringan Distribusi 7<br />

I.7 Sistem Grid Operation pada Power Plant 8<br />

I.8 Pembangunan PLTD yang Memperhatikan Lingkungan 9<br />

I.9<br />

Aktivitas yang Harus Dilakukan Pada Perencanaan Sistem<br />

Pembangkit Tenaga Listrik<br />

9<br />

I.10<br />

Blok Diagram Proses Merencanakan Bentuk Sistem<br />

Distribusi<br />

10<br />

I.11 PLTA Mini Hydro Memanfaatkan Debit Air 12<br />

I.12 Proses Penyaluran Air PLTA Mendalan Memanfaatkan Tinggi<br />

Jatuh Air<br />

13<br />

I.13 Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga Lstrik pada Pusat<br />

Pembangkit Listrik Sederhana<br />

15<br />

I.14 Sebagian dari Sistem Interkoneksi (Sebuah Pusat<br />

Pembangkit Listrik Dua Buah GI dan Sub System Distribusi)<br />

21<br />

I.15 Propses Penyediaan Tenaga Listrik (Pembangkitan dan<br />

Penyaluran)<br />

22<br />

I.16 Proses Penyediaan Tenaga Listrik Bagi Konsumen 23<br />

I.17 Power Nertweork Analiser Type Topas 1000 Buatan LEM<br />

Belgia<br />

24<br />

II.1 Generator Sinkron 3 Phasa Pasa 25<br />

II.2 Rangkaian Listrik Generator Sinkron 3 Phasa Hubungan Y 26<br />

II.3 Kumparan Stator generator Sinkron ke Phasa Hubvungan Y 26<br />

II.4 Hubungan Klem Generator Sinkron 3 Phasa Hubungan Y 27<br />

II.5 Diagram Hubungan Generator dan Transformator 3 Phasa 28<br />

II.6 Prinsip Penguatan Pada Generator Sinkron 3 Phasa 28<br />

II.7 Generator Sebuah PLTU Buatan Siemen dengan 2 Kutub 29<br />

II.8 Rotor Turbo Generator Berkutub Dua 30<br />

II.9 Rotor Generator PLTA Kota Panjang (Riau) Berkutub Banyak<br />

57 MW<br />

31<br />

II.10 Stator dari Generator Sinkron 31<br />

II.11 Diagram Generator Sinkron 500 MW Dengan Penguat<br />

Generator DC 2400 kW<br />

32<br />

II.12 Stator Generator Sinkron 3 Phasa 500 MVA, 15 kV, 200<br />

RPM, 378 Slots<br />

32<br />

II.13 Stator Steam Turbin Generator Sinkron 722 MVA 3600 RPM<br />

19kV<br />

33<br />

II.14 Rotor Generator 36 Kutub, Pengutan 2400 ADC Hasil<br />

Penyearahan Listrik 330 Volt AC<br />

33<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D1


x<br />

II.15 Belitan Rotor Salient Pool (Kutub Menonjol) Generator<br />

Sinkron 250 MVA<br />

34<br />

II.16 Generator Sinkron Rotor Sangkar Kutub Menonjol 12 Slot 34<br />

II.17 Rotor 3 Phasa Steam Turbine Generator 1530 MVA, 1500<br />

rpm, 27 kV, 50 Hz<br />

35<br />

II.18 Rotor Belit 4 Kutup, Penguatan 11,2 kA 600V DC Brushlees 35<br />

II.19 Type Brushlees Excitacy System 36<br />

II.20 Penguatan Generator Unit I PLTA Mendalan 37<br />

II.21 Gambar pengawatan system penguatan generator unit I<br />

PLTA di Daerah Mendalan Sumber (PLTA Mendalan)<br />

38<br />

II.22 Prinsip Kerja AVR Brown & Cie 39<br />

II.23 Bagian–Bagian Generator DC dengan 2 Kutup 40<br />

II.24 Generator DC Shunt 4 Kutup 40<br />

II.25 Bagian–Bagian Generator DC 100 kW, 250V, 4 Kutup, 1275<br />

rpm (Courtesy of Generator Electric Company USA)<br />

41<br />

II.26 Generator DC 2 Kutup dengan Penguatan Tersendiri 41<br />

a. Generator Shunt dengan Penguatan Sendiri<br />

II.27<br />

b. Diagram Skema Generator Shunt<br />

a. Generator Kompon Panjang Berbeban<br />

II.28<br />

b. Skema Diagram Generator Kompon<br />

a. Generator Abad 20 Awal<br />

II.29 b. Generator Portable (Pandangan Samping)<br />

c. Generator Portable (Pandangan Sudut)<br />

Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Tunggal Menggunakan<br />

II.30<br />

PMS Seksi<br />

II.31 Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />

PMT Tunggal<br />

Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />

II.32<br />

Dua PMT (PMT Ganda)<br />

II.33 Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />

PMT 1½<br />

II.34 Saluran antara Generator dan Rel 48<br />

II.35 Satu PMT dan Tiga PMS 51<br />

II.36 Konstruksi Alat Pentahanan 51<br />

II.37 Pemutus Tenaga dari Udara 52<br />

II 38 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Minyak Banyak<br />

Sederhana<br />

52<br />

II.39 Konstruksi Kontak-Kontak PMT Minyak Banyak Sederhana 53<br />

II.40 PMT 150 kV Minyak Banyak di CB Sunyaragi 53<br />

II.41 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT minyak Banyak 54<br />

II.42 PMT Minyak Sedikit 70 kV 55<br />

II.43 Konstruksi Ruang Pemadaman Pada PMT Minyak Sedikit<br />

Secara Umum<br />

56<br />

II.44 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Minyak Sedikit Secara<br />

Sederhana<br />

56<br />

II.45 PMT SF6 500 kV Buatan BBC di PLN SeKtor TET 500 kV<br />

Gandul<br />

58<br />

II.46 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT/S 58<br />

LAMPIRAN<br />

D2<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

42<br />

42<br />

43<br />

44<br />

45<br />

46<br />

47


II.47 Potongan PMT <strong>untuk</strong> Rel Berisolasi Gas SF6 72,5 –245 kV 59<br />

II.48 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT SF6 Secara Sederhana 59<br />

II.49 PMT Vakum Buatan ABB Tipe VD4 60<br />

II.50 Konstruksi dan Mekanisme PMT Vakum Buatan ABB Tipe<br />

VD4<br />

60<br />

II.51 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum Secara Umum 61<br />

II.52 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum 61<br />

II.53 Kontak PMT Vakum dengan Medan Magnit Radial 62<br />

II.54 Kontak PMT Vakum dengan Medan Magnit Aksial 63<br />

II.55 PMT Medan Magnit 63<br />

II.56 PMT 500 kV Buatan BBC yang Dilengkapi Resistor 65<br />

II.57 PMT 500 kV Buatan BBC Tanpa Dilengkapi Resistor 65<br />

II.58 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum Buatan Siemens 66<br />

II.59 PMT Udara Hembus dengan Ruang Pemadaman Gas secara<br />

Keseluruhan<br />

66<br />

II.60 Hubungan Resistor dan Kapasitor dengan Kontak-Kontak<br />

Utama PMT Udara Tekan 500 kV Buatan BBC<br />

67<br />

II.61 Kondisi Kontak dari Sebuah Saklar Dalam Keadaan Tertutup 68<br />

. (a), Mulai Membuka (b) dan (c) Sudah Terbuka Lebar<br />

II.62 Penampung Udara, Ruang Pemutus, dan Katup<br />

Penghembus dari Air Blast Circuit Breaker<br />

68<br />

II.63 Contoh Circuit Breaker Tiga Phase 1200A 115 kV, Bill 550 kV<br />

(Courtesy of General Electric)<br />

69<br />

II.64 Circuit Breaker Oil minimum <strong>untuk</strong> intalasi 420 kV, 50 Hz<br />

(Courtesy of ABB)<br />

69<br />

II.65 Air Blast Circuit Breaker 2.000 A 362 kV (Courtesy of General<br />

Electric)<br />

70<br />

II.66 Switchgear High Density MV 70<br />

II.67 Circuit Breaker Enclosed 15 Group Enclosed SF6<br />

II.68 Vacum Circuit Beaker memiliki Rating 1200 A pada 25,8 kV<br />

Dapat Memotong Arus 25 kA Dalam 3 Siklus <strong>untuk</strong> Sistem 60<br />

Hz (Courtesy of General Electric)<br />

II.69 Hom-gap Disconnecting Switch 1 kutup 3 phase 725 kV 60 72<br />

Hz, kiri posisi terbuka dan kanan tertutup 10 siklus 1200 kA<br />

Bill 2200 kV (Courtesy of Kearney)<br />

II.70 Mekanisme Penggerak PMT Menggunakan Pegas dalam 73<br />

Keadaan Tertutup Dilihat dari Sisi Depan<br />

II.71 Mekanisme Penggerak PMT yang Menggunakan Pegas<br />

73<br />

Keadaan Terbuka Dilihat Dari Sisi Depan<br />

II.72 Mekanisme Penggerak PMT Menggunakan Pegas Dilihat 75<br />

Dari Samping<br />

II.73 a. Instalasi Pemakaian Sendiri Pusat Pembangkit Listrik<br />

76<br />

Kapasitas di Bawah 5 MW<br />

II.73 b. Instalasi Pusat Listrik Kapasitas 5 MW Sampai 15 MW 76<br />

II.73 c. Instalasi Sendiri Pada Pusat Listrik dengan Kapasitas di 77<br />

Atas 15 MW<br />

II.74 Instalasi Baterai dan Pengisiannya 78<br />

XX<br />

71<br />

71<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D3


X<br />

II.75 Perubahan Kimia Selama Pengisian dan Pemakaian Aki 79<br />

II.76 Grafik Kapasitas Aki 80<br />

II.77 Macam - Macam Transformator Pada Unit Pembangkit<br />

Listrik<br />

82<br />

II.78 Transformator 2 Phase Type OA 82<br />

II.79 Transformator 3 Phase Type 1000 MVA 83<br />

II.80 Transformator 3 Phasa Transformator 4500 MVA yang<br />

Digunakan <strong>untuk</strong> Station Pembangkit Nuklir<br />

83<br />

II.81 Transformator Special pada Pembangkit Tenaga Panas<br />

Produksi ABB<br />

84<br />

II.82 Transformator 3 Phasa dengan Daya 36 MVA 13,38 kV 84<br />

II.83 Transformator 3 Phasa Hubungan Delta-Delta yang<br />

Disusun dari 3 Buah Transformator Satu Phasa A,B, dan C<br />

Dihubungkan Pada Pembangkit Listrik<br />

86<br />

II.84 Diagram Hubungkan Delta-Delta Transformator 3 Phasa<br />

Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban (Load)<br />

87<br />

II.85 Transformator 3 Phase Hubungan Delta – Bintang yang<br />

Disusun dari 3 Buah Transformator Satu Phasa<br />

89<br />

II.86 Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram<br />

Phasor<br />

89<br />

II.87 Diagram Gambar Contoh Soal 90<br />

II.88 Transformator 3 Phase Hubungan Bintang-Bintang 91<br />

II.89 Transformator Hubungan Bintang-Bintang dengan Tersier 91<br />

II.90 Open Delta Conection 92<br />

II.91 Transformator Hubungan Open Delta 92<br />

II.92 Susunan Elektroda Untuk Tegangan Searah 97<br />

II.93 Jembatan Schering Untuk Mengukur Kapasitansi dan<br />

Factor Disipasi<br />

98<br />

II.94 Jembatan Schering 98<br />

II.95 Pentahanan pada Transformator 3 Phasa 105<br />

II.96 Petanahan pada Transformator 3 phasa 106<br />

II.97 Pengaturan Tegangan Generator Utama dengan<br />

Potensiometer<br />

106<br />

II.98 Sistem Excitacy Tanpa Sikat 107<br />

II.99 PMT Medan Penguat dengan Tahanan R 108<br />

II.100 Pengukuran Daya Aktif Pada Rangkaian Tegangan Tinggi 110<br />

II.101 Diagram Pengukuran pada Generator dan Saluran Keluar 111<br />

II.102 Bagan Rangkaian L<strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> Sistem Proteksi 112<br />

