bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik
bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik
bab xii telekomunikasi untuk industri tenaga listrik
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Supari Muslim, dkk.<br />
TEKNIK<br />
PEMBANGKIT<br />
TENAGA LISTRIK<br />
JILID 3<br />
SMK<br />
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan<br />
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah<br />
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional<br />
Dilindungi Undang-undang<br />
TEKNIK<br />
PEMBANGKIT<br />
TENAGA LISTRIK<br />
JILID 3<br />
Untuk SMK<br />
Penulis : Supari Muslim<br />
Joko<br />
Puput Wanarti R<br />
Perancang Kulit : TIM<br />
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm<br />
MUS MUSLIM, Supari<br />
t Teknik Pembangkit Tenaga Listrik Jilid 1 <strong>untuk</strong> SMK /oleh<br />
Supari Muslim, Fahmi PoernJoko, Puput Wanarti R ---- Jakarta :<br />
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat<br />
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,<br />
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.<br />
vii, 580 hlm<br />
Daftar Pustaka : Lampiran. A<br />
Daftar Istilah : Lampiran. B dst<br />
ISBN : 978-979-060-097-3<br />
ISBN : 978-979-060-100-0<br />
Diterbitkan oleh<br />
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan<br />
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah<br />
Departemen Pendidikan Nasional<br />
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN<br />
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat<br />
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat<br />
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal<br />
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen<br />
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan<br />
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta<br />
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku<br />
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.<br />
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan<br />
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran <strong>untuk</strong><br />
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan <strong>untuk</strong><br />
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri<br />
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus<br />
2008.<br />
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya<br />
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak<br />
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional <strong>untuk</strong><br />
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.<br />
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada<br />
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),<br />
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh<br />
masyarakat. Namun <strong>untuk</strong> penggandaan yang bersifat komersial<br />
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan<br />
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan<br />
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para<br />
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun<br />
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri <strong>untuk</strong> mengakses<br />
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.<br />
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.<br />
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan<br />
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami<br />
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.<br />
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.<br />
Jakarta, 17 Agustus 2008<br />
Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR<br />
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha<br />
Kuasa, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan buku dengan<br />
judul: Teknik Pembangkitan Tenaga Listrik ini dapat kami selesaikan<br />
sesuai dengan jadwal waktu yang diberikan.<br />
Buku Teknik Pembangkitan Tenaga Listrik ini terdiri dari 13 Bab, yaitu:<br />
Bab I : Pendahuluan, berisi tentang pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>,<br />
jenis-jenis pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, instalasi pada pusat pembangkit<br />
<strong>listrik</strong>, masalah utama dalam pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, sistem<br />
interkoneksi, proses penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, dan mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />
dan diuraikan juga mengenai pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />
Bab II : Instalasi <strong>listrik</strong> pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, berisi tentang<br />
instalasi pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>, jenis peralatan, prinsip kerja,<br />
pemeliharaan dan perbaikannya, termasuk di dalamnya berisi<br />
keselamatan kerja, latihan dan tugas.<br />
Bab III : Masalah operasi pada pusat-pusat <strong>listrik</strong>, berisi tentang cara<br />
pengoperasian dan pemeliharaannya pada pusat-pusat <strong>listrik</strong>, dan<br />
keselamatan kerja.<br />
Bab IV : Pembangkit dalam sistem interkoneksi, berisi tentang<br />
operasionalisasi dan pemeliharaan pada sistem interkoneksi, latihan dan<br />
tugas.<br />
Bab V : Manajemen pembangkitan, berisi tentang: manajemen biaya<br />
operasi, manajemen pemeliharaan, suku cadang, laporan pemeliharaan,<br />
dan laporan kerusakan, latihan dan tugas.<br />
Bab VI : Gangguan, pemeliharaan dan perbaikan mesin <strong>listrik</strong>, berisi<br />
tentang gangguan, pemeliharaan, dan perbaikan mesin <strong>listrik</strong>. Materi<br />
yang disajikan berbasis kondisi riil dilapangan dan didalamnya juga<br />
berisi format-format yang berlaku di perusahaan, latihan dan tugas.<br />
BAB VII : Pemeliharaan sumber arus searah, berisi tentang: pemakaian<br />
baterai akumulator dalam pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dan pemeliharaannya,<br />
gangguan-gangguan dan pemeliharaan mesin <strong>listrik</strong> generator arus<br />
searah, latihan dan tugas.<br />
Bab VIII : Sistem pemeliharaan pada pembangkit <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> air,<br />
berisi tentang kegiatan pemeliharaan generator dan governor,<br />
pemeliharaan transformator, alat pengaman, pemeliharaan accu,<br />
keselamatan kerja, latihan dan tugas.<br />
Bab IX: Standart operational procedure (SOP), berisi tentang beberapa<br />
SOP pada PLTU, pengoperasian, pemeliharaan pusat pembangkit,<br />
SOP genset, pemeliharaan genset, latihan dan tugas.<br />
Bab X: Transformator <strong>tenaga</strong>, switchgear, pengaman relay (proteksi),<br />
sistem excitacy, unit AVR, dan pemeliharaannya serta latihan dan tugas.<br />
iii
Bab XI: Crane dan elevator/lift, berisi tentang: tentang jenis motor yang<br />
digunakan, sistem pengereman, sistem kontrol, sistem instalasi dan<br />
rumus-rumus yang berkaitan dengan crane dan lift. Selain itu juga berisi<br />
tentang cara pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />
Bab XII: Telekomunikasi <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, berisi tentang<br />
klasifikasi <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, komunikasi<br />
dengan kawat, komunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong>, rangkaian<br />
transmisi, komunikasi radio, komunikasi gelombang mikro,<br />
pemeliharaan, latihan dan tugas.<br />
Bab XIII Alat-alat ukur, berisi tentang prinsip kerja, cara penggunaan<br />
dan pemakaian, cara pemeliharaan alat ukur pada sistem <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
serta latihan dan tugas.<br />
Selain ke tiga belas <strong>bab</strong> di atas, pada lampiran juga dibahas tentang<br />
undang-undang keselamatan kerja dan penaggulangan kebakaran yang<br />
terkait dengan pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />
Kesemua isi dalam ke tiga belas <strong>bab</strong> mencerminkan secara lebih<br />
lengkap <strong>untuk</strong> mencapai kompetensi program keahlian pembangkitan<br />
<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, walaupun tidak setiap sub kompetensi diuraikan sendirisendiri<br />
tetapi juga saling berkaitan, tetapi isi buku materi telah<br />
membahas: Dasar Dasar Ke<strong>listrik</strong>an dan Elektronika, Memelihara<br />
Instalasi Listrik Unit, Memelihara Peralatan Elektronik, Memelihara DC<br />
Power, Memelihara Peralatan Komunikasi, Memelihara Gen-set,<br />
Memelihara Crane, Memelihara Generator, Memelihara Transformator,<br />
Memelihara Proteksi, Memelihara Kontrol Instrumen, dan Memelihara<br />
Switchgear dan implementasinya.<br />
Susunan buku dari awal sampai akhir secara lengkap, seperti yang<br />
tercantum dalam daftar isi.<br />
Susunan Bab tersebut di atas disusun berdasarkan Kurikulum 2004<br />
beserta kompetensinya, sehingga dengan merujuk kepada referensi<br />
yang digunakan, serta Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP),<br />
buku Teknik Pembangkit Tenaga Listrik berujud seperti keadaannya<br />
sekarang.<br />
Buku dapat disusun atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam<br />
kesempatan yang berharga ini kami sampaikan banyak terima kasih dan<br />
penghargaan, termasuk ucapan terimakasih disampaikan kepada<br />
saudara Indra Wiguna dan Gigih Adjie Biyantoro yang teah banyak<br />
membantu.<br />
Disadari bahwa isi maupun susunan buku ini masih ada kekurangan.<br />
Bagi pihak-pihak yang ingin menyampaikan saran dan kritik akan kami<br />
terima dengan senang hati dan ucapan terima kasih.<br />
iv Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penulis
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
SAMBUTAN DIREKTORAT PSMK Iii<br />
KATA PENGANTAR V<br />
DAFTAR ISI vii<br />
BAB I. PENDAHULUAN 1<br />
A. Pembangkitan Tenaga Listrik 1<br />
B.<br />
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik<br />
C. Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik 14<br />
D. Masalah Utama dalam Pembangkitan Tenaga Listrik 16<br />
E. Sistem Interkoneksi 20<br />
F. Proses Penyaluran Tenaga Listrik 21<br />
G. Mutu Tenaga Listrik 23<br />
H. Latihan 24<br />
I. Tugas 24<br />
BAB II. INSTALASI LISTRIK PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK 25<br />
A. Instalasi <strong>listrik</strong> Generator sinkron 3 phasa 25<br />
B. Rel (Busbar) 43<br />
C. Saluran Kabel antara Generator sinkon 3 phasa dan Rel 48<br />
D. Jenis-jenis Sakelar Tenaga 49<br />
E. Mekanisme Pemutus Tenaga (Switchgear) 72<br />
F. Instalasi Pemakaian Sendiri 75<br />
G. Baterai Aki 78<br />
H. Transformator 81<br />
I. Pembumian Bagian-Bagian Instalasi 104<br />
J. Sistem Excitacy 105<br />
K. Sistem Pengukuran 108<br />
L. Sistem Proteksi 109<br />
M. Perlindungan Terhadap Petir 113<br />
N. Proteksi Rel (Busbar) 116<br />
O. Instalasi Penerangan bagian vital 117<br />
P. Instalasi Telekomunikasi 118<br />
Q. Arus Hubung Singkat 122<br />
R. Pengawatan Bagian Sekunder 123<br />
S. Cara Pemeliharaan 126<br />
T. Perkembangan Isolasi Kabel 129<br />
U. Generator Asinkron 133<br />
V. Latihan 144<br />
W. Tugas 144<br />
BAB III MASALAH OPERASI PADA PUSAT-PUSAT LISTRIK 145<br />
10<br />
Daftar Isi vii
A. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) 145<br />
B. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) 160<br />
C. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) 180<br />
D. Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 184<br />
E. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 189<br />
F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 198<br />
G. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 206<br />
H. Unit Pembangkit Khusus 209<br />
I. Pembangkit Listrik Non Konvensional 211<br />
J. Bahan Bakar 213<br />
K. Turbin Cross Flow 224<br />
L. Perlindungan Katodik (Cathodic Protection) 225<br />
M. Pemadam Kebakaran 228<br />
N. Beberapa Spesifikasi Bahan Bakar 230<br />
O. Latihan 234<br />
P. Tugas 234<br />
BAB IV PEMBANGKITAN DALAM SISTEM INTERKONEKSI 235<br />
A. Sistem Interkoneksi dan Sistem yang Terisolir 235<br />
C. Koordinasi Pemeliharaan 242<br />
D. Faktor-faktor dalam Pembangkitan 244<br />
E. Neraca Energi 246<br />
F. Keandalan Pembangkit 248<br />
G. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja 249<br />
H. Prosedur Pembebasan Tegangan dan Pemindahan 252<br />
Beban<br />
I. Konfigurasi Jaringan 259<br />
J. Otomatisasi 261<br />
K. Kendala-Kendala Operasi 262<br />
L. Latihan 264<br />
M Tugas 264<br />
BAB V MANAJEMEN PEMBANGKITAN<br />
265<br />
A. Manajemen Operasi 265<br />
B. Manajemen Pemeliharaan 267<br />
C. Suku Cadang 271<br />
D. Laporan Pemeliharaan 272<br />
E. Laporan Kerusakan 273<br />
F. Latihan 280<br />
G. Tugas 280<br />
BAB VI GANGGUAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN<br />
MESIN-MESIN LISTRIK<br />
A. Gangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan Generator<br />
Sinkron<br />
B. Gangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan pada Motor<br />
Sinkron<br />
viii Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
281<br />
281<br />
284
C. Gangguan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Motor Asinkron 287<br />
DPemeriksaan Motor Listrik 293<br />
EGangguan, Pemeliharaan dan Perbaikan pada Motor 299<br />
Induksi 1 phasa<br />
FMembelit Kembali Motor Induksi 3 Phasa 307<br />
GLatihan 345<br />
HTugas 345<br />
BAB VII PEMELIHARAAN SUMBER ARUS SEARAH<br />
A. Pemakaian Baterai Akumulator dalam Pusat Pembangkit<br />
Tenaga Listrik<br />
B. Ganguan-gangguan dan pemeliharaan Mesin Listrik<br />
Generator Arus Searah<br />
347<br />
347<br />
F. Normal Stop Untuk Electrical Control Board 421<br />
G. Shut Down Unit (Operator BTB) 422<br />
H. Shut Down 424<br />
BAB X TRANSFORMATOR DAYA, SWITCHGEAR, RELAY<br />
PROTECTION, EXCITACY DAN SYSTEM CONTROL<br />
451<br />
A. Tansformator Tenaga 451<br />
B. Switchgear 467<br />
C. Relay Proteksi 478<br />
364<br />
C. Latihan 390<br />
D. Tugas 390<br />
BAB VIIII SISTEM PEMELIHARAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK<br />
TENAGA AIR (PLTA)<br />
391<br />
A. Kegiatan Pemeliharaan Generator dan Governor Unit I 393<br />
B. Kegiatan Pemeliharaan Transformator I (6/70 kV) 395<br />
C. Kegiatan Pemeliharaan Mingguan ACCU Battery 396<br />
D. Keselamatan Kerja 398<br />
E. Latihan 399<br />
F. Tugas 399<br />
BAB IX STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) 401<br />
A. Umum 401<br />
B. Prosedur Operasi Start Dingin PLTU Perak Unit III/IV 412<br />
C. BFP dan CWP C. Unit Start Up After 10 Hours Shut 415<br />
Down<br />
D. UNIT Start Up Very Hot Condition 417<br />
E. Prosedur Start Kembali Setelah Gangguan Padam 419<br />
Total<br />
I. Pengoperasian PadaTurning Gear 425<br />
J. Shut Down Unit (Operator Boiler Lokal) 426<br />
K. Pemeliharaan dan SOP Pada Pusat Pembangkit 426<br />
L. SOP Genset 437<br />
M. Latihan 449<br />
N. Tugas 450<br />
Daftar Isi ix
D. Sistem Excitacy 479<br />
E. Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) 483<br />
F. Pemeliharaan Sistem Kontrol 489<br />
G. Latihan 492<br />
H. Tugas 492<br />
BAB XI CRANE DAN ELEVATOR (LIFT) 493<br />
A. Crane<br />
B. Instalansi Lift/Elevator<br />
C. Pemeliharaan Crane dan Lift<br />
D. Latihan<br />
E. Tugas<br />
493<br />
513<br />
520<br />
523<br />
523<br />
BAB XII TELEKOMUNIKASI UNTUK INDUSTRI TENAGA LISTRIK 524<br />
A. Klasifikasi Telekomunikasi Untuk Industri Tenaga Listrik<br />
B. Komunikasi dengan Kawat<br />
C. Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga<br />
D. Rangkaian Transmisi<br />
E. Komunikasi Radio<br />
F. Komunikasi Gelombang Mikro<br />
G. Pemeliharaan Alat Komunikasi Pada Pusat Pembangkit<br />
Listrik<br />
524<br />
525<br />
526<br />
531<br />
534<br />
538<br />
541<br />
H. Latihan 542<br />
I. Tugas 542<br />
BAB XIII ALAT UKUR LISTRIK 544<br />
A. Amperemeter 544<br />
B. Pengukuran Tegangan Tinggi 548<br />
C. Pengukuran Daya Listrik 551<br />
D. Pengukuran Faktor Daya 554<br />
E. Pengukuran Frekuensi 559<br />
F. Alat Pengukur Energi Arus Bolak-Balik 563<br />
G. Alat-Alat Ukur Digital 567<br />
H. Megger 579<br />
I. Avometer 580<br />
J. Pemeliharaan Alat Ukur 580<br />
K. Latihan 582<br />
L. Tugas 582<br />
LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA<br />
LAMPIRAN B. DAFTAR ISTILAH<br />
LAMPIRAN C. DAFTAR TABEL<br />
LAMPIRAN D. DAFTAR GAMBAR<br />
LAMPIRAN E. DAFTAR RUMUS<br />
LAMPIRAN F. SOAL-SOAL<br />
LAMPIRAN 1. UU Keselamatan Kerja<br />
LAMPIRAN 2. Penanggulangan Kebakaran<br />
x Pembangkitan Tenaga Listrik
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
451<br />
BAB X<br />
Transformator Daya, Switchgear, Relay<br />
Protection, Excitacy dan Control System<br />
Transformator <strong>tenaga</strong> adalah suatu peralatan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang<br />
berfungsi <strong>untuk</strong> menyalurkan <strong>tenaga</strong>/daya <strong>listrik</strong> dari tegangan tinggi ke<br />
tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan)<br />
dengan frekuensi sama).<br />
Dalam operasi umumnya, transformator-transformator <strong>tenaga</strong> ditanahkan<br />
pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan <strong>untuk</strong> sistem pengamanan<br />
atau proteksi. Sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara<br />
langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan<br />
dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah<br />
diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah<br />
ditetapkan.<br />
A. Tansformator Tenaga<br />
1. Klasifikasi transformator<br />
<strong>tenaga</strong><br />
Transformator <strong>tenaga</strong> dapat di klasifikasikan menurut sistem<br />
pemasangan dan cara pendinginannya.<br />
1. Pemasangan<br />
Pemasangan dalam<br />
Pemasangan luar<br />
2. Pendinginan<br />
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:<br />
1) Fungsi dan pemakaian<br />
Transformator mesin (<strong>untuk</strong> mesin-mesin <strong>listrik</strong>)<br />
Transformator Gardu Induk<br />
Transformator Distribusi<br />
2) Kapasitas dan Tegangan<br />
Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas 1100 kV<br />
dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar X.1
452 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
(a) transformator 1100MVA (b) transformator 4500MVA<br />
(c ) Transformator 1000MVA<br />
Gambar X.1<br />
Contoh Transformator 3 Phasa dengan Tegangan Kerja di Atas<br />
1100 kV dan Daya di Atas 1000 MVA<br />
Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam operasi, transformator<br />
dapat dibagi menjadi: transformator besar, transformator sedang, dan<br />
transformator kecil.<br />
2. Cara kerja dan fungsi tiap-tiap bagian transformator<br />
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi<br />
masing-masing<br />
a. Bagian utama<br />
1) Inti besi<br />
Inti besi berfungsi <strong>untuk</strong> mempermudah jalan fluksi, yang<br />
ditimbulkan oleh arus <strong>listrik</strong> yang melalui kumparan. Dibuat dari<br />
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, <strong>untuk</strong><br />
mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh<br />
arus pusar atau eddy current.
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
453<br />
2) Kumparan transformator<br />
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan<br />
kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun<br />
terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat<br />
seperti karton, pertinax dan lain-lain.<br />
Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan<br />
sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan<br />
tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul<br />
fluksi yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian<br />
sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada<br />
kumparan tersebut, sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat<br />
transformasi tegangan dan arus.<br />
3) Kumparan tertier<br />
Fungsi kumparan tertier diperlukan adalah <strong>untuk</strong> memperoleh<br />
tegangan tertier atau <strong>untuk</strong> kebutuhan lain. Untuk kedua<br />
keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta<br />
atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan juga <strong>untuk</strong><br />
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone,<br />
kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua<br />
transformator daya mempunyai kumparan tertier.<br />
4) Minyak transformator<br />
Sebagian besar dari transformator <strong>tenaga</strong> memiliki kumparankumparan<br />
yang intinya direndam dalam minyak transformator,<br />
terutama pada transformator-transformator <strong>tenaga</strong> yang<br />
berkapasitas besar, karena minyak transformator mempunyai sifat<br />
sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi<br />
pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi)<br />
sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi dan<br />
minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:<br />
kekuatan isolasi tinggi<br />
penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga<br />
partikel-partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat<br />
viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan<br />
memiliki kemampuan pendinginan menjadi lebih baik<br />
titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat<br />
menimbulkan baha<br />
tidak merusak bahan isolasi padat<br />
sifat kimia yang stabil
454 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti<br />
tampak pada Tabel X.1 di bawah ini.<br />
Tabel X.1<br />
Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru<br />
No Sifat Minyak Isolasi Satuan<br />
Klas I/<br />
Klas II<br />
Metode Uji Tempat<br />
Uji<br />
1 Kejernihan - Jernih IEC 296 Di tempat<br />
Masa Jenis (20 o C) g/cm 3
Sifat<br />
No Minyak<br />
Isolasi<br />
1 Tegangan<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Tabel X.2<br />
Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru<br />
Tegangan<br />
Peralatan<br />
Batas yang<br />
diperbolehkan<br />
Metode<br />
Uji<br />
455<br />
Tempat Uji<br />
> 170 kV > 50 kV/2.5 IEC 156 Di tempat/<br />
tembus 70-170 kV mm ISO 760 Lab<br />
2 Kandungan < 70 kV > 30 kV/2,5 IEC 93 &<br />
Air > 170 kV mm IEC 250<br />
< 170 kV < 20 mg/L<br />
< 30mg/L<br />
(90 o Lab<br />
)<br />
3 Faktor All Voltage < 0,2 - 2,0 IEC 93&<br />
IEC 247<br />
Lab<br />
4 Dielektrik All Voltage G/mm IEC 93 & Ditempat/<br />
Tahanan<br />
Jenis<br />
IEC 247 Lab<br />
5 Angka<br />
Kenetralan<br />
All Voltage < 0,5mg/KOH IEC 296 Lab<br />
6 Sedimen Tidak terukur<br />
penurunan<br />
IEC 296 Lab<br />
7 Titik Nyala maximum<br />
15 o C<br />
IEC 296 Lab<br />
8 Tegangan<br />
Permukaan<br />
> 170kV >15 x103<br />
Nm -1<br />
Sedang Sedang<br />
dikerjakan dikerjakan<br />
IEC IEC<br />
9 Kandungan<br />
Sedang Sedang<br />
Gas<br />
dikerjakan dikerjakan<br />
IEC IEC<br />
6) Tangki dan konservator<br />
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendan<br />
minyak transformator berada atau (ditempatkan) di dalam tangki.<br />
Untuk menampung pemuaian pada minyak transformator, pada<br />
tangki dilengkapi dengan sebuah konservator.<br />
Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:<br />
a) Jenis sirip (tank corrugated)<br />
Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang<br />
menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan<br />
otomatis, <strong>untuk</strong> membentuk badan tangki bersirip dengan siripnya
456 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat bernapas pada saat<br />
yang sama.<br />
Tutup dan dasar tangki terbuat dari plat baja bercanai panas yang<br />
kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip<br />
membentuk tangki corrugated ini. Umumnya transformator di<br />
bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated.<br />
b) Jenis tangki Conventional Beradiator<br />
Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan tutup yang terbuat dari<br />
mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan dilas <strong>untuk</strong><br />
dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis<br />
panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel<br />
sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi dengan<br />
konservator dan digunakan <strong>untuk</strong> 25.000,00 kVA, yang<br />
ditunjukkan pada Gambar X.2.
Arester<br />
Radiator<br />
Keran Pengisi<br />
Minyak<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar 2<br />
Gambar X.2<br />
Transformator Tipe Conventional Beradiator<br />
(Sumber Trafindo, 2005)<br />
Bushing)<br />
Tangki<br />
Sensor<br />
Minyak<br />
Kipas Angin<br />
Keran pembuang<br />
minyak<br />
Sensor<br />
Tekanan Gas<br />
Sensor<br />
Suhu<br />
Tap Changer<br />
457<br />
c) Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined<br />
Tipe tangki ini sama dengan jenis conventional tetapi di atas<br />
permukaan minyak terdapat gas nitrogen <strong>untuk</strong> mencegah kontak<br />
antara minyak dengan udara luar
458 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
b. Peralatan Bantu<br />
a) Pendingin<br />
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat<br />
rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut<br />
mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak<br />
isolasi transformator, maka <strong>untuk</strong> mengurangi adanya kenaikan<br />
suhu yang berlebihan tersebut pada transformator perlu juga<br />
dilengkapi dengan sistem pendingin yang bergungsi <strong>untuk</strong><br />
menyalurkan panas keluar transformator.<br />
Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa<br />
udara, gas, minyak dan air. Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat<br />
dengan cara:<br />
Alamiah (natural)<br />
Tekanan/paksaan (forced).<br />
b) Tap Changer (perubah tap)<br />
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator <strong>untuk</strong><br />
mendapatkan tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan<br />
dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer<br />
dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau<br />
dalam keadaan tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya.<br />
c) Alat pernapasan<br />
Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator<br />
maupun suhu udara luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah<br />
mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan<br />
memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar<br />
dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak<br />
menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki.<br />
Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator.<br />
Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan<br />
dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus pada<br />
minyak transformator, maka <strong>untuk</strong> mencegah hal tersebut, pada<br />
ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal<br />
zat hygroscopis.<br />
d) Indikator<br />
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu<br />
adanya indikator yang dipasang pada transformator. Indikator<br />
tersebut adalah sebagai berikut:<br />
indikator suhu minyak<br />
indikator permukaan minyak
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
indikator sistem pendingin<br />
indikator kedudukan tap, dan sebagainya.<br />
459<br />
c. Peralatan Proteksi<br />
a) Relai Bucholz<br />
Relai Bucholz adalah relai alat atau relai yang berfungsi<br />
mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan transformator<br />
yang menimbulkan gas.<br />
Timbulnya gas dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya<br />
adalah:<br />
Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa<br />
Hubung singkat antar phasa<br />
Hubung singkat antar phasa ke tanah<br />
Busur api <strong>listrik</strong> antar laminasi<br />
Busur api <strong>listrik</strong> karena kontak yang kurang baik.<br />
Pengaman tekanan lebih, alat ini berupa membran yang terbuat<br />
dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai<br />
pengaman tangki transformator terhadap kenaikan tekan gas yang<br />
timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu<br />
dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangi transformator.<br />
b) Relai tekanan lebih<br />
Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relai Bucholz. Fungsinya<br />
adalah mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator.<br />
Bedanya relai ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang<br />
tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT).<br />
c) Relai Diferensial<br />
Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di<br />
dalam transformator, antara lain adalah kejadian flash over antara<br />
kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau<br />
belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda<br />
kumparan.<br />
d) Relai Arus lebih<br />
Berfungsi mengamankan transformator arus yang melebihi dari<br />
arus yang diperkenankan lewat dari transformator tersbut dan<br />
arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan<br />
hubung singkat.
460 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
e) Relai tangki tanah<br />
Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong> mengamankan transfor-mator bila ada<br />
hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian<br />
yang tidak bertegangan pada transformator.<br />
f) Relai Hubung tanah<br />
Fungsi alat ini adalah <strong>untuk</strong> mengamankan transformator jika<br />
terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.<br />
g) Relai Termis<br />
Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong> mencegah/mengamankan transformator<br />
dari kerusakan isolasi pada kumparan, akibat adanya panas lebih<br />
yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam<br />
relai ini adalah kenaikan temperatur.<br />
3. Pengujian atau pemeliharaan transformator<br />
Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN’50-1982 dengan<br />
melalui tiga macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76<br />
(1976), yaitu:<br />
a. Pengujian Rutin<br />
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap<br />
transformator, meliputi:<br />
• pengujian tahanan isolasi<br />
• pengujian tahanan kumparan<br />
• pengujian perbandingan belitan<br />
• pengujian vector group<br />
• pengujian rugi besi dan arus beban kosong<br />
• pengujian rugi tembaga dan impedansi<br />
• pengujian tegangan terapan (Withstand Test)<br />
• pengujian tegangan induksi (Induce Test).<br />
b. Pengujian Jenis<br />
Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah<br />
transformator yang mewakili transformator lainnya yang sejenis, <strong>untuk</strong><br />
menunjukkan bahwa semua transformator jenis ini memenuhi<br />
persyaratan yang belum diliput oleh pengujian rutin. Pengujian jenis terdiri<br />
dari pengujian:<br />
pengujian kenaikan suhu<br />
pengujian impedansi
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
461<br />
c. Pengujian khusus<br />
Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan jenis,<br />
dilaksanakan atas persetujuan pabrik denga pembeli dan hanya<br />
dilaksanakan terhadap satu atau lebih transformator dari sejumlah<br />
transformator yang dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian khusus<br />
meliputi :<br />
pengujian dielektrik<br />
pengujian impedansi urutan nol pada transformator tiga phasa<br />
pengujian hubung singkat<br />
pengujian harmonik pada arus beban kosong<br />
pengujian tingkat bunyi akuistik<br />
pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa<br />
minyak.<br />
d. Pengujian rutin<br />
Yang termasuk pengujian rutin adalah pengukuran tahanan isolasi.<br />
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan<br />
<strong>untuk</strong> mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, <strong>untuk</strong><br />
menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran<br />
dilakukan antara:<br />
• sisi HV-LV<br />
• sisi HV-Ground<br />
• sisi LV-Groud<br />
• X1/X2-X3/X4 (transformator 1 phasa)<br />
• X1-X2 dan X3-X4 ) transformator 1 phasa yang dilengkapi dengan<br />
circuit breaker.<br />
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang<br />
menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang<br />
lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan <strong>untuk</strong> kriteria kering<br />
tidaknya transformator, juga <strong>untuk</strong> mengetahui apakah ada bagian-bagian<br />
yang terhubung singkat.<br />
e. Pengukuran tahanan kumparan<br />
Pengukuran tahanan kumparan adalah <strong>untuk</strong> mengetahui berapa nilai<br />
tahanan <strong>listrik</strong> pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila<br />
kumparan tersebut dialiri arus.<br />
Nilai tahanan belitan dipakai <strong>untuk</strong> perhitungan rugi-rugi tembaga<br />
transformator. Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan<br />
adalah suhu belitan pada saat pengukuran yang diusahakan sama<br />
dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran<br />
kecil.
462 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Peralatan yang digunakan <strong>untuk</strong> pengukuran tahanan di atas 1 Ohm<br />
adalah Wheatstone Bridge, sedangkan <strong>untuk</strong> tahanan yang lebih kecil<br />
dari 1 ohm digunakan Precition Double Bridge.<br />
Pengukuran dilakukan pada setiap phasa transformator, yaitu antara<br />
terminal:<br />
1) Pengukuran pada terminal tegangan tinggi<br />
a) Pada transformator 3 phasa<br />
- phasa A - phasa B<br />
- phasa B - phasa C<br />
- phasa C - phasa A<br />
b) Transformator 1 phasa<br />
Terminal H1-H2 <strong>untuk</strong> transformator double bushing dan<br />
Terminal H dengan Ground <strong>untuk</strong> transformator single bushing<br />
dan pengukuran sisi tegangan rendah<br />
c) Pada transformator 3 phasa<br />
- phasa a - phasa b<br />
- phasa b - phasa c<br />
- phasa c - phasa a<br />
d) Transformator 1 phasa (terminal X1-X4 dengan X2-X3<br />
dihubung singkat).<br />
f. Pengukuran perbandingan belitan<br />
Pengukuran perbandingan belitan adalah <strong>untuk</strong> mengetahui<br />
perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan<br />
rendah pada setiap tapping, sehingga tegangan output yang dihasilkan<br />
oleh transformator sesuai dengan yang dikehendaki, toleransi yang<br />
diijinkan adalah:<br />
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau<br />
b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal.<br />
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling<br />
yaitu, setelah coil transformator diassembling dengan inti besi dan<br />
setelah tap changer terpasang, pengujian kedua ini bertujuan <strong>untuk</strong><br />
mengetahui apakah posisi tap transformator telah terpasang secara<br />
benar dan juga <strong>untuk</strong> pemeriksaan vector group transformator.<br />
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn<br />
Ratio Test (TTR), misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau<br />
Cat. No. 550100-47.<br />
g. Pemeriksaan vector group
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
463<br />
Pemeriksaan vector group bertujuan <strong>untuk</strong> mengetahui apakah polaritas<br />
terminal-terminal transformator positif atau negatif. Standar dari notasi<br />
yang dipakai adalah Additive dan Subtractive.<br />
h. Pengukuran rugi dan arus beban kosong<br />
Pengukuran dilakukan <strong>untuk</strong> mengetahui berapa daya yang hilang yang<br />
dise<strong>bab</strong>kan oleh rugi histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan<br />
besarnya arus yang ditimbulkan oleh kerugian tersebut. Pengukuran<br />
dilakukan dengan memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi<br />
dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. suhu acuan 75ºC.<br />
i. Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)<br />
Pengujian ini dimaksudkan <strong>untuk</strong> menguji kekuatan isolasi antara<br />
kumparan dan body tangki.<br />
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai dengan<br />
standar uji dan dilakukan pada:<br />
sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang<br />
di ke tanahkan<br />
sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang<br />
di ke tanahkan<br />
waktu pengujian 60 detik<br />
j. Pengujian tegangan induksi<br />
Pengujian tegangan induksi bertujuan <strong>untuk</strong> mengetahui kekuatan isolasi<br />
antara layer dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara belitan<br />
transformator.<br />
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan supply dua kali tegangan<br />
nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk<br />
mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka frekuensi yang<br />
digunakan harus dinaikkan sesuai denga kebutuhan. Lama pengujian<br />
tergantung pada besarnya frekuensi pengujian dan waktu pengujian<br />
maksimum adalah 60 detik.<br />
k. Pengujian kebocoran tangki<br />
Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen<br />
transformator sudah terpasang. Pengujian dilakukan <strong>untuk</strong> mengetahui<br />
kekuatan dan kondisi paking dan las transformator. Pengujian dilakukan<br />
dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) sebesar kurang lebih 5 psi<br />
dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan paking dengan<br />
memberikan cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan<br />
sekitar 3 jam apakah terjadi penurunan tekanan.