II.103 Kontruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse<br />

yang menggunakan celah udara (air gap) di bagian atas<br />

116<br />

II.104 Lighting Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di<br />

Luar Gedung<br />

116<br />

II.105 Lighting Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di<br />

Dalam Gedung<br />

117<br />

II.106 Skematik Prinsip Kerja PLC 120<br />

II.107 Diagram Blok Remote Terminal Unit (RTU) 121<br />

X<br />

LAMPIRAN<br />

D4<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik


II.108 Contoh dari Sebuah PLTU Berdiri Sendiri dengan 3 Unit 121<br />

II.109 Pengawatan Skunder dari Suatu Penyulang (Saluran<br />

Keluar) yang Diproteksi oleh Relai Arus Lebih dan Relai<br />

Gangguan Hubung Tanah<br />

123<br />

II.110 Prinsip Kerja Kontak Reset 125<br />

II.111 Berbagai Macam Kabel, Baik Untuk Penyalur Daya<br />

Maupun Untuk Pengawatan Skunder dan Kontrol<br />

132<br />

II.112 Diagram Satu Garis dari PLTGU, Turbin Gas Distart Oleh<br />

Generatornya yang Dijadikan Motor Start<br />

134<br />

II.113 Foto Dari Sebuah Alat Perekam Kerja (Untuk Pengujian)<br />

PMT Buatan Euro SMC<br />

135<br />

II.114 Data Hasil Pengujian Pemutusan Tenaga 135<br />

II.115 Empat Alat Pentanahan 138<br />

II.116 Batang Pentanahan Beserta Aksesorinya 138<br />

II.117 Batang Petanahan dan Lingkaran Pengaruhnya 139<br />

II.118 Cara Mengukur Tahanan Pentanahan 140<br />

II.119 Penggunaan Transformator Arus Klem 140<br />

II.120 Bagan Intalasi Pneumatik (Udara Tekan) Sebuah PLTD 141<br />

II.121 Amplifier Hidrolik 142<br />

II.122 Reservoir Minyak Bertekanan Untuk SIstem kontrol 143<br />

II.123 Komponen Peralatan Untuk Pengaturan Hidrolik 144<br />

III.1 Proses Konversi Energi Dalam Pusat Listrik Tenaga Air 145<br />

III.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat Dari Atas 146<br />

III.3 Prinsip Kerja PLTA Run Off River 148<br />

III.4 Potongan Memanjang Pipa Pesat PLTA Sutami (PLTA<br />

dengan Kolam Tando Reservoir)<br />

148<br />

III.5 Bendungan II ETA Mrica di Jawa Tengah dengan kapasitas<br />

3 x 60,3 MW, Bendungan Beserta Pelimpasannya (Sisi<br />

Kiri) dan Gedung PLTA Beserta Air Keluarnya (Sisi Kanan).<br />

149<br />

III.6 Bendungan Waduk PLTA Saguling 4x175 MW dan tampak<br />

Rock Fill Dam (sisi kiri) dan Pelimpasan (bagian tengah)<br />

serta Pintu Air <strong>untuk</strong> keamanan<br />

149<br />

III.7 Intake PLTA di Jawa Barat dengan Kapasitas 4x175 MW 150<br />

III.8 Pipa Pesat dan Gedung PLTA di Jawa Barat 150<br />

III.9 Pipa Pesat PLTA Lamojan 151<br />

III.10 Ruang Turbin PLTA Cirata di Jawa Barat 6x151 MW 152<br />

III.11 Turbin Kaplan 152<br />

III.12 Turbin Francis Buatan Toshiba 153<br />

III.13 Turbin Francis dan Generator 3600 M 153<br />

III.14 Turbin Francis dan Generator 4190 M 154<br />

III.15 Turbin Peiton Buatan Toshiba 155<br />

III.16 Hutan Beserta Lapisan Humus & DAS 157<br />

III.17 Pembebanan PLTA, Beban Diusahakan Maksimal tetapi<br />

Disesuaikan dengan Tersedianya Air<br />

158<br />

III.18 Duga Muka Air Kolam 159<br />

III.19 Siklus Uap dan Air yang Berlangsung dalam PLTU, yang<br />

Dayanya Relatif Besar, di Atas 200 MW<br />

161<br />

III.20 Coal Yard PLTU Surabaya 165<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D5


X<br />

III.21 PLTU Paiton Milik PLN 165<br />

III.22 Ruang Turbin PLTU Surabaya 166<br />

III.23 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN Jawa Timur 166<br />

III.24 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN 36 Sudu Jalur Jawa 167<br />

Timur<br />

III.25 Generator dan Turbin 400 MW di Jawa Timur 167<br />

III.26 Turbin Uap dan Kondensor 168<br />

III 27 Boiler PLTU Perak 169<br />

III.28 Rangkaian Proses Demineralisasi 177<br />

III.29 Rangkaian Air Ketel Uap 178<br />

III.30 Rangkaian Air Ketel Uap 178<br />

III.31 Prinsip Kerja Unit Pembangkit Turbin Gas 181<br />

III.32 Produk-Produk Turbin Gas Buatan Aistom dan Siemens 183<br />

III.33 Konstruksi Ruang Bakar Turbin Gas Buatan Aistom,<br />

Kompresor Disebelah Kanan dan Turbin di Sebelah Kiri<br />

184<br />

III.34 Skema Sebuah Blok PLTGU yang Terdiri dari 3 Unit PLTG 185<br />

dan Sebuah UniT PLTU<br />

III.35 Diagram Aliran Uap Pada Sebuah PLTGU yang<br />

187<br />

Menggunakan 3 Macam Tekanan Uap; HP (High Pressure),<br />

IP (Intermediate Pressure), dan LP (Low Pressure) buatan<br />

Siemens<br />

III.36 Heat-Recovery Steam Generator PLTGU Tambak Lorok 187<br />

Semarang dari Unit PLTG 115 MW<br />

III.37 PLTGU Grati di Jawa Timur (Pasuruan) Terdiri Dari: Turbin 188<br />

Gas : 112,450 MW x 3; Turbin Gas : 112,450 MW x 3; Turbin<br />

Uap; 189,500 MW; Keluran Blok: 526,850 MW<br />

III.38 Bagian dari HRSG yang BerseNtuhan dengan Gas Buang 188<br />

III.39 Blok PLTGU Buatan Siemens yang Terdiri dari Dua Buah 188<br />

PLTG dan Sebuah PLTU<br />

III.40 Skematik Diagram PLTP Flused Stem Sistem 197<br />

III.41 PLTP Siklus Binary 198<br />

III.42 Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah 200<br />

III.43 Prinsip kerja Mesin Diesel 2 Langkah 200<br />

III.44 PLTD Sungai Raya Pontianak (Kalimantan Barat 4 x 8 MW, 203<br />

Pondasi Mesin Berada di atas Permukaan Tanah dan Jumlah<br />

Silinder 16 dalam Susunan V<br />

III.45 Kurva Efisiensi Unit Pembangkit Diesel 204<br />

III 46 Pompa Pengatur Injeksi BBM 204<br />

a. Posisi 1<br />

b. Posisi 2<br />

c. Posisi 3<br />

III.47 Turbochanger Bersama Intercooler 205<br />

III.48 Gambar potongan dan Rotor Turbochanger Buatan MAN (a) 206<br />

Kompresor (b) Turbin gas<br />

III.49 Mesin Diesel Buatan MAN dan B & W 207<br />

a. Dengan Susunan Silinder V,<br />

b. Dengan Susunan Silinder Baris<br />

X<br />

LAMPIRAN<br />

D6<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik


III.50 Skema Prinsip Kerja PLTN 209<br />

III.51 Proses Emulsion Pada Reactor Nuklir 209<br />

III.52 Reaktor dengan Air Bertekanan dan Mendidih 210<br />

III.53 Sirkuit Dasar Uninterrupted Power Supply 211<br />

III.54 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Diesel Generating Set 212<br />

III.55 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Switch 212<br />

III.56 Skema Unit Pembangkit Tenaga Angin 213<br />

III.57 Prinsip Kerja Fuel Cell 214<br />

III.58 a. Struktur Molekul Cyclopentane C5H1O<br />

219<br />

b. Struktur Molekul Cyclopentene C5H8 219<br />

c. Struktur Molekul Benzene C6H6 219<br />

III.59 Isooctane C8H18 dengan Cabang Methyl CH3+<br />

220<br />

III.60 Struktur Molekul Toluene, Salah Satu Atom H Giganti<br />

221<br />

dengan Rantai Methyl CH3+<br />

III.61 a. Kantong Gas Berisi Gas Saja 224<br />

b. Kantong Gas Berada di atas Kantong Minyak (Petroleum<br />

Gas)<br />

224<br />

III.62 Turbin Cross Flow Buatan Toshiba 227<br />

III.63 Aliran Air Pendingin dan Uap dalam Kondensor PLTU 227<br />

III.64 Pelindung Katodik pada Instalasi Air Pendingin 228<br />

III.65 Transformator yang Sedang Mengalami Kebakaran dan<br />

Sedang Diusahakan Untuk Dipadamkan dengan<br />

Menggunakan Air<br />

231<br />

IV.1 Sebuah Sistem Interkoneksi yang Terdiri dari 4 Buah Pusat<br />

Listrik dan 7 Buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan<br />

Transmisi 150 kV<br />

235<br />

IV.1 Gambar Sebuah Sistem Interkoneksi yang terdiri dari 4 buah<br />

Pusat Listrik dan 7 buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan<br />

Transmisi 150 kV<br />

235<br />

IV.2 a. Kurva Beban Sistem dan Region Minggu, 11 November<br />

2001 pukul 19.30 = 11.454 MW (Netto)<br />

237<br />

b. Kurva Beban Sistem dan Region Senin, 12 November<br />

2001 Pukul 19.00 = 12.495 MW (Netto)<br />

237<br />

c. Kurva Beban Sistem dan Region Selasa, 13 November<br />

2001 Pukul 18.30 = 12.577 MW (Netto)<br />

238<br />

d. Kurva Beban Sistem dan Region Rabu, 14 November<br />

2001 pukul 19.00 = 12.500 MW (Netto)<br />

238<br />

e. Kurva Beban Sistem dan Region Kamis, 15 November<br />

2001 Pukul 18.00 = 12.215 MW (Netto)<br />

239<br />

f. Kurva Beban Sistem dan Region Jumat, 16 November<br />

2001 Pukul 18.30 = 12.096 MW (Netto)<br />

239<br />

g. Kurva Beban Sistem dan Region Sabtu, 17 November<br />

2001 pukul 20.000 = 11.625 MW (Netto)<br />

240<br />

h. Kurva Beban Sistem dan Region (Idul Fitri Hari Ke 1)<br />

minggu, 16 Des.2001 Pukul 20.00 = 8.384 MW (Netto)<br />

240<br />

i. Kurva Beban Sistem dan Region Natal Selasa, 25<br />

Desenber 2001 Pukul 19.00 = 10.099 MW (Netto)<br />

X<br />

241<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D7


j. Kurva Beban Puncak Tahun Baru Selasa, 1 Januari 2002<br />

pukul 19.30 = 9.660 MW (Netto)<br />

241<br />

k. Kurva Beban Puncak Idul Fitri 1422 H, Natal 2001 Dan<br />

Tahun Baru 2002<br />

242<br />

IV.3 Beban Puncak dan Beban Rata-rata Sistem 245<br />

IV.4 Hal-hal yang dialami unit pembangkit dalam satu tahun (8760<br />

jam)<br />

247<br />

IV.5 Penggambaran LOLP = p x t dalam Hari per Tahun pada<br />

Kurva Lama Beban<br />

249<br />

IV.6 a. Prosedur Pembebasan Tegangan Pada Penghantar<br />

No. 1 Antara Pusat Listrik A dan GI B<br />

253<br />

b. Prosedur memindah Transformator PS dari Rel 1 ke<br />

Rel 2<br />

257<br />

c. Gambar Prinsip dari PMT dalam Sistem Kubikel 258<br />

d. Sistem Rel Ganda dengan PMT Ganda Sistem Kubikal 258<br />

IV.7 a. Konfigurasi Rel Ganda pada Pusat Listrik dengan Kondisi<br />

PMT Kopel masih Terbuka<br />

260<br />

b. Konfigurasi Rel PMT 1½ pada Pusat Listrik,PMT AB2<br />

berfungsi sebagai PMT Kopel<br />

261<br />

V.1 Disturbance Fault Recorder Tipe BEN 5000 buatan LEM<br />

(Belgia)<br />

272<br />

VI.1 Cara Mencari Kerusakan Rangkaian Kutub 283<br />

VI.2 Cara Memeriksa Kerusakan pada Belitan Kutub 284<br />

VI.3 Avometer 286<br />

VI.4 Pemeriksaan Belitan Mesin Listrik 3 Phasa Menggunakan<br />

Megger<br />

287<br />

VI.5 Cara Memeriksa Belitan Kutub Menggunakan Avometer 287<br />

VI.6 Cara Memeriksa Kutup Motor Sinkron Menggunakan Kompas 289<br />

VI.7 Motor Induksi Phasa Belah 301<br />

VI.8 Motor Kapasitor 302<br />

VI.9 Bagan Proses Produksi Pada Usaha Jasa Perbaikan 309<br />

VI.10 Simbol Group Belitan 312<br />

VI.11 Langkah Belitan Nomal dan Diperpendek 314<br />

VI.12 Belitan Gelung dan Rantai 315<br />

VI.13 Bentuk Alur dan Sisi Kumparan 316<br />

VI.14 Jumlah Rangkaian Group pada Satu Phasa 317<br />

VI.15 Belitan Stator Terpasang pada Inti 319<br />

VI.16 Jenis Hubungan Antar Group 320<br />

VI.17 Hubungan antar Group 1 Phasa 320<br />

VI.18 Belitan Rantai Single Layer 321<br />

VI.19 Contoh Bentangan Belitan Rantai Lapis Tunggal 322<br />

VI.20 Contoh Betangan Belitan Notor Induksi 3 Phasa 36 Alur 322<br />

VI.21 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 Phase 48 Alur 323<br />

VI.22 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 phasa 24 alur 324<br />