464 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
l. Pengujian jenis (Type Test)<br />
a) Pengujian kenaikan suhu<br />
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan <strong>untuk</strong> mengetahui berapa<br />
kenaikan suhu oli dan kumparan transformator yang dise<strong>bab</strong>kan oleh<br />
rugi-rugi transformator apabila transformator dibebani. Pengujian ini<br />
juga bertujuan <strong>untuk</strong> melihat apakah penye<strong>bab</strong> panas transformator<br />
sudah cukup effisien atau belum.<br />
Pada transformator dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian<br />
kenaikan suhu dilakukan pada tappng tegangan terendah (arus<br />
tertinggi), pada transformator dengan tapping maksimum 5%<br />
pengujian dilakukan pada tapping nominal.<br />
Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh,<br />
pengujian dilakukan dengan memberikan arus transformator<br />
sedemikian hingga membangkitkan rugi-rugi transformator, yaitu rugi<br />
beban penuh dan rugi beban kosong.<br />
b) Pengujian tegangan impulse<br />
Pengujian impulse ini dimaksudkan <strong>untuk</strong> mengetahui kemampuan<br />
dielektrik dari sistem isolasi transformator terhadap tegangan surja<br />
petir.<br />
Pengujian impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih<br />
sesaat dengan bentuk gelombang tertentu. Bila transformator<br />
mengalami tegangan lebih, maka tegangan tersebut hampir<br />
didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :<br />
- antar lilitan transformator<br />
- antar layer transformator<br />
- antara coil dengan ground<br />
c) Pengujian tegangan tembus oli<br />
Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan mengetahui<br />
kemampuan dielektrik oli. Hal ini dilakukan karena selain berfungsi<br />
sebagai pendingin dari transformator, oli juga berfungsi sebagai<br />
isolasi.<br />
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN<br />
49 - 1 : 1982, IEC 158 dan IEC 296 yaitu:<br />
> = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying<br />
> = 50 KV/2,5 mm setelah purifying<br />
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk hipotronics type<br />
EP600CD.
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
465<br />
Cara pengujian adalah sebagai berikut:<br />
bersihkan tempat contoh oli dari kotoran dengan mencucinya<br />
dengan oli sampai bersih<br />
ambil contoh oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan<br />
contoh oli tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena udara<br />
luar karena oli ini sangat sensitive<br />
tempatkan contoh oli pada alat tetes<br />
nyalakan power alat tetes<br />
tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis<br />
sejauh mana kemampuan dielektrik oli tersebut. Setelah counter<br />
berhenti dan tombol reset menyala, tekan tombol reset <strong>untuk</strong><br />
mengembalikan ke posisi semula<br />
hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelah<br />
dilakukan 5 (lima) kali dengan selang waktu 2 menit.<br />
4. Pencampuran Minyak Transformator Shell Diala B dengan Univolt<br />
80<br />
Minyak transformator memiliki dua fungsi yang sangat signifikan, yaitu<br />
sebagai pendingin dan isolator. PLN sebagai perusahaan penyedia<br />
<strong>listrik</strong> nasional beserta LMK menetapkan bahwa minyak transformator<br />
standar yang digunakan di Indonesia adalah Shell Diala B. Tetapi<br />
pada praktiknya di lapangan masih ditemui penggunaan dan<br />
pencampuran minyak transformator antara merk Shell Diala B dengan<br />
Univolt 80. Pencampuran terjadi ketika minyak transformator di dalam<br />
transformator memiliki merk. Shel Diala B dan Oil additional oil hose<br />
memiliki merk Univolt 80.<br />
Proses pencampuran minyak transformator shell Diala B dengan<br />
Univolt 8.0 terjadi pada saat proses purifikasi. Berikut adalah langkahlangkah<br />
atau proses purifikasi minyak transformator:<br />
1. Pemasangan pipa-pipa penghubung antara transformator dengan<br />
mesin purifikasi<br />
2. Pengel udara dalam pipa<br />
3. Pembukaan inlet dan outlet valve<br />
4. Penambahan minyak transformator dari additional oil hose<br />
5. Filterisasi<br />
Pencampuran kedua jenis minyak ini dilakukan dengan mengacu hasil<br />
pengujian atau pemeriksaan terhadap sampel-sampel yang dilakukan<br />
di Laboratorium PLN. Untak mengetahui keandalan dari penggunaan<br />
minyak Shell Diala B, Univolt 80 dan campurannya dilakukan<br />
pengujian terhadap tujuh sampel dari minyak baru tersebut. Sifat yang<br />
diuji adalah berat jenis pada 20 derajat celcius, viskositas kinematik<br />
pada 20 derajat celcius, titik nyala, angka kenetralan, uji korosi
466 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
pengeringan tembaga, tegangan tembus dan ketahanan oksidasi<br />
(kadar kotoran). Pencampuran memiliki perbandingan, yaitu:<br />
Kode Contoh I Univolt 80 100%<br />
Kode Contoh II Univolt 80 80% Shell Diala B 20%<br />
Kode Contoh III Univolt 80 60% Shell Diala B 40%<br />
Kode Contoh IV Univolt 80 50% Shell Diala B 50%<br />
Kode Contoh V Univolt 80 40% Shell Diala B 60%<br />
Kode Contoh VI Univolt 80 20% Shell Diala B 80%<br />
Kode Contoh VII Shell Diala B 100%.<br />
Minyak Univolt 80, Shell Diala B dan campurannya memiliki sifat<br />
penyerapan terhadap udara luar yang relatif sama. Kedua jenis minyak ini<br />
memiliki sifat-sifat awal yang sesuai dengan spesifikasi minyak isolasi<br />
berdasarkan SPLN 49-1,1982. Dari viskositasnya tampak bahwa kedua<br />
jenis minyak transformator ini termasuk kelas satu. Berdasarkan hasil<br />
pengupan nampak bahwa sifat-sifat campuran kedua, minyak masih<br />
berada diantara sifat-sifat kedua minyak, ini berarti tidak ada pengaruh<br />
reaksi antara rninyak Shell Diala B dengan Univolt 80 yang dapat<br />
menye<strong>bab</strong>kan sifat-sifat bergeser dari sifat-sifat awalnya. Berdasarkan<br />
hasil uji viskositasnya, campuran minyak Shell Diala B dengan Univolt 80<br />
dalam berbagai perbandingan termasuk dalam kelas satu.<br />
5. Keselamatan Kerja<br />
Peraturan-peraturan dasar yang menyangkut semua peralatan <strong>listrik</strong><br />
berlaku pula <strong>untuk</strong> nsformator dengan berapa ciri khas. Bila mengadakan<br />
perbaikan dan pemeliharaan sebuah transformator yang perlu dan<br />
penting <strong>untuk</strong> diperhatikan adalah melepaskan transformator dari semua<br />
hubungan pada sisi primer maupun pada sisi sekunder. Maksud<br />
melepaskan sisi sekunder menjaga kemungkinan terjdinya suatu umpan<br />
balik setelah dilepaskan, alat pembukannya dikunci dalam posisi terbuka.<br />
Jika mempergunakan sekering kawat lebur ini perlu disimpan <strong>untuk</strong><br />
menjaga sengaja dipasang lagi oleh orang lain. Setelah dilepaskan,<br />
kumparan primer dan skunder dihubungkan dengan tanah <strong>untuk</strong><br />
menghilangkan kemungkinan masih adanya sisa, energi di dalam<br />
transformator. Pentanahan ini baru dilepaskan setelah semua pekerjaan<br />
selesai.<br />
Walaupun jaraknya lebih jauh, pentanahan bejana transformator diperiksa<br />
apakah berada dalam keadaan baik. Jika bejana akan dibuka karena<br />
diperlukan pemeriksaan didalamnya, harus dan perhatikan bahwa di<br />
dalam bejana tidak akan terdapat suatu tekanan. Hal ini dilakukan<br />
dengan bantuan sebuah katup yang terletak di atas cairan isolasi. Jika
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
467<br />
dipergunakan gas, mulai bejana transformator harus dikosongkan dan<br />
diisi dengan udara bersih.<br />
Perhatian yang khusus harus diberikan bila transformator<br />
mempergunakan bahan askarel sebagai cairan isolasi. Bahan askarel ini<br />
hendaknya jangan terkena kulit karena mempunyai efek, terutama pada<br />
mata, hidung dan bibir yang dapat menjadi serius. Transformator yang<br />
berisi askarel hendaknya juga jangan dibuka jika masih berada dalam<br />
keadaan pahas, karena uapnya racun. Jika tidak dapat dihindari <strong>untuk</strong><br />
membuka transformator dalam keadaan panas, agar hal itu dilakukan<br />
ditempat yang mempunyai ventilasi yang baik, dan personil perlu dihindari<br />
dari kena uapnya. Perlu merupakan suatu prosedur tetap bila seseorang<br />
memasuki sebuah bejana transformator, agar dijaga dan dibantu oleh<br />
seorang lain yang berada di luarnya.<br />
Perhatian agar alat-alat seperti obeng, tang dan lain sebagainya tidak<br />
tertinggal di dalam jika pekerjaan selesai. Sebaliknya disusun suatu<br />
daftar peralatan yang dipakai, dan yang tepat diperiksa, setelah<br />
pekerjaan selesai dan sebelum disambungkan pada sumber pada<br />
sumber <strong>listrik</strong>, perlu diperhatikan bahwa semua keadaan telah aman dan<br />
baik.<br />
B. Switchgear<br />
1. Vacuum Interrupter (VI)<br />
Beberapa peralatan pengaman pada system pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
antara lain adalah Vacuum Interrupter (VI), ditunjukkan pada Gambar X.2.<br />
Gambar X.2<br />
Contoh Vacuum Interrupter
468 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
2. Switchgear<br />
Macam-macam switchgear antara lain adalah Gas Insulated Switchgear<br />
(GIS) seperti ditunjukkan pada Gambar X.3 yang memiliki tegangan kerja<br />
550kV, 300kV, 84kV, dan 72,5kV; Gas Switchgear Combined (GSC) yang<br />
memiliki tegangan kerja 550kV, 300 kV, 245 kV, dan 72,5kV seperti<br />
ditunjukkan pada Gambar X.4.<br />
(a) Gas Insulated Switchgear (b) Gas Insulated Switchgear<br />
(GIS) 550kV (GIS) 300kV<br />
(c) Gas Insulated Switchgear (d) Gas Insulated Switchgear<br />
(GIS) 84kV (GIS) 72,5kV<br />
Gambar X.3<br />
Gas Insulated Switchgear (GIS)<br />
Gambar X. 4 (a)<br />
Gas Switchgear Combined (GSC) 550kV
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X. 4 (b)<br />
Gas Switchgear Combined (GSC) 300 kV<br />
Gambar X.4 (c)<br />
Gas Switchgear Combined (GSC) 245 kV<br />
Gambar X.4 (d)<br />
Gas Switchgear Combined (GSC) 72,5 kV<br />
469
470 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X.5 menunjukkan Gas Combined Swithgear (GCS) yang memiliki<br />
tegangan kerja 550kV, 4000A<br />
Gambar X.5<br />
Gas Combined Swithgear (GCS) 550kV, 4000A<br />
Gambar X. 6 menunjukkan C-GIS (Cubicle type Gas Insulated<br />
Switchgear)<br />
Gambar X.6<br />
(a) C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 72.5kV
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X.6<br />
(b) C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 24kV<br />
Gambar X.6 (c)<br />
C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 12kV<br />
Gambar X. 7<br />
Dry Air Insulated Switchgear 72.5<br />
471
472 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X.8<br />
VCB (Vacuum Circuit Breaker) Out Door 145kV<br />
Gambar X.9<br />
Reduced Gas Dead Tank Type VCB 72.5 kV<br />
Current: 1250 to 2000A<br />
Rated breaking current: up to 31.5kA<br />
Features<br />
no usage of SF6 gas<br />
no gas-liquefaction in any ambient temp.<br />
(liquefaction point: -180 deg C)<br />
longer life & Easier maintenance than GCB
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X.10<br />
Dry Air Insulated Dead Tank Type VCB 72.5kV<br />
current : up to 2000A<br />
rated breaking current : up to 31.5kA<br />
Features<br />
superb interrupting performance<br />
compact<br />
low pressure of SF6 insulation gas<br />
reduction of maintenance and installation costs<br />
optimal arrangement of major equipments (VCB, DS, ES BCT, VT and LA)<br />
reduction of installation spac 72.5kV<br />
Gambar X. 11<br />
VCS (Vacuum Combined Switchgear)<br />
473
474 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
voltage : 72.5kV .<br />
current : 630 to 3150A<br />
rated breaking current : up to 25kA/ 40kA<br />
Features<br />
high performance even in the worst case scenario, such as out-of-phase breaking<br />
high speed re-closing duty server circuit conditions switching capacitors<br />
reducted maintenance costs<br />
no fire hazard<br />
compact and light weight<br />
Gambar X. 12<br />
VCB (Vacuum Circuit Breaker) In Door unit<br />
voltage : 3.6kV to 36kV<br />
Gambar X.13<br />
VCB (Vacuum Circuit Breaker) Indoor Unit<br />
voltage 24 kV
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X.14<br />
Oil-Immersed Distribution Transformers<br />
voltage : 7.2kV to 36kV<br />
power : 750kVA to 3000kVA<br />
Gambar X.15<br />
SF6 Gas-Insulated Transformer<br />
475<br />
3. Gangguan-gangguan pada Pemutus (Pemutus Tenaga Rusak atau<br />
Meledak)<br />
Penye<strong>bab</strong> kerusakan pada pemutus <strong>tenaga</strong> antara lain adalah:<br />
a. Arus hubung singkat melewati kemampuan pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT)<br />
Langkah pencegahannya adalah mengganti PMT yang memiliki<br />
kemampuan memutus arus hubung singkat yang lebih besar dengan<br />
tingkat hubung singkat.<br />
b. Kegagalan pada sistem proteksinya<br />
Penye<strong>bab</strong> kegagalan pada sistem proteksi antara lain:<br />
1) Baterai accu tegangannya lemah<br />
2) Relay tidak bekerja dan atau terbakar<br />
3) Pengawatan pada bagian skunder <strong>untuk</strong> sistem proteksi<br />
hubung singkat<br />
4) Kerusakan pada kontak-kontak dalam PMT<br />
5) Mekanisme penggerak (motor <strong>listrik</strong>) pada PMT macet
476 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Langkah <strong>untuk</strong> mencegah kegagalan antara lain adalah pada sistem<br />
proteksi perlu dilakukan pengecekan secara menyeluruh dan secara<br />
periodik.<br />
Gambar X.16<br />
Cast Resin Transformer<br />
Gambar X. 17<br />
Sheet-Winding<br />
(standard; aluminum optional; copper)<br />
3-phase 50Hz 10,000kVA<br />
22/6.6kV
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar X. 18<br />
Gambar-Gambar Short Circuit Breaking Tests<br />
Gambar X.19<br />
Short-Time Withstand Current Test<br />
477
478 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
C. RELAI PROTEKSI<br />
Gambar X. 20<br />
Alternating Current Withstand Voltage Test<br />
Gambar X.21<br />
Internal Arc Test of Cubicle<br />
Relai adalah sebuah alat yang bekerja secara otomatis mengatur/<br />
memasukkan suatu rangkaian <strong>listrik</strong> (rangkaian trip atau alarm) akibat<br />
adanya perubahan rangkaian yang lain<br />
Relai proteksi adalah suatu relai <strong>listrik</strong> yang digunakan <strong>untuk</strong><br />
mengamankan peralatan peralatan <strong>listrik</strong> terhadap kondisi abnormal.
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
479<br />
Relai proteksi pembangkit adalah suatu relai proteksi yang digunakan<br />
<strong>untuk</strong> mengamankan peralatan peralatan <strong>listrik</strong> seperti generator,<br />
transformator utama, transformator bantu dan motor-motor <strong>listrik</strong><br />
pemakaian sendiri suatu pembangkit <strong>listrik</strong>.<br />
Yang dimaksud dengan perangkat sistem proteksi adalah:<br />
Relai, Circuit Breaker, Disconnecting Switch – PMT/PMB (Pemutus<br />
Tenaga dan Pemutus Beban), Trafo tegangan (PT/ Potential<br />
Transformer) dan Trafo arus (CT/Current Transformer), Battery dan<br />
Pengawatan.<br />
Fungsi dan peranan relai proteksi adalah mengamankan operasi<br />
peralatan pembangkit dari kecelakaan atau kerusakan yang fatal.<br />
D. Sistem Excitacy<br />
Gambar X.22<br />
Slide Shows<br />
Sistem excitacy adalah sistem mengalirnya pasokan <strong>listrik</strong> DC sebagai<br />
penguatan pada generator <strong>listrik</strong>, sehingga menghasilkan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
dan besar tegangan output bergantung pada besarnya arus excitacy.<br />
Sistem eksitasi pada generator <strong>listrik</strong> terdiri dari 2 macam, yaitu: (1)<br />
Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation) dan (2)<br />
Sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation).<br />
1. Sistem excitacy dengan sikat<br />
Sistem excitasi menggunakan sikat, sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> berasal dari<br />
sumber <strong>listrik</strong> yang berasal dari generator arus searah (DC) atau<br />
generator arus bolak balik (AC) yang disearahkan terlebih dahulu dengan<br />
menggunakan rectifier. Jka menggunakan sumber <strong>listrik</strong> <strong>listrik</strong> yang<br />
berasal dari generator AC atau menggunakan Permanent Magnet<br />
Generator (PMG) medan magnetnya adalah magnet permanent.
480 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Dalam lemari penyearah, tegangan <strong>listrik</strong> arus bolak balik diubah atau<br />
disearahkan menjadi tegangan arus searah <strong>untuk</strong> mengontrol kumparan<br />
medan exciter utama (main exciter).<br />
Untuk mengalirkan arus eksitasi dari main eksiter ke rotor generator<br />
menggunakan slip ring dan sikat arang, demikian juga penyaluran arus<br />
yang berasal dari pilot exciter ke main exciter.<br />
2. Sistem excitacy tanpa sikat (brushless excitation)<br />
Penggunaan sikat atau slip ring <strong>untuk</strong> menyalurkan arus excitasi ke rotor<br />
generator mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu<br />
dialirkan pada sikat arang relative kecil. Untuk mengatasi keterbatasan<br />
sikat arang, pada generator pembangkit menggunakan system eksitasi<br />
tanpa menggunakan sikat (brushless excitation), sebagai contoh, pada<br />
PLTU menggunakan tipe MEC-3200.<br />
Keuntungan system excitation tanpa menggunakan sikat (brushless<br />
excitation), antara lain adalah:<br />
1) Energi yang diperlukan <strong>untuk</strong> excitacy diperoleh dari poros utama<br />
(main shaft), sehingga keandalannya tinggi<br />
2) Biaya perawatan berkurang karena pada system excitacy tanpa sikat<br />
(brushless excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring<br />
3) Pada system excitacy tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi<br />
kerusakan isolasi karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat<br />
sikat arang<br />
4) Mengurangi kerusakan (trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere)<br />
se<strong>bab</strong> semua peralatan ditempatkan pada ruang tertutup<br />
5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga<br />
menngkatkan keandalan operasi dapat berlangsung kontinyu pada<br />
waktu yang lama<br />
6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator<br />
dan bus exciter atau kabel tidak diperlikan lagi<br />
7) Biaya pondasi berkurang, se<strong>bab</strong> aluran udara dan bus exciter atau<br />
kabel tidak memerlukan pondasi<br />
3. Bagian-bagian dari sistem excitacy tanpa sikat (brushless<br />
excitation) pada PLTU<br />
Secara garis besar sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)<br />
adalah sebagai berikut:<br />
a. Pilot exciter<br />
Pilot exciter merupakan bagian stator exciter, merupakan belitan jangkar.<br />
Fungsinya adalah sebagai bahan magnit karena ada arus yang mengalir
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
481<br />
pada kumparan tersebut dengan menggunakan PMG (permanent magnet<br />
generator) sebagai sumber tegangan utamanya.<br />
b. Rotating Rectifier<br />
Rotating rectifier merupakan rangkaian penyearah gelombang penuh tiga<br />
fasa dua arah kirim kembali. Setiap phasa mempunyai dua pasang<br />
rectifier sebagai jalan keluar masuknya arus. Jadi total semua rectifier<br />
<strong>untuk</strong> 3 phasa yang dipergunakan adalah 18 buah karena pada tiap-tiap<br />
phasa memiliki 6 buah kirim dan masuk Tegangan dari generator AC<br />
yang berfungsi sebagai Exciter disearahkan sebagai sumber Excitacy<br />
genartor utama. Rotating rectifier terletak pada poros utama.<br />
c. AC rectifier<br />
AC rectifier adalah bagian exciter yang berputar seporos dengan<br />
kumparan jangkar generator. Generator AC yang berfungsi sebagai AC<br />
exciter adalah generator sinkron.<br />
d. Permanen Magnet Generator (PMG)<br />
Permanen Magnet Generator (PMG) seporos dengan poros generator<br />
utama sehingga PMG dapat menghasilkan daya apabila generator<br />
berputar. PMG memiliki dua bagian utama, yaitu:<br />
1) Magnit permanen<br />
Merupakan bagian rotor dari PMG yang sejenis dengan generator utama<br />
yang terbuat dari besi yang memiliki sifat kemagnitan yang kuat atau<br />
sering disebut magnit permanent. Sifat kemagnitan ini akan<br />
membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) pada jangkar akibat induksi<br />
magnit dan daya yang dihasilkan sesuai dengan nilai kemagnitan yang<br />
dimiliki.<br />
2) Stator<br />
Stator merupakan again dari PMG yang tidak bergerak dan berfungsi<br />
membangkitkan tegangan AC dan tegangan tersebut dipakai <strong>untuk</strong><br />
beban.<br />
e. Field circuit breaker<br />
Breaker rangkaian medan (41E) dioperasikan oleh motor <strong>listrik</strong> yang<br />
dioperasikan secara manual. Breaker rangkaian medan harus pada<br />
kondisi tertutup (close) ketika generator mencapai kecepatan tinggi<br />
dengan nilai yang telah diseting. Tentunya penyetingan ini telah diatur<br />
oleh perusahaan. Kondisi terbuka terjadai pada saat turbin akan berhenti<br />
atau mati (triping), pada saat ini turbin beroperasi pada kecepatan rendah<br />
kondisi rangkaian breaker pada kondisi terbuka (open) karena generator
482 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
utama tidak berbeban dan tidak membutuhkan tegangan <strong>untuk</strong><br />
menghasilkan output.<br />
f. Voltage output<br />
Merupakan pengatur tegangan exscitacy. Alat ini berfungsi <strong>untuk</strong><br />
mengatur atau menseting besarnya masukan pada AVR yang digunakan<br />
<strong>untuk</strong> mengatur besarnya tegangan generator AC. Alat ini menyerupai<br />
trafo step down dalam fungsinya <strong>untuk</strong> menurunkan tegangan dari 110<br />
volt menjadi tegangan 6 volt, 9V, 12V, 15V dan <strong>untuk</strong> nilai tegangan<br />
yang lainnya. Besarnya tegangan output pada rangkaian ini identik<br />
dengan besar tegangan output pada generator, sehingga yang dipilih<br />
tegangan 9 Volt.<br />
g. Voltage adjuster (90 R)<br />
Merupakan pengatur tegangan excitacy. Alat ini mengatur atau menyeting<br />
besarnya masukan pada AVR yang <strong>untuk</strong> menentukan besarnya<br />
tegangan induksi generator. Alat ini seperti halnya trafo step down<br />
dikarenakan alat ini menurunkan tegangan dari 110V menjadi 6V, 9V,<br />
12V, 13V, 15V, dan lain-lain. Yang tentunya alat ini berbentuk tep-tep<br />
<strong>untuk</strong> memilih besar tegangan outpunya.<br />
Besarnya tegangan output pada rangkaian ini identik dengan besar<br />
tegangan output pada generator, yang berarti tegangan tep dipilih 9 V<br />
maka tegangan output generator 13,5 KV seperti tegangan Generator<br />
pembangkit PLTU Perak saat ini. Apabila tegangan tepat diatas 9 V maka<br />
output generator akan bertambah besar, tentunya dengan putaran sama,<br />
yang berarti Voltage adjuster (90 R) merupakan alat <strong>untuk</strong> menseting<br />
besar tegangan output generator utama dan juga bila sebaliknya.<br />
h. Cross current compensator (CCC)<br />
Cross current compensator dioperasikan pararel pada generator, yaitu<br />
bila menggunakan dua generator atau lebih. Manfaat dari ini adalah <strong>untuk</strong><br />
menyeimbangkan tegangan induksi generator satu dengan yang lainnya.<br />
Sehingga output generator mempunyai tegangan yang sama <strong>untuk</strong><br />
memikul beban yang sama pula.<br />
i. Manual voltage regulator (70 E)<br />
Digunakan <strong>untuk</strong> pengaturan tegangan penguatan secara manual.<br />
Biasanya alat ini dioperasikan pada saat AVR belum bekerja secara<br />
maksimal akibat belum adanya sumber tegangan <strong>untuk</strong> bekerja secara<br />
optimal, yaitu pada saat pembangkit mulai running atau berhenti (triping),<br />
saat ini tegangan output PMG tidak dapat menyuplai tegangan yang<br />
dibutuhkan oleh AVR sehingga exsitacy pada generator harus<br />
dioperasikan secara manual.
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
483<br />
Untuk bekerja 70E ini dengan putar searah jarum jam atau berlawanan.<br />
Alat ini bilamana diputar searah jarum jam <strong>untuk</strong> menambah sumber<br />
tegangan excitacy dan sebaliknya diputar berlawanan bilamana <strong>untuk</strong><br />
mengurangi tegangan excitacy. Ini terdapat suatu indikator tegangan<br />
excitacy. Yang tentunya alat ini seperti regulator pada umumnya dengan<br />
cara mengubah jumlah kutub <strong>untuk</strong> mengubah besar tegangan.<br />
E. Unit AVR (Automatic Voltage Regulator)<br />
1. Sistem pengoperasian<br />
Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi <strong>untuk</strong> menjaga<br />
agar tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator<br />
akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak<br />
terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah<br />
dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.<br />
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy)<br />
pada exciter.<br />
Apabila tegangan output generator di bawah tegangan nominal<br />
tegangan generator maka AVR akan memperbesar arus penguatan<br />
(excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output<br />
Generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan<br />
mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan<br />
demikian apabila terjadi perubahan tegangan output Generator akan<br />
dapat distabilkan. AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi<br />
dengan peralatan seperti alat yang digunakan <strong>untuk</strong> pembatasan<br />
penguat minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.<br />
AVR dioperasikan dengan mendapat satu daya dari permanen<br />
magnet generator (PMG) dengan tegangan 110V, 20A, 400Hz. Serta<br />
mendapat sensor dari potencial transformer (PT) dan current<br />
transformer (CT).<br />
Data-data automatic voltage regulator (AVR) pada unit III dan IV<br />
sebagai berikut :<br />
Model : Of Tyrystor Auxomatic Voltage Regulator System<br />
Tipe : VRG-PMH II.<br />
Regulation : Within ± 1 %.<br />
Input Voltage : AC 125 V 350 420 HZ.<br />
Output Voltage : DC 130 V.<br />
Output Current : DC 20A.
484 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
2. Bagian-bagian pada unit AVR<br />
a. Sensing circuit<br />
Tegangan tiga phasa generator diberikan pada sensing circuit<br />
melewati PT dan 90R terlebih dahulu, dan tegangan tiga phasa<br />
keluaran dari 90R diturunkan kemudian disearahkan dengan<br />
rangkaian dioda, dan diratakan oleh rangkaian kapasitor dan<br />
resistor dan tegangan ini dapat diatur dengan VR (Variable<br />
Resistan). Keuntungan dari sensing circuit adalah mempunyai<br />
respon yang cepat terhadap tegangan output generator.<br />
Output tegangan respon berbanding lurus dengan output tegangan<br />
Generator berbanding lurus seperti ditinjukkan pada Gambar X.23.<br />
Sensing<br />
voltage<br />
Output voltage of generator<br />
Gambar X.23<br />
Grafik hubungan sensing tegangan terhadap output of Generator<br />
b. Comparative amplifier<br />
Rangkaian comparative amplifier digunakan sebagai pembanding<br />
antara sensing circuit dengan set voltage. Besar sensing voltage<br />
dengan set voltage tidak mempunyai nilai yang sama sehingga<br />
selisih/rentang besar tegangan tersebut. Selisih tegangan disebut<br />
dengan error voltage. Ini akan dihilangkan dengan cara<br />
memasang VR (variable resistance) pada set voltage dan sensing<br />
voltage.<br />
c. Amplifier circuit<br />
Aliran arus dari D11, D12, dan R34 adalah rangkaian penguat<br />
utama atau penguatan tingkat terendah. Keluaran dari<br />
comparative amplifier dan keluaran dari over excitation limiter<br />
(OEL) adalah tegangan negative dan dari tegangan negatif<br />
kemudian pada masukan OP201. Ketika over excitation limiter<br />
(OEL) atau minimum excitation limiter (MEL) tidak operasi maka<br />
keluaran dari comparative amplifier dikuatkan oleh OP201 dan
Comparative<br />
Amplyfier<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
485<br />
OP301 masukan dari OP301 dijumlahkan dengan keluaran dari<br />
dumping circuit. OP401 adalah Amplifier <strong>untuk</strong> balance meter<br />
hubungan antara tegangan masuk dan tegangan keluaran dari<br />
OP201 dan OP401 diperlihatkan pada bagan berikut.<br />
OEL<br />
D11<br />
R34 R35<br />
D12 D14<br />
OP201 OP301<br />
MEL<br />
D13<br />
Damping<br />
OP401<br />
Circuit Balance<br />
Meter<br />
Gambar X.24<br />
Rangkaian Amplifier<br />
Auto Manual Cange<br />
Over and Mixer Circuit<br />
d. Auotomatic manual change over and mixer circuit<br />
Rangkaian ini disusun secara Auto-manual pemindah hubungan<br />
dan sebuah rangkaian <strong>untuk</strong> mengontrol tegangan penguatan<br />
medan generator. Auto-manual change over and mixer circuit<br />
pada operasi manual pengaturan tegangan penguatan medan<br />
generator dilakukan oleh 70E, dan pada saat automatic manual<br />
change over and mixer circuit beroperasi manual maka AVR<br />
(automatic voltage Rregulator) belum dapat beroperasi. Dan<br />
apabila rangkaian ini pada kondisi auto maka AVR sudah dapat<br />
bekerja <strong>untuk</strong> mengatur besar arus medan generator.<br />
e. Limited circuit<br />
Limited circuit adalah <strong>untuk</strong> penentuan pembatasan lebih dan<br />
kurang penguatan (excitation) <strong>untuk</strong> pengaturan tegangan output<br />
pada sistem excitacy, VR125 <strong>untuk</strong> pembatas lebih dari keluaran<br />
terminal C6 dan VR126 <strong>untuk</strong> pembatas minimal dari keluaran<br />
terminal C6.<br />
f. Phase syncronizing circuit<br />
Unit tyristor digunakan <strong>untuk</strong> mengontrol tegangan output tyristor<br />
dengan menggunakan sinyal kontrol yang diberikan pada gerbang<br />
tyristor dengan cara mengubah besarnya sudut sinyal pada<br />
gerbang tyristor. Rangkaian phase sinkronisasi berfungsi <strong>untuk</strong><br />
mengubah sudut gerbang tyristor yang sesuai dengan tegangan<br />
output dari batas sinkronisasi dan juga sinyal kontrol yang<br />
diberikan pada tyristor di bawah ini terdapat gambar sinkronisasi
486 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
g. Thyristor firing circuit<br />
Rangkaian ini sebagai pelengkap tyristor <strong>untuk</strong> memberikan sinyal<br />
kontrol pada gerbang tyristor.<br />
h. Dumping circuit<br />
Dumping circuit akan memberikan sensor besarnya penguatan<br />
tegangan dari AC exciter dan <strong>untuk</strong> diberikan ke amplifier circuit<br />
dengan dijadikan feed back masukan terminal OP301.<br />
i. Unit tyristor<br />
Merupakan susunan dari tyristor dan dioda. Dan juga<br />
menggunakan fuse (sekring) yang digunakan sebagai pengaman<br />
lebur dan juga dilengkapi dengan indikator <strong>untuk</strong> memantau kerja<br />
dari tyristor yang dipasang pada bagian depan tyristor <strong>untuk</strong> tiap<br />
phase diberikan dua fuse yang disusun pararel dan ketika terjadi<br />
kesalahan atau putus salah satunya masih dapat beroperasi.<br />
j. MEL (minimum excitacy limiter)<br />
MEL (minimum eksitasi limiter) yaitu <strong>untuk</strong> mencegah terjadinya<br />
output yang berlebihan pada generator dan adanya penambahan<br />
penguatan (excitacy) <strong>untuk</strong> meningkatkan tegangan terminal<br />
generator pada level konstan.<br />
Rangkaian ini digunakan <strong>untuk</strong> mendeteksi operasional dari<br />
generator yaitu dengan mendeteksi keluaran tegangan dan arus<br />
pada generator. Rangkaian inijuga digunakan <strong>untuk</strong><br />
membandingkan keluaran tegangan generator dengan eksitasi<br />
minimum yang telah diseting. Rangkaian ini akan memberikan<br />
batas sinyal pada rangkaian AVR apabila melebihi eksitasi<br />
minimum, kemudian output dari MEL (Minimum Eksitasi Limiter)<br />
dikuatkan oleh amplifier.<br />
Current Fa ctor<br />
Voltage Factor<br />
Gambar X.25<br />
Diagram Minimum Excitasi Limiter<br />
Amplifier<br />
Ke AVR
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
487<br />
k. Automatic follower<br />
Prinsip kerja dari alat ini adalah <strong>untuk</strong> melengkapi penguatan<br />
dengan pengaturan secara manual oleh 70E. Untuk<br />
menyesuaikan pengoperasian generator dalam pembandingan<br />
fluktuasi dari tegangan terminal oleh sinyal error. Hal tersebut<br />
digunakan <strong>untuk</strong> menjaga kesetabilan tegangan pada generator.<br />
Pengoperasian ini digunakan <strong>untuk</strong> pengaturan manual (70E) <strong>untuk</strong><br />
ketepatan tingkatan excitacy yang telah disesuaikan. Kondisi<br />
pengoperasian generator dan pembandingan fluktuasi dari tegangan<br />
terminal oleh sinyal tegangan error. Hal tersebut dijadikan pegangan<br />
<strong>untuk</strong> menjaga kestabilan tegangan pada generator dengan adanya<br />
perubahan beban.<br />
Automatic Ffollower digunakan <strong>untuk</strong> mendeteksi keluaran regulator<br />
dari sinyal tegangan error dan pengoperasian otomatis manual<br />
adjuster dengan membuat nilai nol.<br />
Rangkaian ini <strong>untuk</strong> menaikkan sinyal dan menurunkan sinyal yang<br />
dikendalikan oleh 70E. Dengan cara memutar 70E <strong>untuk</strong><br />
mengendalikan sinyal pada rangkaian ini.<br />
Amplifier<br />
Circuit<br />
Amplifier<br />
Circuit<br />
Discrimination<br />
Circuit<br />
70E Raising<br />
Circuit<br />
70E Raising<br />
Circuit<br />
Gambar X.26<br />
Blok Diagram Automatic Follower<br />
70E<br />
M
488 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
G<br />
Generator<br />
CCC 90R<br />
70E<br />
AC<br />
Exciter<br />
41E<br />
MEL AVR<br />
PMG<br />
Auto-Manual<br />
Mixer<br />
Tyrister<br />
Amplifier<br />
Mixer<br />
Gambar X.27<br />
Diagram Excitacy<br />
Automatic<br />
Field Follower
G<br />
Generator<br />
Sensing<br />
Circuit<br />
MBL<br />
AC<br />
Exiter<br />
F. Pemeliharaan Sistem Kontrol<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Comparative<br />
Amplifier<br />
Phasa<br />
Syncronizing<br />
Circuit<br />
489<br />
Yang dibahas dalam topik ini tentang rangkaian dan kontrol transformator<br />
yang meliputi perbaikan relai-relai (proteksi), pengawatan rangkaian dan<br />
pengotrolan suatu transformator. Secara spesifik kumparan dan bagian<br />
mekanik setiap transformator sama.<br />
Lain halnya dengan alat proteksi, rangkaian dan pengontrolan suatu<br />
transformator sangat spesifik dan satu sama lain berbeda, tergantung dari<br />
tingkat keandaiannya.<br />
Contoh:<br />
Ada sebuah transformator sistem kontrol magnetis. kontrol<br />
elektronik/digital dan bahkan kontrol sistem komputer.<br />
CEL<br />
Dumping<br />
Circuit<br />
Gambar X.28<br />
Diagram AVR<br />
Amplifier<br />
Circuit<br />
PMG<br />
Auto-Manual<br />
Change Over<br />
And Mixer Circuit<br />
70E<br />
Automatic<br />
Follower<br />
Thyristor<br />
Firing Circuit<br />
Thyristor<br />
Firing Circuit
490 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Jadi disini gamba-gambar rangkaian, kontrol dan relai-relai (proteksi)<br />
serta buku petunjuk pemeliharaan sangat menentukan dan diperlukan<br />
dalam perbaikan transformator.<br />
Apabila pengelolaan perawatan tentang perawatan rangkaian<br />
dan terminal transformator dilaksanakan dengan intensif, maka<br />
kerusakan terhadap alat proteksi, kontrol dan rangkaian transformator<br />
tidak akan terjadi. Tetapi walaupun demikian dapat saja terjadi<br />
kerusakan-kerusakan di luar perhitungan.<br />
Adapun kerusakan alat proteksi, kontrol dan rangkaian<br />
transformator serta perbaikannya, antara lain:<br />
a. Kerusakan pada sumber <strong>tenaga</strong> dan pengawatan.<br />
Kerusakan pada umumnya pada penyambungan pengawatan, circuit<br />
breaker dan pengaman arus lebih.<br />
Tindakan perbaikan adalah dengan memperbaiki<br />
sambungan/terminal pengawatan, bongkar pasang/mengganti<br />
circuit breaker dan menguji atau mengganti pengaman arus lebih.<br />
b. Kerusakan pada terminal utama dan pentanahan.<br />
Kerusakan umumnya terjadi pada sambungan kabel pada terminal<br />
terlepas dan tahanan pentanahan di atas standar. Tindakan<br />
perbaikan adalah dengan mengganti terminal sambungan<br />
kabel. Dan memperbaiki pentanahan dengan memeriksa<br />
elektroda dan mengganti terminal sambungnya.<br />
1) Kerusakan tap changer (perubah tap).<br />
Kerusakan umumnya pada dudukan kontak utama, bagian<br />
mekanik macet, counter dan regulator. Tindakan perbaikan<br />
adalah dengan menyetel posisi kontak point dan atau<br />
mengganti, bongkar pasang bagian mekanik, mengkalibrasi<br />
counter dan menguji serta menyeting regulator dengan relai<br />
maupun manual.<br />
2) Kerusakan indikator minyak, pendingin dan temperatur.<br />
Kerusakan umumnya pada indikator minyak, indikator pendingin,<br />
dan indikator temperatur tidak menunjuk angka.<br />
Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa, memperbaiki, dan<br />
mengganti alat-alat sensor permukaan minyak, sensor<br />
indikator pendingin dan sensor temperatur. Selain itu juga<br />
memeriksa, memperbaiki atau mengganti pengawatan dan
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
memeriksa relairelai yang berhubungan dengan indikator.<br />
491<br />
3) Kerusakan alarm proteksi, relai, sumber daya DC dan<br />
pengawatannya<br />
Kerusakan umumnya pada alarm tidak mengeluarkan sinyal, relairelai<br />
tidak sesuai setting atau tidak bekerja dan sumber daya DC<br />
tidak mengeluarkan tegangan atau tegangan di bawah<br />
normal. Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa,<br />
memperbaiki alarm, memeriksa atau memperbaiki relai-relai<br />
serta memeriksa atau memperbaiki serta mengganti<br />
penyearah dan pengontrol sumber daya DC serta perbaiki<br />
penguatannya.<br />
4) Kerusakan kontaktor-kontaktor, limit switch dan terminal control<br />
Kerusakan umumnya pada kontaktor, limit switch dan<br />
terminal-terminalnya.<br />
Tindakan perbaikan adalah dengan memeriksa,<br />
menseting, memperbaiki dan atau mengganti kontak point<br />
kontaktor, memeriksa atau menyetel dan memperbaiki limit switch<br />
dan memeriksa atau memperbaiki serta mengganti terminalterminal.<br />
5) Alat-alat ukur tidak mununjuk sempurna atau rusak<br />
Kerusakan umumnya pada penunjukan yang tidak akurat atau<br />
tidak menunjuk dan transformator ukur tidak<br />
berfungsi. Tindakan perbaikan adalah dengan mengkalibrasi,<br />
memperbaiki atau mengganti alat-alat ukur dan memeriksa<br />
serta memperbaiki pengawatannya serta memeriksa atau<br />
dapat melakukan perbaikan transformator ukur.<br />
Contoh soal<br />
Transformator yang dipararel syaratnya adalah perbandingan tegangan,<br />
prosentase impedansi sama, sehingga didpatkan muatan yang seimbang.<br />
Bagaimana pengaruhnya terhadap keseimbangan muatan jika dua<br />
transformator yang memiliki prosentase impedansi tidak sama. Data<br />
transformator seperti ditunjukkan di bawah ini.<br />
Transformator I<br />
Pabrik Willem Smith sambungan CT<br />
Daya = 150 kVA<br />
Tegangan Primer 5.740-6.000-6.240 kV tiga trap<br />
Prosentase impedansi 3,75%
492 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Saklar pada transformator I =6.000 V<br />
Tegangan skunder 231 V<br />
Transformator II<br />
Pabrik Willem Smith sambungan CT<br />
Daya = 100 kVA<br />
Tegangan Primer 5.740-6.000-6.240 kV tiga trap<br />
Prosentase impedansi 4,4%<br />
Saklar pada transformator I =6.000 V<br />
Tegangan skunder 231 V<br />
Penyelesaian:<br />
PI<br />
ZtrafoI<br />
PII 150 100<br />
: = : =<br />
ZtrafoII 3,<br />
75 41,<br />
40:<br />
24,<br />
4<br />
Jumlah daya transformator I dan II =150 + 100 = 250 kVA<br />
Daya yang diperbolehkan ditanggung oleh transformator I adalah<br />
sebesar:<br />
40<br />
x250 = 155kVA<br />
64,<br />
4<br />
Daya yang diperbolehkan ditanggung oleh transformator II adalah<br />
sebesar:<br />
24,<br />
4<br />
x250 = 90kVA<br />
64,<br />
4<br />
Daya yang diperbolehkan ditanggung pada rel pengumpul adalah<br />
150<br />
sebesar x250 = 240kVA<br />
155<br />
G. Latihan<br />
Laksanakan pemeliharaan transformator, excitacy, dan system pengaman<br />
yang ada di bengkel anda dengan bimbingan guru dan teknisi<br />
H. Tugas<br />
Buat laporan kegiatan yang anda lakukan dan diskusikandengan teman anda<br />
dengan didampingi guru
A. Crane<br />
Crane dan Elevator (Lift)<br />
BAB XI<br />
CRANE DAN ELEVATOR (LIFT)<br />
493<br />
1. Pengantar<br />
Crane adalah alat <strong>untuk</strong> pelayan beban mekanis atau muatan yang<br />
dilengkapi dengan kerekan <strong>untuk</strong> mengangkat benda dan berfungsi juga<br />
<strong>untuk</strong> menggerakkan benda yang diangkat melalui ruangan. Macammacam<br />
crane adalah: Crane Gantung berjalan, Crane Tower, dan Crane<br />
Derek.<br />
Crane gantung berjalan adalah mesin berjalan mesin yang berjalan di rel<br />
yang ditopang oleh bangunan yang memiliki troli dan diperlengkapi<br />
dengan kerekan yang berjalan melintang di rel yang bertumpu pada<br />
bangnan <strong>untuk</strong> mengangkat beban. Contoh penggunaan adalah pada<br />
PT DOK dan Perkapalan Surabaya (Persero) <strong>untuk</strong> mengangkat plat<br />
baja, pipa dan peralatan kapal lainnya. Pada crane di perusahaan ini<br />
menggunakan 3 (tiga buah) motor <strong>listrik</strong> yang masing-masing satu motor<br />
<strong>untuk</strong> mengangkat beban, satu motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> keperluan berjalan dan<br />
1 (satu) motor <strong>listrik</strong> lainnya <strong>untuk</strong> jalan rel. Besar kecilnya daya motor<br />
<strong>listrik</strong> bergantung dari berdasarkan daya beban.<br />
Sistem kontrol yang dignakan pada crane jenis ini adalah menggunakan<br />
pengendal (pengontrolan) dengan kontaktor-kontaktor yang dilengkapi<br />
dengan saklar push-button, sehingga motor <strong>listrik</strong> dapat beroperasi<br />
secara maksimal. Dengan pengontrolan, kecepatan putaran dapat diatur.<br />
Misalnya <strong>untuk</strong> mengangkat beban dengan kecepatan putaran tunggi<br />
atau rendah atau menurunkan beban dengan menggunakan kecepatan<br />
putaran tinggi atau rendah.<br />
2. Motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat beban pada crane<br />
Motor <strong>listrik</strong> yang digunakan memiliki dapat diatur arah putarannya, dalam<br />
hal ini putaran kanan dan kiri. Sedangkan <strong>untuk</strong> kecepatan putaran yang<br />
dipilih adalah bergantung dari berat beban.<br />
Sebagai contoh, crane yang dimiliki PT Dok dan Perkapalan (Persero),<br />
karena crane yang dimiliki kapasitas 16 ton, maka menggunakan putaran<br />
dengan kecepatan rendah. Namun demikian jika dikehendaki dengan<br />
kecepatan putaran yang tinggi, maka tinggal mengubah bentuk belitannya
494 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
(karena motor <strong>listrik</strong> yang dimiliki jenis belitannya dahlander) dan<br />
belitannya dahlander dengan tujuan jika bebannya besar.<br />
3. Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor Listrik Dahlander<br />
Untuk mengatur hubungan belitan digunakan alat yang disebut main<br />
winding menggunakan rangkaian kontaktor. Gambar X.1 menunjukkan<br />
gambar pengawatan <strong>untuk</strong> mengatur kecepatan (rendah dan tinggi) pada<br />
motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> crane.<br />
Gambar XI.1<br />
Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane<br />
Keterangan gambar<br />
K1 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />
putaran rendah dengan arah putaran ke kanan<br />
K2 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />
putaran rendah dengan arah putaran ke kiri<br />
K3 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />
putaran tinggi dengan arah putaran ke kanan<br />
K4 kontaktor <strong>untuk</strong> kecepatan<br />
putaran tinggi dengan arah putaran ke kiri
Crane dan Elevator (Lift)<br />
Gambar XI.2<br />
Single Line Diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane<br />
495<br />
Jika tombol S2 ditekan, kontaktor K1 bekerja karena pada sistem control<br />
ini tidak memakai sistem penguncian maka operator harus menekan terus<br />
menerus supaya motor <strong>listrik</strong> dapat bekerja terus menerus juga. Pada<br />
kondisi ini, putaran motor <strong>listrik</strong> kearah kiri.<br />
Dengan menekan tombol S4 terus menerus maka motor akan berputar<br />
dengan kecepatan tinggi kearah kanan dengan ketentuan tidak boleh<br />
menekan tombol lain selain S4. dan <strong>untuk</strong> mengoperasikan motor dengan<br />
kecepatan tinggi kearah kiri maka kita harus menekan S5 maka motor<br />
akan berputar cepat kearah kiri dengan syarat tidak menekan tombol<br />
selain S5.<br />
4. Rumus-rumus yang terkait dengan crane<br />
a. Untuk menentukan <strong>tenaga</strong> atau force gravitasi bumi adalah:<br />
F = 9,<br />
8m<br />
(11-1)<br />
Keterangan:<br />
F = Gaya benda(N-Newton)<br />
M = masa tau berat (kg)<br />
9,8 = grafitasi bumi
496 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Contoh:<br />
Hitung nilai <strong>tenaga</strong> pada masa 12 kg<br />
Penyelesaian:<br />
F = 9,<br />
8m<br />
F = 9, 8x12<br />
F = 177,<br />
6N<br />
b. Torsi mekanik<br />
T = F.d. (N-m) (11-2)<br />
F<br />
Gambar XI. 3<br />
Contoh gambar menentukan torsi mekanik<br />
Keterangan:<br />
T = Torsi dalam Newton Meter (NM)<br />
F = gaya (Force) dalam Newton (N)<br />
d = Jarak benda dalam satuan meter<br />
Contoh:<br />
Torsi motor pada saat start 150 N-M, dengan diameter pully 1 meter,<br />
hitung jarak pengereman jika motor berhenti 2 m dan gaya pengereman<br />
Penyelesaian:<br />
F = T/R=150/0,5<br />
=300 N<br />
Gaya pada saat pengereman dengan jarak 2 meter adalah<br />
T = 150/2 = 75 N<br />
c. Tenaga Mekanik<br />
W = F . d Joule (11-3)<br />
Keterangan:<br />
W = <strong>tenaga</strong> mekanik dalam Joule<br />
F = Gaya (Force) dalam Newton (N)<br />
d = jarak pemindahan benda dalam meter (m)<br />
Contoh:<br />
d
Crane dan Elevator (Lift)<br />
497<br />
Jika berat benda 50 kg pada ketinggian 10 m seperti ditunjukkan pada<br />
Gambar 5 di bawah ini, tentukan gaya dan <strong>tenaga</strong> pada benda.<br />
F = 9,8. m<br />
= 9,8.50<br />
= 490 N<br />
W = F. d<br />
= 490.10<br />
= 4. 900 J<br />
d. Daya mekanik<br />
Gambar XI. 4<br />
Contoh Gambar Menentukan Tenaga Mekanik<br />
P = W . t Watt (11-4)<br />
Keterangan<br />
P = daya mekanik dalam Watt (W)<br />
W = <strong>tenaga</strong> mekanik dalam Joule<br />
F = Gaya (Force) dalam Newton (N)<br />
t = waktu kerja dalam detik<br />
Contoh:<br />
Motor <strong>untuk</strong> lift dengan berat benda 500 kg dan diangkat dengan<br />
ketinggian 30 meter dalam 20 detik. Hitung daya motor <strong>listrik</strong> dalam kW<br />
dan HP (Hourse Power, 1 HP = 746 Watt).<br />
Gambar XI. 5
498 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penyelesaian:<br />
F = 9,8. m<br />
= 9,8 x 500 = 4.900 N<br />
W = F . d<br />
= 4.900 x 30<br />
= 147.000 J<br />
Daya motor<br />
P = W/t<br />
P = 147.000/12<br />
= 12.250 Watt<br />
= 12,25 kW<br />
P = 12.250 /746<br />
= 16,4 HP<br />
Contoh gambar menentukan daya mekanik<br />
e. Daya motor <strong>listrik</strong><br />
nT<br />
P = Watt<br />
9,<br />
55<br />
(11-5)<br />
Keterangan<br />
P = daya mekanik motor (W)<br />
T = Torsi motor (N-m)<br />
N = kecepatan motor dalam radial per menit (rpm)<br />
9,55= konstanta<br />
Contoh<br />
Gambar XI. 6<br />
Contoh Gambar Menentukan Daya Motor Listrik
Crane dan Elevator (Lift)<br />
499<br />
Pengembangan pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda dengan<br />
dengan gaya P1 25 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output jika putaran<br />
motor 1.700 rpm. Jari-jari pully 0,1 m.<br />
Penyelesaian:<br />
T= F/R<br />
= (25-5) x 0,1<br />
= 2 N-m<br />
P = n. (T/9.95)<br />
= 1.700 x (2/9,95)<br />
= 356 W<br />
Motor yang dipilih <strong>untuk</strong> mengangkat beban adalah 0,5 HP<br />
f. Efisiensi mesin <strong>listrik</strong><br />
100%<br />
1 x<br />
Po<br />
η =<br />
(11-6)<br />
P<br />
Keterangan<br />
? = efisiensi dalam satuan persen (%)<br />
Po = daya output (W)<br />
P1 = daya input<br />
Contoh:<br />
Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 92 persen dioperasikan dengan<br />
beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy current) pada<br />
motor <strong>listrik</strong> tersebut.<br />
Penyelesaian<br />
P1= Po/ ?<br />
= 150.000/92<br />
= 163 kW<br />
Output mekanik motor<br />
= 150 kW<br />
Rugi-rugi pada motor<br />
P1-Po<br />
= 163 kW-150 kW<br />
= 13 kW
500 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
g. Energi Kinetik<br />
Ek =1/2 m.V 2 (11-7)<br />
Keterangan<br />
Ek = Energi kinetik dalam Joule<br />
M = masa benda dalam kg<br />
V = kecepatan benda dalam m/s (meter/detik}<br />
Contoh:<br />
Bus dengan berat 600 kg memindah benda dengan kecepatan 100<br />
km/jam dan berpenumpang 40 orang dengan berat 2400 kg. Hitung total<br />
energi kinetiknya dan hitung energi kinetik sampai bus berhenti.<br />
Penyelesaian<br />
Total berat bus<br />
M = 6.000 + 2.400<br />
= 8.400 kg<br />
Kecepatan<br />
V = 100 km/jam<br />
= (100x1000)/3600 detik<br />
= 27,8 m/s<br />
Besarnya Energi kinetik<br />
Ek =1/2 m.V 2<br />
= ½ x 8.400 x 27,8 2<br />
= 3.245.928 J<br />
= 3,25 Mega Joule (MJ)<br />
h. Energi kinetik pada putaran dan momen enersi<br />
Keterangan<br />
Ek =5,48 x 10 -3 Jn 2 (11-8)<br />
Ek = Energi kinetik dalam Joule<br />
J = Momen Enersi dalam kg-m 2<br />
n = kecepatan putara (rpm)<br />
5,48 x 10 -3 constanta dari (p 2 /1800)
Crane dan Elevator (Lift)<br />
501<br />
Contoh<br />
Roda berbentuk tabung dari logam dengan berat 1.400 kg diameter 1<br />
m dan lebar atau ketinggian 225 mm.<br />
Hitung<br />
a. Momen inersia<br />
b. Energi kinetik pada roda jika kecepatannya 1.800 rpm<br />
Gambar XI. 7<br />
Contoh Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen Enersi<br />
Penyelesaian<br />
a. Momen inersia<br />
J = m.r 2<br />
= (1.400 x 0,52)/2<br />
= 175 kg-m 2<br />
b. Energi kinetik<br />
Ek = 5,48 x 10 -3 Jn 2<br />
= 5,48x10 -3 x175x<br />
1.800 2<br />
= 3,1 Mega Joule (MJ)<br />
Contoh<br />
Roda memiliki 2 ring dan poros seperti pada Gambar XI.8. Pada ring<br />
diberi beban 80 kg dan 20 kg Tentukan momen enersi pada roda<br />
Gambar XI. 8<br />
Contoh gambar menentukan energi kinetik pada putaran<br />
dan momen enersi pada roda 2 pully
502 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penyelesaian<br />
Enersi pada ring luar<br />
J1 = m (R1 2 + R2 2 )/2<br />
= 80 (0,4 2 + 0,3 2 )/2<br />
= 10 kg-m 2<br />
Pada ring dalam<br />
J2 = m L 2 /12<br />
= 20 (0,6 2 )/12<br />
= 0,6 kg-m 2<br />
Total momen enersi pada roda adalah:<br />
J = J1 + J2<br />
= 10 + 0,6<br />
= 10,6 kg-m 2<br />
Soal latihan<br />
1. Pengembangan pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda<br />
dengan dengan gaya P1 15 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output<br />
jika putaran motor 1.700 rpm. Radius pully 0,1 m.<br />
2. Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 92 persen dioperasikan dengan<br />
beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy current) pada<br />
motor <strong>listrik</strong> tersebut.
5. Pengereman Motor AC<br />
Crane dan Elevator (Lift)<br />
Tabel XI.1<br />
Momen Inersi Gerak dan Putaran<br />
503<br />
Sebuah motor akan berhenti bergerak bila diputus hubungkan dari suplai<br />
daya. Waktu yang dibutuhkan oleh motor tersebut <strong>untuk</strong> benar-benar<br />
berhenti tergantung pada kelembaman motor, beban dan friksi motor itu<br />
sendiri. Apa bila kita berkeinginan mengontrol rate/tingkat gerak motor<br />
waktu bergerak pelan atau berhenti, maka memerlukan tindakan<br />
pengereman. Metode pengereman diterapkan berdasarkan pada
504 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
aplikasi,daya yang ada, kebutuhan akan rangkaiaan, biaya dan hasil yang<br />
diharapkan.<br />
Terdapat berbagai cara agar pengereman motor bisa dilakukan termasuk<br />
cara-cara berikut: (1) Dengan memakai perangkat friksi mekanik <strong>untuk</strong><br />
memberhentikan dan menahan beban, (2) Dengan memberi arus gerak<br />
rotasi motor, (3) Dengan menggunakan DC terhadap lilitan motor pada<br />
saat suplay ac diputus hubungkan, dan (4) Mengandalkan energi yang<br />
dihasilkan motor pada saat motor tersebut digerakkan beban.<br />
Empat macam metoda pengereman yang banyak dipakai adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1. Mekanik<br />
2. Dinamik<br />
3. Regeneratif<br />
4. Plug<br />
Prinsip kerja dan gambar diagram rangkaian masing-masing metoda<br />
diuraikan sebagai berikut:<br />
1) Plug Breaking<br />
Plug Braking merupakan pengereman motor dengan cara membalikkan<br />
arah motor sehingga motor dapat menghasilkan daya torsi penyeimbang<br />
dan membentuk daya perlambatan.<br />
Pada Gambar XI.9 ditununjukkan susunan Plug. Motor hanya digerakkan<br />
dalam satu arah dan harus benar-benar berhenti pada saat tombol stop<br />
ditekan.<br />
Stop Start<br />
R<br />
OL’s<br />
F F<br />
O<br />
Zero Speed<br />
Switch<br />
F 4<br />
Gambar XI.9<br />
Rangkaian Control Plug<br />
F<br />
R
K1<br />
1<br />
L<br />
2<br />
L<br />
L1 L2 L3<br />
4<br />
L<br />
3<br />
L<br />
6<br />
L<br />
5<br />
L<br />
M<br />
3~<br />
Gambar XI.10<br />
Rangkaian Daya Plugging<br />
Crane dan Elevator (Lift)<br />
505<br />
Untuk diperhatikan bahwa saklar kecepatan nol digunakan pada<br />
rangkaian ini. Saklar kecepatan nol tersebut dioperasikan dengan motor.<br />
Secara normal saklar tersebut pada keadaan tidak beroperasi. Pada saat<br />
motor berrotasi kontak-kontak saklar menutup dan tetap menutup sampai<br />
motor berhenti secara total. Gambar XI.10 menunjukkan Rangkaian Daya<br />
Plugging.<br />
2) Pengereman Dinamik<br />
Pengereman Dinamik adalah sebuah metoda pengereman <strong>untuk</strong> motor<br />
induksi AC dengan cara menerapkan sebuah sumber DC pada lilitan<br />
stator dari sebuah motor setelah suplai diputus hubungkan. Pengereman<br />
dinamik terkadang disebut juga sebagai pengereman elektronik.<br />
1<br />
L<br />
2<br />
L<br />
4<br />
L<br />
3<br />
L<br />
6<br />
L<br />
5<br />
L<br />
K2
506 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Sistem pengereman ini biasanya digunakan dengan, motor rotor lilit,<br />
prinsip penggunaannya sama dengan yang digunakan terhadap motor<br />
jangkar hubung singkat (sequirrel-cage). Pengereman dinamik tidak<br />
menghentikan motor secara total tetapi hanya memperlambat motor<br />
secara tiba-tiba. Biasanya sistem mekanik yang harus digunakan <strong>untuk</strong><br />
menghentikan motor, setelah dilakukan pengereman dinamik.<br />
Untuk pengereman dinamik, agar bisa menghasilkan daya torsi<br />
pengereman yang sesuai maka ukuran sumber dc diperkirakan 1,3 kali<br />
arus terukur. Ukuran sebenarnya hanya ditentukan oleh resistansi lilitan<br />
stator sehingga tegangan harus berukuran rendah. Gambar XI.11<br />
menunjukkan contoh rangkaian daya dan kontrol pengereman dinamik.<br />
Sumber DC disambungkan melalui sebuah step-down transformer<br />
(penurun tegangan) dan rectifier. Single diagram rangkaian daya<br />
pengereman dinamik ditunjukkan pada Gambar XI.12.<br />
3) Pengereman Regeneratif<br />
Pengereman jenis regeneratif motor AC adalah sebuah sistem<br />
pengoperasian dimana motor induksi digerakkan oleh beban diatas<br />
kecepatan sinkron. Pada saat motor digerakkan pada kecepatan sinkron<br />
tersebut, motor bertindak seperti sebuah generator induksi dan<br />
membentuk daya torsi pengereman. Energi yang dibentuk motor dialirkan<br />
kembali menuju saluran suplay.<br />
L3<br />
L2<br />
L1<br />
Step Down<br />
orTransfmator<br />
K2<br />
Gambar XI.11<br />
Contoh Rangkaian Daya Pengereman Dinamik<br />
1<br />
3<br />
5<br />
1<br />
3<br />
5<br />
K1<br />
2<br />
4<br />
6<br />
2<br />
4<br />
6<br />
W<br />
V<br />
U<br />
M<br />
3~
Crane dan Elevator (Lift)<br />
Gambar XI.12<br />
Single Diagram Rangkaian Daya Pengereman Dinamik<br />
507<br />
Contoh pengereman regeneratif diterapkan pada Trem. Gambar XI.13<br />
menunjukkan pengereman regeneratif diterapkan<br />
Rectifier<br />
DC<br />
Supply<br />
Ke Belitan<br />
Penguat<br />
DC Supply<br />
Lift Counter Weight<br />
DC Machine No. 2<br />
DC Machine No 1<br />
L1<br />
L2<br />
L3<br />
Gambar XI.13<br />
Pengereman Regeneratif<br />
M3~
508 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
4) Pengereman Mekanik<br />
Sesuai dengan namanya, pengereman mekanik adalah cara<br />
memberhentikan motor <strong>listrik</strong> dengan memberlakukan gesekan atau friksi<br />
motor. Friksi tersebut diterapkan dengan cara yang sama seperti halnya<br />
blok rem mobil seperti ditunjukkan pada Gambar XI.14.<br />
Sepatu Rem<br />
Gambar XI.14<br />
Pengereman Dinamik<br />
Spiral dengan sepatu<br />
<strong>untuk</strong> mengunci motor<br />
Selenoid<br />
Jangkar<br />
Rem tersebut bekerja setelah daya hilang, yaitu blok rem mengunci motor<br />
dengan daya kerja pegas. Pada saat daya dihubungkan, solenoid diberi<br />
energi menjaga agar armature atau jangkar tetap tertutup. Dengan<br />
armature tertutup, pegas tertahan balik sehingga tetap mengerem motor.<br />
Rem mekanik dipakai pada sistem pengereman yang ada tidak cukup<br />
<strong>untuk</strong> membawa motor sehingga benar-benar berhenti. Contoh, dengan<br />
rem dinamik tidak akan bisa memberhentikan motor secara total sehingga<br />
diperlukan penggunaan rem mekanik menahan motor setelah daya<br />
diputus hubungkan. Solenoid rem dapat disambungkan antara dua<br />
saluran suplai atau antara satu dari suplai tersebut dan netral. Solenoid<br />
tersebut disambungkan secara langsung pada saluran suply motor<br />
seperti ditunjukkan pada Gambar XI.15.