VI.23 Gambar Skema Langkah Belitan pada Alur Motor Induksi 3<br />

phasa 36 Alur<br />

324<br />

VI.24 Proses Pemberian Red Oxyde 326<br />

VI.25 Isolasi Alur Stator 327<br />

VI.26 Alat Pelindung dan Alat Bantu Memasukkan Belitan pada 328<br />

LAMPIRAN<br />

D8<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik


Alur<br />

VI.27 Pemasukan Belitan Kedalam Alur Stator 329<br />

VI.28 Bentuk Belitan dalam Stator dan Proses Pemvarnisan 330<br />

VI.29 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa <strong>untuk</strong> Crane Double<br />

Speed 720 rpm dan 3320 rpm Star Dalam<br />

342<br />

VI.30 Skema dan Rangkaian Seri Atas-Bawah, Atas-Atas Motor 343<br />

Induksi 3 Phasa Crane Double Speed 720 dan 3320 rpm<br />

VI.31 Skema Langkah Belitan Motor 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344<br />

VI.32 Belitan Motor AC 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344<br />

VI.33 Belitan Motor Induksi Phasa 36 Alur 3000 rpm 345<br />

VI.34 Belitan Motor induksi 3 Phasa 24 Alur 3000 rpm 345<br />

VI.35 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa 24 Alur 1500 Rpm 346<br />

VII.1 Kontruksi dari Sebuah Saklar Sel Berbentuk Lurus 348<br />

VII.2 Hubungan Jajar dari Baterai Akumulator dan Generator 350<br />

VII.3 Hubungan Jajar Baterai Akumulator dengan Dua buah 352<br />

Generator Shunt dan Memakai Tiga Hantaran<br />

VII.4 Pengisian Baterai aAkumulator Terbagi Beberapa Bagian 352<br />

VII.5 Skema Pemasangan Mika Saklar 354<br />

VII.6 Pusat Tenaga Listrik dc Memakai Saklar Sel Berganda 355<br />

VII.7 Opjager 357<br />

VII.8 Skema Sebuah Generator dengan Baterai Buffer 359<br />

VII.9 Penambahan Belitan Magnet 362<br />

VII.10 Medan Differensial 362<br />

VII.11 Skema Agregat dari Piranti 363<br />

VII.12 Rangkaian Magnet dari Mesin Arus Searah pada Umumnya 365<br />

VII.13 Pengikat Inti Kutub Terhadap Rangka Mesin Listrik Arus 369<br />

Searah pada Umumnya<br />

VII.14 Rangka Mesin Listrik Arus Searah yang Retak Rangkanya 369<br />

VII.15 Cara Mencari Belitan Kutub yang Putus 371<br />

VII.16 Mencari Hubung Singkat Belitan Jangkar dengan Growler 374<br />

VII.17 Mencari Hubung Singkat Belitan Terhadap Badan 374<br />

VII.18 Gambar Mencari Belitan Jangkar yang Hubung Singkat<br />

dengan Badan<br />

375<br />

VII.19 Mencari Hubungan Singkat dengan Badan 375<br />

VII.20 Mencari Hubung Singkat terhadap Badan dengan Growler<br />

dan Milivoltmeter<br />

376<br />

VII.21 Mencari Putusnya Belitan dengan Growler dan Cetusan 376<br />

Bunga Api<br />

VII.22 Mencari Putusnya Belitan dengan Jarum Magnet 376<br />

VII.23 Mencari Putusnya Belitan dengan Mili-Voltmeter 377<br />

VII.24 Reaksi Jangkar yang Menye<strong>bab</strong>kan Muculnya Bunga Api 378<br />

VII.25 Arah Menggeser Sikat Setelah Timbul Reaksi Jangkar 379<br />

VII.26 Keadaan Teoritis Reaksi Jangkar pada Motor Arus Searah 380<br />

VII.27 Menggeser Sikat pada Motor Listrik Setelah Timbul Bunga<br />

Api<br />

381<br />

VII.28 Untuk Mencari Bagian Mana yang Rusak Gunakanlah<br />

Avometer<br />

383<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D9


VII.29 Bentuk Lempeng lemel 387<br />

VII.30 Potongan Kolektor 387<br />

VIII.1 Bagian Alir Start-Stop PLTU PERAK III & IV 407<br />

IX.2 Grafik Pengoperasian pada Turning Gear 425<br />

IX.3 Simbol Gerbang AND 427<br />

IX.4 Simbol Gerbang OR 428<br />

IX.5 Simbol Gerbang NOT 428<br />

IX.6 On Delay dan Off Delay pada Timer 429<br />

IX.7 Contoh Wiring Diagram Sistem Ke<strong>listrik</strong>an PLTU Perak 436<br />

X.1 Contoh Transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di 451<br />

LAMPIRAN<br />

D10<br />

atas 1100 kV dan Daya di atas 1000 MVA<br />

X.2 Contoh Vacuum Interrupter 466<br />

X.3 Gas Insulated Switchgear (GIS) 467<br />

X.4 a. Gas Switchgear Combined (GSC) 550 kV 467<br />

b. Gas Switchgear Combined (GSC) 300 kV 468<br />

c. Gas Switchgear Combined (GSC) 245 kV 468<br />

d. Gas Switchgear Combined (GSC) 72,5 kV 468<br />

X.5 Gas Combined Swithgear (GCS) 550 kV, 4000A 469<br />

X.6 Menunjukkan C-GIS (Cubicle Type Gas Insulated<br />

469<br />

Switchgear)<br />

X.6 a. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 72.5 kV 469<br />

b. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 24 kV 470<br />

c. C-GIS (Cubicle type Insulated Switchgear) 12 kV 470<br />

X.7 Dry Air Insulated Switchgear 72.5 470<br />

X.8 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Out Door 145 kV 471<br />

X.9 Reduced Gas Dead Tank Type VCB 72.5 kV 471<br />

X.10 Dry Air Insulated Dead Tank Type VCB 72.5 kV 472<br />

X.11 VCS (Vacuum Combined Switchgear) 472<br />

X.12 VCB (Vacuum Circuit Breaker) In Door Unit 473<br />

X.13 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Indoor Unit 473<br />

X.14 Oil-Immersed distribution transformers 474<br />

X.15 SF6 Gas – Insulated Transformer 474<br />

X.16 Cast Resin Transformer 475<br />

X.17 Sheet – Winding (standart: Aluminum Optional Copper) 445<br />

X.18 Gambar gambar Short Circuit Breaking Tests 476<br />

X.19 Short – Time Witstand Current Test 476<br />

X.20 Alternating Current With Stand Voltage Test 477<br />

X.21 Internal Arc Test of Cubicle 477<br />

X.22 Slide Shows 478<br />

X.23 Grafik Hubungan Sensing Tegangan Terhadap Output of 483<br />

Generator<br />

X.24 Rangkaian Amplifier 484<br />

X.25 Diagram Minimum Excitay Limiter 485<br />

X.26 Blok Diagram Automatic Follower 486<br />

X.27 Diagram Excitacy 487<br />

X.28 Diagram AVR 488<br />

XI.2 Single Line diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander<br />

pada Crane<br />

494<br />

XI.1 Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander 493<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik


XI.3<br />

Pada Crane<br />

Contoh Gambar Menentukan Torsi Mekanik 495<br />

XI.4 Contoh Gambar Menentukan Tenaga Mekanik 496<br />

XI.5 Contoh Gambar Menentukan Daya Mekanik 496<br />

XI.6 Contoh Gambar Menetukan Daya Motor Listrik 497<br />

XI.7 Contoh Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen<br />

Enersi<br />

500<br />

XI.8 Contoh Gambar Menentukan Energi Kinetik pada Putaran 500<br />

dan Momen Enersi pada Roda 2 Pully<br />

XI.9 Rangkaian Control Plug 503<br />

XI.10 Rangkaian Daya Plugging 504<br />

XI.11 Contoh Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 505<br />

XI.12 Single Diagram Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 506<br />

XI.13 Pengereman Regeneratif 506<br />

XI.14 Pengereman Dinamik 507<br />

XI.15 Sambungan Solenoid Rem <strong>untuk</strong> Pengasutan DOL 508<br />

XI.16 Konstruksi dan Pengereman pada Motor Area 509<br />

XI.17 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 510<br />

XI.18 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 511<br />

XI.19 Motor Area pada Crane Gantung 10 Ton <strong>untuk</strong> Mengangkat<br />

Kapal<br />

511<br />

XI.20 Konstruksi Lift 515<br />

XI.21 Contoh Pengawatan Lift 517<br />

XII.1 Bagan Jenis-Jenis Fasilitas Telekomunikasi pada Industri 525<br />

Tenaga Listrik<br />

XII.2 Peralatan Pengait <strong>untuk</strong> Komunikasi Pembawa (PLC) 528<br />

XII.3 Sistem Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC) 530<br />

XII.4 Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi 531<br />

XII.5 Contoh Peralatan Radio 534<br />

XII.6 Contoh Pemancar 535<br />

XII.7 Contoh Komunikasi Radio <strong>untuk</strong> Pemeliharaan 536<br />

XII.8 Lintasan Gelombang Mikro Dipantulkan oleh Reflektor Pasif 538<br />

XII.9 Bagian-bagian Pemancaran (A) Antena Reflektor pasif<br />

Parabola (B) Gelombang Mikro<br />

539<br />

XIII.1 Contoh Pengukuran Arus Dilengkapi Transformator Arus 542<br />

XIII.2 Desain Transformator Arus 500 VA, 100A/5 A <strong>untuk</strong> Line<br />

230 kV<br />

542<br />

XIII.3 Transformator Arus 50 VA, 400 A/5 A, 60 Hz dengan Isolasi<br />

<strong>untuk</strong> Tegangan 36 kV<br />

543<br />

XIII.4 Transformator Toroida 1.000 A/4A <strong>untuk</strong> Mengukur Arus<br />

Line<br />

544<br />

XIII.5 Transformator Toroida Tersambung dengan Bushing 545<br />

XIII.6 Transformator Tegangan pada Line 69 kV 546<br />

XIII.7 Contoh Aplikasi Transformator Tegangan pada Pengukuran<br />

Tegangan Tinggi<br />

547<br />

XIII.8 Contoh Bentuk Amperemeter dan Voltmeter 547<br />

XIII.9 Kontruksi dasar Watt Meter 548<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D11


XIII.10 Pengukuran daya (Watt-Meter 1 phasa) 548<br />

XIII.11 Pengukuran Daya (Watt-Meter 1 Phasa / 3 Phasa) 549<br />

XIII.12 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa 549<br />

XIII.13 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa dan 3 Phasa 549<br />

XIII.14 Cara penyambungan Wattmeter 1 phasa 550<br />

XIII.15 Cara Pengukuran Daya 3 Phasa dengan 3 Wattmeter 550<br />

XIII.16 Rangkaian Pengukuran Daya 3 Phasa 4 Kawat 550<br />

XIII.17 Rangkaian Pengukuran Daya Tinggi 551<br />

XIII.18 Alat Pengukuran Cos Ф 552<br />

XIII.19 Kopel yang Ditimbulkan 522<br />

XIII.20 Pengukuran Cos Ф dengan Kumparan yang Tetap dan Inti 533<br />

Besi<br />

XIII.21 Diagram Vektor Ambar XIII.20 554<br />

XIII.22 Prinsip Cosphimeter Elektro Dinamis 554<br />

XIII.23 Cosphimeter dengan Azaz Kumparan Siang 554<br />

XIII.24 Vektor Diagram Arus dan Tegangan pada Cosphimeter 555<br />

XIII.25 Skala Cosphimeter 3 phasa 555<br />

XIII.26 Kontruksi Cosphimeter dengan Garis-garis 555<br />

XIII.27 Sambungan Cosphimeter 1 phasa 555<br />

XIII.28 Sambungan Secara tidak Langsung Cosphimeter 1 Phasa 555<br />

XIII.29 Pemasangan Cosphimeter 3 phasa 556<br />

XIII.30 Pemasangan Secara Tidak Langsung Cosphimeter<br />

556<br />

3 Phasa<br />

XIII.31 Kerja Suatu Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557<br />

XIII.32 Prinsip Kerja Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557<br />

XIII.33 Prinsip Kerja Frekuensimeter Tipe Elektro Dinamis 558<br />

XIII.34 Prinsip Suatu Frekuensi Meter Jenis Pengisian-<br />

Pengosongan kapasitor<br />

559<br />

XIII.35 Kontruksi Frekuensi Lidah 559<br />

XIII.36 Skala Frekuensimeter Lidah 560<br />

XIII.37 Prinsip Kerja Meter Penunjuk Energi Listrik Arus Bolak- 561<br />

LAMPIRAN<br />

D12<br />

Balik (Jenis Induksi)<br />

XIII.38 Arus Eddy pada Suatu Piringan 561<br />

XIII.39 Prinsip Pengatur Phasa 562<br />

XIII.40 Prinsip Suatu Beban Berat 563<br />

XIII.41 Prinsip Suatu Beban Ringan 563<br />

XIII.42 Bentuk Bentuk Penunjuk (Register) 564<br />

XIII.43 Prinsip Voltmeter Digital dengan Metode Perbandingan 565<br />

XIII.44 Beda Antara Metode Perbandingan dan MetodeIntegrasi 565<br />

XIII.45 Prinsip Sistem Penghitungan dengan Cara Modulasi Lebar<br />

Pulsanya<br />

568<br />

XIII.46 Alat Pencatat Penulis Pena 569<br />

XIII.47 Contoh Cara Kerja Garis Lurus Alat Pencatat Penulis<br />

Langsung<br />

569<br />

XIII.48 Alat Pencatat Penulis Langsung 570<br />

XIII.49 Cara Kerja alat Pencatat Penulis Langsung (jenis<br />

570<br />

pemetaan)<br />

XIII.50 Blok Diagram Suatu Alat Pencatat X-Y 571<br />

XIII.51 Penyimpanan Suatu Sinar Elektron dalam Suatu CRT 572<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik


XIII.52 “Blok Diagram” Suatu Osciloscope (System “Repetitive<br />

Sweep”)<br />

572<br />

XIII.53 Hubungan Antara Bentuk Gelombang yang terlibat dan<br />

bentuk Gelombang “Saw-Tooth” dalam Sistem “Triggered<br />

Sweep”<br />

573<br />

XIII.54 Prinsip penyimpanan “Storage CRT” 573<br />

XIII.55 Contoh dari Samping Osciloskop 574<br />

XIII.56 Bentuk Suatu 1800-4500 MHz Band Signal Generator 574<br />

XIII.57 “Blok Diagram” Untuk Rangkaian Gambar XIII. 106 574<br />

XIII.58 Peredam Reaktansi 575<br />

XIII.59 Pengujian Belitan Mesin Listrik 3 Phasa dengan<br />

Menggunakan Megger<br />

576<br />

XIII.60 Cara Mengukur Belitan Kutub dengan Menggunakan<br />

Avometer<br />

576<br />

Daftar Isi LAMPIRAN<br />

D13


DAFTAR RUMUS<br />

Daftar Rumus LAMPIRAN<br />

E1<br />

N0. Rumus<br />

No.<br />

Persamaan Halaman<br />

1<br />

S = q . 1 1 n1v1<br />

2-1 96<br />

2<br />

S q . n . E<br />

1 1 1 =<br />

2-2 96<br />

3 K = ( LS)<br />

/ UA<br />

2-3 97<br />

4 2w<br />

P = U C tan d<br />

diel<br />

2-4 97<br />

5 P = k.η<br />

. H.<br />

qkW<br />

3-1 146<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

10<br />

11<br />

12<br />

0,<br />

96<br />

11.<br />

400.<br />

p<br />

G = 1.<br />

102<br />

h<br />

n<br />

Pm = S.A.I.BMEP x x k<br />

2 atau 1<br />

pm<br />

- pn.520.Vm<br />

30tm<br />

+ 460<br />

Beban rata - rata<br />

Faktor beban =<br />

Beban Puncak<br />

Produksi 1tahun<br />

Faktor kapasitas =<br />

Daya terpasang x 8.760<br />

Beban alat tertinggi<br />

Faktor utilitas =<br />

Kemampuan alat<br />

Jmlh jam gangguan<br />

FOR =<br />

Jmlh jam operasi + Jmlh jam gangguan<br />

3-2 195<br />

3-3 201<br />

3-4 223<br />

4-1 244<br />

4-2 245<br />

4-3 245<br />

4-4 246<br />

13 LOLP = p x t<br />

4-5 249<br />

14 z<br />

E=2,22. .f.kd.kp. .ω.<br />

a<br />

φ 10 –8 . Volt<br />

6-1 282<br />

15 E = 4,44.N. f.kd.kp. φ.ω. 10 –8 Volt 6-2 282<br />

16 z<br />

E=2,22. .f.kd.kp. .ω.<br />

a<br />

φ 10 –8 .Volt<br />

6-3 282<br />

17 E = 4,44.N. f.kd.kp. φ.ω. 10 –8 Volt 6-4 282<br />

18 E = C. φ . Volt 6-5 282


LAMPIRAN<br />

E2<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

N0. Rumus<br />

No.<br />

Persamaan Halaman<br />

19<br />

S<br />

S/phasa = = 12 alur<br />

3<br />

6-6 313<br />

20 f . 60<br />

p =<br />

n<br />

6-7 313<br />

21 50.<br />

60<br />

p = = 2,…<br />

1470<br />

6-8 313<br />

22 fp = sin ω/Tp.<br />

π/2<br />

6-9 315<br />

23 180.<br />

2 p<br />

R=<br />

S<br />

6-10 319<br />

24<br />

V konstan<br />

Jumlah sel =<br />

V keluar arus<br />

7-1 349<br />

25 I = IG<br />

+ IB<br />

7-2 358<br />

26 E − E<br />

7-3 359<br />

EG =<br />

G<br />

R<br />

G<br />

K<br />

27 EG − ( EK<br />

− dEK<br />

)<br />

IG+dIG =<br />

RG<br />

7-4 360<br />

28 (I G + dIG)<br />

- IG<br />

7-5 360<br />

29 E B − EK<br />

+ dEK<br />

dIB =<br />

R<br />

7-6 360<br />

30<br />

31<br />

dIB =<br />

dE<br />

R<br />

B<br />

dIG : dIB =<br />

32 dIG : dIB =<br />

K<br />

G<br />

B<br />

dE K<br />

:<br />

R<br />

R<br />

1<br />

G<br />

R<br />

1<br />

:<br />

dE<br />

R<br />

B<br />

B<br />

K<br />

7-7 360<br />

7-8 360<br />

7-9 360<br />

33 p n<br />

−8<br />

E = . . z . φ . 10 Volt<br />

a 60<br />

7-10 366<br />

34 p n<br />

−8<br />

. . z . 10 = C<br />

a 60<br />

7-11 360<br />

35 E = C .φ . Volt 7-12 367


π m<br />

ι<br />

36 0, 4 N . I<br />

H=<br />

Oersted<br />

N0. Rumus<br />

π Im<br />

ι<br />

37 0, 4 N .<br />

B=<br />

µ Gauss<br />

Daftar Rumus LAMPIRAN<br />

E3<br />

7-13 367<br />

No.<br />

Persamaan Halaman<br />

7-14 367<br />

38 φ = B.q 7-15 367<br />

π Im<br />

ι<br />

B . A<br />

39 0, 4 N .<br />

φ =<br />

40 φ =<br />

41 φ =<br />

42 E = C<br />

43 E =<br />

Rm<br />

garis – garis<br />

C1<br />

garis – garis<br />

Rm<br />

C1<br />

Rm<br />

m<br />

Volt<br />

C . C1<br />

Volt<br />

R<br />

µ .q garis-garis<br />

7-16 367<br />

7-17 367<br />

7-18 368<br />

7-19 367<br />

7-20 368<br />

44 E = C . φ . Volt. 7-21 370<br />

45 φ = CI . f (Im) garis-garis 7-22 370<br />

46 p n<br />

E = . . z . φ . 10<br />

a 60<br />

47 p n<br />

E = . . z . φ . 10<br />

a 60<br />

48 Ek<br />

C<br />

n<br />

φ<br />

.<br />

=<br />

49<br />

−8<br />

−8<br />

Volt<br />

Volt<br />

7-23 381<br />

7-24 384<br />

7-25 384<br />

S20 = St + 0.0007(t - 20) 8-1 397<br />

50 e( t) = −N<br />

( dφ<br />

/ dt)<br />

9-1 431<br />

51 Vp / Vs = Np / Ns<br />

9-2 432<br />

52 V = 4,<br />

44.<br />

f . N<br />

9-3 434<br />

53 F = B.<br />

L.<br />

V<br />

9-4 434<br />

54 F = 9,8 m<br />

11-1 494<br />

55 T = F.d (N - m)<br />

11-2 495<br />

56 W = F.d Joule<br />

11-3 495<br />

57 P = W.t wat t 11-4 496


LAMPIRAN<br />

E4<br />

58<br />

P =<br />

nT<br />

9,55<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Watt<br />

11-5 497


BAB I. PENDAHULUAN<br />

Soal-Soal Latihan<br />

SOAL-SOAL LATIHAN<br />

LAMPIRAN<br />

F1<br />

1. Jelaskan secara ringkas proses pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> pada<br />

PLTA, PLTU, PLTD, PLTPB, dan PLTN<br />

2. Pusat pembangkit jenis apa yang banyak dikembangkan di Indonesia,<br />

jawaban disertai dengan penjelasan<br />

3. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pengembangan<br />

pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>?<br />

4. Sebutkan 5 (lima) kelengkapan pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dan<br />

fungsinya?<br />

5. Sebutkan 9 masalah utama dalam pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, dan<br />

mana yang paling dominan?<br />

6. Apa yang dimaksud instalasi <strong>listrik</strong> pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>?<br />

7. Faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam memilih jenis penggerak<br />

mekanis pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

8. Jelaskan 2 (dua) keuntungan sistem interkoneksi pusat pembangkit<br />

<strong>listrik</strong>?<br />

9. Gambarkan proses penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> di Indonesia dengan<br />

disertai fungsi masing-masing bagian<br />

10. Jelaskan faktor apa saja yang menjadi indikator mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>?<br />

BAB II. INSTALASI LISTRIK PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK<br />

1. Bagaimana cara melakukan instalasi pada generator sinkron<br />

dan transformator 3 phasa pada pusat pembangkit, jawaban<br />

dengan disertai gambar<br />

2. Bagaimana cara melakukan instalasi ke<strong>listrik</strong>an pada<br />

transformator dan generator sinkron 3 phasa?<br />

3. Bagaimana proses melakukan instalasi dari pusat pembangkit<br />

sampai ke transformator?<br />

4. Jelaskan cara dan proses melakukan instalasi excitacy pada<br />

generator sinkron 3 phasa<br />

5. Jelaskan perbedaan antara rel tunggal dan rel ganda pada<br />

pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dengan disertai gambar<br />

6. Sebutkan jenis dan fungsi saklar <strong>tenaga</strong> pada pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong><br />

7. Jelaskan prinsip kerja switchgear pada pusat pembangkit?<br />

8. Apa yang dimaksud instalasi sendiri pada pusat pembangkit<br />

<strong>listrik</strong>


LAMPIRAN<br />

F2<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

9. Pada bagian depan dan belakang PMT harus dipasang<br />

pemisah, apa se<strong>bab</strong>nya? Jawaban dengan disertai penjelasan<br />

dan gambar.<br />

10. Semua bagian instalasi pusat <strong>listrik</strong> yang terbuat dari logam<br />

harus ditanahkan, apa se<strong>bab</strong>nya?<br />

11. Sebutkan cara <strong>untuk</strong> memutus busur <strong>listrik</strong> dalam pemutus<br />

<strong>tenaga</strong>.<br />

12. Sebutkan 2 macam keuntungan dan kerugian antara pemutus<br />

<strong>tenaga</strong> menggunakan gas SF6 dibandingkan pemutus <strong>tenaga</strong><br />

hampa<br />

13. Jelaskan mengapa pemutus <strong>tenaga</strong> dari sistem arus penguat<br />

(exitacy) generator harus dilengkapi tahanan yang harus<br />

dihubungkan dengan kumparan penguat generator<br />

14. Jelaskan proses kerja pengatur otomatis dari generator<br />

berdasarkan prinsip mekanis maupun yang berdasar prinsip<br />

elektronik.<br />

15. Sebutkan pokok-pokok spesifikasi teknik yang diperlukan<br />

dalam membeli pemutus <strong>tenaga</strong>!<br />

16. Sebutkan relai-relai yang penting <strong>untuk</strong> memproteksi<br />

generator dengan daya di atas 10 MVA!<br />

17. Apa fungsi yang terpenting dari baterai dalam instalasi <strong>listrik</strong><br />

pusat <strong>listrik</strong>?<br />

18. Apa yang mempengaruhi berat jenis accu zuur?<br />

19. Bagaimana proses melakukan pemeliharaan accu zuur?<br />

20. Sebutkan macam-macam transformator dan fungsinya masingmasing<br />

21. Uraikan proses pengujian minyak transformator<br />

22. Bagaimana cara melakukan pengukuran besaran <strong>listrik</strong> pada<br />

pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

23. Sebutkan jenis-jenis dan fungsi sistem proteksi pada pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong><br />