Crane dan Elevator (Lift)<br />
Gambar XI.15<br />
Sambungan Solenoid Rem <strong>untuk</strong> Pengasutan DOL<br />
509<br />
6. Motor Area<br />
1) Pengereman pada Motor Area<br />
Motor yang dipergunakan <strong>untuk</strong> crane, termasuk motor arus bolak-balik<br />
dan arus searah. Akan tetapi <strong>untuk</strong> keluaran nominal dari 200kW atau<br />
kurang, kebanyakan dipergunakan motor tak serempak, pelayanan dan<br />
perawatan sederhana dan biaya instalasi rendah. Karena perjalanan troli<br />
dan perjalanan crane sering tidak memerlukan kendali kecepatan, maka<br />
motor ini kebanyakan dipergunakan <strong>untuk</strong> keperluan ini. Motor crane<br />
sering mengalami berulang kali pengasutan, pengereman dan<br />
pembalikan putaran dan sewaktu-waktu berbeban lebih, sehingga motor<br />
ini harus kuat secara elektrik dan mekanik.<br />
Khusus pada motor sebagai pengangkat beban seperti pada motor area,<br />
pengereman secara mekanik dengan menggunakan friksi mekanik yaitu<br />
kampas sangatlah diperlukan sebagai penahan beban apabila motor itu<br />
dalam keadaan tidak bekerja. Karena ditakutkan pada saat motor<br />
tersebut menahan beban, beban akan jatuh ke bawah akibat adanya<br />
gaya gravitasi bumi karena tidak adanya pengereman tersebut.<br />
Pengereman mekanik sendiri pada dasarnya hampir sama dengan rem<br />
tromol pada kendaraan, hanya saja cara kerjanya yang berbeda. Pada
510 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Motor, cara kerjanya secara elektrik, yaitu dengan cara elektro magnetik,<br />
dan ada juga yang menggunakan sistem hidrolik. Tetapi dalam<br />
penjelasan ini dibahas tentang pengereman mekanik dengan cara elektro<br />
magnetik.<br />
Untuk motor yang menggunakan pengereman mekanik seperti yang<br />
dijelaskan di atas, motor tersebut dilengkapi dengan komponen penghasil<br />
magnet, penyearah tegangan karena rangkaian magnet (spool) tersebut<br />
membutuhkan sumber tegangan DC. Secara garis besar konstruksi dan<br />
pengereman motor area ditunjukkan pada Gambar XI.16.<br />
Belitan Stator<br />
Rotor<br />
Sangkar<br />
Pondasi Motor Besi Pendorong 100 VDC<br />
Kampas<br />
Rem<br />
Pegas<br />
Gambar XI.16<br />
Konstruksi dan Pengereman pada Motor Area<br />
Spool<br />
2) Sistem Kerja<br />
Perlu ditekankan sebelumnya, motor area akan melakukan pengereman<br />
pada saat motor tidak dalam bekeja. Spool rem membutuhkan tegangan<br />
DC agar supaya dapat menghasilkan magnet yang kemudian menarik<br />
besi pendorong kampas sehingga motor tidak berputar dan keadaaan<br />
mengerem. Dalam posisi seperti ini motor dalam keadaan tidak bekerja<br />
atau mendapatkan tegangan. Sedangkan pada saat pengereman itu<br />
sendiri telah ditekankan di depan bahwa motor dalam keadaan tidak<br />
bekerja atau tidak mendapatkan tegangan. Secara otomatis, arus juga<br />
tidak mengalir pada spul, sehingga kemagnetan pada spool akan hilang.<br />
Akibatnya, kampas terdorong oleh besi pendorong akibat gaya pegas dari<br />
pegas yang dipasang sedemikian rupa sehingga kampas rem mendesak<br />
pondasi motor dan motor akan mengerem. Jadi pengereman ini<br />
mengandalkan pegas <strong>untuk</strong> mendorong kampas ke pondasi motor.<br />
As
Crane dan Elevator (Lift)<br />
511<br />
Pada cara ini motor pengangkat juga dijalankan <strong>untuk</strong> penurunan. Cara<br />
ini sesuai bagi motor dengan keluaran sampai sekitar 75 kW, mempunyai<br />
laju rendah, akan tetapi mempunyai kerugian remnya mudah aus. Maka<br />
sistem pengereman seperti ini sangat cocok <strong>untuk</strong> motor area pada crane<br />
10 T yang memiliki spesifikasi sebagai berikut<br />
1. Daya :11 kW<br />
2. Arus nominal: 29 Ampere<br />
3. Tegangan : 380 V AC<br />
4. Frequensi : 50 Hz<br />
5. Putaran : 1450 rpm dan 2940 rpm<br />
Gambar XI.17<br />
Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton
512 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XI.18<br />
Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton<br />
Gambar XI.19<br />
Motor Area pada Crane Gantung 10 Ton Untuk mengangkat Kapal
B. Instalasi Lift/ Elevator<br />
Crane dan Elevator (Lift)<br />
Pemberian <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> pada lift dan atau elevator harus berasal dari<br />
cabang tersendiri, mulai dari PHB utama atau dari panel utama dengan<br />
diberi tanda yang jelas dan terang. Motor <strong>listrik</strong> yang digunakan adalah<br />
motor <strong>listrik</strong> 3 phasa 50 Hz dengan <strong>tenaga</strong> 3 sampai dengan 5 PK dan<br />
bahkan dalam perkembangannya dayanya lebih besar. Contoh konstruksi<br />
lift ditunjukkan pada Gambar XI.20.<br />
1) Bagian-bagian Lift<br />
Bagian-bagian mekanik yang ada pada lift dan elevator adalah:<br />
a) Batang peluncur terbuat dari kerangka baja profil yang tegak berdiri<br />
setinggi susunan gedung<br />
b) Sangkar Lift Cabine berfungsi sebagai tempat penumpang sejumlah<br />
6-10 orang yang bergerak naik-turun melalui kerangka atau batang-<br />
batang peluncur tersebut. Dalam cabine lift dilengkapi dengan tombol-<br />
tombol tekan <strong>untuk</strong> memberhentikan lift pada lantai tertentu. Selain itu<br />
juga dilengkapi dengan pintu gingsir yang digunakan <strong>untuk</strong> masuk<br />
dan keluarnya penumpang dan pada pintu juga dilengkapi dengan<br />
alat pengaman<br />
c) Kabel baja telanjang lemas berinti banyak. Salah satu ujungnya diikat<br />
ada sangkar (lift cabine) sedang ujung lainnya melalui roda piringan<br />
bagian atas, turun ke bawah selanjutnya diikat pada bandul pemberat<br />
yang memiliki berat sedikit lebih berat dari beratnya sangkar, yaitu<br />
sebesar 45% lebih. Karena adanya bandul pemberat maka <strong>untuk</strong><br />
menaikkan dan menurunkan cabine lift tidak memerlukan <strong>tenaga</strong> yang<br />
besar<br />
d) Pada lift juga ada satu lagi kabel baja yang melingkari roda piringan<br />
(disk), satu roda di atas dikamar mesin dan yang satu lagi berada di<br />
bawah dipasang pada dasar lorong lift. Kabel ini digerakkan oleh<br />
piringan di atas yang bdigerakkan oleh motor <strong>listrik</strong> berjalan/berputar<br />
ke kanan dan ke kiri yang membuat sangkar lift naik turun karena<br />
pada satu titik dari kabel yang naik turun ini diikatkan pada<br />
sangkarnya.<br />
Untuk menjaga keselamatan para penumpang, pada setiap lift memiliki<br />
beraneka ragam alat pengaman, baik pengaman mekanis maupun<br />
elektris dengan tingkat kepekaan dan faktor keamanan yang tinggi.<br />
Pada sistem pengendali atau kontrol semua peralatan pengaman dan<br />
tanda-tanda <strong>untuk</strong> mendeteksi setiap tujuan yang serba otomatis<br />
digunakan electronic box yang dipasang:<br />
a) Cabine lift berukuran 1400x350x2100mm<br />
513
514 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
b) Kekuatan penumpang maximum 6 orang (450 kg) dan atau<br />
bergantung kapasitas daya lift<br />
c) Kecepatan lift 45m/menit<br />
d) Pintu lorong dan pintu cabine memiliki daun pintu sendiri-sendiri<br />
berupa pintu ginsir atau yang terbaru hanya pintu lorong<br />
e) Diantara pintu tersebut masih ada pintu pengaman<br />
f) Motor <strong>listrik</strong> sebagai penggeraknya memiliki daya 2,5 PK, 3 phasa, 50<br />
Hz, 380V, dan 1450 rpm. Untuk kapasitas daya yang lebih tinggi<br />
maka jumah lantai yang dapat dilayani lift lebih besar atau banyak<br />
g) Instalasi lift melayani bebarapa lantai pada contoh ini, dan bergantung<br />
jumlah lantai bangunan<br />
2) Macam peralatan dan pengaman pada lift<br />
a. Penentuan berat cabine dipengaruhi oleh berat cabine ditambah<br />
dengan 45% muatan = 2.000kg+45% x 2 ton=2.202 kg<br />
b. Pada saat cabine berkedudukan di tempat yang paling atas, masih<br />
ada ruang bebas setinggi 175 cm, sedang pada kedudukan paling<br />
bawah, masih ada ruang bebas dengan jarak 75 cm<br />
c. Jika terjadi lift berhenti melebihi titik teratas atau terbawah, lift akan<br />
menyentuh saklar akhir dan lift segera berhenti. Setiap saklar akhir<br />
terdapat dua saklar di atas dan di bawah hingga merupakan<br />
pengaman berganda<br />
d. Pada dasar lorong lift terdapat tonggak penahan sebagai pengaman,<br />
masing-masing <strong>untuk</strong> lift dan bandul pemberat<br />
Piringan PP memiliki alat centrifugal yang segera berkembang dan<br />
membuka saklar dan membuat lift berhenti. Jika lift turun lebih cepat<br />
6% dari kecepatan normal. Jika lift meluncur ke bawah cepat sekali<br />
(jika kabelnya putus) yang berarti roda PP ikut berputar cepat juga.<br />
e. Alat pengaman yang dapat menahan kabelnya dan pada saat kabel<br />
ditahan maka kabel akan cukup kuat <strong>untuk</strong> menarik cakar pengaman<br />
yang akan menjepit dengan keras batang peluncur dan lift segera<br />
berhenti (seperti rem pada kereta api)
Crane dan Elevator (Lift)<br />
515<br />
f. Pada saat lift berhenti, pintu lorong dan pintu cabine akan membuka<br />
dan menutup sendiri secara otomatis dalam waktu 8 detik dan cukup<br />
waktu <strong>untuk</strong> keluar masuknya penumpang. Diantara daun pintu lorong<br />
dan daun pintu cabine terdapat daun pintu pengaman yang menonjol<br />
lebih dari tutup pintu yang menonjol tersebut karena letaknya jika<br />
terdapat badan atau anggota badan yang terjepit akan tertekan lebih<br />
dulu masuk kedalam dan mematikan aliran motor <strong>listrik</strong> penggerak ke<br />
dua daun pintu yang ada dan gerakan pintu berhenti seketika.<br />
g. Pada cabine terdapat lampu tanda bahaya <strong>untuk</strong> terjadinya<br />
gangguan-gangguan dan kemacetan-kemacetan dan apapun jenis<br />
gangguan dapat diatasi dengan segera. Jenis gangguan yang terjadi<br />
diantaranya adalah: tidak ada tegangan <strong>listrik</strong>, sumber tegangan mati,<br />
pintu macet, dan lain-lainnya.<br />
Pada cabine terdapat telepon yang sewaktu-waktu dapat digunakan<br />
menghubungi petugas lift atau operator yang selalu berada di kamar<br />
mesin. Lampu-lampu bahaya dan juga alat telepon dapat aliran dari<br />
baterai.
516 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
KM<br />
Pintu<br />
Pintu<br />
TP<br />
BP<br />
PPN<br />
P<br />
Balancee<br />
PT<br />
C<br />
Tiga alur kabel baja<br />
TP<br />
PP<br />
DC<br />
A<br />
Gambar XI.20<br />
Konstruksi Lift<br />
B<br />
D
Keterangan Gambar XI.20<br />
Crane dan Elevator (Lift)<br />
PT : Piringan traksi <strong>untuk</strong> 3 kabel baja<br />
PP : Piringan pengatur jalannya sangkar cabine (tempat beban)<br />
TP : Kabel baja pengatur juga menggerakkan mekanik pengaman<br />
PPN : Piringan penegang<br />
KM : Kamar mesin tepat di atas lorong lift<br />
DC : Cakar pengaman yang dapat mengait keras tonggak<br />
peluncurm sebagai rem<br />
BP : Batang peluncur<br />
TP : Tonggak pengaman<br />
A : Kawat baja dimasukkan tabung besi cor B<br />
B : Tabung besi cor<br />
C : Kerangka cabine bagian atas (frame atas)<br />
D : Pegas (pir) penyerap getaran<br />
E : Moer pemasang pegas atau pir dengan kunci pengaman<br />
KB : Kabel baja<br />
517<br />
Contoh gambar pengawatan pada lift ditunjukkan pada Gambar XI.21 di<br />
halaman berikut.
518 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
C. Pemeliharaan Crane dan Lifft<br />
Gambar XI.21<br />
Contoh Pengawatan Lift
Crane dan Elevator (Lift)<br />
519<br />
Pemeliharaan crane dan lift secara umum hampir sama, hanya jika pada<br />
lift sistem pengamannya lebih banyak, baik pengaman mekanik maupun<br />
pengaman sistem ke<strong>listrik</strong>an serta pengaman manusia. Selain itu ruang<br />
gerak <strong>untuk</strong> pekerjaan pemeliharaan lift lebih kurang leluasa.<br />
Pekerjaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pada sistem mekanik,<br />
sistem ke<strong>listrik</strong>an dan sistem keamanan manusia serta kesehatan dan<br />
keselamatan kerja<br />
1. Pemeliharaan pada sistem mekanik<br />
Pemeliharaan sistem mekanik, diantaranya adalah:<br />
a. Pemeliharaan sistem mekanik maju mundur, putar kanan kiri dan<br />
naik turun, meliputi pemeriksaan sistem pelumas, pemeriksaan<br />
keausan dan kekerasan baut mur sistem mekanik<br />
b. Pemeliharaan rel sebagai tumpuan, dalam hal ini pemeriksaan sistem<br />
pelumasan antara talang atau ril sebagai landasan meluncur dari<br />
gesekan crane dan lift. Selain pemeriksaan juga dilakukan<br />
pembersihan pada landasan luncur atau pacu dan ril, baik pada crane<br />
maupun lift. Bersihkan talang atau ril landasan gerakan dan beri<br />
pelumasan<br />
c. Pemeliharaan kawat baja penarik, meliputi pemeriksaan kelenturan<br />
kawat baja dan jika sudah kering beri tambahan pelumas sehingga<br />
kelenturannya meningkat<br />
d. Periksa kawat baja, apakah sudah ada bagian kawat yang sudah<br />
terputus sebagian, karena jika tidak ditangani akan cepat menyebar<br />
ke kawat lainnya<br />
e. Periksa ikatan pada cabine, pemberat dan kelengkapan lainnya.<br />
Apakah masih kuat atau sudah mengalami kelembekan ikatan<br />
f. Periksa bagian sistem pengereman (khususnya pengerema mekanik)<br />
dan pengereman mekanik maupun elektrik. Jenis pengereman dan<br />
prinsip kerja serta komponen lainnya<br />
g. Segera lakukan perbaikan jika ditemukan bagian yang tidak beres.<br />
Jika pengereman dengan menggunakan sistem mekanis, periksa<br />
apakah rem sudah aus dan kekerasan pegas apakah masih cukup<br />
atau sudah lembek dan apakah gerakannya tidak terhalang benda<br />
lain. Jika pegasnya sudah lembek, segera lakukan penggantian dan<br />
jika teromol remnya sudah aus segera lakukan penggantian<br />
h. Periksa bagian cabine, apakah ikatan cukup kuat atau sebaliknya.<br />
Apakah kekuatan mekanis cabine masih memenuhi syarat dan<br />
apakah gerakan cabine tidak terhalang oleh benda lain
520 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
i. Periksa pada sistem penggeraknya, apakah masih memilki kekuatan<br />
sesuai dengan benda yang diangkut dan atau dipindahkan<br />
j. Periksa kecepatan sistem penggeraknya, apakah sudah mengalami<br />
penurunan yang besar atau tidak. Jika sudah mengalami penurunan<br />
lakukan perbaikan<br />
k. Pemeriksaan pada sistem pengaman pintu keluar masuk barang dan<br />
manusia (khusus <strong>untuk</strong> lift) dan apakah pintu darurat masih bekerja<br />
dengan optimal atau tidak<br />
l. Buat laporan secara tertulis kegiatan pemeliharaan dan kejadiankejadian<br />
yang ditemui sesuai format yang sudah disediakan selama<br />
pada saat pemeriksaan atau pemeliharaan. Laporan disampaikan<br />
secara tertulis dan lisan kepada atasan langsung <strong>untuk</strong> mendapat<br />
perhatian dan di analisis lebih lanjut dan pengambilan keputusan<br />
m. Lakukan perbaikan ringan maupun sedang dengan diketahui dan<br />
disetujui atasan langsung<br />
Pemeliharaan dilakukan secara rutin tiap hari karena jika tidak<br />
dilakukan faktor resikonya sangat tinggi, baik bagi keselamatan dan<br />
keamanan manusia maupun keamanan barang yang diangkat dan<br />
atau dipindahkan. Selain itu kerusakan mekanis akan berdampak<br />
pada kerusakan pada sistem ke<strong>listrik</strong>annya dan sebaliknya.<br />
2. Pemeliharaan sistem ke<strong>listrik</strong>annya<br />
Pemeliharaan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an sangat diperlukan dan<br />
diharuskan karena jika tidak dipelihara akan terjadi kerusakan.<br />
Kerusakan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an akan berdampak pada sistem<br />
mekanik serta dapat mengancam keselamatan jiwa manusia dan<br />
benda yang diangkat dan dipindahkan serta keselamatan benda di<br />
sekitarnya<br />
3. Pemeliharaan pada sistem ke<strong>listrik</strong>an, meliputi:<br />
a. Sistem pengaman, lakukan pemeriksaan apakah pengaman masih<br />
dapat bekerja dengan sempurna menggunakan alat kerja <strong>listrik</strong><br />
(tespen, multi tester, obeng, tespen, palu, tang dan lainnya. Gunakan<br />
tool kit <strong>untuk</strong> teknisi <strong>listrik</strong> agar peralatan lebih lengkap dan digunakan<br />
berdasarkan kebutuhannya<br />
b. Pelihara bagian motor <strong>listrik</strong> (sesuai prosedur) yang ada <strong>untuk</strong><br />
pemeliharaan motor <strong>listrik</strong> di <strong>bab</strong> lain buku ini<br />
c. Pemeliharaan pada generator pembangkit <strong>listrik</strong>, prosedurnya sesuai<br />
dengan pemeliharaan yang ada dalam <strong>bab</strong> lain buku ini
Crane dan Elevator (Lift)<br />
521<br />
d. Pemeliharaan pada sistem instalasi, yang perlu diperhatikan adalah<br />
apakah tahanan isolasi, sambungan dan pengawatannya masih rapi<br />
atau tidak. Jika tahanan isolasi sudah rendah, lakukan penggantian<br />
kabel. Pemeriksaan sambungan diperlukan karena jika kurang kuat<br />
akan terjadi loncatan bunga api dan akan berpengaruh pada sistem<br />
ke<strong>listrik</strong>an<br />
e. Pemeliharaan sistem pengendali crane atau lift, karena jika tidak<br />
dipelihara juga berpengaruh pada kinerja sistem. Apakah kinerja<br />
sistem pengendali masih baik atau mengalami kerusakan<br />
f. Pemeliharaan sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>. Lakukan pemeriksaan besarnya<br />
sumber <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, baik sumber <strong>listrik</strong> arus bolak balik sebagai<br />
penggerak motor maupun sumber <strong>listrik</strong> arus searah dan penyearah<br />
karena sumber <strong>listrik</strong> arus searah sebagai sumber <strong>listrik</strong> bagi sistem<br />
alarm dan lampu indikator dan keperluan lainnya. Pemeriksaan terkait<br />
dengan besar tegangan sumber apakah terjadi kenaikan atau<br />
penurunan karena jika terlalu tinggi dapat merusak peralatan<br />
ke<strong>listrik</strong>an dan kontrol serta indikator dan alrm serta penerangan. Jika<br />
terlalu rendah maka kinerja sistem tidak optimal.<br />
g. Periksa alat komunikasi, alarm, dan lampu indikator yang ada pada<br />
cabine lift karena ada kemungkinan gangguan darurat pada cabine,<br />
termasuk lift macet<br />
4. Keselamatan kerja<br />
Keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan dan ditaati dalam<br />
bekerja atau beraktivitas lainnya. Dalam melakukan pemeliharaan<br />
dan perbaikan crane dan lift, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:<br />
a. Pakai seragam kerja sesuai dengan standart yang ditentukan,<br />
diantaranya adalah helm pengaman, kaca pengaman, sepatu<br />
pengaman<br />
b. Bekerjalah dengan peralatan yang memadai (bawa toll kit), karena<br />
lebih mudah pemeliharaan, pengontrolan kelengkapan, dan<br />
melakukan pemeliharaan lebih mudah serta memperkecil faktor<br />
kelupaan bekerja dengan peralatan yang lengkap<br />
c. Pemeliharaan sebaiknya dilakukan pada saat crane dan lift tidak<br />
beroperasi<br />
d. Sediakan dan pelihara peralatan serta kelengkapan keselamatan dan<br />
kesehatan kerja<br />
e. Lakukan pekerjaan sesuai dengan standar operasional prosedur<br />
(SOP) yang sudah ditetapkan, baik SOP <strong>untuk</strong> manusia di tempat<br />
kerja maupun SOP peralatan yang dipelihara dan diperbaiki.
522 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
D. Latihan<br />
1. Sebuah sabuk konveyor bergerak horizontal pada dengan 1,5 m/detik<br />
dengan dibebani 60,026 kg/jam. Panjang sabuk 90 m dan digerakkan oleh<br />
sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan kecepatan 960 rpm. Perbandingan momen<br />
enersia pada poros motor <strong>listrik</strong> seperti ditunjukkan pada gambar di bawah<br />
ini.Tentukan momen pada poros motor <strong>listrik</strong><br />
Penyelesaian<br />
Pada saat panjang saat panjang sabuk 90 meter dengan kecepatan<br />
1,5m/detik. Sabuk ini akan bekerja terus menerus dengan kecepatan<br />
1,5 m/detik <strong>untuk</strong> memindahkan beban seberat 1000,43 kg<br />
v<br />
t =<br />
s<br />
1,<br />
5<br />
=<br />
90<br />
= 60 det<br />
momen<br />
60.<br />
026<br />
=<br />
60<br />
= 1000,<br />
43kg/<br />
menit<br />
960<br />
Kecepa = tan.<br />
sudut 2π<br />
m 60<br />
= 32πmeter.<br />
rad / sec<br />
ϖ<br />
Momen<br />
1<br />
. m.<br />
v 2<br />
114,<br />
72<br />
J<br />
=<br />
2<br />
1<br />
= . 2 J.<br />
2 ϖ m<br />
= 5.<br />
048,<br />
11.<br />
J<br />
114,<br />
72<br />
5.<br />
048,<br />
11<br />
= 0,<br />
0227kgm<br />
2<br />
Jadi momen inersia pada poros motor <strong>listrik</strong> adalah 0,0227 kg/m 2<br />
E. Tugas<br />
1,5 m/s<br />
90 m<br />
1. Jelaskan langkah dan tata cara pemeliharaan dan perbaikan pada crane<br />
dan lift.<br />
2. Lakukan tugas praktik kerja lapangan di <strong>industri</strong> perbaikan dan pemeliharaan lift<br />
atau pada kantor dan sejenisnya yang memiliki teknisi crane dan lift serta dan<br />
buat laporan kegiatan
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
BAB XII<br />
TELEKOMUNIKASI UNTUK<br />
INDUSTRI TENAGA LISTRIK<br />
A. Klasifikasi Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
523<br />
Yang termasuk dalam <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> adalah<br />
semua fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> yang diperlukan dalam pengelolaan<br />
perusahaan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, antara lain adalah penyediaan dan kebutuhan,<br />
operasi, pengamanan dan pemeliharaan. Jaringan <strong>telekomunikasi</strong><br />
merupakan sistem syaraf dalam pengelolaan perusahaan. Makin maju<br />
perusahaan makin penting adanya fasilitas yang dapat diandalkan dan<br />
komunikasi yang cepat dan handal. Sistem <strong>telekomunikasi</strong> ini dapat<br />
dibagi menjadi 3 macam, yaitu komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian beban (loaddispatching),<br />
<strong>untuk</strong> pemeliharaan dan <strong>untuk</strong> keperluan administratif.<br />
1. Komunikasi <strong>untuk</strong> Pembagian Beban<br />
Komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian beban digunakan dengan maksud <strong>untuk</strong><br />
memungkinkan pembagian beban secara cepat dan tidak terganggu.<br />
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> kebutuhan ini sistemnya tidak boleh digunakan<br />
bersama dengan kebutuhan lainnya. Bahkan perlu disediakan suatu<br />
sistem <strong>telekomunikasi</strong> cadangan. Dalam keadaan terjadi gangguan pada<br />
sistem <strong>tenaga</strong>, bencana alam atau bencana-bencana lainnya, sistem<br />
<strong>telekomunikasi</strong> harus tetap dapat bekerja dengan sempurna.<br />
Fasilitas peralatan <strong>telekomunikasi</strong> yang sesuai <strong>untuk</strong> pembagian beban<br />
adalah komunikasi radio, <strong>telekomunikasi</strong> lewat pembawa PLC, dan<br />
lainnya.<br />
2. Komunikasi <strong>untuk</strong> Pemeliharaan<br />
Komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan dengan maksud agar komunikasi antara<br />
pusat <strong>listrik</strong> (power station), gardu (substation), saluran transmisi, saluran<br />
distribusi dan lainnya berjalan dengan baik dan lancar. Jenis<br />
<strong>telekomunikasi</strong> yang digunakan adalah <strong>telekomunikasi</strong> dengan kawat<br />
bagi sistem <strong>tenaga</strong> yang kecil dan <strong>telekomunikasi</strong> dengan radio atau<br />
dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong> Power Line Carrier (PLC) bagi sistem<br />
<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang besar. Komunikasi radio mobil sangat berguna dalam<br />
pemeliharaan saluran transmisi.
524 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
3. Komunikasi <strong>untuk</strong> Administratif<br />
Komunikasi <strong>untuk</strong> keperluan administratif digunakan dalam hubungan<br />
antara kantor pusat, kantor daerah dan kantor cabang. Sering saluran<br />
komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan digunakan juga <strong>untuk</strong> keperluan<br />
administratif. Kadang-kadang yang dipakai <strong>untuk</strong> keperluan terakhir ini<br />
adalah saluran komunikasi cadangan guna tugas-tugas tersebut<br />
terdahulu.<br />
Jenis-jenis fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> yang ada pada <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
secara bagan dapat.dilihat pada Gambar XII.1.<br />
B. Komunikasi dengan Kawat<br />
1. Saluran Telekomunikasi<br />
Komunikasi dengan menggunakan kawat tidak sesuai <strong>untuk</strong> pemakaian<br />
pada rangkaian yang penting atau pemakaian jarak jauh, karena<br />
pengaruh yang besar dari angin ribut, angin topan, gempa, banjir,<br />
interferensi dari saluran <strong>tenaga</strong> terhadap kawat komunikasi. Meskipun<br />
demikian, komunikasi jenis ini masih dipakai pada jarak pendek karena<br />
pertimbangan ekonomis. Komunikasi dengan kabel dipakai karena<br />
stabilitasnya lebih terjamin dibandingkan dengan komunikasi lewat<br />
saluran udara. Kelemahannya adalah komunikasi dengan kabel lebih<br />
mahal dan lebih menyulitkan apabila terjadi kerusakan.<br />
Saluran udara dapat dipasang pada tiang-tiang yang khusus dan dapat<br />
dipasang pada tiang-tiang yang juga dipakai <strong>untuk</strong> keperluan lain,<br />
misalnya tiang distribusi. Dengan menggunakan tiang distribusi sebagai<br />
saluran udara <strong>telekomunikasi</strong> maka biayanya lebih murah. Saluran<br />
telepon yang dipasang pada tiang saluran <strong>tenaga</strong> berupa kabel, karena<br />
karakteristik ke<strong>listrik</strong>annya lebih baik dan lebih kuat. Beberapa<br />
keterangan mengenai kabel <strong>telekomunikasi</strong> ditunjukkan pada Tabel XII.1.<br />
2. Sistem Transmisi Alat Komunikasi<br />
Komunikasi dengan menggunakan kawat dapat dibagi menjadi dua<br />
sistem, yakni sistem transmisi suara dan sistem transmisi pembawa.<br />
Sistem transmisi suara dilakukan dengan cara menyalurkan arus <strong>listrik</strong><br />
<strong>untuk</strong> komunikasi sesuai dengan frekuensi suara, Pada sistem transmisi<br />
pembawa dengan menyalurkannya sesudah mengubah frekuensi suara<br />
menjadi frekuensi gelombang pembawa. Frekuensi <strong>untuk</strong> komunikasi<br />
pembawa adalah antara 3 - 60 kHz dengan jumlah saluran bicara<br />
antara 1-3.
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
525<br />
Untuk komunikasi pembawa dapat dipakai saluran udara maupun kabel,<br />
tetapi pada <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> lebih senang menggunakan komunikasi<br />
dengan pembawa pembawa saluran <strong>tenaga</strong> (Power Line Carrier,<br />
disingkat PLC) dan komunikasi radio.<br />
C. Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga<br />
Telekomunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong> (PLC) adalah<br />
komunikasi dengan cara arus pembawa (carrier current) ditumpukkan<br />
(superposed) pada saluran transmisi <strong>tenaga</strong>, sehingga saluran <strong>tenaga</strong><br />
imenjadi rangkaian transmisi frekuensi tinggi. Jangkauan frekuensinya<br />
berbeda <strong>untuk</strong> setiap Negara, antara 10 sampai 500 kHz.<br />
Untuk memungkinkan komunikasi dengan cara ini secara effisien, yaitu<br />
dimana karakteristik penyaluran syarat lewat pembawa digabungkan<br />
dengan karakteristik penyaluran <strong>tenaga</strong> pada tegangan tinggi diperlukan<br />
peralatan pengait (link coupling equipment).<br />
Sistem pengaitan (coupling system) diklasifikasikan menurut pengaitan<br />
induktif dan pengaitan kapasitif. Karena jebakan saluran (line trap)<br />
merupakan impedansi tinggi terhadap frekuensi pembawa, maka jebakan<br />
ini diserikan dengan saluran transmisi <strong>tenaga</strong> <strong>untuk</strong> memperbaiki<br />
karakteristik penyaluran gelombang-gelombang pembawa. Pengaitan<br />
induktif lewat udara menggunakan penghantar yang dipasang sejajar<br />
dengan jarak tertentu dari saluran transmisi. Sistem ini dipakai <strong>untuk</strong><br />
mengaitkan peralatan PLC dengan saluran transmisi pada frekuensi<br />
tinggi. Sistem ini sekarang jarang digunakan.<br />
Ada dua jenis pengaitan dengan kapasitor yaitu sistem pengaitan dengan<br />
kapasitor jenis penala (tuning type), dimana rangkaian penala (termasuk<br />
kapasitor pengait) dikaitkan secara seri dengan saluran transmisi dan<br />
jenis yang kedua adalah sistem pengaitan dengan kapasitor jenis<br />
penyaring (filter) pengaitan peralatan.
526 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XII.1 Bagan jenis-jenis fasilitas <strong>telekomunikasi</strong> pada <strong>industri</strong><br />
Tenaga <strong>listrik</strong>
a. Karakteristik Listrik<br />
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
Tabel XII.1<br />
Karakteristik dan Struktur Kabel Telekomunikasi<br />
Hal Karakteristik<br />
Tahanan Isolasi Di atas 10 M?/Km<br />
Tahanan Penghantar Di bawah 20,7 ?/Km<br />
Antara penghantar dalam dan luar AC 3.000V <strong>untuk</strong> 1 menit<br />
Antara penghantar luar dan kulit luar AC 3.000V <strong>untuk</strong> 1 menit<br />
Impedansi Karakteristik Antara Ω<br />
+ 5<br />
73<br />
Attenuasi Di bawah 3,7 dB/Km<br />
Tahanan Penghantar Di bawah 29,0 ?/Km<br />
Tahanan Isolasi Di atas 10.000 M?/Km<br />
Kapasitansi Elektrostatik Di bawah 50 µF/Km<br />
Antara Penghantar<br />
AC 2.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />
menit<br />
Antara Penghantar dan Tanah AC 4.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />
Tegangan<br />
Ketahanan<br />
(Withstand)<br />
(tanpa perisai)<br />
Antara Penghantar dan Perisai<br />
Antara Perisai dan Tanah<br />
menit<br />
AC 2.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />
menit<br />
AC 4.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />
menit<br />
Antara Kawat Penolong dan AC 1.000 V <strong>untuk</strong> 1<br />
Tanah<br />
menit<br />
Impedansi Karakteristik 1 KHz 450 (Standart)<br />
(?)<br />
10 KHz 150 (Standart)<br />
30 KHz 130 (Standart)<br />
Attenuasi (dB/Km) 1 KHz 0,75 (Standart)<br />
10 KHz 1,7 (Standart)<br />
30 KHz 2,2 (Standart)<br />
−1<br />
527
528 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
b. Struktur Kabel PVC<br />
Jumlah<br />
Pasangan<br />
Diameter<br />
Luar dari<br />
Penghantar<br />
(mm)<br />
Tabel XII.2.<br />
Komunikasi dengan pembawa saluran <strong>tenaga</strong><br />
Tebal Isolasi<br />
Polythylene<br />
(mm)<br />
Tenal<br />
Vinyl<br />
Seath<br />
(mm)<br />
Diameter<br />
Luar<br />
(mm)<br />
Berat<br />
Kira-Kira<br />
(kg/km<br />
5 0,9 0,5 2,0 14 240<br />
10 0,9 0,5 2,0 18 335<br />
15 0,9 0,5 2,0 20 455<br />
20 0,9 0,5 2,1 23 570<br />
30 0,9 0,5 2,3 27 820<br />
50 0,9 0,5 2,5 34 1.220<br />
c. Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong> Pembawa (PLC)<br />
Tabel XII.3.<br />
Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong> Pembawa (PLC)<br />
Hal Standar<br />
Penghantar Dalam<br />
Material<br />
Diameter Luar<br />
Soft copper berlilit<br />
Kira-kira 1,2 mm (7/0,4mm)<br />
Material Polyethyline (field type)<br />
Isolasi<br />
Tebal Kira-kira 3 mm<br />
Diameter Luar Standart 7,3 mm<br />
Penghantar Luar Material Soft copper wire braid<br />
Tebal Standart 2,5 mm<br />
Sarung Vinyl (sheath)<br />
Diameter Luar<br />
Standar 13,2 mm<br />
Maksimum 14 mm<br />
Berat Kira-kira 220 kg/km
G KS<br />
G<br />
G<br />
CC<br />
CC<br />
KS<br />
CC<br />
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
Dr<br />
KS<br />
Dr<br />
(a) Diagram Peralatan Pengait<br />
400? - 75?<br />
Dr<br />
Penyaring<br />
Pengait<br />
600? - 75?<br />
Dr<br />
C<br />
130?<br />
Penyaring<br />
Pengait<br />
Alat<br />
Pelindung<br />
(b) Diagram Rangkaian Kapasitor Pengait<br />
LT<br />
C<br />
Feeder<br />
Feeder<br />
Feeder<br />
(c) Diagram Rangkaian Wide band Type Line Trap<br />
Gambar XII.2<br />
Peralatan Pengait <strong>untuk</strong> Komunikasi Pembawa (PLC)<br />
KS<br />
Pengaitan Fasa ke Tanah<br />
Pengalihan Fasa ke Fasa<br />
L1<br />
P1<br />
P1<br />
F1<br />
F2<br />
F1<br />
KS P1 Ars<br />
Alat<br />
Pelindung<br />
F1<br />
F1<br />
Ars<br />
P1<br />
P1<br />
Ke Peralatan<br />
PLC<br />
Feeder<br />
529
530 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Keterangan Gambar XII.2<br />
CC Kapasitor pengait (Coupling Capacitor)<br />
CF Penyaring Pengait (Coupling Fixer)<br />
LT Jebakan saluran<br />
LS Pemilah<br />
CB Pemutus Beban<br />
F Feeder<br />
P Alat Pelindung<br />
PL Peralatan Komunikasi Pembawa (PLC)<br />
PS Sumber Tenaga Listrik<br />
KS Saklar Pengetanahan<br />
O, P1, P2, ARS Arester<br />
Dr Drive Coil<br />
F1, F2 Sekring<br />
LC Main Coil<br />
PLC dengan saluran dilakukan melalui penyaring pengait dan kapasitor<br />
pengait. Sistem kedua ini sekarang banyak dipakai seperti ditunjukkan<br />
pada Gambar XII.2.<br />
Kapasitor pengait memisahkan saluran transmisi dari peralatan PLC dan<br />
bersama penyaring pengait merupakan jaringan empat kutub yang<br />
meneruskan frekuensi tinggi. Yang dipakai adalah kapasitor kertas terisi<br />
minyak dengan kapasitansi elektrostatis 0,001-0,002 uF.<br />
Sebagai penyaring dipakai "band-pass filter". Rangkaiannya dari jenis<br />
trafo seperti ditunjukkan pada Gambar XII.2 (b). Kerugian pada daerah<br />
frekuensi yang diteruskan (passing band) 1 - 1,5 dB ke bawah.<br />
Jebakan saluran terdiri dari kumparan utama yang meneruskan frekuensi<br />
siaga, alat penala yang memberikan impedansi frekuensi tinggi yang<br />
dikehendaki serta arester yang melindungi peralatan. Contoh<br />
rangkaiannya ditunjukkan dalam Gambar XII.2. Induktansi kumparan<br />
utamanya kira-kira 0,1 - I mH, sedang impedansi frekuensi tingginya<br />
memiliki tahanan effektif antara 400 - 600 Ohm.<br />
D. Rangkaian Transmisi<br />
Peralatan pengait (Coupling Equipment) dalam Gardu terdiri dari jebakan<br />
saluran (Line Trap), kapasitor pengait (Coupling Capacitor), dan<br />
penyaring pengait (Coupling Filter).
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
531<br />
Ada 4 sistem rangkaian transmisi PLC seperti ditunjukkan pada Gambar<br />
XII.3. Untuk ke empat sistem ini karakteristik transmisinya berbeda.<br />
Impedansi frekuensi tinggi dari saluran transmisi berubah menurut<br />
komposisi rangkaian dan konstruksi salurannya. Namun harga-harga<br />
berikut ini dapat dipakai sebagai patokan:<br />
Untuk pengaitan fasa-tanah Z = 400 ?<br />
Untuk pengaitan antar-fasa Z = 600 ?<br />
Gambar XII.3<br />
Sistem Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC)<br />
Lx adalah rugi tambahan dalam pengait fasa-tanah (dB), diambil 5 dB.<br />
Peralatan PLC yang dipakai adalah jenis satu saluran dan jenis tiga<br />
saluran. Contoh spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel XII.3.
532 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XII. 4<br />
Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi<br />
Tabel XII.4<br />
Contoh Spesifikasi Peralatan Pembawa Saluran Tenaga (PLC)
E. Komunikasi Radio<br />
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
533<br />
Telekomunikasi dengan pesawat radio banyak juga dipakai dalam <strong>industri</strong><br />
<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>. Penggunaannya tetap akan memegang peranan penting,<br />
terutama karena keunggulannya dalam keadaan bencana alam (angin<br />
topan, banjir) dibandingkan dengan komunikasi melalui kawat.<br />
Spesifikasinya berubah dengan frekuensi kerja yang digunakan, yaitu<br />
frekuensi tinggi sekali (VHF) ke atas. Contoh spesifikasi peralatan<br />
komunikasi radio tertera pada Tabel XII.5<br />
Frekuensi yang paling sering dipakai adalah antara 40 - 70 MHz dan<br />
150 - 160 Hz. Pancaran gelombang radio VHF (30 - 300 MHZ)<br />
merupakan pancaran dengan gelombang langsung (direct wave),<br />
gelombang pantulan (reflected wave) dalam jarak yang masih dapat<br />
dilihat (with in line-off-sight distance), dan gelombang lenturan (diffracted<br />
wave) di luar jarak yang dapat dilihat (beyond line-of-sight-distance).<br />
Karena jarang ada pancaran ionosfir <strong>untuk</strong> gelombang pendek, maka<br />
komunikasi ini tidak dapat dipakai <strong>untuk</strong> jarak jauh. Namun, sering<br />
kekuatan medan gelombang lenturan besar sekali, misalnya bila jalan<br />
pancaran itu dipotong oleh gunung yang ideal. Dalam hal demikian,<br />
komunikasinya dimungkinkan <strong>untuk</strong> jarak jauh, yaitu kira-kira 100 km di<br />
luar jarak yang dapat dilihat.
534 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Tabel XII.5<br />
Contoh spesifikasi peralatan komunikasi radio
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
Gambar XII.5<br />
Contoh Peralatan Radio<br />
535
536 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XII.6<br />
Contoh Pemancar<br />
Komunikasi radio VHF dari stasion ke stasion digunakan <strong>untuk</strong><br />
kepentingan lokal dengan I - 6 saluran (CH).<br />
Contoh pemancar, penerima dan antena radio ditunjukkan pada Gambar<br />
XII.5 dan Gambar XII.6
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
Gambar XII.7<br />
Contoh Komunikasi Radio <strong>untuk</strong> Pemeliharaan<br />
F. Komunikasi Gelombang Mikro<br />
537<br />
Jangkauan frekuensi <strong>untuk</strong> komunikasi dengan gelombang mikro<br />
(microwave) adalah 300 – 3.000 MHz (dinamakan ultra-high frequency,<br />
disingkat UHF) dan 3.000-30.000 MHz (dinamakan super-high frequency,<br />
disingkat SHF). Frekuensi UHF ke atas dinamakan gelombang mikro,<br />
meskipun ada juga yang menggunakan batas 1.000 MHz. Frekuensi yang<br />
biasanya digunakan oleh perusahaan <strong>listrik</strong> adalah frekuensi sekitar<br />
(band) 400 MHz, 2.000 MHz dan 7.000 MHz.<br />
Spesifikasi peralatan yang digunakan <strong>untuk</strong> komunikasi radio pada<br />
frekuensi sekitar 400 MHz ditunjukkan pada Tabel XII.4. Pancaran<br />
gelombangnya terbatas pada jarak yang dapat dilihat, yaitu <strong>untuk</strong><br />
komunikasi antara stasiun dengan rangkaian komunikasi multiplek di<br />
bawah 24 saluran (CH). Akhir-akhir ini, sistem ini banyak dipakai guna<br />
komunikasi radio mobil <strong>untuk</strong> pemeliharaan saluran <strong>tenaga</strong> di sekitar<br />
kota). Cara kerjanya sama dengan komunikasi VHF.<br />
Telekomunikasi dengan gelombang mikro digunakan <strong>untuk</strong> saluransaluran<br />
komunikasi yang terpenting yang memerlukan saluran bicara<br />
banyak. Dalam hal demikian, biaya pembangunan dengan metoda<br />
komunikasi yang lain. Keuntungan yang lain adalah bahwa berisiknya<br />
sedikit, mutu suaranya baik dan keandalannya tinggi.<br />
Dibandingkan dengan komunikasi PLC, komunikasi gelombang mikro<br />
lebih murah, karena harga kapasitor pengait dan jebakan saluran pada
538 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
komunikasi PLC mahal. Kecuali itu, <strong>untuk</strong> PLC dibutuhkan peralatan yang<br />
penguatannya besar karena besarnya tegangan berisik korona terutama<br />
pada tegangan tinggi. Oleh karena itu, bila saluran bicaranya enam atau<br />
lebih, komunikasi gelombang mikro lebih ekonomis dan lebih stabil.<br />
Gelombang mikro dipancarkan menurut garis lurus (seperti cahaya). Oleh<br />
karena itu pancaran gelombang mikro terbatas pada pancaran<br />
gelombang langsung dalam batas jarak yang dapat dilihat (kecuali<br />
pancaran gelombang terpencar di troposfir). Ini berati, bahwa rugi<br />
pancaran antara titik pancaran dan titik penerima berubah-ubah<br />
tergantung dari refraksi di udara (yang merupakan fungsi dari suhu di<br />
tanah, tekanan udara, kelem<strong>bab</strong>an, kedudukan geografis) serta pengaruh<br />
gelombang pantulan (reflected). Fluktuasi ini dinamakan geiala<br />
menghilang (fading). Makin jauh jarak pancaran gelombang radio dan<br />
makin tinggi frekuensinya, makin besar gejala menghilangnya.<br />
Di angkasa bebas (free space), pengaruh apapun terhadap pancaran<br />
gelombang tidak ada. Dalam pembangunan rangkaian gelombang mikro,<br />
stasion radionya harus diletakkan di tempat dimana gejala menghilang<br />
tidak akan banyak terjadi. Rangkaian itu juga harus direncanakan dengan<br />
memperhitungkan terjadinya rugi pancaran karena gejala menghilang<br />
tadi.<br />
Sebagai antena gelombang mikro digunakan lensa elektromagnetik,<br />
antena reflektor tanduk atau antena parabolis. Karena pertimbangan<br />
ekonomis antena yang terakhir banyak dipakai oleh perusahaanperusahaan<br />
<strong>listrik</strong>. Setiap antena ini dapat disesuaikan dengan kearahan<br />
(directivity) yang teliti dan perolehan daya yang tinggi. Ciri<br />
<strong>telekomunikasi</strong> gelombang mikro dimungkinkan oleh mutu antena ini.<br />
Seperti terlihat pada Gambar XII.6, antena parabolis (parabolic antenna)<br />
terdiri dari reflektor parabolis dan radiator primer yang meradiasikan<br />
gelombang-gelombang ke reflektor. Gelombang-gelombang radio yang<br />
direfieksikan kemudian dipancarkan ke depan dengan arah yang tepat.<br />
Sebagai saluran penghubung (feeder line) dipakai kabel koaksial <strong>untuk</strong><br />
frekuensi sekitar 2.000 MHz, sedang penuntun gelombang (wave guide)<br />
persegi, eliptis, atau bulat dipikai <strong>untuk</strong> frekuensi sekitar 7.000 MHz.<br />
Seperti terlihat pada Gambar XII.8, <strong>untuk</strong> memungkinkan pemantulan<br />
gelombang menurut arah tertentu digunakan reflektor logam datar yang<br />
digunakan reflektor pasif. Reflektor ini biasanyaberukuran 3 m x 4 m,<br />
4 m x 6 m atau 6 m x 8 m.<br />
Peralatan <strong>telekomunikasi</strong> gelombang mikro terdiri dari pesawat pemancar<br />
dan penerima radio, pesawat pengulang (repeater) dan alat frekuensi
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
539<br />
pembawa. Dewasa ini semua peralatan ini sudah ditransistorkan. Contoh<br />
pesawat pengulang keadaan padat (solid state) ditunjukkan pada XII.8.<br />
Pesawat pengulang menggunakan sistem relai detektif (detective relay<br />
system) yang menerima gelombang mikro, mendemodulasikannya,<br />
mengambil bagian videonya, lalu memancarkannya kembali sesudah<br />
memodulasikannya lagi. Ada juga sistem heterodin, yang menguatkan<br />
gelombang mikro yang diterima sesudah mengubah frekuensinya<br />
menjadi VHF, lalu memancarka kembali sesudah merubah frekuensinya<br />
menjadi gelombang mikro. Sistem terakhir ini jarang dipakai oleh<br />
perusahan-perusahaan <strong>listrik</strong>.<br />
Gambar XII.8<br />
Lintasan Gelombang Mikro yang Dipantulkan oleh Reflektor Pasif Panah<br />
Menunjukkan Lintasan Gelombang
540 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XII. 9<br />
Bagian-Bagian Pemancar (A) Antena Reflektor Pasif Parabola<br />
(B) Gelombang Mikro<br />
G. Pemeliharaan Alat Komunikasi Pada Pusat Pembangkit Listrik<br />
Pemeliharaan alat komunikasi lebih ditekankan pada pemeliharaan<br />
alat yang menghasilkan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> DC sebagai sumber <strong>tenaga</strong> alat<br />
komunikasi. Selain itu pemeliharaan pada antene penerima dan<br />
antene pemancar. Hal ini terkait dengan kualitas suara dan sinyal.<br />
Kualitas sinyal berkaitan dengan kekuatan suara, sedangkan kualitas<br />
suara berkaitan dengan kejelasan atau suar jelas dan tidak banyak<br />
noise<br />
Pemeliharaan antene diantaranya adalah melakukan pengecekan<br />
arah antene dan atau parabola, membersihkan permukaan antene<br />
yang berasal dari bahan almunium dari kotoran debu dan pengaruh<br />
kelem<strong>bab</strong>an terhadap permukaan antene.<br />
Pemeliharaan antene juga berkaitan dengan pengecekan posisi<br />
antene dan arah antene. Karena gerakan angin maka dapat<br />
mempengaruhi posisi dan arah antene, sehingga memerlukan<br />
pemeliharaan rutin.
Telekomunikasi <strong>untuk</strong> Industri Tenaga Listrik<br />
541<br />
Pengecekan pada baterai pada pesawat penerima juga sangat<br />
memerlukan pemeliharaan, termasuk pembersihan kontak-kontak<br />
baterai, tingkat keregangan pegas penjepit baterai pada pesawat<br />
penerima.<br />
Pemeriksaan dan pemeliharaan alat pendingin pada peralatan<br />
pemancar merupakan masalah yang penting juga pada alat<br />
komunikasi, karena jika alat pendingi tidak bekerja dengan baik, alat<br />
pemancarnya cepat panas dan bahkan dapat terbakar sehingga<br />
dampaknya sangat besar terutama alat komunikasi <strong>untuk</strong> kebutuhan<br />
pemeliharaan. Hal ini juga berlaku <strong>untuk</strong> alat komunikasi yang lebih<br />
canggih, tetapi dalam pemeliharaannya banyak terkait dengan<br />
program dan tidak memerlukan pekerjaan mekanik yang banyak.<br />
Pemeriksaan dan pemeliharaan pada alat komunikasi jenis kabel juga<br />
memerlukan perhatian. Kegiatan pada pemeliharaan alat komunikasi<br />
melalui kawat diantaranya dapat dilakukan mealalui pemeriksaan<br />
kawat yang digunakan, penggantian jika kondisi kawat sudah cacat<br />
dan atau terluka. Selain itu, pemeriksaan pada kontak-kontak<br />
sambungan kawat juga harus dipelihara, baik terhadap debu maupun<br />
korosi dan oksidasi.<br />
H. Latihan<br />
Lakukan pekerjaan mekanis dan elektronik <strong>untuk</strong> memelihara sistem<br />
peralatan komunikasi yang ada di sekolah dengan bimbingan guru<br />
dan teknisi bidang sistem <strong>telekomunikasi</strong><br />
I. Tugas<br />
Buat laporan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang telah anda<br />
lakukan dan selanjutnya lakukan diskusi dengan didampingi guru.
542 Pembangkitan Tenaga Listrik
BAB XIII<br />
ALAT UKUR LISTRIK<br />
Alat Ukur Listrik 543<br />
Alat ukur <strong>listrik</strong> banyak macamnya, tetapi pada bagian ini hanya dibahas<br />
Alat Ukur yang berkaitan secara langsung dengan pusat pembangkit<br />
<strong>listrik</strong>.<br />
A. Ampermeter<br />
1. Pengertian ampermeter<br />
Ampermeter adalah alat <strong>untuk</strong> mengukur besarnya arus yang mengalir<br />
pada rangkaian berbeban. Batas ukur amperemeter masih terbatas di<br />
lapangan, khusunya <strong>untuk</strong> mengukur arus <strong>listrik</strong> yang besar dan<br />
sistemnya menggunakan tegangan tinggi, sehingga harus menggunakan<br />
alat transformator arus. Transformator arus tersebut berfungsi <strong>untuk</strong><br />
menurunkan besarnya arus <strong>listrik</strong> dan selanjutnya diukur dengan<br />
amperemater.<br />
2. Transformator Arus<br />
Transformator arus harus memiliki tingkat kepresisian yang tinggi<br />
sehingga rasio arus primer dan skunder konstan. Transformator arus<br />
digunakan <strong>untuk</strong> mengukur dan memonitor arus line dan juga digunakan<br />
<strong>untuk</strong> hubungan ke relai dan terhubung pada sisi skunder. Gambar XIII.1<br />
menunjukkan contoh pengukuran arus dilengkapi transformator arus.<br />
Arus nominal transformator sebesar 5 A, dan besarnya arus yang terukur<br />
bergantung pada besarnya arus primer line. Karena transformator arus<br />
hanya digunakan <strong>untuk</strong> pengukuran dan sistem proteksi, maka dayanya<br />
antara 15 VA sampai dengan 200 VA. Transformator arus memiliki rasio<br />
150 A/5 Transformator arus cukup aman <strong>untuk</strong> digunakan pengukuran<br />
line jaringan transmisi tegangan tinggi.<br />
Gambar XIII.2 menunjukkan desain transformator arus 500 VA, 100 A/5 A<br />
<strong>untuk</strong> line sedang Gambar XIII.3 menunjukkan transformator arus 50 VA,<br />
400 A/5 A, 60 Hz dengan isolasi <strong>untuk</strong> tegangan 36 kV
544 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Tegangan Line 69 kV<br />
Contoh<br />
Ip<br />
Transformator<br />
Arus<br />
Primer<br />
Skunder<br />
Is<br />
BEBAN<br />
Amperemeter<br />
0 -5 A<br />
Gambar XIII.1<br />
Contoh Pengukuran Arus Dilengkapi Transformator Arus<br />
Gambar XIII.2<br />
Desain Transformator Arus 500 VA, 100 A/5 A <strong>untuk</strong> Line 230 kV<br />
Transformator dengan 500 VA, 400 A/5 A, 36 kV dihubungkan pada<br />
tegangan AC antara line dan netral tegangannya 14,4 kV. Ampermeter.<br />
A
Alat Ukur Listrik 545<br />
relai dan sambungan kabel pada sisi skunder dengan total impedansi<br />
1,2 Ohm. Arus transmisi 280 A.<br />
Hitung:<br />
a. Arus skunder<br />
b. Rugi tegangan terminal skunder<br />
c. Drop tegangan pada primer<br />
Penyelesaian:<br />
a. Perbandingan arus<br />
I1/I2 = 400/5<br />
= 80 A<br />
Perbandingan belitan<br />
N1/N2 = 1:80<br />
Arus skunder<br />
= 280/80<br />
= 3,5 A<br />
b. E2 = I .R<br />
= 3,5 x 1.2<br />
= 4,2 V<br />
Rugi tegangan pada sisi skunder adalah 4,2 V<br />
c. Tegangan primer = 4,2/80<br />
= 52,5 mV<br />
Gambar XIII.3<br />
Transformator Arus 50 VA, 400 A/5 A, 60 Hz dengan Isolasi<br />
<strong>untuk</strong> Tegangan 36 kV
546 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Selain transformator arus seperti ditunjukkan pada Gambar XIII.1, ada<br />
jenis lain tentang transformator arus, yaitu transformator arus toroida<br />
seperti ditunjukkan pada Gambar XIII.4.<br />
Alat tersebut sedang dipasang pada line dengan arus line 100 A pada<br />
setiap saat. Laminasi berbentuk ring poros inti. Posisi konduktor primer<br />
panjang berada d (LV) dan tegangan menengah dengan isolasi dalam<br />
ditengah. Toroida memiliki perbandingan transformasi N dan CT memiliki<br />
rasio 1000 A/5 A dan 300 belitan pada belitan skunder. Toroida CT<br />
sederhana dan digunakan pada tegangan rendah.<br />
Gambar XIII.5 Transformator toroida tersambung dengan bushing.<br />
Gambar XIII.4<br />
Transformator Toroida 1.000 A/5A <strong>untuk</strong><br />
Mengukur Arus Line
Contoh<br />
Alat Ukur Listrik 547<br />
Gambar XIII.5<br />
Transformator Toroida Tersambung dengan Bushing<br />
Transformator tegangan 14.400 V/115 V, rating arus transformator 75/5 A<br />
digunakan mengukur pada line transmisi. Jika voltmeter menunjuk 111 V<br />
dan ampermeter menunjukkan 3 A, hitung tegangan dan arus line.<br />
Penyelesaian<br />
Besarnya tegangan line adalah<br />
E = 111 x (14.400/115)<br />
= 13.900 V<br />
Besarnya arus line adalah<br />
I = 3 X (75/5)<br />
= 45 A<br />
B. Pengukuran Tegangan Tinggi<br />
Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi tidak dapat dilakukan<br />
secara langsung karena keterbatasan skala voltmeter dan demi menjaga<br />
keselamatan manusia. Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi<br />
digunakan alat bantu transformator tegangan.
548 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Transformator tegangan berfungsi <strong>untuk</strong> menurunkan tegangan pada sisi<br />
tegangan tinggi (primer) menjadi tegangan rendah (skunder), dengan<br />
menggunakan perbandingan belitan. Pada sisi tegangan tinggi jumlah<br />
belitannya lebih banyak jika dibandingkan jumlah belitan pada sisi<br />
skunder. Contoh transformator tegangan yang digunakan <strong>untuk</strong><br />
mengukur tegangan ditunjukkan pada Gambar XIII.6. Jumlah<br />
perbandingan belitan primer dan skundernya adalah 60:1<br />
Transformator<br />
tegangan<br />
Gambar XIII.6<br />
Transformator Tegangan pada Line 69 kV<br />
Hubungan antara jumlah belitan primer dan skunder terhadap besarnya<br />
tegangan primer dan skunder pada transformator tegangan dirumuskan<br />
sebagai berikut:<br />
N 1 E1<br />
= (13-1)<br />
N<br />
2<br />
E<br />
Keterangan<br />
N1 adalah jumlan belitan primer<br />
N2 adalah jumlan belitan skunder<br />
E1 adalah jumlan tegangan primer<br />
E2 adalah jumlan tegangan<br />
skunder<br />
2<br />
Primer<br />
Skunder<br />
Contoh transformator tegangan ditunjukkan pada Gambar XIII.7.<br />
Besarnya daya 7.000 VA, 80,5 kV, 50/60 Hz dengan tingkat kepresisian<br />
0,3% dan BIL 650 kV. Terminal primer berada pada bushing yang<br />
dihubungkan pada tegangan tinggi dan dihubungkan pada ground.<br />
Tegangan belitan skunder 115 V dengan tegangan pada masing-masing<br />
V<br />
Tegangan Line<br />
69 kV<br />
Voltmeter AC<br />
0-150 V
Alat Ukur Listrik 549<br />
tap 4 V dengan tinggi 2565 mm, tinggi porselin bushing 1.880 mm<br />
dengan oli 250 L dan berat 740 kg.<br />
Gambar XIII.7<br />
Contoh Aplikasi Transformator Tegangan pada Pengukuran Tegangan Tinggi<br />
Contoh bentuk voltmeter dengan range 9.000 V dan ampermeter dengan<br />
range 2. 500 A produksi General Electric ditunjukkan pada Gambar XIII.8<br />
Gambar XIII.8<br />
Contoh Bentuk Amperemeter dan Volmeter
550 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
C. Pengukuran Daya Listrik<br />
Dalam teori teknik <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> terurai <strong>untuk</strong> menentukan besarnya daya<br />
<strong>listrik</strong> yang dipakai dalam satuan Volt Amper (VA) dan yang lebih tinggi<br />
kVA (kilo Volt Amper). Dapat pula dikatakan Watt dan kW (kilo Watt) jika<br />
faktor daya atau cos f diperhitungkan.<br />
Dalam uraian secara perhitungan, besarnya daya (P) adalah:<br />
P = E . I. Cos f watt, <strong>untuk</strong> daya arus bolak–balik satu phasa<br />
P= E . I. Cos f . 3 Watt <strong>untuk</strong> daya arus bolak–balik tiga phasa.<br />
Dalam praktiknya kita tinggal melihat hasil yang telah didata pada alat<br />
ukur. Di sini akan kelihatan berapa besar daya yang dipakai pada alat<br />
pemakai. Lihat skema gambar pengukur daya pada Gambar XIII.9.<br />
Gambar XIII.9<br />
Kontruksi dasar Watt Meter<br />
Keterangan : L – medan lapan (spool arus)<br />
P – medan putar (spool tegangan)<br />
Gambar XIII.10<br />
Pengukur Daya (Watt-meter 1 phasa)
Gambar XIII.11<br />
Pengukur Daya (Watt-Meter 1 Phasa/3 Phasa)<br />
A<br />
Gambar XIII.12<br />
Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa<br />
Gambar XIII.13<br />
Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa dan 3 Phasa<br />
Alat Ukur Listrik 551
552 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XIII.14<br />
Cara penyambungan Wattmeter 1 phasa<br />
Gambar XIII.15<br />
Cara Pengukuran Daya 3 Phasa dengan 2 Wattmeter<br />
Gambar XIII.16<br />
Rangkaian Pengukuran Daya 3 Phasa 4 Kawat
D. Pengukuran Faktor Daya<br />
Gambar XIII.17<br />
Rangkaian Pengukuran Daya Tinggi<br />
Alat Ukur Listrik 553<br />
Dalam pengertian sehari–hari disebut pengukur Cosinus phi (f). Tujuan<br />
pengukuran Cos f atau pengukur nilai cosinus sudut phasa adalah,<br />
memberikan penunjukan secara langsung dari selisih phasa yang timbul<br />
antara arus dan tegangan. Kita menghendaki bukan penunjukan sudut<br />
phasa melainkan penunjukan cosinus phi. Untuk menghitung Cos f<br />
dengan menggunakan rumus:<br />
P<br />
Cos f =<br />
(13-2)<br />
V . I<br />
Keterangan:<br />
P = daya dalam satuan watt<br />
V = tegangan dalam satuan volt<br />
I = arus <strong>listrik</strong> dalam satuan<br />
amper<br />
Pengukuran Cos f berdasarkan pada dasar–dasar gerak <strong>listrik</strong> dapat<br />
dianggap sebagai Pengukuran kumparan silang. Kumparan didalamnya<br />
terdiri dari kumparan arus dan kumparan tegangan, prinsip seperti<br />
pengukur Watt.