24. Bagaimana cara memelihara pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

25. Jenis-jenis kabel apa saja yang digunakan <strong>untuk</strong> instalasi<br />

ke<strong>listrik</strong>an pada pusat pembangkit listri<br />

26. Bagaimana cara melakukan pengamanan pusat pembangkit<br />

<strong>listrik</strong> terhadap gangguan petir<br />

27. Apa yang dimaksud dengan proteksi rel?<br />

28. Bagaimana cara melakukan instalasi pada bagian vital pada<br />

pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

29. Jelaskan prinsip kerja generator sinkron<br />

30. Mengapa pada rel bus dipasang proteksi?<br />

31. Bagaimanakah pengaruh besarnya arus excitacy terhadap<br />

besar output tegangan generator sinkron 3 phasa dengan<br />

jumlah putaran tetap, baik <strong>untuk</strong> penguatan tersendiri


Soal-Soal Latihan<br />

BAB III. OPERASI PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK<br />

LAMPIRAN<br />

F3<br />

1. Mengapa hutan di daerah aliran sungai penggerak PLTA perlu<br />

dilestarikan?<br />

2. Apa fungsi saluran pesat pada PLTA?<br />

3. Sebuah PLTA memiliki tinggi terjun 200 meter dan instalasinya<br />

maksimum bisa dilewati air sebanyak 25 m3/detik. PLTA mempunyai<br />

kolam tando tahunan.<br />

Debit air sungai penggerak PLTA ini dalam satu tahun (365 hari)<br />

adalah sebagai berikut:<br />

Selama 240 hari rata-rata = 60 m 3 /det<br />

Selama 120 hari rata-rata = 10 m 3 /del<br />

Efisiensi rata-rata PLTA i = 80%<br />

Ditanya (penguapan air dalam kolam diabaikan):<br />

a. Berapa besar daya yang dibangkitkan PLTA?<br />

b. Berapa banyak air yang dibutuhkan <strong>untuk</strong> menghasilkan 1 kWh?<br />

c. Berapa besar volume kolam tando yang diperlukan jika PLTA<br />

selalu siap operasi penuh sepanjang tahun?<br />

d. Berapa besar produksi kWh yang bisa dicapai PLTA ini dalam<br />

satu tahun?<br />

e. Jika PLTA dioperasikan penuh, berapa hari dapat dilakukan<br />

dalam 1 tahun?<br />

4. Langkah-langkap apa saja yang harus dilakukan <strong>untuk</strong><br />

mencegah terjadinya penyalaan sendiri pada batubara yang<br />

ditumpuk di lapangan?<br />

5. Jika daya hantar <strong>listrik</strong> air ketel melampaui batas yang<br />

diperbolehkan, langkah apa yang harus dilakukan?<br />

6. Apa yang terjadi jika derajat keasaman air ketel PLTU<br />

melampaui batas.<br />

7. Jelaskan prosedur mengoperasikan genset?<br />

8. Apa kelebihan dan kekurangan unit PLTD dibandingkan unit<br />

pembangkit lainnya?<br />

9. Apa se<strong>bab</strong>nya bahan bakar minyak dari PERTAMINA yang<br />

dapat dipakai <strong>untuk</strong> turbin gas hanyalah high speed Diesel oil<br />

(HSD)?<br />

10. Sebuah PLTGU menggunakan gas sebagai bahan bakar<br />

memiliki kapasitas 430 MW beroperasi dengan beban 400 MW<br />

selama 24 jam perhari. Efisiensinya pada beban 400 MW<br />

46%. Jika setiap standard cubic foot mengandung 922 Btu<br />

dan harga 1 MSCF gas US$ 2,0 dengan kurs US$1


LAMPIRAN<br />

F4<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Rp 9.300,00. Berapa biaya pembelian gas per hari dan biaya gas per<br />

kWh. Catatan 1 kWh = 3.413 Btu.<br />

11. Jika excitacy pada generator sinkron lepas dan Genset<br />

tetap berputar dan berbeban, berapa besar tegangan<br />

yang dibangkitkan<br />

12. Bagian-bagian apa saja yang harus dipelihara pada<br />

genset<br />

Bab IV. PEMBANGKITAN DALAM SISTEM INTERKONEKSI<br />

1. Sebuah sistem <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> interkoneksi terdiri dari:<br />

a. PLTA dengan 4 unit yang sama 4 x 100 MW<br />

b. PLTU dengan 4 unit yang sama 4 x 600 MW<br />

c. PLTGU dengan 2 blok yang sama 2 x (3 x 100 MW + 150 MW)<br />

d. PLTG dengan 4 unit yang sama 4 x 100 MW, unit ke 4 baru<br />

Selesai terpasang bulan Maret<br />

Jadwal pemeliharaan unit unit adalah sebagai berikut:<br />

Januari : 1 unit PLTU selama 1 bulan<br />

Februari : 2 buah unit PLTG selama I bulan<br />

Maret : 1 blok PLTGU selama 1 bulan<br />

April : 1 unit PLTA selama 1 bulan<br />

Perkiraan beban puncak adalah:<br />

Januari : 3600 MW<br />

Februari : 3610 MW<br />

Maret : 3630 MW<br />

April : 3650 MW<br />

a. Susunlah neraca daya sistem <strong>untuk</strong> bulan Januari sampai dengan<br />

April<br />

b. Susunlah neraca energi dan perkiraan biaya bahan bakar<br />

sistem <strong>untuk</strong> bulan Januari, jika air <strong>untuk</strong> PLTA diperkirakan<br />

bisa memproduksi 360 MWH.<br />

Biaya bahan bakar PLTU (batubara) rata-rata = Rp l20,00/kWh<br />

Biaya bahan bakar PLTGU (gas) rata-rata = Rp l80,00/kWh<br />

Biaya bahan bakar (minyak) PLTG rata-rata = Rp 800,00/kWh<br />

Batasan jam nyala bulanan adalah:<br />

PLTA : 700 jam PLTGU : 660 jam<br />

PLTU : 660 jam PLTG : 500 jam<br />

Faktor beban sistem : 0,76


Soal-Soal Latihan<br />

LAMPIRAN<br />

F5<br />

2. Mengapa jam nyala unit pembangkit tidak bisa dihitung penuh,<br />

misalnya <strong>untuk</strong> bulan Januari 31 x 24 jam = 744 jam?<br />

3. Angka apa yang menggambarkan tingkat keandalan sistem<br />

interkoneksi?<br />

4. Jelaskan bagaimana prosedur membebaskan tegangan sebuah<br />

saluran yang keluar dari pusat <strong>listrik</strong> dalam rangka melaksanakan<br />

pekerjaan pemeliharaan?<br />

5. Apa tugas utama pusat pengatur beban dalam sistem interkoneksi?<br />

6. Dalam sistem interkoneksi antar perusahaan (negara), angka apa<br />

yang perlu diamati <strong>untuk</strong> menentukan jual beli energi <strong>listrik</strong>?<br />

7. Kendala-kendala apa yang harus diperhatikan dalam operasi sistem<br />

interkoneksi?<br />

8. Apa manfaat penggunaan SCADA serta komputerisasi dan<br />

otomatisasi dalam sistem interkoneksi?<br />

9. Bagaimanakan syarat-syarat <strong>untuk</strong> melakukan kerja jajar 2 (dua)<br />

generator sinkron 3 phasa?<br />

10. Buat data dalam bentuk tabel yang berisi nama, spesifikasi, dan<br />

jumlah bahan serta alat <strong>untuk</strong> melakukan kerja jajar 2 generator<br />

sinkron 3 phasa<br />

11. Bagaimana langkah-langkah dalam memperkirakan besar beban?<br />

12. bagaimana langkah-langkah dalam melakukan koordinasi<br />

pemeliharaan pada sistem interkoneksi pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

13. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pembangkitan?<br />

14. Mengapa dalam pelayanan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> harus memperhatikan<br />

kontinuitas pelayan beban<br />

15. Tindakan apa saja yang dilakukan <strong>untuk</strong> menjamin keselamatan dan<br />

kesehatan kerja ditinjau dari segi mekanis, segi <strong>listrik</strong> dan kesehatan<br />

kerja<br />

16. Dalam rangka <strong>untuk</strong> tujuan pemeliharaan, bagaimana prosedur dalam<br />

pembebasan tegangan dan pemindahan beban pada pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong><br />

17. Jenis pekerjaan apa yang dapat dilakukan secara otomatisasi pada<br />

pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

18. Kendala-kendala apa saja yang terjadi pada operasi pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong><br />

BAB V. MANAJEMEN PEMBANGKITAN<br />

1. Apa tujuan dari manajemen operasi pembangkitan energi <strong>listrik</strong>?<br />

2. Apa tujuan pemeliharaan unit pembangkitan?<br />

3. Apa yang harus dilaporkan pada pemeliharaan unit pembangkit?<br />

4. Apa yang harus dilaporkan dalam membuat laporan operasi<br />

pembangkitan?


LAMPIRAN<br />

F6<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

5. Apa yang harus dilaporkan dalam membuat laporan kerusakan unit<br />

pembangkit?<br />

6. Apa yang harus dilaporkan dalam laporan kejadian gangguan pada<br />

unit pembangkit?<br />

7. Dalam melakukan pemeliharaan secara prediktif, besaran-besaran<br />

apa yang harus dianalisis hasilnya?<br />

8. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan<br />

pemeliharaan unit pembangkit diesel dan PLTU?<br />

9. Dimana suku cadang pada pembangkit disimpan<br />

10. Siapa yang memberi rekomendasi <strong>untuk</strong> operasi dan pemeliharaan<br />

yang waktu akan datang<br />

BAB VI. GANGGUAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN MESIN<br />

ARUS BOLAK BALIK<br />

1. Sebutkan jenis gangguan dan gejala pada generator sinkron dan<br />

bagaimana cara mengatasinya?<br />

2. Apa yang dilakukan jika terjadi pada belitan penguat generator<br />

sinkron 3 phasa?<br />

3. Jenis kerusakan apa yang sering terjadi pada generator sinkron<br />

3 phasa<br />

4. Sebutkan jenis penguat pada generator sinkron 3 phasa, jawaban<br />

disertai penjelasan.<br />

5. Sebutkan langkah-langkah dalam memelihara generator sinkron<br />

3 phasa<br />

6. Gangguan dan gejala gangguan apa saja yang sering terjadi pada<br />

motor induksi 3 phasa dan bagaimana cara mengatasinya?<br />

7. Jika sekring pada motor induksi sering terputus, jelaskan apa<br />

penye<strong>bab</strong> dan cara pemeliharaannya<br />

8. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan pemeliharaaan motor<br />

induksi 3 phasa<br />

9. Jenis kerusakan pada bagian apa yang dapat dikategorikan keruskan<br />

berat pada motor <strong>listrik</strong> 3 phasa<br />

10. Bagaimana cara memelihara motor <strong>listrik</strong> yang berfungsi sebagai<br />

penggerak mesin pendingin?<br />

11. Bagaimana cara memperbaiki dan memelihara<br />

a. Lilitan stator generator terbakar<br />

b. Transformator penaik tegangan rusak.<br />

c. Lilitan stator motor <strong>listrik</strong> terbakar<br />

d. Pemutus <strong>tenaga</strong> meledak/rusak


Soal-Soal Latihan<br />

BAB VII PEMELIHARAAN SUMBER ARUS SEARAH<br />

LAMPIRAN<br />

F7<br />

1. Untuk pemilihan generator dan motor <strong>listrik</strong> arus searah (DC), faktor<br />

apa saja yang harus dipertimbangkan<br />

2. Jelaskan fungsi generator arus searah dalam pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

arus searah<br />

3. Jika generator arus searah tidak keluar tegangan, jelaskan faktor apa<br />

penye<strong>bab</strong>nya dan bagaimana cara mengatasinya<br />

4. Sebutkan persyaratan <strong>untuk</strong> menghubungkan jajar generator arus<br />

searah dengan baterai akumulator<br />

5. Jelaskan fungsi baterai pada pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> arus<br />

searah<br />

6. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam memelihara<br />

generator arus searah pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> arus searah?<br />

7. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam memelihara baterai<br />

akumulator pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> arus searah?<br />

8. Apa yang harus dilakukan jika generator DC, tegangan yang keluar<br />

polaritasnya terbalik?<br />

9. Apa yang harus dilakukan jika motor DC putarannya rendah?<br />

10. Apa yang harus dilakukan jika motor DC tidak berputar jika dibebani?<br />

11. Apa yang harus dilakukan jika kumparan kutub atau kumparan maknit<br />

putus?<br />

12. Bagaimana cara mengetahui jika kumparan kutup ada yang putus?<br />

13. Jelaskan langkah-langkah dalam memeriksa dan memelihara jangkar<br />

motor DC?<br />

14. Kapan harus dilakukan pemeliharaan pada Accu dan generator DC?<br />

BAB VIIII. SISTEM PEMELIHARAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK<br />

TENAGA AIR<br />

1. Kegiatan pemeliharaan apa saja yang harus dilakukan pada<br />

generator DC dan Sinkron di PLTA?<br />

2. Mengapa pada generator pembangkit dilakukan pengukuran tahanan<br />

isolasi dan kapan harus dilakukan?<br />

3. Mengapa dilakukan pengujian tahanan isolasi pada motor <strong>listrik</strong> yang<br />

ada di PLTA dan kapan harus dilakukan?<br />

4. Mengapa dilakukan pengujian tahanan isolasi pada transformator<br />

yang ada di PLTA dan kapan harus dilakukan?<br />

5. Mengapa dilakukan pemeliharaan Accu Battery yang ada di PLTA<br />

dan kapan harus dilakukan?<br />

6. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada<br />

transformator? tindakan apa yang harus dilakukan jika besar tahanan<br />

isolasi tidak memenuhi persyaratan minimal?