554 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Dalam proses pengukuran Cos f , prinsip pengukuran bukanlah dituntut<br />
hasil yang persis. Menurut petunjuk–petunjuk dari pembuat atau yang<br />
memproduksi alat ukur, kesalahan yang diizinkan adalah dua derajat,<br />
sudut skala penunjukan.<br />
Gambar XIII.18<br />
Alat Pengukur Cos F<br />
Gambar XIII.19<br />
Kopel yang Ditimbulkan<br />
Pada kumparan S1 bekerja suatu gaya,<br />
K1= C1.I1.I3.Cos f (13-3)<br />
Q = C2.VI. Cos f (13-4)<br />
Gaya pada kumparan S 2 besarnya;<br />
K2=C3.I2 I3.Cos (90–f ) = C 4 .V.I sin α (13-5)
Alat Ukur Listrik 555<br />
Kopel yang ditimbulkan oleh k1 adalah;<br />
M1 = C5.V.I. cos f sin α (13-6)<br />
Kopel k2 adalah;<br />
M2=C6.V.I.sinf .cos α (13-7)<br />
Atau<br />
tg α = C. tg . f (13-8)<br />
Akibatnya bahwa dengan jarum yang dihubungkan dengan kumparankumparan<br />
yang dapat bergerak dan yang sikapnya selalu sesuai<br />
dengan kumparan S2, memberi penunjukan yang langsung berbanding<br />
lurus dengan f. Kalau arus mendahului, Gambar XIII.19, kopel<br />
ditimbulkan oleh gaya I2 dari I3 karena itu kedua gaya kopel bekerja<br />
bersama–sama, dimana kumparan S2 dengan jarumnya berhenti di muka<br />
sudut negatif f berarti di sebelah kiri dari garis tengah yang tegak.<br />
Gambar XIII.20<br />
Pengukur Cos F dengan Kumparan Tegangan yang Tetap dan Inti Besi
556 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XIII.21<br />
Diagram Vektor Ambar XIII.20<br />
Gambar XIII.22<br />
Prinsip Cosphimeter Elektro Dinamis<br />
Gambar XIII .23<br />
Cosphimeter dengan Azas Kumparan Silang
Gambar XIII.24<br />
Vektor Diagram Arus dan Tegangan<br />
pada Cosphimeter<br />
Gambar XIII.26<br />
Kontruksi Cosphimeter dengan Garis-Garis<br />
Gambar XIII.27<br />
Sambungan Cosphimeter 1 phasa<br />
Alat Ukur Listrik 557<br />
Gambar XIII.25<br />
Skala Cosphimeter 3 phasa<br />
Gambar XIII.28<br />
Sambungan Secara Tidak Langsung<br />
Cosphimeter 1 Phasa
558 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XIII.29<br />
Pemasangan Cosphimeter<br />
3 phasa<br />
E. Pengukuran Frekuensi<br />
Gambar XIII.30<br />
Pemasangan secara tidak langsung<br />
Cosphimeter phasa tiga<br />
Tujuan alat ini adalah <strong>untuk</strong> mengetahui banyaknya getaran <strong>listrik</strong> dengan<br />
kesatuan Herzt dari sumber pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>.<br />
Mengapa getaran ini perlu diketahui, hal ini menyangkut permasalahan<br />
dari alat yang dipergunakan, dalam hal ini adalah alat–alat <strong>listrik</strong> karena<br />
alat–alat tersebut sudah mempunyai spesifikasi tertentu <strong>untuk</strong> getaranya.<br />
Biasanya yang dipakai rata–rata berkisar 48 Hz sampai dengan 60 Hz.<br />
Kecuali getaran–getaran dari komponen elektronika. Perlu diingat pada<br />
teori dasar dari generator <strong>listrik</strong>; tertera rumus:<br />
n.p<br />
Frekuensi f = (13-9)<br />
120<br />
Frekuensimeter bekerja atas dasar azas getaran <strong>listrik</strong> atau getaran<br />
secara mekanis. Frekunsi dengan azas resonansi (getaran) <strong>listrik</strong> jarang<br />
temukan, mengingat pembuatannya sangat mahal dan rumit dan<br />
dise<strong>bab</strong>kan ruang lingkup penunjukkan jarum penunjuk sangat–sangat<br />
sempit hanya berkisar 48 dengan Hz sampai 52 Hz, tetapi yang banyak<br />
dipakai adalah frekuensimeter dengan azas mekanik mudah merakitnya.<br />
Penyambungan frekuensi meter sama halnya dengan penyambungan<br />
alat ukur Voltmeter. Jadi disambung secara pararel terhadap jaringan<br />
<strong>listrik</strong>. Dan alat ini banyak ditemukan pada panel–panel PHB.
Alat Ukur Listrik 559<br />
1. Frekuensi meter Lidah Bergetar<br />
Gambar XIII.31 menunjukkan sistem kerja suatu frekuensimeter jenis<br />
batang bergetar. Sejumlah kepingan plat baja yang tipis membentuk<br />
lidah-lidah bergetar, masing–masing memiliki perbedaan frekuensinya,<br />
relatif tidak berjauhan satu sama lain dalam barisnya, dan mendapatkan<br />
arus medan magnet dari arus bolak–balik, salah satu lidah akan timbul<br />
getaran dan beresonansi, memberikan defleksi yang besar sesuai<br />
frekuensi yang ditimbulkan oleh arus bolak–balik.<br />
Gambar XIII.32 menunjukkan prinsip kerja suatu frekuensimeter jenis<br />
batang bergetar.<br />
Gambar XIII.31<br />
Kerja Suatu Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar<br />
Dalam perencanaan susunan lidah–lidah bergetar, telah ditetapkan<br />
bahwa amplitudo dari defleksinya akan menurun sampai kira–kira 60%,<br />
bila jarak dari perbedaan frekuensinya 0, 25 Hz dari frekuensinya.<br />
Getaran dapat dilihat pada tipe lidah bergetar.<br />
Gambar XIII.32<br />
Prinsip Kerja Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar
560 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gaya yang bekerja pada lidah–lidah bergetar berbanding lurus dengan<br />
kuadrat dari fruksi magnet yang tetap Φ yang dise<strong>bab</strong>kan oleh fluksi<br />
magnet permanen dan fluksi arus bolak–balik Φ m. Sin ?t,<br />
disuperposisikan kepadanya (Gambar XIII.32) dengan demikian:<br />
(Φ+ Φm.sin ?t) 2 =Φ 2 +½ Φm+2.Φ.Φm.Sin ? t–½ Φ m.cos 2 ?t (13-10)<br />
2. Alat Pengukur Frekuensi dari Type Rasio<br />
Gambar XIII. 33<br />
Prinsip Kerja Frekuensimeter Tipe Elektro Dinamis<br />
Alat ukur frekuensi dengan skala penunjukkan sering dibuat sebagai alat<br />
ukur rasio (elektro dinamis) lihat Gambar XIII.33. Arus yang mengalir<br />
melalui kumparan M1 dan M2 adalah I1 dan I2 .<br />
Konstanta–konstanta dipilih sedemikian rupa, sehingga menye<strong>bab</strong>kan<br />
arus–arus mempunyai resonansi pada masing–masing 42 Hz. Maka rasio<br />
dari I1 dan I2 akan berubah secara monoton dengan frekuensi–frekuensi<br />
yang berubah diatas, atau dibawah 50 Hz. Maka petunjuk akan bergetar<br />
sesuai dengan rasio tersebut, dan frekuensi yang akan diukur dapat<br />
diketahui pada skala petunjuk.<br />
Alat ukur frekuensi lidah bergetar atau tipe alat ukur rasio terbatas,<br />
dalam daerah pengukurannya. Agar daerah petunjukkan dapat lebih
Alat Ukur Listrik 561<br />
besar, maka sumber daya yang dipergunakan sebagai yang diperlihatkan<br />
Gambar XIII.134. Arus yang melalui meter amper.<br />
I = f. C. V (13-11)<br />
Karena terdapat suatu hubungan yang linier abtar I dan f, maka alat<br />
pengukur amper tersebut dapat dikalibrasikan dengan frekuensi.<br />
Gambar XIII.34<br />
Prinsip Suatu Frekuensi Meter Jenis Pengisisan-Pengosongan Kapasitor<br />
Cara kerja alat ukur<br />
Bila kontak–kontak dari relai pada gambar terbuka atau menutup pada<br />
frekuensi f , maka muatan C.V mengalir melalui a;at ukur amper pada<br />
setiap periode, dan demikian arus I yang mengalir melalui alat ukur<br />
amper diberikan I = f.C.V. Karena terdapat suatu hubungan antara I dan<br />
f, maka pengukur amper tersebut dapat dikalibrasikan dengan frekuensi.<br />
Gambar XIII.35<br />
Kontruksi Frekuensi Lidah
562 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XIII.36<br />
Skala Frekuensimeter Lidah<br />
F. Alat Pengukur Energi Arus Bolak-Balik<br />
1. Prinsip Kerja<br />
Untuk pengukur energi arus bolak–balik mempergunakan alat ukur type<br />
induksi, karena alat ukur ini mempunyai peralatan yang berprinsip<br />
kerjanya. Lihat Gambar XIII.37. Cp adalah inti kumparan tegangan, Wp<br />
adalah lilitan kumparan tegangan, dan Cc adalah inti kumparan arus, Wc<br />
adalah arus (lilitan arus), arus 1 mengalir melalui Wc mengakibatkan<br />
terjadinya fluksi Φ 1, Wp mempunyai sejumlah kumparan yang banyak dan<br />
mempunyai penampang kawat spot yang kecil dibandingkan dengan<br />
penampang kawat spot arus, dan hasil dari Wp adalah fluksi magnet Φ 2<br />
antara arus yang melalui Wc dan Wp berbeda 90 o .<br />
Perbedaan ini ditunjukkan oleh Gambar XIII.38. Dengan demikian<br />
kepingan alumunium D, terjadi momen gerak TD yang berbanding lurus<br />
terhadap daya beban yang diperlihatkan dalam persamaan. Bila<br />
kepingan alumunium berputar dengan kecepatan n, sambil berputar D<br />
akan memotong garis–garis fruksi qm dari magnet permanen,<br />
menye<strong>bab</strong>kan terjadinya arus–arus putar yang berbanding lurus terhadap<br />
n.?Φ.m didalam kepingan alumunium tersebut. Arus–arus putar ini akan<br />
memotong gari–garis fluksi Φ m. sehingga kepingan D akan mengalami<br />
suatu momen rendaman Td yang berbanding lurus terhadap n?Φ m 2 , bila<br />
momen tersebut yaitu TD dan Td ada dalam keadaan seimbang, maka<br />
hubungan di bawah berlaku:<br />
Kd.V.I.co?f = Km.N.Φ m 2 (13-12)<br />
Kd.V.I.Cosf =Km.N.Φ m 2
N =<br />
Alat Ukur Listrik 563<br />
Kd<br />
V.I (13-13)<br />
Kd.<br />
Φ.<br />
M 2<br />
Kd dan Km sebagai suatu konstanta. Dari persamaan tersebut terlihat<br />
bahwa kecepatan putar n, dari kepingan D adalah berbanding lurus<br />
dengan beban V.<br />
Gambar XIII.37<br />
Prinsip Kerja Meter Penunjuk Energi Listrik Arus Bolak-Balik<br />
(Jenis Induksi)<br />
Gambar XIII.38<br />
Arus Eddy pada Suatu Piringan<br />
I cos f , perputaran dari kepingan tersebut <strong>untuk</strong> jangka waktu tertentu<br />
berbanding dengan energi yang akan diukur. Untuk mencapai perputaran<br />
tertentu, maka perputaran dari keping D ditransformasikan melalui
564 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
sistem mekanis tertentu, kepada alat penunjuk roda–roda angka<br />
transformasi dari kecepatan putar roda angka berputar lebih lambat<br />
dibanding dengan kepingan C. Dengan demikian maka alat penunjuk<br />
atau roda angka menunjukkan energi yang diukur dalam kWH (kilo Watt<br />
Jam) setelah melalui kalibrasi tertentu.<br />
2. Kesalahan dan cara kompensasinya<br />
a. Penyesuaian phasa<br />
Agar kepingan bisa diberikan suatu momen yang berbanding lurus<br />
terhadap daya beban, diperlukan memuat F 2 agar phasanya tertinggal<br />
90 o terhadap V. Akan tetapi dalam praktiknya sudut phasa lebih kecil 90 o<br />
yang dise<strong>bab</strong>kan adanya tahanan–tahanan dan kerugian–kerugian isi<br />
besi pada inti dari kumparan tegangan Wp.<br />
Untuk mengkompensasikan ini, suatu penyesuaian phasa di tempatkan<br />
pada kumparan itu. Hal ini dicapai dengan melilitkan kumparan F dengan<br />
beberapa lilitan terhadap inti lilitan tegangan dan dihubungkan tahanan R,<br />
lihat gambar XIII.39 terlihat bahwa arus I yang mengalir dise<strong>bab</strong>kan oleh<br />
fluksi magnetis F2 dan ini membangkit pula fluksi magnetis Fs, hal ini<br />
mengakibatkan fluksi kombinasi F2 dari F2 dan Fs mempunyai phasa<br />
tinggal terhadap V dengan sudut 90 o .<br />
Gambar XIII.39<br />
Prinsip Pengatur Phasa
Alat Ukur Listrik 565<br />
b. Penyesuaian pada beban berat<br />
Kepingan D pada saat berputar memotong medan Φ 1 dan Φ 2 selain dari<br />
qm akan membangkitkan momen k1.n .F 1 2 dan k2.n. F2 2 . Momen tersebut<br />
akan bekerja berlawanan arahnya dari perputaran, akan menimbulkan<br />
perlawanan dan menye<strong>bab</strong>kan kesalahan negatif.<br />
Jadi dengan demikian pada beban–beban berat kesalahan negatif yang<br />
dise<strong>bab</strong>kan oleh K1 . n .F1 2 akan terjadi.<br />
Untuk mengurangi kesalahan ini F1 dibuat kecil, F 2 besar dan<br />
perputarannya kecil. Suatu shunt magnetis dipasang di dalam inti<br />
kumparan arus ditunukkan pada Gambar XIII.40<br />
Gambar XIII.40<br />
Prinsip Suatu Beban Berat<br />
Gambar XIII.41<br />
Prinsip Suatu Beban Ringan<br />
Pada saat arus I kecil demikian pula F1 kecil, maka shunt magnet akan<br />
memungkinkan fluksi yang berbentuk F1 dari F1 <strong>untuk</strong> mengalir. Jadi<br />
fluksi magnetis yang dise<strong>bab</strong>kan arus dan memotong kepingan D<br />
berkurang F1 menjadi (F1 – F1), akan tetapi pada saat I besar, maka F1<br />
akan besar pula sampai F1m, pada saat kejenuhan dari fluksi magnet<br />
terjadi. Dengan demikian momen gerak yang akan dihasilkan akan<br />
bertambah secara perbandingan lebih besar terhadap arus, sehingga
566 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
suatu kompensasi <strong>untuk</strong> kesalahan negatif pada beban–beban berat<br />
akan terjadi.<br />
c. Penyesuaian Beban–Beban Ringan<br />
Bila kepingan D berputar, maka momen gesekan akan terjadi dan<br />
menye<strong>bab</strong>kan kesalahan–kesalahan negatif. Untuk mengatasi ini<br />
ditempatkan cincin tembaga yang pendek, lihat Gambar XIII.41. Dengan<br />
pengaturan bagian dari fluksi magnetis q2 yang melalui cincin pendek,<br />
akan mempunyai phasa terlambat bagian lainnya yang tidak melalui<br />
cincin pendek ini.<br />
Dengan mengatur posisi dari cincin pendek, kemungkinan <strong>untuk</strong><br />
meniadakan pengaruh dari momen-momen gesekan.<br />
d. Mengelakkan putaran pada Beban Kosong<br />
Dalam posisi tidak berfungsi atau beban kosong atau tidak ada beban<br />
maka kumparan tegangan akan tersambung pada tegangan ini<br />
menye<strong>bab</strong>kan timbulnya medan magnet pada medan putar dan<br />
mengakibatkan keping D berputar secara pelan. Untuk menghindari hal<br />
ini, maka dilakukan dengan jalan membuat lubang kecil pada<br />
keping D dan ini berfungsi bila keping D berputar pada saat bagian<br />
dilubang melewati medan dari kumparan putar, maka keping–keping D<br />
akan mati.<br />
G. Alat-Alat Ukur Digital<br />
Gambar XIII.42<br />
Bentuk Bentuk Penunjuk (Register)<br />
Alat ukur digital menunjukkan kebesaran yang diukur dalam bentuk<br />
angka. Alat ukur ini sangat peka sekali, bahkan sampai angka desimal<br />
dan sangat kecil masih dapat ditera dengan teliti. Dan alat ini<br />
penunjukkan secara langsung dapat dibaca. Disamping ini ada<br />
keuntungan–keuntungan lain seperti penggunaan sinyal-sinyal digital<br />
<strong>untuk</strong> pencetakan atau perekaman langsung pada pita magnetis
Alat Ukur Listrik 567<br />
selanjutnya <strong>untuk</strong> penghubung langsung komputer–komputer alat–alat<br />
digital <strong>untuk</strong> menambah efisiensi pengolahan data.<br />
Gejala-gejala yang akan diukur kebanyakan berubaf secara kontinu<br />
(dalam bentuk analog), jika dipergunakan alat ukur digital <strong>untuk</strong><br />
gejala–gejala tersebut maka perlu diubah pada setiap tempat menjadi<br />
besaran digital. Alat yang <strong>untuk</strong> mengubah ini disebut pengubah analog<br />
digital (A–D converter) dan ini merupakan elemen yang penting bagi alat<br />
ukur digital. Gambar XIII.43 menunjukkan Prinsip votmeter digital dengan<br />
metode perbandingan.<br />
Gambar XIII.43<br />
Prinsip Votmeter Gigital dengan Metode Perbandingan<br />
Gambar XIII.44 menunjukkan beda antara metoda perbandingan dan<br />
metoda integrasi<br />
Gambar XIII.44<br />
Beda Antara Metoda Perbandingan dan Metoda Integrasi
568 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
1. Voltmeter Digital<br />
Masa sekarang perkembangan penggunaan alat–alat ukur <strong>listrik</strong> yang<br />
serba praktis dan canggih selalu dicari, terutama peneraan tegangan<br />
<strong>listrik</strong> diciptakan Voltmeter digital, ini sangat pesat sekali dan diciptakan<br />
bermacam–macam jenis. Selain mengukur tegangan, voltmeter digital<br />
dapat pula mengukur tahanan (meter–meter Volt Ohm) atau dapat<br />
kedua-duanya tegangan DC dan AC (multi meter).<br />
Metoda yang dipakai secara garis besar dapat dibagi dalam metoda<br />
perbandingan, metoda integrasi dan metoda potensiometer integrasi.<br />
a. Metode perbandingan<br />
Voltmeter berdasarkan metoda ini mempunyai suatu tegangan yang<br />
standar berkode berubah–ubah, tegangan yang diukur dibandingkan oleh<br />
suatu amplifier pembanding.<br />
Tegangan yang dibandingkan oleh suatu amplifier pembanding mengatur<br />
suatu rangkaian pengatur (witching circuit) melalui suatu rangkaian logik<br />
sehingga tegangan standar dapat berubah secara otomatis sampai<br />
menyamai tegangan yang diukur, kemudian tegangan standar berkode ini<br />
ditunjukkan secara bilangan.<br />
Metoda ini mempunyai sifat demikian rupa sehingga perbandingan<br />
langsung antara tegangan yang diukur dan tegangan standar menjamin<br />
ketelitian dan ketepatan pengukuran. Perbandingan tegangan luar<br />
dengan tegangan yang diukur dapat diukur dengan teliti dan tepat dan<br />
output berkode dapat dipakai <strong>untuk</strong> perekaman otomatis dari harga yang<br />
diukur.<br />
b. Metoda Integrasi<br />
Dengan metoda ini tegangan diintegrasikan oleh suatu rangkaian<br />
integrasi yang mempunyai kelinieran sangat baik, hasilnya diubah<br />
menjadi pulsa–pulsa yang kemudian diukur. Karena tegangan input<br />
diintegrasikan melalui suatu waktu periode sebanding dengan periode<br />
frekuensi gelombang daya jala–jala, maka harga rata–rata “noise”<br />
dengan frekuensi jala–jala yang tercampur dalam tegangan input adalah<br />
nol. Demikian pula noise lain, sehingga pengaruh dari noise pada<br />
petunjuk meter dapat dikurangi. Metoda integrasi ini dapat disub<br />
klasifikasikan dalam tiga jenis sabagai berikut:<br />
2. Jenis pengubah tegangan frekuensi<br />
Jenis ini merupakan kombinasi dari suatu pengubah tegangan frekuensi<br />
dan suatu frekuensimeter jenis penghitung (counter type) jika tegangan<br />
yang diukur dipasang pada terminal input, pengubah tegangan frekuensi<br />
menghasilkan suatu deretan pulsa sebanding dengan tegangan input dan
Alat Ukur Listrik 569<br />
frekensimeter jenis penghitung menghitung pulsa–pulsa dalam suatu<br />
perioda waktu tertentu. Karena dalam pengubah ini dipakai rangkaian<br />
integrasi, maka jenis ini mempunyai keunggulan dari metoda integrasi.<br />
3. Jenis “Dual Slope“<br />
Pada jenis ini, tegangan analog diubah ke lebar waktu (time–width). Unit<br />
pengubah menggunakan suatu rangkaian integrasi. Tegangan yang<br />
yang diukur dikecilkan atau diperkuat sampai suatu nilai tegangan yang<br />
sesuai v1, i, lalu diintegrasikan selama satu periode waktu tertentu t1 dan<br />
kemudian suatu tegangan referensi v2 dengan polaritas berlawanan dari<br />
v1 diintegrasikan. Jika v1 diintegrasikan, maka output integrator mula–<br />
mula nol akan mencapai suatu nilai tertentu dan kembali menjadi nilai nol<br />
jika v2 diintegrasikan. Jika v2 dipasang sampai output integrator nol<br />
disebut t2 maka berlaku; v2/v1 = t2/ t1. jadi dengan mengukur t2 dan v2<br />
secara teliti dan t1 konstan, maka tegangan yang diukur v1 dapat<br />
ditentukan.<br />
4. Jenis modulasi lebar pulsa (jenis feedback)<br />
Pada jenis ini, pegangan input dimodulasikan dengan lebar pulsa secara<br />
teliti dan dihitung beda antara lebar pulsa positif dan negatif. Output<br />
integrator v1 mempunyai “slope“ yang merupakan jumlah “slope“ dari<br />
tegangan yang diukur, V x 1 dan tegangan refernsi +Vs atau –Vs.<br />
Selain itu, suatu tegangan segitiga v2 dengan perioda antara frekuensi<br />
gelombang jala–jala dilakukan berulang–ulang dan jika v2 sama dengan<br />
v1, maka terjadi pembalikkan polaritas dari sakelar k oleh pembanding<br />
(comparator), jika perioda waktu dimana sakelar k berada pada –Vs<br />
adalah t1 dan berada pada +Vs adalah t2, maka berlaku hubungan;<br />
(Vx/Vs)(R2/R10=(t1–t2)(t1+t2). Karena (t1+t2) telah diambil sama dengan<br />
perioda dari frekuensi gelombang jala–jala, maka vx dapat ditentukan<br />
dengan mengukur beda antara lebar antara lebar pulsa–pulsa (t1–t2).<br />
5. Metoda Potensiometer Integrasi<br />
Metoda ini merupakan suatu kombinasi dari metoda perbandingan dan<br />
metoda integrasi, yaitu ketelitian dan metoda integrasi diperbaiki dengan<br />
menggabungkannya dengan metoda potensiometer. Sebagai contoh<br />
anggap keadaan dimana harus diperlihatkan suatu harga pengukuran 6<br />
digit, keempat digit pertama didapat dengan jenis pengubah tegangan<br />
frekuensi dan kebesaran digitalnya diubah menjadi suatu kebesaran<br />
analog yang diteliti lalu dimasukkan kembali ke input, kedua digit terakhir<br />
didapat dengan mengukur beda antara input dan kebesaran analog yang<br />
sedang diukur dengan metoda perbandingan. Gambar XIII.45
570 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
menunjukkan prinsip sistem penghitung dengan cara modulasi lebar<br />
pulsa<br />
Gambar XIII.45<br />
Prinsip Sistem Penghitung dengan Cara Modulasi Lebar Pulsa<br />
6. Recorder<br />
Alat–alat ukur dengan mana harga tegangan, arus atau lainnya yang<br />
diukur direkam secara otomatis <strong>untuk</strong> suatu waktu yang panjang, atau<br />
bentuk gelombang, diteliti atau direkam, biasanya “recorder“ (perekam).<br />
a. Perekam Jenis Langsung (Direct Writing Type Recorder)<br />
Pada alat penunjuk <strong>listrik</strong>, dimana setiap titik pergerakan direkam pada<br />
kertas, disebut direct writing type recorder. Penulisan boleh dengan pena<br />
atau pemetaan.<br />
b. Penulisan pena<br />
Ini dikerjakan dengan mengikat pena pada titik yang ditunjukkan oleh alat<br />
<strong>listrik</strong>. Pena yang dipakai di tunjukkan oleh Gambar XIII.46. Tinta diisap<br />
oleh tempat tinta yang diam, melalui pengisap tinta. Oleh karena<br />
pergerakan pena disertai dengan penggesekan antara pena dan kertas,<br />
maka kopel penggerak haruslah lebih besar dibandingkan dengan meter<br />
<strong>listrik</strong> yang bergerak bebas. Karena itu tidak mempunyai sensitivitas<br />
yangtinggi seperti mikro amper meter.
Gambar XIII.46<br />
Alat Pencatat Penulis Pena<br />
Alat Ukur Listrik 571<br />
Gambar XIII.47<br />
Contoh Cara Kerja Garis Lurus Alat Pencatat Penulis Langsung<br />
Biasanya perekaman didapat dalam pena berbentuk busur lingkaran dan<br />
beberapa alat dilengkapi dengan alat mekanis <strong>untuk</strong> mengubah busur ini<br />
ke koordinat orthogonal cara pendekatan. Gambar XIII.47 menunjukkan<br />
contoh cara kerja garis lurus alat pencatat penulis langsung
572 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
c. Jenis Pemetaan (Plotting)<br />
Titik defleksi yang ditunjukkan oleh instrumen penunjuk <strong>listrik</strong> dipetakan<br />
pada 10 s/d 30 sekon interval pada kertas. Bentuk mekanis plotting<br />
digambar pada Gambar III.48. berbeda halnya dengan penulisan pena,<br />
disini tidak ada gesekan antara pena dan kertas, kecuali <strong>untuk</strong> pemetaan,<br />
oleh karena itu sensitifitasnya lebih dibandingkan dengan pen. Tambahan<br />
dengan pergantian warna pita <strong>untuk</strong> setiap plotting.<br />
Gambar XIII.48<br />
Alat Pencatat Penulis Langsung<br />
Gambar XIII.49 menunjukkan cara kerja alat pencatat pencatat penulis<br />
langsung (jenis pemetaan)<br />
Gambar XIII.49<br />
Cara kerja alat pencatat pencatat penulis langsung (jenis pemetaan)
Alat Ukur Listrik 573<br />
7. Oscilloscope<br />
Pemakaian oscillosgraph elektromagnetis dibatasi sampai frekuensi 10<br />
KHz, dan <strong>untuk</strong> gejala frekuensi tinggi dipakai tabung katoda ray <strong>untuk</strong><br />
mendefleksikan sinar cahaya elektron. Gambar XIII.50 menunjukkan blok<br />
diagram suatu alat pencatat X-Y.<br />
Dengan adanya elektron yang berpindah diantara elektroda penggerak,<br />
sinar cahaya elektron akan bergerak dengan adanya tegangan pada<br />
elektroda penggerak. Jika 2 set elektroda penggerak (deflecting<br />
elektrode) diikatkan pada sudut yang benar satu sama lainya seperti<br />
gambar, sinar cahaya elektron dalam perjalanan yang lalu pada elektro<br />
dan penggerak ini akan bergerak vertikal maupun horizontal dan<br />
memukul satu titik pada screen dan ini menye<strong>bab</strong>kan material screen<br />
ber-flourescense dan bintik terang akan kelihatan pada screen.<br />
Gambar XIII.51 menunjukkan penyimpanan suatu sinar elektron dalam<br />
suatu CRT. Pada elektroda penggerak horizontal dan tegangan v = V.<br />
Sint, dipakai pada elektroda penggerak vertikal, bintik pada screen akan<br />
menunjukkan gelombang sinus. Gerakan elektromagnet, signal arus<br />
dipakai dalam sistem kumparan penggerak <strong>untuk</strong> menghasilkan medan<br />
magnet yang kemudian digunakan menggerakkan sinar cahaya elektron.<br />
Pada oscilloscope gejala yang disebutkan diatas digunakan <strong>untuk</strong><br />
melukiskan bentuk gelombang.<br />
Gambar XIII.50<br />
Blok diagram suatu alat pencatat X-Y
574 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar XIII.51<br />
Penyimpanan Suatu Sinar Elektron dalam Suatu CRT<br />
Gambar XIII.52 menunjukkan “Blok Diagram” suatu oscilloscope (system<br />
”repetitive sweep”)<br />
Gambar XIII.52<br />
“Blok Diagram” Suatu Oscilloscope (System”Repetitive Sweep”)
Alat Ukur Listrik 575<br />
Gambar XIII.53<br />
Hubungan Antara Bentuk Geombang yang Terlibat dan Bentuk Gelombang<br />
“Saw-Tooth” dalam Sistem “Triggered Sweep”<br />
Gambar XIII.54<br />
Prinsip penyimpanan “Storage CRT”
576 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Gambar III.55<br />
Contoh dari Samping Osciloskop<br />
Gambar III.56<br />
Bentuk Suatu 1800-4500 MHz Band Signal Generator<br />
Gambar XIII.57<br />
“Blok Diagram” Untuk Rangkaian Gambar XIII.106
H. Megger<br />
Gambar XIII.58<br />
Peredam Reaktansi<br />
Alat Ukur Listrik 577<br />
Meger adalah alat <strong>untuk</strong> mengukur besarnya nilai tahanan isolasi. Jenis<br />
megger adalah: megger dengan engkol sebagai pembangkit tegangan,<br />
Sumber <strong>tenaga</strong> pada megger jenis ini berasal dari generator pembangkit<br />
<strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> yang ada dalam alat ukur ini dan <strong>untuk</strong> membangkitkannya<br />
poros megger harus diputar; dengan alat penunjukan jarum dan megger<br />
dengan sumber <strong>tenaga</strong> dari baterai dan alat penunjukkanya berupa jarum<br />
juga. Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur ini adalah <strong>untuk</strong><br />
mengukur kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat<br />
pada belitan antar phasa, antara phasa dengan bodi dan antar belitan<br />
pada phasa yang sama ditunjukkan pada Gambar XIII.59 di bawah ini.
578 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
W<br />
X<br />
Z<br />
U<br />
Y<br />
V<br />
~ 0<br />
Mengger<br />
Z X Y<br />
U V W<br />
Gambar XIII.59<br />
Pengujian Belitan Mesin Listrik 3 Phasa dengan Menggunakan Megger<br />
I. Avometer<br />
Avometer atau multitester berfungsi <strong>untuk</strong> mengukur besarnya tahan<br />
<strong>listrik</strong>, besar tegangan <strong>listrik</strong> (AC dan DC), dan mengukur arus <strong>listrik</strong> (AC<br />
dan DC). Salah satu contoh penggunaan AVOmeter ditunjukkan pada<br />
Gambar XIII.60.<br />
Pada saat mengukur belitan, hubungan bintang atau segitiga pada<br />
terminal motor harus dilepas.<br />
D<br />
D<br />
A<br />
C<br />
A<br />
B<br />
B<br />
Avometer<br />
Gambar XIII.60<br />
Cara Mengukur Belitan Kutub dengan Menggunakan Avometer<br />
J. Pemeliharaan Alat Ukur<br />
Diberi warna,<br />
tebal garis sama<br />
AVO<br />
Alat-alat yang yang ada di laboratorium dan bengkel <strong>listrik</strong> banyak jenis,<br />
macam dan spesifikasinya, sehingga perlu penanganan khusus terhadap<br />
alat-alat. Untuk menunjang pemeliharaan dibutuhkan petugas laboran<br />
dan teknisi. Dengan adanya petugas laboran teknisi, diharapkan
Alat Ukur Listrik 579<br />
laboratorium dan bengkel <strong>listrik</strong> terpelihara dengan baik sehingga umur<br />
peralatan menjadi lebih panjang.<br />
Pemeliharaan merupakan salah satu pekerjaan yang harus ada dalam<br />
kegiatan dilaboratorium dan bengkel. Pemeliharaan harus dilakukan oleh<br />
<strong>tenaga</strong> khusus yang memahami karakteristik peralatan yang ada.<br />
Pemeliharaan harus dilakukan oleh <strong>tenaga</strong> khusus yang memahami<br />
karakteristik peralatan menukang, komponen-komponen, dan peralatan<br />
<strong>listrik</strong> yang ada di laboratorium atau bengkel.<br />
Maksud pemeliharaan adalah agar peralatan menukang, komponenkomponen,<br />
mesin-mesin <strong>listrik</strong> dan peralatan <strong>listrik</strong> laboratorium atau<br />
bengkel tidak mudah cepat rusak dan efisien kerjanya tinggi.<br />
Pemeliharaan mempunyai tujuan agar supaya alat-alat laboratorium atau<br />
bengkel dapat digunakan secara optimal dalam jangka waktu yang relatif<br />
lama. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan berarti<br />
merawat, memperlakukan dengan benar, menyimpan dengan benar<br />
sesuai dengan fungsinya, agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang<br />
tidak perlu terjadi.<br />
Jika dicermati, menangani alat-alat laboratorium dan bengkel tidak dapat<br />
dilakukan dengan cara serampangan, artinya cara menangani alat<br />
laboratorium atau bengkel harus dilakukan dengan cara professional.<br />
Laboran harus betul-betul memahami jenis, macam, dan spesifikasi alat<br />
laboratorium atau bengkel. Dengan memahami jenis, macam, dan<br />
spesifikasi alat-alat akan membantu mempermudah laboran dalam<br />
memeliharanya. Ruang lingkup pemeliharaan atau perawatan lebih<br />
kurang adalah meliputi penempatan penyimpanan alat-alat, posisi letak<br />
penyimpanan, menejemen penggunaan alat, pembersihan alat,<br />
perlindungan peralatan dari pengaruh suhu dan lingkungan, dan<br />
pengecekan kondisi peralatan secara berkala (misal pemberian vet<br />
secara berkala pada bantalan motor <strong>listrik</strong>, pembersihan kotoran pada<br />
solder, pemberian minyak pelumas pada alat ukur <strong>listrik</strong> jarum, dan<br />
pembersihan disc drive pada komputer).<br />
Penempatan penyimpanan alat merupakan bagian dari pekerjaan<br />
pemeliharaan. Penempatan penyimpanan alat disesuaikan dengan jenis,<br />
macam dan spesifikasinya. Alat yang peka terhadap terhadap kondisi<br />
lingkungan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari<br />
sinar matahari langsung, terbebas dari suhu ruangan yang terlalu tinggi,<br />
terlalu lem<strong>bab</strong>, dan terbebas dari debu. Misalnya seperangkat komputer,<br />
alat ini harus ditempatkan diruangan tertutup yang terbebas dari sinar<br />
matahari langsung, suhu udara kurang lebih 30 o C, dan bebas dari debu.
580 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Jika pekerjaan seperti ini telah dilakukan, maka pekerjaan pemeliharaan<br />
komputer telah dilakukan. Posisi letak penyimpanan alat juga merupakan<br />
bagian dari pekerjaan pemeliharaan. Posisi letak penyimpanan alat harus<br />
diperhatikan petunjuk posisi cara meletakkan alat, misalnya alat harus<br />
diletakkan tegak lurus, mndatar, atau posisi lain sesuai dengan petunjuk<br />
cara meletakkannya. Sebagai contoh adalah meter-meter listrk (alat<br />
pengukuran <strong>listrik</strong>), alat ini ada yang cara meletakkanya dengan posisi<br />
tegak lurus, mendatar, dan miring dengan sudut tertentu. Apabila<br />
petunjuk cara meletakkan penyimpanan alat dilanggar, cepat atau lambat<br />
akan berpengaruh pada tingkat ketelitian hasil pengukuran. Ada<br />
beberapa alat ukur <strong>listrik</strong>, misalnya AVO meter, alat ini tidak ada petunjuk<br />
khusus posisi meletakkannya. Keadaan ini dapat diatasi dengan<br />
meletakkan AVO meter sedemikian rupa sehingga mudah <strong>untuk</strong> melihat<br />
jenis alat ukur dan mudah dibaca (tidak terbalik) jika dibaca secara<br />
langsung<br />
K. Latihan<br />
1. Lakukan observasi terkait dengan proses pemeliharaan alat ukur<br />
dilaboratorium selama 1x50 menit j dengan didampingi guru pembina<br />
dan teknisi<br />
2. Lakukan observasi terkait dengan proses pemeliharaan alat ukur<br />
dilaboratorium selama 1x50 menit janm dengan didampingi guru<br />
pembina dan teknisi<br />
L. Tugas<br />
Buat laporan langkah-langkah pemeliharaan yang telah dilakukan di<br />
Laboratorium atau bengkel dan kendala-kendalanya. Tugas dikumpulkan<br />
pada pertemuan Ke 3.
DAFTAR PUSTAKA<br />
Daftar Pustaka LAMPIRAN<br />
A1<br />
Abdul Kadir, 1998. Transmisi Tenaga Listrik. Universitas Indonesia,<br />
Jakarta<br />
Andriyanto, 2003. Pengoperasian Generator STF 100 kVA Sebagai<br />
Pembangkit Tenaga Listrik. Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa,<br />
Surabaya<br />
Davit Setyabudi, 2006. Transformator Tenaga. Laporan PI. Teknik<br />
Elektro FT Unesa, Surabaya<br />
Djiteng Marsudi, 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga, Surabaya<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Pengenalan Pemeliharaan Mesin<br />
Pembangkit. PT PLN Persero Unit Pendidikan dan Pelatihan,<br />
Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Penanganan Bahan Bakar. PT PLN<br />
Persero Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Alat Bantu Mesin Pembangkit<br />
PT. PLN Persero. Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Pemeliharaan Mesin Pembangkit.<br />
Unit Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Keselamatan Kerja dan<br />
Penanggulangan Kebakaran. Unit Pendidikan dan Pelatihan,<br />
Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Kerja Mesin Pembangkit PLTU. Unit<br />
Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003<br />
Diklat Pembidangan Teknik SLTA. Kerja Mesin Pembangkit PLTA. Unit<br />
Pendidikan dan Pelatihan, Suralaya. 2003
LAMPIRAN<br />
A2<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Ermanto, Petunjuk Operasi PLTU Sektor Perak Unit III & IV Bidang<br />
Turbin. Tim Alih Bahasa. Perusahaan Umum Listrik Negara<br />
Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur Sektor Perak.<br />
GBC Measurement, Protective Relay Aplication Guide, the General<br />
Electric Company. Stafford England, 1987<br />
Hedore Wildi, 2002. Electrical Machines & Power System. Prentice Hall,<br />
New Jersly<br />
http://faizal.web.id/sky/tutorial/energi-alternatif-dari-gunung-halimun/<br />
http://www.blogberita.com<br />
http://www.ekaristi.org<br />
http://www.firstelectricmotor.com<br />
http://www.harianbatampos.com<br />
http://www.indonesiapower.co.id/Profil/UnitBisnis/tabid/66/Default.aspx<br />
http://www.motor-rundirect.com<br />
http://www.sitohangdaribintan.blogspot.com<br />
http://members.bumn-ri.com/jasa_tirta1/graphics.html<br />
http://www.gtkabel.com/<br />
Jan Machrowski, et.al. 1996. Power System Dynamic and Stability. New<br />
York, Singapore Toronto<br />
Joel Weisman, et.al. 1985. Modern Power and Planning System. Printed<br />
in the United Soth of America, America.<br />
Joko, 2004. Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin-Mesin Listrik (Paket<br />
Belajar Bernuansa Kewirausahaan. Teknik Elektro FT Unesa<br />
Surabaya, Surabaya<br />
IEC 156/1963, Method for the Determination of Electric Strength of<br />
Insulating oils. 1963
IEC 76/1976. Power Transformer. 1976<br />
Daftar Pustaka LAMPIRAN<br />
A3<br />
Indrati Agustinah, Joko, 2000. Pemeliharaan dan Perbaikan<br />
Transformator (Paket Belajar Bernuansa Kewirausahaan). Teknik<br />
Elektro FT Unesa Surabaya, Surabaya<br />
Kurikulum SMK Tahun 2004. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan,<br />
Jakarta. 2004<br />
Kursus Pengoperasian Sistem Penunjang (Demin Plant)<br />
(L.KUG/M.OUI.803 (1) A). PT. PLN (Persero) Unit Pendidikan dan<br />
Pelatihan Surabaya. 2004<br />
Laporan On Site Training Prajabatan SLTA & D3 PLTU III/IV Perak<br />
Surabaya. Sistem Ke<strong>listrik</strong>an (L.KKG/M.OUI.201 (1) A).<br />
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Priok Jakarta,<br />
2005<br />
M. Azwar Charis, 2006. Membelit Ulang motor Kompresor Tiga Phasa<br />
Putaran 1500 RPM. Laporan PI. Teknik Elektro, FT Unesa,<br />
Surabaya<br />
MS. Nurdin. V. Kamuraju, 2004. High Voltage Enginering. Printed in<br />
Singapore<br />
P.T. Bambang Djaya. Methode Pengujian Transformator Distribusi.<br />
P.T. Bambang Djaya, Surabaya 1995.<br />
P.T. PLN. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan <strong>untuk</strong> Transformator<br />
Tenaga. Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta 1981<br />
Rachma Dewi O. 2006. Observasi Pembuatan Engine Panel Trapesium<br />
Selenoid Off Untuk Generating Set F 3L 912-STF 25 kVA (20 kW)<br />
di PT. Conductorjasa Suryapersada. Laporan PI. Teknik Elektro FT<br />
Unesa, Surabaya<br />
Rahmat R. Hakim, 2006. Prosedur Umum Perbaikan Motor 3 Phasa di<br />
PT ABB Sakti Industri Surabaya. Laporan PI. Teknik Elektro,<br />
FT Unesa, Surabaya
LAMPIRAN<br />
A4<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
SPLN 17: 1979. Pedoman Pembebanan Transformator Terendam<br />
Minyak. Jakarta, 1979.<br />
SPLN 50 – 1982. Pengujian Transformator. Jakarta, 1982.<br />
Standart Operational Procedure (SOP) Start-Stop Unit III & IV Unit<br />
Pembangkitan Perak. PT. PJB I Unit Pembangkitan Perak dan<br />
Grati, Surabaya. 1998<br />
Standar Kompetensi Nasional. Bidang Inspeksi Pembangkitan Tenaga<br />
Listrik. Depdiknas RI, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan<br />
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.<br />
2003<br />
Turan, G. 1987. Modern Power System Analysis. John Wiley & Sons<br />
Yudi Widya N, 2006. Sistem Pembangkit Tenaga Air (PLTA) Mendalan<br />
di PT. PJB Pembangkitan Brantas Distrik D PLTA Mendalan.<br />
Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa, Surabaya<br />
Yugo F. 2006. Sistem Pengoperasian Genset di PT. Bayu Bangun<br />
Lestari Plasa Surabaya. Laporan PI. Teknik Elektro FT Unesa,<br />
Surabaya<br />
Copyright 2003. Japan AE Power Systems Corporation. All Rights<br />
Reserved.
absorben, 95<br />
accu battery, 396<br />
accu zuur, 81<br />
aero derivative, 183<br />
agregat dan piranti, 363<br />
air gap, 115<br />
alarm, 123<br />
alat ukur digital, 564<br />
ambient temperature, 143<br />
amperemeter, 541, 547<br />
amplifier mekanis,, 143<br />
AMSSB, 119<br />
angka oktan, 223<br />
antene, 540<br />
arus hubung singkat, 122<br />
arus line, 544<br />
arus keluar ke line, 353<br />
arus pengisian , 351<br />
asam sulfat (H2SO4), 79<br />
assembling, 312<br />
automatic follower, , 486<br />
auxiliary transformer, 180, 401<br />
avometer,576<br />
AVR, 37,482<br />
baterai aki, 76, 338<br />
baterai akumulator, 349<br />
baterai buffer, 359<br />
beban harian, 5<br />
beban puncak, 5<br />
beban rata-rata, 2<br />
beban tahunan, 5<br />
belitan, 518<br />
belitan primer,546<br />
belitan skunder, 546<br />
biaya poduksi, 5<br />
black start, 157<br />
bleaching earth, 96<br />
blow down (air ketel), 17, 147<br />
boiler, 412<br />
breakdown voltage ,99<br />
buffer baterey, 348<br />
DAFTAR ISTILAH<br />
Daftar Istilah LAMPIRAN<br />
B1<br />
bushing, 84, 85,528<br />
busur <strong>listrik</strong>, 64<br />
cable duct, 27<br />
carrier current, 501<br />
cathodic protection, 226<br />
cd (cadmium), 78,79<br />
cellars, 193<br />
centrifuge reclaiming, 94<br />
chosphimeter, 555<br />
circuit breaker, 52<br />
circulating water pump, 401<br />
compression joint, 129<br />
condition based maintenance, 391<br />
consumable parts, 272<br />
control room, 144<br />
cos φ, 552<br />
coupling capacitor, 529<br />
coupling system, 524<br />
crane, 5, 492<br />
ct/ppt avr, 37<br />
current compensator. 481<br />
data acquisition, 142<br />
daya, 2<br />
daya aktif, 109<br />
daya reaktif, 110<br />
dB, 530<br />
deaerator, 175<br />
debit air, 13<br />
deenergized, 96<br />
dekarbonator, 179<br />
delta-delta, 85<br />
delta-bintang, 88<br />
delta-wye, 88<br />
diagram AVR, 488<br />
diagram beban,2<br />
diagram excitacy, 487<br />
dinamo exciler, 39<br />
disconnecting switch, 27<br />
distribution planning, 7<br />
dokumen sop, 402<br />
dual slope, 567
LAMPIRAN<br />
B2<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
duga muka air (DMA), 159<br />
economizer, 174, 163<br />
elektroda, 87<br />
elevator, 512<br />
energi <strong>listrik</strong>, 5<br />
energi mekanik, 4<br />
energi primer, 5, 16<br />
exitacy, 94, 458<br />
feeder (saluran), 15<br />
faktor beban, 2, 244<br />
faktor daya, 551<br />
faktor disipasi, 97<br />
faktor kapasitas, 245<br />
faktor utilisasi, 246<br />
field circuit breaker, 480<br />
fire, 93,233<br />
filtering, 95<br />
flashover, 115<br />
frekuensi, 24, 110<br />
frekuensi getar,557<br />
frekuensi lidah bergetar, 556<br />
frekuensi meter, 556<br />
flused stem system, 197<br />
forced outage rate (for), 246<br />
fuel cell, 213<br />
gangguan belitan kutub, 371<br />
gangguan dan kerusakan, 19<br />
gangguan elektrik generator, 370<br />
gangguan mekanis generator, 364<br />
gangguan, pemeliharaan dan<br />
perbaikan generator sinkron, 285<br />
gangguan, pemeliharaan dan<br />
perbaikan motor asinkron, 288<br />
gangguan pada mesin dc, 364<br />
gelombang mikro, 553<br />
generation planning, 5<br />
generator, 350<br />
generator asinkron,133<br />
generator arus searah shunt, 37<br />
generator buffer, 360<br />
generator dc, 29<br />
generator dc dengan 2 kutub, 40<br />
generator dc shunt 4 kutup, 40<br />
generator dc tidak keluar tegangan,<br />
364<br />
generator <strong>listrik</strong>,1<br />
generator main excitacy, 38<br />
generator penguat pilot, 29<br />
generator penguat utama, 29<br />
generator sinkron, 3, 28, 133, 282,<br />
generator sinkron 3 phasa, 27, 28,<br />
generator terbakar, 277<br />
gerbang AND,428<br />
gerbang NOT, 429<br />
gerbang OR, 428,<br />
geothermal, 189<br />
glowler, 373<br />
grindability test, 234<br />
ground, 546<br />
grounding mesh, 137<br />
grounding plate, 137<br />
hand wheel (shunt regullar), 37<br />
harmonisa, 24<br />
hazard triangle, 229<br />
heat exchanger, 18<br />
heat recovery steam generator, 184<br />
heat shrink, 184<br />
hubungan jajar baterai akumulator<br />
dan generator sunt, 350<br />
hygroscopicity, 95<br />
instalasi arus searah, 5<br />
instalasi bahan bakar, 5<br />
instalasi baterai aki, 5<br />
instalasi lift/elevator, 512<br />
instalasi pemakain sendiri, 75<br />
instalasi pendingin, 5<br />
instalasi penerangan, 5<br />
instalasi tegangan tinggi, 5<br />
instalasi tegangan rendah, 5<br />
instalasi <strong>telekomunikasi</strong>, 119<br />
instalasi sumber energi, 5<br />
interferensi, 523<br />
interkoneksi, 6<br />
insulating switch, 50<br />
investasi, 5<br />
jenis saklar <strong>tenaga</strong>, 49<br />
juster werstand, 37<br />
jointing sleeve, 128<br />
kapasitor penguat, 529<br />
kendalan pembangkit, 248<br />
kebenaran AND, 427<br />
kebenaran OR, 428<br />
kedip tegangan, 24<br />
kegiatan pemeliharaan, 396<br />
kemiringan tegangan, 24<br />
klasifikasi transformator <strong>tenaga</strong>, 450<br />
kendala operasi, 227<br />
kerja pararel transformator. 432
keselatanan kerja, 398, 444, 465<br />
kilo Watt jam, 513<br />
koh (potas kostik), 79<br />
komunikasi gelombang mikro, 536<br />
komunikasi dengan kawat, 523<br />
komunikasi dengan pembawa<br />
saluran <strong>tenaga</strong>, 524<br />
komunikasi <strong>untuk</strong> administratif, 523<br />
komunikasi <strong>untuk</strong> pembagian<br />
beban, 522<br />
komunikasi <strong>untuk</strong> pemeliharaan,522<br />
komunikasi radio, 531<br />
komunikasi gelombang mikro, 532<br />
konsumen, 1<br />
konstruksi jaringan distribusi, 7<br />
konversi energi primer, 4<br />
koordinasi pemeliharaan, 242, 236<br />
kualitas <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />
kumparan silang, 554<br />
KWH meter, 23<br />
K3, 249<br />
lama pemakaian, 2<br />
laporan kerusakan, 274<br />
laporan pemeliharaan, 272<br />
laporan dan analisis gangguan, 279<br />
lebar pulsa, 567<br />
lighting arrester, 116<br />
line, 88<br />
line trap, 511<br />
lift, 512<br />
limited circuit, 484<br />
line matching unit, 119<br />
load forecast, 5<br />
loss of load pro<strong>bab</strong>ility (LOLP), 249<br />
magnetic circuit breaker (MCB), 63<br />
main generator, 394<br />
main exciter, 37, 393<br />
maintenance, 391<br />
manajemen operasi, 266<br />
manajemen pemeliharaan, 268<br />
medan magnet, 63<br />
megger, 575<br />
mekanisme pemutus <strong>tenaga</strong>, 72<br />
membelit motor <strong>listrik</strong>, 306<br />
Daftar Istilah LAMPIRAN<br />
B3<br />
mencari kerusakan generator<br />
sinkron, 283<br />
menentukan letak kerusakan motor<br />
dc, 386<br />
mesin diesel, 193<br />
metode integrasi, 565<br />
metode perbandingan, 565<br />
mika saklar, 354<br />
minyak transformator, 464<br />
modulasi lebar pulsa, 549<br />
motor area, 508<br />
motor dahlander, 492<br />
motor <strong>listrik</strong>, 433<br />
motor <strong>listrik</strong> bantu, 394<br />
motor <strong>listrik</strong> terbakar, 278<br />
motor tidak mau berputar, 382<br />
motor terlalu cepar putarannya, 384<br />
multiple grounding rod,137<br />
mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 21<br />
NiOH (nikel oksihidrat), 79<br />
ohmsaklar, 351<br />
off delay, 429<br />
on delay, 429<br />
operator system, 105<br />
operation planning, 7<br />
operasi, 17<br />
operasi unit pembangkit, 236<br />
opjager, 357<br />
oscilloscope, ,571<br />
otomatisasi, 261<br />
output pilot exciter, 36<br />
output, 36<br />
over circuit breaker, 394<br />
over heating, 276<br />
partial discharge, 271<br />
pemadam kebakaran, 229<br />
pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />
pembebasan tegangan, 252<br />
pembumian, 105<br />
pemeliharaan alat ukur, 576<br />
pemeliharaan crane dan lift, 518<br />
pemeliharaan dan sop, 427<br />
pemeliharaan bulanan, 391<br />
pemeliharaan alat komunikasi pada<br />
pusat pembangkit, 539
LAMPIRAN<br />
B4<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
pemeliharaan generator dan<br />
governor, 393<br />
pemeliharaan harian, 391<br />
pemeliharaan instalasi pada pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong>, 126<br />
pemeliharaan mingguan, 391,<br />
pemeliharaan periodik, 268, 392<br />
pemeliharaan pada plta, 393<br />
pemeliharaan pmt, 474<br />
pemeliharaan PLTU, 170<br />
pemeliharaan rutin, 391<br />
pemeliharaan sistem kontrol, 488<br />
pemeliharaan sumber dc, 347<br />
pemeliharaan transformator,395,<br />
459<br />
pemeliharaan triwulan, 392<br />
pemeriksaan transformator, 101<br />
pemetan (plotting), 569<br />
pemindahan beban, 256<br />
pemutus beban (PMB), 50<br />
pemutus <strong>tenaga</strong> (PMT), 47, 474<br />
pemutus <strong>tenaga</strong> meledak, 279<br />
pemutus <strong>tenaga</strong>, 432<br />
pencatat langsung, 570<br />
pengatur phasa, 562<br />
pengereman dinamik, 504<br />
pengereman mekanik, 507<br />
pengereman motor, 507<br />
pengereman plug, 503<br />
pengereman regeneratif, 506<br />
penggerak mula, 1<br />
penghubung, 432<br />
pengujian transformator, 459<br />
pengukuran, 546<br />
pengukur energi, 560<br />
pengukuran daya <strong>listrik</strong>, 548<br />
pengukuran faktor daya, 551<br />
pengukuran frekuensi, 557<br />
pengukuran tegangan tinggi, 545<br />
penulisan pena, 568<br />
penunjuk (register), 564<br />
penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 21<br />
penyaring pengait, 529<br />
penyediaan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, 1<br />
peramalan beban, 9<br />
perbaikan dan perawatan genset,<br />
443<br />
perbaikan generator sinkron, 282<br />
peredam reaktansi, 575<br />
perencanaan distribusi, 7<br />
perencanaan subtransmisi, 7<br />
performance test, 391<br />
perkiraan beban, 5, 236<br />
perubahan temperatur, 398<br />
pilot exciter, 37, 393<br />
piston ring, 18<br />
plate tectonic, 190<br />
PLTA, 1, 11, 78, 145<br />
PLTD, 11, 78, 198<br />
PLTG, 11, 180<br />
PLTGU, 184<br />
PLTN, 1, 14, 208<br />
PLTP, 1,11, 189<br />
PLTU, 3, 160<br />
PMT gas SF6, 63<br />
PMT medan magnit, 63<br />
PMT vacum, 57<br />
PMS (Saklar pemisah), 50<br />
penyimpanan alat ukur, 578<br />
potensiometer, 106, 567<br />
power generator, 4<br />
power line carrier (PLC),119,522<br />
power plant, 8<br />
power network analyzer, 23, 24<br />
predictive maintenance, 180<br />
primer proteksi, 341<br />
primover, 1, 4<br />
prinsip kerja alat ukur, 560<br />
program automatic control, 142<br />
pusat <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> thermo, 3, 11<br />
pusat <strong>listrik</strong> <strong>tenaga</strong> hydro,3, 12<br />
putaran motor terbalik, 385<br />
radiator, 17<br />
rangkaian transmisi suara,529<br />
recorder, 568<br />
region, 238<br />
rel (busbar), 15, 43<br />
rel ganda, 44<br />
rel tunggal, 43<br />
relai hubung tanah, 113<br />
relai diferensial, 112<br />
relai proteksi, 110, 477<br />
repetitive, 572<br />
rotating rectifier, 480<br />
rotor turbogenerator, 30<br />
run off river, 147<br />
sutm, 259<br />
saklar, 49
saklar pemisah (PMS),49<br />
saluran jebakan, 529<br />
saluran kabel, 48<br />
scada, 119<br />
sentral telepon, 347<br />
sensing circuit, 482<br />
sel berbentuk lurus, 348<br />
selenoid, 508<br />
shut down unit, 422<br />
sistem distribusi, 10<br />
signal generator, 574<br />
sincronizing circuit, 484<br />
simbol gerbang AND, 429<br />
simbol gerbang OR, 429<br />
single grounding rod, 137<br />
sistem excitacy, 106, 478<br />
sistem excitacy dengan sikat , 478<br />
sistem excitacy tanpa sikat, 479<br />
sistem interkoneksi, 20, 235<br />
sistem pengukuran, 109<br />
sistem proteksi, 110<br />
sistem yang terisolir, 235<br />
sop blower, 273<br />
sop operator boiler lokal, 426<br />
sop sistem ke<strong>listrik</strong>an, 428<br />
stator pilot exciter, 37<br />
start nor mal stop, 400<br />
storage,573<br />
suku cadang, 272<br />
super heater, 150<br />
switchgear, 72, 466<br />
switching, 102, 256<br />
system grid operation, 8<br />
system logic, 427<br />
system logic and wiring diagram,<br />
427<br />
system planning, 5<br />
tabel kebenaran, 427<br />
tahanan geser, 36<br />
tahanan isolasi, 393, 395<br />
tegangan line, 545<br />
perkembangan teknologi<br />
pembangkitan, 20<br />
<strong>telekomunikasi</strong>, 552<br />
<strong>telekomunikasi</strong> melalui kawat, 523<br />
Daftar Istilah LAMPIRAN<br />
B5<br />
thermal siphon filter, 96<br />
threshold values, 142<br />
thyristor circuit, 485<br />
time based maintenance, 391<br />
timer, 429<br />
top overhaul, 269<br />
transformator, 81<br />
transformator arus, 541<br />
transformator rusak, 278,<br />
transformator tegangan, 546<br />
transformator <strong>tenaga</strong>, 450<br />
transformator toroida, 545<br />
transformator 3 phasa, 27<br />
transmisi, 6, 545<br />
transmission planning, 6<br />
trichloroethylene, 100<br />
turbin pelton, 154<br />
turbin crossflow, 225<br />
turbin air, 4,5<br />
trip coil, 74<br />
turbin francis, 151<br />
turbin gas 4,5<br />
turning gear, 412,, 425<br />
turbin kaplan, 152<br />
turbin uap, 4, 5<br />
turbocharger, 203<br />
turning type, 524<br />
ultra-high frequency (UHF), 493<br />
unit avr, 482<br />
unit tyristor, 485<br />
urutan kerja dan tanggungjawab,<br />
403<br />
type brushlees exiter system, 35<br />
type rasio, 558<br />
vacuum interrupter (VI), 446<br />
viskositas, 93<br />
voltage adjuster, 481<br />
voltmeter digital, 565<br />
VVA, 37<br />
waduk, 159<br />
wattmeter, 503<br />
wattmeter 1 phasa, 548, 549<br />
wattmeter 1 phasa dan 3 phasa,548<br />
wattmeter 3 phasa, 550<br />
wiring diagram, 429
DAFTAR TABEL<br />
H a l<br />
II.1 Komponen dan Cara Pemeriksaan Transformator<br />
Tenaga<br />
101<br />
II.2 Tahanan Jenis Berbagai Macam Tanah Serta<br />
Tahanan Pentanahan<br />
139<br />
III.1 Klasifikasi Serta Data Batu 216<br />
III.2 Data Teknis Bahan Bakar Minyak 217<br />
III.3 Struktur Molekul Hydrocarbon Aliphatic 222<br />
III.4 Komposisi BBM Diesel Produk Soviet 222<br />
III.5 Hubungan Tekanan Uap dengan Suhu 224<br />
III.6 Komposisi Gas Alam dari Berbagai Tempat 225<br />
IV.1 Neraca Daya Sistem 244<br />
IV.2 Neraca Energi Sistem 248<br />
VI.1<br />
Standar Kebutuhan Hantaran, Pengaman Lebur, dan<br />
Diameter Pipa <strong>untuk</strong> Penyambungan Motor Induksi<br />
298<br />
VI.2 Standart Kabel dengan Isolasi Karet dalam Pipa<br />
sesuai Standart American Wire Gauge<br />
299<br />
VI.3 Pemakaian Arus dan Tegangan pada Motor DC dan<br />
Motor AC 3 Phasa menurut AEG<br />
300<br />
VI.4 Format dan Data Fisik yang Dicatat Pada Proses<br />
Penerimaan<br />
310<br />
VI.5 Hasil Inspeksi Ke<strong>listrik</strong>an 311<br />
VI.6 Dismanting Data 312<br />
VI.7 Striping Data 321<br />
VI.8 Format Data Hasil Pengukuran dan Tes Running 336<br />
VI.9 Format Proses Pencatatan Tes Ke<strong>listrik</strong>an 337<br />
VI.10 Laporan Tes Ke<strong>listrik</strong>an Inti Stator 338<br />
VI.11 Laporan Waktu & Kinerja Karyawan 339<br />
VI.12 Laporan Inspeksi 340<br />
VI.13 Daftar Diameter, Penampang, Berat dalam kg/km,<br />
dan Besarnya Nilai Tahanan pada Suhu 15 0 C<br />
Ohm/km<br />
341<br />
VIII.1 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi pada Pilot Exciter Unit I<br />
393<br />
VIII.2 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi pada Main Exciter Unit I<br />
393<br />
VIII.3 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi pada Main Generator Unit I<br />
394<br />
VIII.4 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi Pada Motor Listrik Bantu Unit I<br />
394<br />
VIII.5 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi Pada OCB Generator 6 kV Unit I<br />
395<br />
Pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> LAMPIRAN<br />
C1
VIII.6 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi Transformator I (6/70 kV)<br />
395<br />
VIII.7 Contoh Hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan<br />
Isolasi pada OCB Transformator 70 kV<br />
396<br />
VIII.8 Contoh hasil Pengukuran Besar Nilai Tahanan Isolasi<br />
Pada OCB Generator 6 kV<br />
396<br />
VIII.9 Contoh Hasil Pemeliharaan Accu 398<br />
IX.1 Istilah-Istilah yang ada Pada SOP PLTU Perak 401<br />
IX.2 Format Pengesahan Dokumen 402<br />
IX.3 Daftar Dokumen Terkait 405<br />
IX.4 Daftar Penerimaan Awal Dokumen Terkendali 406<br />
IX.5 Daftar Perubahan Dokumen 408<br />
IX.6 Daftar Induk Perubahan Dokumen 409<br />
IX.7 Lembar Tanda Terima Dokumen 410<br />
IX.8 Bagan Alir Dokumen Mutu 411<br />
IX.9 Kebenaran “AND” 427<br />
IX.10 Kebenaran “OR” 428<br />
IX.11 Kebenaran “NOT” 428<br />
IX.12 Data Transformator 439<br />
IX.13 Pengaturan Tap Changer Trafo Daya 439<br />
IX.14 Instruksi Kerja Pemeliharaan Genset 446<br />
X.1 Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Baru 453<br />
X.2 Tabel Spesifikasi Minyak Transformator Bekas 454<br />
XI.1 Momen Inersi Gerak dan Putaran 502<br />
XII.1 Karakteritik dan Struktural Kabel Telekomunikasi 526<br />
XII.2 Komunikasi dengan Pembawa Saluran Tenaga 527<br />
XII.3 Struktur Kabel Koaksial Frekuensi Tinggi <strong>untuk</strong><br />
Pembawa (PLC)<br />
527<br />
XII.4 Contoh Spesifikasi Peralatan Pembawa Saluran<br />
Tenaga (PLC)<br />
531<br />
XII.5 Contoh Spesifikasi Peralatan Komunikasi Radio 533<br />
LAMPIRAN<br />
C2
DAFTAR GAMBAR<br />
Halaman<br />
I.1 Diagram Proses Pembangkitan Tenaga Listrik 2<br />
I.2 Contoh Diagram Beban Listrik Harian 3<br />
I.3 Contoh Power Generator Comersial di India 4<br />
I.4 Pengangkatan Transformator Menggunakan Crane Untuk<br />
Pengembangan Pusat Pembangkit Listrik<br />
6<br />
I.5 Contoh Konstruksi Transmisi 7<br />
I.6 Contoh Konstruksi Jaringan Distribusi 7<br />
I.7 Sistem Grid Operation pada Power Plant 8<br />
I.8 Pembangunan PLTD yang Memperhatikan Lingkungan 9<br />
I.9<br />
Aktivitas yang Harus Dilakukan Pada Perencanaan Sistem<br />
Pembangkit Tenaga Listrik<br />
9<br />
I.10<br />
Blok Diagram Proses Merencanakan Bentuk Sistem<br />
Distribusi<br />
10<br />
I.11 PLTA Mini Hydro Memanfaatkan Debit Air 12<br />
I.12 Proses Penyaluran Air PLTA Mendalan Memanfaatkan Tinggi<br />