LAMPIRAN<br />

F8<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

7. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada Oil<br />

Circuit Breaker (OCB) transformator?<br />

8. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada Oil<br />

Circuit Breaker (OCB) generator?<br />

9. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan<br />

pemeliharaan Accu Battery?<br />

10. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan, perbaikan dan<br />

pemeliharaan minyak transformator?<br />

BAB IX. STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)<br />

1. Apa maksud harus mengikuti SOP dalam melakukan pekerjaan?<br />

2. Apa tujuan kita harus menggunakan SOP dalam melakukan<br />

pekerjaan?<br />

3. Apa definisi dari SOP?<br />

4. Jelaskan prosedur start dingin pada PLTU?<br />

5. Apa yang dimaksud BFP dan CWP C. Unit Start Up After 10<br />

Hours Shut Down<br />

6. Jelaskan langkah-langkah pada Turning Gear<br />

7. Jelaskan langkah-langkah pada pemeliharaan Genset dengan<br />

menggunakan SOP<br />

BAB X TRANSFORMATOR DAYA, SWITCHGEAR,<br />

RELAY PROTECTION, EXCITACY DAN SYSTEM KONTROL<br />

1. Sebutkan klasifikasi tansformator <strong>tenaga</strong> dengan diserta penjelasan<br />

2. Sebutkan bagian-bagian transformator <strong>tenaga</strong> dan fungsi tiap-tiap<br />

bagian<br />

3. Bagaimana prosedur pengujian atau pemeliharaan transformator<br />

4. Sebutkan jenis switchgear dan cara memeliharanya<br />

5. Sebutkan jenis relay proteksi pada pusat pembangkit listri dan fungsi<br />

serta prosedur pemeliharaannya<br />

6. Apa yang dimaksud system excitasi dengan sikat dan prosedur kerja<br />

serta pemeliharaannya<br />

7. Sebutkan bagian-bagian dari sistem excitasi tanpa sikat (Brushless<br />

Excitation) pada PLTU<br />

8. Jelaskan proses kerja alat pengatur tegangan otomatis (Automatic<br />

Voltage RegulatorVR) dan prosedur pemeliharaannya<br />

9. Sebutkan bagian-bagian dari unit AVR dengan fungsinya masingmasing<br />

10. Jeaskan prosedur pemeliharaan sistem kontrol pada pusat<br />

pembangkit <strong>listrik</strong>


BAB XI CRANE DAN ELEVATOR (LIFT)<br />

Soal-Soal Latihan<br />

1. Sebutkan fungsi crane pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />

2. sebutkan jenis-jenis motor <strong>listrik</strong> ysng sering digunakan pada crane<br />

3. Apa fungsi magnetic contactor mada rangkaian pengendali crane<br />

4. Sebuah sabuk konveyor<br />

bergerak horizontal pada<br />

dengan 1,5 m/detik dengan<br />

90 m<br />

dibebani 750 kg/jam. Panjang<br />

sabuk 90m dan digerakkan oleh<br />

sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan<br />

1,5 m/s<br />

kecepatan 960 rpm.<br />

Perbandingan momen enersia<br />

pada poros motor <strong>listrik</strong> seperti<br />

ditunjukkan pada gambar di<br />

samping.Tentukan momen pada<br />

poros motor <strong>listrik</strong><br />

LAMPIRAN<br />

F9<br />

5. Sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan<br />

<strong>tenaga</strong> 150 DK (1DK = 736<br />

Watt). Motor ini dipakai <strong>untuk</strong><br />

mengangkat barang. Motor<br />

<strong>listrik</strong> dihubungkan pada<br />

dynamo (generator) KEM<br />

dengan tegangan 400 V. Pada<br />

motor <strong>listrik</strong> terjadi kerugian<br />

sebesar 40%. Berapakah<br />

besarnya arus yang diambil oleh<br />

dynamo atau generator KEM?<br />

6. Motor <strong>untuk</strong> lift seperti gambar di bawah ini tetapi berat benda 600 kg<br />

dan diangkat dengan ketinggian 30 meter dalam 20 detik. Hitung daya<br />

motor <strong>listrik</strong> dalam kW dan HP (Hourse Power, 1 HP = 746 Watt).<br />

7. Pengembangan pemilihan<br />

motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong><br />

mengangkat benda dengan<br />

gaya P1 15 N dan pemberat<br />

5 N. Hitung daya output jika<br />

putaran motor 1.425 rpm.<br />

Jari-jari pully 0,1 m.<br />

n= 1425 rpm<br />

8. Sebutkan bagian-bagian lift dan fungsinya<br />

9. Jelaskan prinsip kerja lift. Penjelasan dengan disertai gambar<br />

P1=25 n=<br />

1425


LAMPIRAN<br />

F10<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

10. Sebutkan prosedur pemeliharaan pada lift dan tindakan<br />

keselamatan kerja yang harus dilakukan<br />

11. Torsi motor pada saat start 140 N-M, dengan diameter pully<br />

1 meter, hitung jarak pengereman jika motor berhenti 3 m dan gaya<br />

pengereman<br />

12. Untuk pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda dengan<br />

dengan gaya P1 20 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output jika<br />

putaran motor 1.800 rpm. Jari-jari pully 0,1 m.<br />

13. Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 90 persen dioperasikan<br />

dengan beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy<br />

current) pada motor <strong>listrik</strong> tersebut.<br />

14. Sebuah sabuk konveyor bergerak horizontal pada dengan<br />

1,5 m/detik dengan dibebani 50,000 kg/jam. Panjang sabuk 240m<br />

dan digerakkan oleh sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan kecepatan 960<br />

rpm..Tentukan momen pada poros motor <strong>listrik</strong><br />

15. Sebutkan 3 jenis cara pengereman pada motor <strong>listrik</strong>. Jawaban<br />

dengan disertai penjelasan dan gambar<br />

BAB XII TELEKOMUNIKASI UNTUK INDUSTRI TENAGA LISTRIK<br />

1. Sebutkan klasifikasi penggunaan <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>,<br />

dan jelaskan perbedaannya<br />

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan saluran <strong>telekomunikasi</strong> dengan kawat<br />

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem transmisi alat komunikasi<br />

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan pembawa saluran<br />

<strong>tenaga</strong><br />

5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan rangkaian transmisi<br />

6. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan komunikasi radio<br />

7. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan komunikasi<br />

gelombang mikro<br />

8. Jelaskan prosedur pemeliharaan <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />

BAB XIII ALAT UKUR LISTRIK<br />

1. Bagaimana cara <strong>untuk</strong> melakukan pengukuran arus dengan kapasitas tinggi<br />

pada jaringan <strong>listrik</strong>. Jawaban disertai gambar dan penjelasan<br />

2. Bagaimana cara <strong>untuk</strong> melakukan pengukuran tegangan tinggi pada jaringan<br />

<strong>listrik</strong>. Jawaban disertai gambar dan penjelasan<br />

3. Sebukan 2 cara <strong>untuk</strong> mengukur daya <strong>listrik</strong> pada jaringan 3 phasa. Jawaban<br />

disertai penjelasan dan gambar<br />

4. Sebukan 2 cara <strong>untuk</strong> mengukur daya <strong>listrik</strong> pada jaringan 3 phas. Jawaban<br />

disertai penjelasan dan gambar


Soal-Soal Latihan<br />

LAMPIRAN<br />

F11<br />

5. Jelaskan prinsi pencatatan besarnya energi <strong>listrik</strong>. Jawaban disertai<br />

penjelasan dan gambar<br />

6. Bagaimana cara mengukur besarnya tahanan isolasi dengan menggunakan<br />

megger (megger dengan dynamo dan diputar engkol dan megger dengan<br />

menggunakan baterai<br />

7. Jelaskan prosedur pengukuran besaran istrik dengan menggunakan<br />

oscilloscope<br />

8. Bagaimana prosedur pengukuran faktor daya menggunakan cosphimeter<br />

9. Jelaskan prosedur memeliharaan alat ukur <strong>listrik</strong><br />

10. Jelaskan prosedur pemeriksaan alat ukur <strong>listrik</strong> dan cara perbaikannya


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

TUJUAN<br />

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

SETELAH MENYELESAIKAN MATA PELAJARAN PESERTA DIHARAPKAN MAMPU :<br />

1<br />

Lampiran : 1<br />

1. MENJELASKAN UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA YANG BERLAKU DI PLN DAN ANAK<br />

PERUSAHAANNYA<br />

2. MENJELASKAN MACAM-MACAM BAHAYA KECELAKAAN KERJA<br />

3. MENJELASKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA<br />

4. MENJELASKAN TINDAK LANJUT JIKA TERJADI KECELAKAAN<br />

5. MENJELASKAN ASPEK-ASPEK P3K<br />

6. MENJELASKAN CARA-CARA MELAKUKAN PERNAFASAN BUATAN<br />

7. MENJELASKAN ASPEK-ASPEK HOUSE KEEPING


2 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

KECELAKAAN KERJA<br />

ADALAH SUATU KECELAKAAN YANG TERJADI PADA SESEORANG KARENA HUBUNGAN KERJA DAN<br />

KEMUNGKINAN DISEBABKAN OLEH BAHAYA YANG ADA KAITANNYA DENGAN PEKERJAAN.<br />

KESELAMATAN KERJA<br />

ADALAH SUATU BIDANG KEGIATAN YANG DITUJUKAN UNTUK MENCEGAH SUATU BENTUK<br />

KECELAKAAN KERJA DILINGKUNGAN DAN KEADAAN KERJA


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />

TENTANG<br />

KESELAMATAN KERJA<br />

YANG MENDASARI TERBITNYA UNDANG-UNDANG INI ANTARA LAIN :<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

BAHWA SETIAP TENAGA KERJA BERHAK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN KESELAMATANNYA.<br />

BAHWA SETIAP ORANG LAIN YANG BERADA DITEMPAT KERJA PERLU TERJAMIN<br />

KESELAMATANNYA.<br />

PEMANFAATAN SUMBER PRODUKSI SECARA AMAN DAN EFISIEN.<br />

PEMBINDAAN NORMA-NORMA PERLINDUNGAN KERJA.<br />

MEWUJUDKAN UNDANG-UNDANG YANG MEMUAT TENTANG KESELAMATAN KERJA YANG<br />

SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT , INDUSTRIALISASI, TEKNIK DAN TEKNOLOGI.<br />

3


4 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

TERDIRI XI BAB YANG MENGATUR :<br />

BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH<br />

BAB II RUANG LINGKUP<br />

BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA<br />

BAB IV PENGAWASAN<br />

BAB V PEMBINAAN<br />

BAB VI PANITIA PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA<br />

BAB VII KECELAKAAN<br />

BAB VIII KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA<br />

BAB IX KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA<br />

BAB X KEWAJIBAN PENGURUS<br />

BAB XI KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

1. MENCEGAH DAN MENGURANGI<br />

KECELAKAAN<br />

BAHAYA PELEDAKAN<br />

DAN MENADAMKAN KEBAKARAN<br />

2. MEMBERI :<br />

JALAN PENYELAMATAN DIRI<br />

PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN<br />

ALAT-ALAT PELINDUNG PADA PEKERJA<br />

UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />

BAB II RUANG LINGKUP<br />

ANTARA LAIN MEMUAT :<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

3. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN<br />

PENYEBARLUASAN : DEBU PRESIFIKATOR, KOTORAN, ASAP, UAP, GAS, SINAR, RADIASI,<br />

SUARA DAN GETARAN<br />

TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA : PHISIK MAUPUN PSIKIS, KERACUNAN INFEKSI DAN<br />

PENULARAN<br />

5


6 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

4. MEMPEROLEH :<br />

PENERAPAN YANG CUKUP DAN SESUAI KEBERSIHAN LINGKUNGAN ALAT KERJA, CARA DAN<br />

PROSES KERJA<br />

5. MEMELIHARA :<br />

PENYEGARAN UDARA, KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KETERTIBAN<br />

6. MENGAMANKAN DAN MEMPERLANCAR PEKERJAAN BONGKAR MUAT, PERLAKUAN DAN<br />

PENYIMPANAN.<br />

7. ALAT KERJA : - KK<br />

- Produktivitas<br />

- Fungsi<br />

- Alat<br />

- Lingkungan


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />

BAB III KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA<br />

ANTARA LAIN MEMUAT :<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

1. MEMBERI KETERANGAN YANG BENAR BILA DIMINTA OLEH PEGAWAI PENGAWAS ATAU AHLI<br />

KESELAMATAN KERJA<br />

2. MEMAKAI ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIWAJIBKAN<br />

3. MEMENUHI DAN MENTAATI SEMUA SYARAT K-3 YANG DIWAJIBKAN<br />

4. MEMINTA PENGURUS AGAR DILAKSANAKAN SEMUA SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN<br />

5. MENYATAKAN KEBERATAN KERJA PADA PEKERJAAN DIMANA TEMPAT KERJA SERTA ALAT-ALAT<br />

PELINDUNG DIRI YANG DIWAJIBKAN DIRAGUKAN<br />

7


8 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

DASAR-DASAR KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PLN<br />

1. UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA.<br />

2. PENGUMUMAN DIREKSI NO. 023/PST/75 TENTANG KESELAMATAN MEMASUKI DAN BEKERJA<br />

DIDALAM RUANGAN SENTRAL PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK.<br />

3. SURAT EDARAN NO. 005/PST/82 TENTANG KEWAJIBAN MEMAKAI ALAT PENGAMAN KERJA DAN<br />

SANGSINYA.<br />

4. INSTRUKSI DIREKSI NO. 002/84 TENTANG MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN<br />

DILINGKUNGAN PLN.<br />

5. DAN BEBERAPA SE DIREKSI YANG LAIN.


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

PENGUMUMAN<br />

NO. 023/PST/75<br />

TENTANG<br />

KESELAMATAN MEMASUKI DAN BEKERJA DIDALAM RUANGAN SENTRAL PEMBANGKIT TENAGA<br />

KERJA<br />

MENGGUNAKAN PAKAIAN DINAS<br />

MENGGUNAKAN SEPATU KULIT YANG TELAPAKNYA TIDAK PAKAI PAKU CERMAI ( PAKUNYA<br />

TIDAK MENONJOL )<br />

MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN KULIT PENDEK<br />

MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG TELINGA<br />

DILARANG MEROKOK<br />

PEKERJA HARUS TERDIRI MINIMAL 2 0 ORANG<br />

9


10 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

SURAT EDARAN<br />

NO. 055/PST/82<br />

TENTANG<br />

KEWAJIBAN MEMAKAI ALAT PENGAMAN KERJA DAN SANSIKNYA<br />

AGAR PADA DIREKTUR/PEMIMPIN/KEPALA SATUAN PLN AGAR SECEPATNYA MENGAMBIL LANGKAH<br />

:<br />

SECARA BERTAHAP MEMENUHI KEBUTUHAN ALAT PENGAMAN KERJA<br />

MEWAJIBKAN PEMAKAIAN ALAT PENGAMAN BAGI SETIAP PEGAWAI SESUAI DENGAN<br />

PEKERJAANNYA<br />

MEWAJIBKAN KEPADA SEMUA PENGAWAS UNTUK


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

- Tetap berada ditempat kerja<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

- Memberi peringatan bagi pegawai yang tidak memakai alat pengaman<br />

- Memberikan petunjuk lisan tertulis tentang syarat-syarat keselamatan kerja <strong>untuk</strong><br />

melaksanakan suatu pekerjaan<br />

PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN DIATAS DIKENAKAN SANKSI :<br />

- Tindakan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku, peningkat, pensiun dini dan cuti<br />

kerja<br />

- Tidak diberi tunjangan kecelakaan dinas bila petugas celaka tanpa memakai alat<br />

pengaman kerja<br />

11


12 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

INSTRUKSI DIREKSI<br />

NO. 002/84<br />

TENTANG<br />

MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DILINGKUNGAN PLN<br />

MELAKSANAKAN KAMPANYE NASIONAL DALAM MEMASYARAKATKAN K3<br />

UNTUK MEWUJUDKAN K3 YANG BAIK DI PLN DIPERLUKAN<br />

PEMBENTUKAN ORGANISASI KK SEJAJAR DENGAN TINGKATAN SEKSI<br />

MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PENGAWASAN SECARA EFEKTIF<br />

MENGAJUKAN KEBUTUHAN POSTER-POSTER BUKU-BUKU PEDOMAN K3<br />

MELENGKAPI ALAT PENGAMAN KERJA


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

ALASAN UTAMA PENCEGAHAN<br />

KECELAKAAN KERJA<br />

KEMANUSIAAN Manusia adalah makluk Tuhan yang tertinggi<br />

Aset perusahaan yang harus dijaga<br />

EKONOMI Menjaga supaya perusahaan mendapat untung<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

MANAJEMEN Management harus baik maka management harus dijaga<br />

13


14 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

K<br />

E<br />

M<br />

B<br />

A<br />

L<br />

I<br />

K<br />

E<br />

M<br />

A<br />

N<br />

U<br />

S<br />

I<br />

A<br />

TIGA SUMBER KECELAKAAN<br />

MANUSIA Karena manusia sifatnya Fleksible<br />

Sehingga kawan dalam kegiatan<br />

Kerja<br />

METHODE KERJA Methode waktu kerja yang<br />

Kurang baik<br />

TEMPAT KERJA Tempat kerja yang tidak<br />

mendukung


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

M A N U S I A<br />

TIDAK MENGETAHUI CARA KERJA YANG BENAR DAN AMAN<br />

TIDAK MENGERTI BAHAYA YANG AKAN TIMBUL AKIBAT PEKERJAANNYA<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

TIDAK MENGERTI MAKSUD DAN FUNGSI DARI PEMAKAIAN ALAT PENGAMAN<br />

KURANG MENDAPAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN KESELAMATAN KERJA<br />

KURANG KOORDINASI DALAM TEAM ATAU ANTAR TEAM<br />

CEROBOH, SENDA GURAU, BIMBANG/RAGU<br />

TIDAK MENTAATI RAMBU-RAMBU PERINGATAN<br />

15


16 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

METHODE KERJA<br />

TIDAK MENDAPAT PENJELASAN MENGENAI PROSEDUR KESELAMATAN KERJA<br />

PERALATAN KERJA ATAU MESIN TIDAK DILENGKAPI DENGAN PENGAMAN YANG MEMADAI,<br />

BAGIAN YANG BERPUTAR DIBERI TUTUP<br />

PENEMPATAN PERALATAN SECARA SEMBARANGAN<br />

MENGGUNAKAN ALAT TIDAK SEBAGAIMANANYA MESTINYA<br />

TEMPAT KERJA<br />

RUANG DAN DAERAH SEKITAR KOTOR<br />

TATA RUANG DAN PENERANGAN KURANG MEMADAI<br />

LANTAI DAN JALAN BANYAK HAMBATAN DAN TUMPAHAN MINYAK<br />

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA TIDAK DIPENUHI<br />

RAMBU-RAMBU PERINGATAN TIDAK LENGKAP


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

MACAM BAHAYA<br />

MEKANIK Benda yang berputar<br />

PHISIK Sakit, Lingkungan<br />

KIMIA Bahan Kimia<br />

LISTRIK Menjalankan Mesin<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

KEBAKARAN DAN LEDAKAN Karena Over load, pemasokan area<br />

AKIBAT KECELAKAAN<br />

KARYAWAN<br />

PERUSAHAAN<br />

Pada sektor max.<br />

17


18 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

TINDAKAN PENCEGAHAN KECELAKAAN<br />

KENALI ADANYA YANG DAPAT DITEMPAT KERJA DAN TINDAKAN PENGAMANANNYA<br />

HINDARI SITUASI YANG DAPAT MENYEBABKAN KECELAKAAN DENGAN MEMBERI TANDA-<br />

TANDA PERINGATAN PADA DAERAH TERTENTU<br />

LAKUKAN PERBAIKAN/MODIFIKASI PADA LOKASI YANG DAPAT MENIMBULKAN KECELAKAAN<br />

BILA MEMUNGKINKAN<br />

SESUAIKAN METHODE KERJA DENGAN PROSEDUR KESELAMATAN KERJA<br />

GUNAKAN PERALATAN PENGAMAN YANG SESUAI DENGAN SIFAT KERJANYA<br />

TINGKATKAN ASPEK KESELAMATAN DENGAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG BAIK<br />

HINDARI TINDAKAN YANG TIDAK AMAN


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

BISA DIARTIKAN SEBAGAI :<br />

HAUSE KEEPING<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

PEMELIHARAAN RUMAH TANGGA, PERUSAHAAN, ATAU MEMELIHARAAN TEMPAT KERJA<br />

Bahan bakar Hasil aliran <strong>listrik</strong><br />

HUBUNGAN HOUSE KEEPING DENGAN<br />

KESELAMATAN KERJA<br />

SEMUA ORANG PADA DASARNYA MENYENANGI KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KERAPIHAN<br />

KEINDAHAN, KEBERSIHAN DAN KERAPIHAN AKAN MENIMBULKAN RASA NYAMAN<br />

TANPA DISADARI RASA NYAMAN AKAN MENINGKATKAN GAIRAH KERJA<br />

GAIRAH KERJA MENINGKAT BERARTI PRODUKTIVITAS MENINGKAT<br />

19


20 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

PRINSIP – PRINSIP MELAKSANAKAN<br />

HOUSE KEEPING<br />

BARANG YANG TIDAK BERGUNA, BERSERAKAN, SAMPAH CECERAN MINYAK DLL MERUPAKAN :<br />

SUMBER PENYAKIT<br />

SUMBER KEBAKARAN<br />

BERBAHAYA TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

SETELAH SELESAI BEKERJA<br />

OLEH KARENA ITU BERSIHKAN DAN BUANGLAH<br />

DI TEMPAT YANG TELAH DITENTUKAN<br />

KUMPULKAN ALAT DAN BERSIHKAN DAN SIMPAN DITEMPATNYA<br />

Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />

BERSIHKAN LOKASI TEMPAT KERJA, TERMASUK SISA-SISA MATERIAL<br />

SLANG, KABEL LISTRIK, TALI TAMBANG HARUS DIGULUNG DENGAN<br />

RAPI<br />

MENGANGKAT, MEMINDAHKAN DAN MENUMPUK BARANG<br />

HARUS SESUAI PROSEDUR<br />

KAMAR GANTI PAKAIAN, TOILET HARUS DIJAGA TETAP BERSIH<br />

KEBERSIHAN ADALAH PANGKAL KESELAMATAN<br />

JADIKAN KEBIASAAN HIDUP : TERTIB, BERSIH, INDAH & RAPI<br />

21


Penangggulangan kebakaran<br />

K E B A K A R A N<br />

Lampiran: 2<br />

ADALAH SUATU KEJADIAN YANG TIDAK DIKEHENDAKI KEBERADAANNYA, YANG DISEBABKAN OLEH<br />

API BESAR YANG TIDAK TERKENDALIKAN DAN MERUPAKAN SUATU BERTANDA<br />

YANG MENYEBABKAN : - Bahan bakar<br />

- Udara<br />

- Panas<br />

TIMBUL KERUGIAN :<br />

AKIBAT KEBAKARAN<br />

HARTA<br />

BENDA<br />

JIWA<br />

KERUSAKAN LINGKUNGAN Tata Kota<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 1


KEGAGALAN PADA PEMADAM AWAL / API<br />

2 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

SEBAB-SEBAB TERJADINYA KEBAKARAN<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

KETERLAMBATAN DALAM MENGETAHUI AWAL TERJADINYA KEBAKARAN Alrm/ Detector<br />

TIDAK ADANYA ALAT PEMADAMAN KEBAKARAN YANG SESUAI<br />

TIDAK ADA ATAU KURANG BERFUNGSINYA SISTEM DETEKSI API Relay<br />

PERSONIL YANG ADA, TIDAK MENGETAHUI CARA/TEKNIK PEMADAMAN YANG BENAR


Penangggulangan kebakaran<br />

TERJADI API<br />

UNSUR API<br />

P A N A S<br />

P A N A S<br />

P A N A S<br />

TITIK NYALA<br />

CAMPUR BIASA<br />

TERBAKAR<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 3


4 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

BATAS BISA TERBAKAR<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

ADALAH BATAS KOSENTRASI CAMPURAN ANTARA UAP BAHAN BAKAR DENGAN UDARA YANG<br />

DAPAT TERBAKAR/MENYALA BILA DIKENAI SUMBER PANAS YANG CUKUP<br />

CONTOH : BENSIN = 1,4 % - 7,6 %<br />

BATAS ATAS = 7,6 %<br />

GAS b . b<br />

BATAS BAWAH = 1,4 %<br />

Kerosin = 1,6 % - 6 %<br />

Diesel Oil = 1,3 % - 6,05 %<br />

TAHAPAN PROSES TERJADINYA API


Penangggulangan kebakaran<br />

1. TAHAPAN PERMULAAN ( INCIPIENT )<br />

2. TAHAP PEMBAKARAN TANPA NYALA ( SMOLDERING )<br />

3. TAHAP PEMBAKARAN DIBARENGI DENGAN NYALA ( FLAME STAGE )<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 5


TUJUANNYA :<br />

6 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

KLASIFIKASI KEBAKARAN<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

UNTUK LEBIH MEMUDAHKAN, CEPAT DAN TEPAT DALAM PEMILIHAN MEDIA PEMADAMAN<br />

DIATUR OLEH:<br />

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NO. PER.04/MEN/1980 TANGGAL<br />

14 APRIL 1980, SBB :<br />

KLAS<br />

KEBAKARAN JENIS KEBAKARAN


Penangggulangan kebakaran<br />

A BAHAN BAKARNYA BILA TERBAKAR AKAN MENINGGALKAN ARANG DAN ABU<br />

B BAHAN BAKARNYA CAIR ATAU GAS YANG MUDAH TERBAKAR<br />

C KEBAKARAN INSTALASI LISTRIK BERTEGANGAN<br />

D KEBAKARAN LOGAM<br />

PRINSIP TEKNIK PEMADAMAN<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 7


8 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

DENGAN KETEPATAN MEMILIH MEDIA PEMADAM, MAKA AKAN DIDAPAT PEMADAM<br />

KEBAKARAN YANG EFEKTIF<br />

DENGAN MERUSAK/MEMUTUS KESEIMBANGAN CAMPURAN KETIGA UNSUR DIDALAM<br />

SEGI-TIGA API ( BAHAN BAKAR – PANAS – UDARA )<br />

INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :<br />

STARVATION : MENGHILANGKAN ATAU MENGURANGI BAHAN BAKAR, MENGAMBIL<br />

YANG BELUM TERBAKAR Ladang minyak


Penangggulangan kebakaran<br />

SMOTHERING : MEMISAHKAN UDARA DARI BAHAN BAKAR<br />

DILLUTION : MENGURANGI KADAR O2 DALAM UDARA<br />

COOLING : MENDINGINKAN ATAU MENGURANGI PANAS BAHAN YANG<br />

TERBAKAR, SAMPAI SUHU DIBAWAH TITIK NYALA<br />

KIMIA DAN : MEMUTUSKAN RANTAI REAKSI PEMBAKARAN<br />

TEKNIK<br />

1. PASIR / TANAH Solar & bensin<br />

ALAT PEMADAM API TRADISIONAL<br />

Sesuai SPLN 66 – 1986<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 9


2. SELIMUT API<br />

3. AIR Pendinginan<br />

1. GALAH/PENGKAIT<br />

2. KAMPAK<br />

3. TANGGA BAMBU<br />

4. TALI MANILA<br />

5. LINGGIS<br />

10 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

PERLENGKAPAN APAT<br />

ALAT PEMADAM API TRADISIONAL<br />

Sesuai SPLN 66 – 1986<br />

Kegunaan : Memadamkan Kebakaran Jenis A<br />

Bahan : Pasir, Air dan Peralatan Tambahan<br />

Ukuran : - Pasir :1 – 2 m 3<br />

- Air : minimum 1 drum<br />

Penangggulangan kebakaran


Penangggulangan kebakaran<br />

- Perlengkapan tambahan : sekop, Galah 5 m berkait, 4 ember 3 karung Goni, kapak, tambang<br />

min 20 meter, tangga 4 m<br />

PASIR / TANAH<br />

SANGAT EFEKTIF UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN LANTAI TERUTAMA UNTUK KEBAKARAN<br />

MINYAK<br />

DAPAT JUGA UNTUK PEMADAMAN AWAL SEMUA JENIS KEBAKARAN<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 11


MEMBENDUNG MINYAK AGAR TIDAK MELUAS<br />

PRINSIP PEMADAMAN<br />

SMOTHERING : MENGISOLASI O2<br />

COOLING : PENDINGINAN<br />

12 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

SELIMUT API<br />

MEDIANYA KARUNG GONI (BUKAN PLASTIK) YANG DICELUPKAN DALAM AIR<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

SANGAT EFEKTIF UNTUK PEMADAMAN SEMUA JENIS KEBAKARAN KECUALI KEBAKARAN LISTRIK<br />

MUDAH DIDAPAT, MURAH HARGANYA DAN MUDAH DALAM PENGGUNAANNYA


Penangggulangan kebakaran<br />

PRINSIP PEMADAMAN<br />

PENDINGINAN<br />

PENYELIMUTAN<br />

A I R<br />

MEDIA PEMADAM YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN, KARENA :<br />

MUDAH DIDAPAT<br />

MUDAH DIANGKUT<br />

DAYA SERAP PANAS YANG TINGGI<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 13


DAYA MENGEMBANG MENJADI UAP YANG TINGGI<br />

KELEMAHAN<br />

LOKASI HARUS BEBAS DARI LISTRIK<br />

14 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

UNTUK KEBAKARAN MINYAK, TIDAK BISA DIGUNAKAN SECARA LANGSUNG DAN HARUS<br />

DIKABUTKAN<br />

PRINSIP PEMADAMAN<br />

PENDINGINAN<br />

PENYELIMUTI<br />

APAR


Penangggulangan kebakaran<br />

- Alat pemadam ringan yaitu :<br />

JENIS APAR<br />

YAITU SUATU ALAT PEMADAM KEBAKARAN YANG DAPAT DIBAWA, DIGUNAKAN DAN<br />

DIOPERASIKAN OLEH SATU ORANG<br />

COCOK UNTUK PEMADAMAN AWAL PADA LOKASI YANG ALIRAN UDARANYA TIDAK DERAS<br />

BANYAK JENIS DAN MACAMNYA<br />

MUDAH DIDAPAT DIPASARAN UMUM<br />

A. BAHAN PADAT : DRY POWDER, DRY CHEMICAL MULTI PURPOSE<br />

B. BAHAN CAIR : - AIR BERTEKANAN<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 15


16 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

- CAIRAN MUDAH MENGUAP<br />

( BCF, CBM, BTM )<br />

C. BUSA ( FOAM ) : - BUSA KIMIA<br />

D. GAS : - CO2<br />

- BUSA MEKANIK<br />

Penangggulangan kebakaran


Penangggulangan kebakaran<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 17


18 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran


Penangggulangan kebakaran<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 19


TURUNKAN DRY CHEMICAL DARI TEMPATNYA<br />

BUKA SLANG DARI JEPITNYA<br />

CABUT LEAD SEAL (SEGEL)<br />

CABUT PEN PENGUNCI<br />

20 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

LANGKAH PENGOPERASIKAN APAR<br />

PEGANG HORN DENGAN TANGAN KIRI DAN ARAHKAN KEATAS<br />

COBA DITEMPAT SECARA SESAAT, (TANGAN KANAN MENEKAN KATUB)<br />

KET : JIKA KOSONG - CARI YANG LAIN<br />

JIKA BAIK - BAWA KE LOKASI PEMADAMAN<br />

BAWA APAR KELOKASI KEBAKARAN<br />

SEMPROTKAN DRY CHEMICAL DENGAN MENGIBAS-IBAS HORN<br />

INGAT : POSISI HARUS SELALU BERADA DIATAS ANGIN<br />

Penangggulangan kebakaran


Penangggulangan kebakaran<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 21


22 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

PERALATAN UTAMA FIRE HYDRANT<br />

1. POMPA UTAMA Pompa yang pertama mengambil air dari sumber air<br />

2. POMPA JOCKY Untuk mempertahankan tekanan air pada pipa distribusi<br />

3. PIPA DISTRIBUSI / PENYALUR Untuk menyalurkan air bertempat<br />

4. YARD HYDRANT HOSE CABINET Tempat dibelakang selang & menyimpan<br />

fire Hydrant<br />

5. SLANG / HOSE Menyalurkan air<br />

6. NOZZEL PENYEMPROT Alat yang diletakan di akhir output<br />

air yang Fungsinya <strong>untuk</strong><br />

membentuk air<br />

Penangggulangan kebakaran


Penangggulangan kebakaran<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 23


PENGAMAN TANKI MINYAK DARI BAHAYA KEBAKARAN<br />

TANKI MINYAK BBM DILENGKAPI DENGAN BEBERAPA PENGAMAN :<br />

24 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

TANGGUL / TEMBOK KELILING TANGKI<br />

GUNANYA UNTUK MENCEGAH MELUAPNYA MINYAK APABILA TANGKI BBM BOCOR<br />

SISTEM HYDRANT<br />

DIPASANG PADA KELILING LUAR DARI TANGGUL/TEMBOK PENGAMAN TANGKI<br />

SISTEM BUSA<br />

BUSA YANG DIBANGKITKAN OLEH PEMBANGKIT BUSA DIALIRKAN MASUK KEDALAM TANGKI<br />

TERBAKAR<br />

SISTEM PENGABUT<br />

SISTEM INI BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK MENGAMANKAN KE TANGKI MINYAK RINGAN, DAN<br />

DIPASANG SISI LUAR DINDING TANGKI


Penangggulangan kebakaran<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 25


LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN KEBAKARAN :<br />

26 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

USAHA/TINDAKAN PREVENTIF UNTUK MENGHINDARKAN ANCAMAN BAHAYA KEBAKARAN YANG<br />

MUNGKIN TIMBUL DAPAT DILAKSANAKAN SEBAGAI BERIKUT :<br />

1. MEMBERIKAN PENDIDIKAN/LATIHAN MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN, BAIK SECARA TEORI<br />

MAUPUN PRAKTEK, MULAI DARI UNSUR PIMPINAN, KARYAWAN DAN SISWA, BAIK<br />

MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN ATAU HYDRANT, MAUPUN PEMADAM API<br />

TRADISIONAL<br />

2. MENEMPATKAN BARANG-BARANG YANG MUDAH TERBAKAR DITEMPAT YANG AMAN<br />

3. MENEMPATKAN ANAK-ANAK KUNCI RUANGAN/GUDANG SECARA TERPUSAT (MISALNYA DIPOS<br />

SATPAM)<br />

4. TIDAK MEROKOK DAN MELAKUKAN PEKERJAAN PANAS DIDEKAT BARANG-BARANG YANG<br />

SUDAH TERBAKAR<br />

5. MEMBAKAR SAMPAH/KOTORAN DITEMPAT YANG DISEDIAKAN DAN TIDAK DILAKUKAN DIDEKAT<br />

BANGUNAN/ GUDANG/TUMPUKAAN BARANG-BARANG YANG MUDAH TERBAKAR


Penangggulangan kebakaran<br />

6. TIDAK MEMBUAT SAMBUNGAN LISTRIK SECARA SEMBARANGAN DAN TIDAK MEMASANG<br />

STEKER SECARA BERTUMPUK-TUMPUK<br />

7. PENYEDIAAN DAN PEMASANGAN ALAT-ALAT PEMADAM API YANG SESUAI UNTUK LINGKUNGAN<br />

KANTOR, BAIK JUMLAH MAUPUN JENISNYA<br />

8. PEMASANGAN TANDA-TANDA PERINGATAN PADA TEMPAT-TEMPAT YANG RESIKO BAHAYA<br />

KEBAKARANNYA TINGGI, ANTARA LAIN<br />

- DILARANG MELAKUKAN PEKERJAAN PANAS/MEMBUAT API<br />

- DILARANG MEROKOK, DLL YANG SEJENIS<br />

- SERTA MENTAATI LARANGAN TERSEBUT<br />

9. MATIKAN ALIRAN LISTRIK ( AC, PENERANGAN, PERALATAN PENGAJARAN, DLL) JIKA PERALATAN<br />

TERSEBUT TIDAK DIGUNAKAN )<br />

10. BARANG-BARANG TAK TERPAKAI JANGAN DIBIARKAN BERSERAKAN DISEKITAR PERALATAN<br />

MESIN, ATAU DITEMPAT KERJA MISALNYA BAHAN SERAT, LAP KOTOR, SISA OLI<br />

11. ALAT PEMADAM API RINGAN HARUS DILETAKAN DITEMPAT YANG MUDAH DIAMBIL DAN JANGAN<br />

DIHALANGI BENDA LAIN<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 27


12. JANGAN MENUMPUK BARANG DIDEPAN PINTU KELUAR<br />

28 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

13. BOTOL KALENG DAN TEMPAT PENYIMPANG BAHAN MUDAH TERBAKAR JANGAN BIARKAN<br />

TERBUKA<br />

14. JAUHKAN TABUNG GAS DARI BAHAN PANAS/SUMBER API<br />

15. SEBELUM TEMPAT KERJA DITUTUP, PERIKSA DENGAN SEKSAMA TERUTAMA HAL YANG DAPAT<br />

MENYEBABKAN KEBAKARAN MISALNYA : PERALATAN LISTRIK DAN TEMPAT PEMBUANGAN<br />

SAMPAH<br />

16. BUANG PUNTUNG ROKOK DAN SISA KOREK API PADA ASBAK YANG ADA DAN MATIKAN LEBIH<br />

DULU API PADA PUNTUNG ROKOK TERSEBUT<br />

17. MENEMPATKAN ALAT-ALAT PEMADAM API PADA TEMPAT YANG MUDAH DIKETAHUI DAN SIAP<br />

DIPERGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PEMADAMAN UNTUK GEDUNG BERTINGKAT, LOKASI<br />

PENEMPATANNYA DIBUAT SAMA


Penangggulangan kebakaran<br />

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KEBAKARAN<br />

USAHA/TINDAKAN YANG CEPAT DAN TEPAT UNTUK MENANGGULANGI MENCEGAH MELUASNYA<br />

BAHAYA KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA/ALAT-ALAT PEMADAM KEBAKARAN YANG<br />

ADA, SEBAGAI BERIKUT :<br />

1. MEMADAMKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT-ALAT PEMADAM API YANG SESUAI ( APAR,<br />

APAT, HYDRAN )<br />

2. MEMBUNYIKAN ALARM/TANDA BAHAYA ( SESUAI DENGAN KETENTUAN )<br />

3. SECEPATNYA MEMBERITAHUKAN/MENGHUBUNGI PERTELEPON KEPADA SATPAM,<br />

KEPOLISIAN SETEMPAT, PMI/AMBULANCE SESUAI DENGAN KONDISI SITUASI LAPANGAN<br />

4. LAPORKAN DENGAN MENYEBUTKAN NAMA PELAPOR , NOMOR TELEPON YANG DIPAKAI<br />

(KECUALI TELEPON UMUM) TEMPAT KEJADIAN KEBAKARAN, JENIS YANG TERBAKAR<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 29


30 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

Penangggulangan kebakaran<br />

5. DILOKASI KEBAKARAN DIHARAP KARYAWAN MENGAMANKAN LOKASI DARI HAL YANG<br />

MENGHABAT KELANCARAN PETUGAS MISALNYA JALAN MASUK KELOKASI MEMBUKA PORTAL<br />

6. MENGUSAHAKN PEMADAMAN SEMAMPU MUNGKIN, DENGAN PERALATAN YANG ADA<br />

7. BERITAHU PETUGAS TGENTANG SUMBER AIR YANG ADA DISEKITAR LOKASI (HYDRANT,<br />

KOLAM, WADUK, Parit, DLL)<br />

8. SELAMATKAN JIWA DAN BARANG BENDAYANG MASIH BISA DIAMANKAN<br />

9. JIWA NILAINYA JAUH LEBIH BESAR DARI BENDA. JANGANLAH MENGORBANKAN JIWA HANYA<br />

UNTUK MENGAMANKAN BENDA<br />

YANG PERLU DIPERHATIKAN


Penangggulangan kebakaran<br />

DALAM PEMADAMAN<br />

ARAH ANGIN<br />

JENIS BAHAN YANG TERBAKAR<br />

SITUASI DARI LINGKUNGAN<br />

VOLUME BAHAN YANG TERBAKAR<br />

ALAT PEMADAM YANG TERSEDIA<br />

LAMA TELAH TERBAKAR<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik 31

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!