Jatuh Air<br />
13<br />
I.13 Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga Lstrik pada Pusat<br />
Pembangkit Listrik Sederhana<br />
15<br />
I.14 Sebagian dari Sistem Interkoneksi (Sebuah Pusat<br />
Pembangkit Listrik Dua Buah GI dan Sub System Distribusi)<br />
21<br />
I.15 Propses Penyediaan Tenaga Listrik (Pembangkitan dan<br />
Penyaluran)<br />
22<br />
I.16 Proses Penyediaan Tenaga Listrik Bagi Konsumen 23<br />
I.17 Power Nertweork Analiser Type Topas 1000 Buatan LEM<br />
Belgia<br />
24<br />
II.1 Generator Sinkron 3 Phasa Pasa 25<br />
II.2 Rangkaian Listrik Generator Sinkron 3 Phasa Hubungan Y 26<br />
II.3 Kumparan Stator generator Sinkron ke Phasa Hubvungan Y 26<br />
II.4 Hubungan Klem Generator Sinkron 3 Phasa Hubungan Y 27<br />
II.5 Diagram Hubungan Generator dan Transformator 3 Phasa 28<br />
II.6 Prinsip Penguatan Pada Generator Sinkron 3 Phasa 28<br />
II.7 Generator Sebuah PLTU Buatan Siemen dengan 2 Kutub 29<br />
II.8 Rotor Turbo Generator Berkutub Dua 30<br />
II.9 Rotor Generator PLTA Kota Panjang (Riau) Berkutub Banyak<br />
57 MW<br />
31<br />
II.10 Stator dari Generator Sinkron 31<br />
II.11 Diagram Generator Sinkron 500 MW Dengan Penguat<br />
Generator DC 2400 kW<br />
32<br />
II.12 Stator Generator Sinkron 3 Phasa 500 MVA, 15 kV, 200<br />
RPM, 378 Slots<br />
32<br />
II.13 Stator Steam Turbin Generator Sinkron 722 MVA 3600 RPM<br />
19kV<br />
33<br />
II.14 Rotor Generator 36 Kutub, Pengutan 2400 ADC Hasil<br />
Penyearahan Listrik 330 Volt AC<br />
33<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D1
x<br />
II.15 Belitan Rotor Salient Pool (Kutub Menonjol) Generator<br />
Sinkron 250 MVA<br />
34<br />
II.16 Generator Sinkron Rotor Sangkar Kutub Menonjol 12 Slot 34<br />
II.17 Rotor 3 Phasa Steam Turbine Generator 1530 MVA, 1500<br />
rpm, 27 kV, 50 Hz<br />
35<br />
II.18 Rotor Belit 4 Kutup, Penguatan 11,2 kA 600V DC Brushlees 35<br />
II.19 Type Brushlees Excitacy System 36<br />
II.20 Penguatan Generator Unit I PLTA Mendalan 37<br />
II.21 Gambar pengawatan system penguatan generator unit I<br />
PLTA di Daerah Mendalan Sumber (PLTA Mendalan)<br />
38<br />
II.22 Prinsip Kerja AVR Brown & Cie 39<br />
II.23 Bagian–Bagian Generator DC dengan 2 Kutup 40<br />
II.24 Generator DC Shunt 4 Kutup 40<br />
II.25 Bagian–Bagian Generator DC 100 kW, 250V, 4 Kutup, 1275<br />
rpm (Courtesy of Generator Electric Company USA)<br />
41<br />
II.26 Generator DC 2 Kutup dengan Penguatan Tersendiri 41<br />
a. Generator Shunt dengan Penguatan Sendiri<br />
II.27<br />
b. Diagram Skema Generator Shunt<br />
a. Generator Kompon Panjang Berbeban<br />
II.28<br />
b. Skema Diagram Generator Kompon<br />
a. Generator Abad 20 Awal<br />
II.29 b. Generator Portable (Pandangan Samping)<br />
c. Generator Portable (Pandangan Sudut)<br />
Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Tunggal Menggunakan<br />
II.30<br />
PMS Seksi<br />
II.31 Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />
PMT Tunggal<br />
Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />
II.32<br />
Dua PMT (PMT Ganda)<br />
II.33 Pusat Pembangkit Listrik dengan Rel Ganda Menggunakan<br />
PMT 1½<br />
II.34 Saluran antara Generator dan Rel 48<br />
II.35 Satu PMT dan Tiga PMS 51<br />
II.36 Konstruksi Alat Pentahanan 51<br />
II.37 Pemutus Tenaga dari Udara 52<br />
II 38 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Minyak Banyak<br />
Sederhana<br />
52<br />
II.39 Konstruksi Kontak-Kontak PMT Minyak Banyak Sederhana 53<br />
II.40 PMT 150 kV Minyak Banyak di CB Sunyaragi 53<br />
II.41 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT minyak Banyak 54<br />
II.42 PMT Minyak Sedikit 70 kV 55<br />
II.43 Konstruksi Ruang Pemadaman Pada PMT Minyak Sedikit<br />
Secara Umum<br />
56<br />
II.44 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Minyak Sedikit Secara<br />
Sederhana<br />
56<br />
II.45 PMT SF6 500 kV Buatan BBC di PLN SeKtor TET 500 kV<br />
Gandul<br />
58<br />
II.46 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT/S 58<br />
LAMPIRAN<br />
D2<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
42<br />
42<br />
43<br />
44<br />
45<br />
46<br />
47
II.47 Potongan PMT <strong>untuk</strong> Rel Berisolasi Gas SF6 72,5 –245 kV 59<br />
II.48 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT SF6 Secara Sederhana 59<br />
II.49 PMT Vakum Buatan ABB Tipe VD4 60<br />
II.50 Konstruksi dan Mekanisme PMT Vakum Buatan ABB Tipe<br />
VD4<br />
60<br />
II.51 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum Secara Umum 61<br />
II.52 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum 61<br />
II.53 Kontak PMT Vakum dengan Medan Magnit Radial 62<br />
II.54 Kontak PMT Vakum dengan Medan Magnit Aksial 63<br />
II.55 PMT Medan Magnit 63<br />
II.56 PMT 500 kV Buatan BBC yang Dilengkapi Resistor 65<br />
II.57 PMT 500 kV Buatan BBC Tanpa Dilengkapi Resistor 65<br />
II.58 Konstruksi Ruang Pemadaman PMT Vakum Buatan Siemens 66<br />
II.59 PMT Udara Hembus dengan Ruang Pemadaman Gas secara<br />
Keseluruhan<br />
66<br />
II.60 Hubungan Resistor dan Kapasitor dengan Kontak-Kontak<br />
Utama PMT Udara Tekan 500 kV Buatan BBC<br />
67<br />
II.61 Kondisi Kontak dari Sebuah Saklar Dalam Keadaan Tertutup 68<br />
. (a), Mulai Membuka (b) dan (c) Sudah Terbuka Lebar<br />
II.62 Penampung Udara, Ruang Pemutus, dan Katup<br />
Penghembus dari Air Blast Circuit Breaker<br />
68<br />
II.63 Contoh Circuit Breaker Tiga Phase 1200A 115 kV, Bill 550 kV<br />
(Courtesy of General Electric)<br />
69<br />
II.64 Circuit Breaker Oil minimum <strong>untuk</strong> intalasi 420 kV, 50 Hz<br />
(Courtesy of ABB)<br />
69<br />
II.65 Air Blast Circuit Breaker 2.000 A 362 kV (Courtesy of General<br />
Electric)<br />
70<br />
II.66 Switchgear High Density MV 70<br />
II.67 Circuit Breaker Enclosed 15 Group Enclosed SF6<br />
II.68 Vacum Circuit Beaker memiliki Rating 1200 A pada 25,8 kV<br />
Dapat Memotong Arus 25 kA Dalam 3 Siklus <strong>untuk</strong> Sistem 60<br />
Hz (Courtesy of General Electric)<br />
II.69 Hom-gap Disconnecting Switch 1 kutup 3 phase 725 kV 60 72<br />
Hz, kiri posisi terbuka dan kanan tertutup 10 siklus 1200 kA<br />
Bill 2200 kV (Courtesy of Kearney)<br />
II.70 Mekanisme Penggerak PMT Menggunakan Pegas dalam 73<br />
Keadaan Tertutup Dilihat dari Sisi Depan<br />
II.71 Mekanisme Penggerak PMT yang Menggunakan Pegas<br />
73<br />
Keadaan Terbuka Dilihat Dari Sisi Depan<br />
II.72 Mekanisme Penggerak PMT Menggunakan Pegas Dilihat 75<br />
Dari Samping<br />
II.73 a. Instalasi Pemakaian Sendiri Pusat Pembangkit Listrik<br />
76<br />
Kapasitas di Bawah 5 MW<br />
II.73 b. Instalasi Pusat Listrik Kapasitas 5 MW Sampai 15 MW 76<br />
II.73 c. Instalasi Sendiri Pada Pusat Listrik dengan Kapasitas di 77<br />
Atas 15 MW<br />
II.74 Instalasi Baterai dan Pengisiannya 78<br />
XX<br />
71<br />
71<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D3
X<br />
II.75 Perubahan Kimia Selama Pengisian dan Pemakaian Aki 79<br />
II.76 Grafik Kapasitas Aki 80<br />
II.77 Macam - Macam Transformator Pada Unit Pembangkit<br />
Listrik<br />
82<br />
II.78 Transformator 2 Phase Type OA 82<br />
II.79 Transformator 3 Phase Type 1000 MVA 83<br />
II.80 Transformator 3 Phasa Transformator 4500 MVA yang<br />
Digunakan <strong>untuk</strong> Station Pembangkit Nuklir<br />
83<br />
II.81 Transformator Special pada Pembangkit Tenaga Panas<br />
Produksi ABB<br />
84<br />
II.82 Transformator 3 Phasa dengan Daya 36 MVA 13,38 kV 84<br />
II.83 Transformator 3 Phasa Hubungan Delta-Delta yang<br />
Disusun dari 3 Buah Transformator Satu Phasa A,B, dan C<br />
Dihubungkan Pada Pembangkit Listrik<br />
86<br />
II.84 Diagram Hubungkan Delta-Delta Transformator 3 Phasa<br />
Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban (Load)<br />
87<br />
II.85 Transformator 3 Phase Hubungan Delta – Bintang yang<br />
Disusun dari 3 Buah Transformator Satu Phasa<br />
89<br />
II.86 Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram<br />
Phasor<br />
89<br />
II.87 Diagram Gambar Contoh Soal 90<br />
II.88 Transformator 3 Phase Hubungan Bintang-Bintang 91<br />
II.89 Transformator Hubungan Bintang-Bintang dengan Tersier 91<br />
II.90 Open Delta Conection 92<br />
II.91 Transformator Hubungan Open Delta 92<br />
II.92 Susunan Elektroda Untuk Tegangan Searah 97<br />
II.93 Jembatan Schering Untuk Mengukur Kapasitansi dan<br />
Factor Disipasi<br />
98<br />
II.94 Jembatan Schering 98<br />
II.95 Pentahanan pada Transformator 3 Phasa 105<br />
II.96 Petanahan pada Transformator 3 phasa 106<br />
II.97 Pengaturan Tegangan Generator Utama dengan<br />
Potensiometer<br />
106<br />
II.98 Sistem Excitacy Tanpa Sikat 107<br />
II.99 PMT Medan Penguat dengan Tahanan R 108<br />
II.100 Pengukuran Daya Aktif Pada Rangkaian Tegangan Tinggi 110<br />
II.101 Diagram Pengukuran pada Generator dan Saluran Keluar 111<br />
II.102 Bagan Rangkaian L<strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> Sistem Proteksi 112<br />
II.103 Kontruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse<br />
yang menggunakan celah udara (air gap) di bagian atas<br />
116<br />
II.104 Lighting Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di<br />
Luar Gedung<br />
116<br />
II.105 Lighting Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di<br />
Dalam Gedung<br />
117<br />
II.106 Skematik Prinsip Kerja PLC 120<br />
II.107 Diagram Blok Remote Terminal Unit (RTU) 121<br />
X<br />
LAMPIRAN<br />
D4<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik
II.108 Contoh dari Sebuah PLTU Berdiri Sendiri dengan 3 Unit 121<br />
II.109 Pengawatan Skunder dari Suatu Penyulang (Saluran<br />
Keluar) yang Diproteksi oleh Relai Arus Lebih dan Relai<br />
Gangguan Hubung Tanah<br />
123<br />
II.110 Prinsip Kerja Kontak Reset 125<br />
II.111 Berbagai Macam Kabel, Baik Untuk Penyalur Daya<br />
Maupun Untuk Pengawatan Skunder dan Kontrol<br />
132<br />
II.112 Diagram Satu Garis dari PLTGU, Turbin Gas Distart Oleh<br />
Generatornya yang Dijadikan Motor Start<br />
134<br />
II.113 Foto Dari Sebuah Alat Perekam Kerja (Untuk Pengujian)<br />
PMT Buatan Euro SMC<br />
135<br />
II.114 Data Hasil Pengujian Pemutusan Tenaga 135<br />
II.115 Empat Alat Pentanahan 138<br />
II.116 Batang Pentanahan Beserta Aksesorinya 138<br />
II.117 Batang Petanahan dan Lingkaran Pengaruhnya 139<br />
II.118 Cara Mengukur Tahanan Pentanahan 140<br />
II.119 Penggunaan Transformator Arus Klem 140<br />
II.120 Bagan Intalasi Pneumatik (Udara Tekan) Sebuah PLTD 141<br />
II.121 Amplifier Hidrolik 142<br />
II.122 Reservoir Minyak Bertekanan Untuk SIstem kontrol 143<br />
II.123 Komponen Peralatan Untuk Pengaturan Hidrolik 144<br />
III.1 Proses Konversi Energi Dalam Pusat Listrik Tenaga Air 145<br />
III.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat Dari Atas 146<br />
III.3 Prinsip Kerja PLTA Run Off River 148<br />
III.4 Potongan Memanjang Pipa Pesat PLTA Sutami (PLTA<br />
dengan Kolam Tando Reservoir)<br />
148<br />
III.5 Bendungan II ETA Mrica di Jawa Tengah dengan kapasitas<br />
3 x 60,3 MW, Bendungan Beserta Pelimpasannya (Sisi<br />
Kiri) dan Gedung PLTA Beserta Air Keluarnya (Sisi Kanan).<br />
149<br />
III.6 Bendungan Waduk PLTA Saguling 4x175 MW dan tampak<br />
Rock Fill Dam (sisi kiri) dan Pelimpasan (bagian tengah)<br />
serta Pintu Air <strong>untuk</strong> keamanan<br />
149<br />
III.7 Intake PLTA di Jawa Barat dengan Kapasitas 4x175 MW 150<br />
III.8 Pipa Pesat dan Gedung PLTA di Jawa Barat 150<br />
III.9 Pipa Pesat PLTA Lamojan 151<br />
III.10 Ruang Turbin PLTA Cirata di Jawa Barat 6x151 MW 152<br />
III.11 Turbin Kaplan 152<br />
III.12 Turbin Francis Buatan Toshiba 153<br />
III.13 Turbin Francis dan Generator 3600 M 153<br />
III.14 Turbin Francis dan Generator 4190 M 154<br />
III.15 Turbin Peiton Buatan Toshiba 155<br />
III.16 Hutan Beserta Lapisan Humus & DAS 157<br />
III.17 Pembebanan PLTA, Beban Diusahakan Maksimal tetapi<br />
Disesuaikan dengan Tersedianya Air<br />
158<br />
III.18 Duga Muka Air Kolam 159<br />
III.19 Siklus Uap dan Air yang Berlangsung dalam PLTU, yang<br />
Dayanya Relatif Besar, di Atas 200 MW<br />
161<br />
III.20 Coal Yard PLTU Surabaya 165<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D5
X<br />
III.21 PLTU Paiton Milik PLN 165<br />
III.22 Ruang Turbin PLTU Surabaya 166<br />
III.23 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN Jawa Timur 166<br />
III.24 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN 36 Sudu Jalur Jawa 167<br />
Timur<br />
III.25 Generator dan Turbin 400 MW di Jawa Timur 167<br />
III.26 Turbin Uap dan Kondensor 168<br />
III 27 Boiler PLTU Perak 169<br />
III.28 Rangkaian Proses Demineralisasi 177<br />
III.29 Rangkaian Air Ketel Uap 178<br />
III.30 Rangkaian Air Ketel Uap 178<br />
III.31 Prinsip Kerja Unit Pembangkit Turbin Gas 181<br />
III.32 Produk-Produk Turbin Gas Buatan Aistom dan Siemens 183<br />
III.33 Konstruksi Ruang Bakar Turbin Gas Buatan Aistom,<br />
Kompresor Disebelah Kanan dan Turbin di Sebelah Kiri<br />
184<br />
III.34 Skema Sebuah Blok PLTGU yang Terdiri dari 3 Unit PLTG 185<br />
dan Sebuah UniT PLTU<br />
III.35 Diagram Aliran Uap Pada Sebuah PLTGU yang<br />
187<br />
Menggunakan 3 Macam Tekanan Uap; HP (High Pressure),<br />
IP (Intermediate Pressure), dan LP (Low Pressure) buatan<br />
Siemens<br />
III.36 Heat-Recovery Steam Generator PLTGU Tambak Lorok 187<br />
Semarang dari Unit PLTG 115 MW<br />
III.37 PLTGU Grati di Jawa Timur (Pasuruan) Terdiri Dari: Turbin 188<br />
Gas : 112,450 MW x 3; Turbin Gas : 112,450 MW x 3; Turbin<br />
Uap; 189,500 MW; Keluran Blok: 526,850 MW<br />
III.38 Bagian dari HRSG yang BerseNtuhan dengan Gas Buang 188<br />
III.39 Blok PLTGU Buatan Siemens yang Terdiri dari Dua Buah 188<br />
PLTG dan Sebuah PLTU<br />
III.40 Skematik Diagram PLTP Flused Stem Sistem 197<br />
III.41 PLTP Siklus Binary 198<br />
III.42 Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah 200<br />
III.43 Prinsip kerja Mesin Diesel 2 Langkah 200<br />
III.44 PLTD Sungai Raya Pontianak (Kalimantan Barat 4 x 8 MW, 203<br />
Pondasi Mesin Berada di atas Permukaan Tanah dan Jumlah<br />
Silinder 16 dalam Susunan V<br />
III.45 Kurva Efisiensi Unit Pembangkit Diesel 204<br />
III 46 Pompa Pengatur Injeksi BBM 204<br />
a. Posisi 1<br />
b. Posisi 2<br />
c. Posisi 3<br />
III.47 Turbochanger Bersama Intercooler 205<br />
III.48 Gambar potongan dan Rotor Turbochanger Buatan MAN (a) 206<br />
Kompresor (b) Turbin gas<br />
III.49 Mesin Diesel Buatan MAN dan B & W 207<br />
a. Dengan Susunan Silinder V,<br />
b. Dengan Susunan Silinder Baris<br />
X<br />
LAMPIRAN<br />
D6<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik
III.50 Skema Prinsip Kerja PLTN 209<br />
III.51 Proses Emulsion Pada Reactor Nuklir 209<br />
III.52 Reaktor dengan Air Bertekanan dan Mendidih 210<br />
III.53 Sirkuit Dasar Uninterrupted Power Supply 211<br />
III.54 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Diesel Generating Set 212<br />
III.55 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Switch 212<br />
III.56 Skema Unit Pembangkit Tenaga Angin 213<br />
III.57 Prinsip Kerja Fuel Cell 214<br />
III.58 a. Struktur Molekul Cyclopentane C5H1O<br />
219<br />
b. Struktur Molekul Cyclopentene C5H8 219<br />
c. Struktur Molekul Benzene C6H6 219<br />
III.59 Isooctane C8H18 dengan Cabang Methyl CH3+<br />
220<br />
III.60 Struktur Molekul Toluene, Salah Satu Atom H Giganti<br />
221<br />
dengan Rantai Methyl CH3+<br />
III.61 a. Kantong Gas Berisi Gas Saja 224<br />
b. Kantong Gas Berada di atas Kantong Minyak (Petroleum<br />
Gas)<br />
224<br />
III.62 Turbin Cross Flow Buatan Toshiba 227<br />
III.63 Aliran Air Pendingin dan Uap dalam Kondensor PLTU 227<br />
III.64 Pelindung Katodik pada Instalasi Air Pendingin 228<br />
III.65 Transformator yang Sedang Mengalami Kebakaran dan<br />
Sedang Diusahakan Untuk Dipadamkan dengan<br />
Menggunakan Air<br />
231<br />
IV.1 Sebuah Sistem Interkoneksi yang Terdiri dari 4 Buah Pusat<br />
Listrik dan 7 Buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan<br />
Transmisi 150 kV<br />
235<br />
IV.1 Gambar Sebuah Sistem Interkoneksi yang terdiri dari 4 buah<br />
Pusat Listrik dan 7 buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan<br />
Transmisi 150 kV<br />
235<br />
IV.2 a. Kurva Beban Sistem dan Region Minggu, 11 November<br />
2001 pukul 19.30 = 11.454 MW (Netto)<br />
237<br />
b. Kurva Beban Sistem dan Region Senin, 12 November<br />
2001 Pukul 19.00 = 12.495 MW (Netto)<br />
237<br />
c. Kurva Beban Sistem dan Region Selasa, 13 November<br />
2001 Pukul 18.30 = 12.577 MW (Netto)<br />
238<br />
d. Kurva Beban Sistem dan Region Rabu, 14 November<br />
2001 pukul 19.00 = 12.500 MW (Netto)<br />
238<br />
e. Kurva Beban Sistem dan Region Kamis, 15 November<br />
2001 Pukul 18.00 = 12.215 MW (Netto)<br />
239<br />
f. Kurva Beban Sistem dan Region Jumat, 16 November<br />
2001 Pukul 18.30 = 12.096 MW (Netto)<br />
239<br />
g. Kurva Beban Sistem dan Region Sabtu, 17 November<br />
2001 pukul 20.000 = 11.625 MW (Netto)<br />
240<br />
h. Kurva Beban Sistem dan Region (Idul Fitri Hari Ke 1)<br />
minggu, 16 Des.2001 Pukul 20.00 = 8.384 MW (Netto)<br />
240<br />
i. Kurva Beban Sistem dan Region Natal Selasa, 25<br />
Desenber 2001 Pukul 19.00 = 10.099 MW (Netto)<br />
X<br />
241<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D7
j. Kurva Beban Puncak Tahun Baru Selasa, 1 Januari 2002<br />
pukul 19.30 = 9.660 MW (Netto)<br />
241<br />
k. Kurva Beban Puncak Idul Fitri 1422 H, Natal 2001 Dan<br />
Tahun Baru 2002<br />
242<br />
IV.3 Beban Puncak dan Beban Rata-rata Sistem 245<br />
IV.4 Hal-hal yang dialami unit pembangkit dalam satu tahun (8760<br />
jam)<br />
247<br />
IV.5 Penggambaran LOLP = p x t dalam Hari per Tahun pada<br />
Kurva Lama Beban<br />
249<br />
IV.6 a. Prosedur Pembebasan Tegangan Pada Penghantar<br />
No. 1 Antara Pusat Listrik A dan GI B<br />
253<br />
b. Prosedur memindah Transformator PS dari Rel 1 ke<br />
Rel 2<br />
257<br />
c. Gambar Prinsip dari PMT dalam Sistem Kubikel 258<br />
d. Sistem Rel Ganda dengan PMT Ganda Sistem Kubikal 258<br />
IV.7 a. Konfigurasi Rel Ganda pada Pusat Listrik dengan Kondisi<br />
PMT Kopel masih Terbuka<br />
260<br />
b. Konfigurasi Rel PMT 1½ pada Pusat Listrik,PMT AB2<br />
berfungsi sebagai PMT Kopel<br />
261<br />
V.1 Disturbance Fault Recorder Tipe BEN 5000 buatan LEM<br />
(Belgia)<br />
272<br />
VI.1 Cara Mencari Kerusakan Rangkaian Kutub 283<br />
VI.2 Cara Memeriksa Kerusakan pada Belitan Kutub 284<br />
VI.3 Avometer 286<br />
VI.4 Pemeriksaan Belitan Mesin Listrik 3 Phasa Menggunakan<br />
Megger<br />
287<br />
VI.5 Cara Memeriksa Belitan Kutub Menggunakan Avometer 287<br />
VI.6 Cara Memeriksa Kutup Motor Sinkron Menggunakan Kompas 289<br />
VI.7 Motor Induksi Phasa Belah 301<br />
VI.8 Motor Kapasitor 302<br />
VI.9 Bagan Proses Produksi Pada Usaha Jasa Perbaikan 309<br />
VI.10 Simbol Group Belitan 312<br />
VI.11 Langkah Belitan Nomal dan Diperpendek 314<br />
VI.12 Belitan Gelung dan Rantai 315<br />
VI.13 Bentuk Alur dan Sisi Kumparan 316<br />
VI.14 Jumlah Rangkaian Group pada Satu Phasa 317<br />
VI.15 Belitan Stator Terpasang pada Inti 319<br />
VI.16 Jenis Hubungan Antar Group 320<br />
VI.17 Hubungan antar Group 1 Phasa 320<br />
VI.18 Belitan Rantai Single Layer 321<br />
VI.19 Contoh Bentangan Belitan Rantai Lapis Tunggal 322<br />
VI.20 Contoh Betangan Belitan Notor Induksi 3 Phasa 36 Alur 322<br />
VI.21 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 Phase 48 Alur 323<br />
VI.22 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 phasa 24 alur 324<br />
VI.23 Gambar Skema Langkah Belitan pada Alur Motor Induksi 3<br />
phasa 36 Alur<br />
324<br />
VI.24 Proses Pemberian Red Oxyde 326<br />
VI.25 Isolasi Alur Stator 327<br />
VI.26 Alat Pelindung dan Alat Bantu Memasukkan Belitan pada 328<br />
LAMPIRAN<br />
D8<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik
Alur<br />
VI.27 Pemasukan Belitan Kedalam Alur Stator 329<br />
VI.28 Bentuk Belitan dalam Stator dan Proses Pemvarnisan 330<br />
VI.29 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa <strong>untuk</strong> Crane Double<br />
Speed 720 rpm dan 3320 rpm Star Dalam<br />
342<br />
VI.30 Skema dan Rangkaian Seri Atas-Bawah, Atas-Atas Motor 343<br />
Induksi 3 Phasa Crane Double Speed 720 dan 3320 rpm<br />
VI.31 Skema Langkah Belitan Motor 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344<br />
VI.32 Belitan Motor AC 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344<br />
VI.33 Belitan Motor Induksi Phasa 36 Alur 3000 rpm 345<br />
VI.34 Belitan Motor induksi 3 Phasa 24 Alur 3000 rpm 345<br />
VI.35 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa 24 Alur 1500 Rpm 346<br />
VII.1 Kontruksi dari Sebuah Saklar Sel Berbentuk Lurus 348<br />
VII.2 Hubungan Jajar dari Baterai Akumulator dan Generator 350<br />
VII.3 Hubungan Jajar Baterai Akumulator dengan Dua buah 352<br />
Generator Shunt dan Memakai Tiga Hantaran<br />
VII.4 Pengisian Baterai aAkumulator Terbagi Beberapa Bagian 352<br />
VII.5 Skema Pemasangan Mika Saklar 354<br />
VII.6 Pusat Tenaga Listrik dc Memakai Saklar Sel Berganda 355<br />
VII.7 Opjager 357<br />
VII.8 Skema Sebuah Generator dengan Baterai Buffer 359<br />
VII.9 Penambahan Belitan Magnet 362<br />
VII.10 Medan Differensial 362<br />
VII.11 Skema Agregat dari Piranti 363<br />
VII.12 Rangkaian Magnet dari Mesin Arus Searah pada Umumnya 365<br />
VII.13 Pengikat Inti Kutub Terhadap Rangka Mesin Listrik Arus 369<br />
Searah pada Umumnya<br />
VII.14 Rangka Mesin Listrik Arus Searah yang Retak Rangkanya 369<br />
VII.15 Cara Mencari Belitan Kutub yang Putus 371<br />
VII.16 Mencari Hubung Singkat Belitan Jangkar dengan Growler 374<br />
VII.17 Mencari Hubung Singkat Belitan Terhadap Badan 374<br />
VII.18 Gambar Mencari Belitan Jangkar yang Hubung Singkat<br />
dengan Badan<br />
375<br />
VII.19 Mencari Hubungan Singkat dengan Badan 375<br />
VII.20 Mencari Hubung Singkat terhadap Badan dengan Growler<br />
dan Milivoltmeter<br />
376<br />
VII.21 Mencari Putusnya Belitan dengan Growler dan Cetusan 376<br />
Bunga Api<br />
VII.22 Mencari Putusnya Belitan dengan Jarum Magnet 376<br />
VII.23 Mencari Putusnya Belitan dengan Mili-Voltmeter 377<br />
VII.24 Reaksi Jangkar yang Menye<strong>bab</strong>kan Muculnya Bunga Api 378<br />
VII.25 Arah Menggeser Sikat Setelah Timbul Reaksi Jangkar 379<br />
VII.26 Keadaan Teoritis Reaksi Jangkar pada Motor Arus Searah 380<br />
VII.27 Menggeser Sikat pada Motor Listrik Setelah Timbul Bunga<br />
Api<br />
381<br />
VII.28 Untuk Mencari Bagian Mana yang Rusak Gunakanlah<br />
Avometer<br />
383<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D9
VII.29 Bentuk Lempeng lemel 387<br />
VII.30 Potongan Kolektor 387<br />
VIII.1 Bagian Alir Start-Stop PLTU PERAK III & IV 407<br />
IX.2 Grafik Pengoperasian pada Turning Gear 425<br />
IX.3 Simbol Gerbang AND 427<br />
IX.4 Simbol Gerbang OR 428<br />
IX.5 Simbol Gerbang NOT 428<br />
IX.6 On Delay dan Off Delay pada Timer 429<br />
IX.7 Contoh Wiring Diagram Sistem Ke<strong>listrik</strong>an PLTU Perak 436<br />
X.1 Contoh Transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di 451<br />
LAMPIRAN<br />
D10<br />
atas 1100 kV dan Daya di atas 1000 MVA<br />
X.2 Contoh Vacuum Interrupter 466<br />
X.3 Gas Insulated Switchgear (GIS) 467<br />
X.4 a. Gas Switchgear Combined (GSC) 550 kV 467<br />
b. Gas Switchgear Combined (GSC) 300 kV 468<br />
c. Gas Switchgear Combined (GSC) 245 kV 468<br />
d. Gas Switchgear Combined (GSC) 72,5 kV 468<br />
X.5 Gas Combined Swithgear (GCS) 550 kV, 4000A 469<br />
X.6 Menunjukkan C-GIS (Cubicle Type Gas Insulated<br />
469<br />
Switchgear)<br />
X.6 a. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 72.5 kV 469<br />
b. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 24 kV 470<br />
c. C-GIS (Cubicle type Insulated Switchgear) 12 kV 470<br />
X.7 Dry Air Insulated Switchgear 72.5 470<br />
X.8 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Out Door 145 kV 471<br />
X.9 Reduced Gas Dead Tank Type VCB 72.5 kV 471<br />
X.10 Dry Air Insulated Dead Tank Type VCB 72.5 kV 472<br />
X.11 VCS (Vacuum Combined Switchgear) 472<br />
X.12 VCB (Vacuum Circuit Breaker) In Door Unit 473<br />
X.13 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Indoor Unit 473<br />
X.14 Oil-Immersed distribution transformers 474<br />
X.15 SF6 Gas – Insulated Transformer 474<br />
X.16 Cast Resin Transformer 475<br />
X.17 Sheet – Winding (standart: Aluminum Optional Copper) 445<br />
X.18 Gambar gambar Short Circuit Breaking Tests 476<br />
X.19 Short – Time Witstand Current Test 476<br />
X.20 Alternating Current With Stand Voltage Test 477<br />
X.21 Internal Arc Test of Cubicle 477<br />
X.22 Slide Shows 478<br />
X.23 Grafik Hubungan Sensing Tegangan Terhadap Output of 483<br />
Generator<br />
X.24 Rangkaian Amplifier 484<br />
X.25 Diagram Minimum Excitay Limiter 485<br />
X.26 Blok Diagram Automatic Follower 486<br />
X.27 Diagram Excitacy 487<br />
X.28 Diagram AVR 488<br />
XI.2 Single Line diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander<br />
pada Crane<br />
494<br />
XI.1 Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander 493<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik
XI.3<br />
Pada Crane<br />
Contoh Gambar Menentukan Torsi Mekanik 495<br />
XI.4 Contoh Gambar Menentukan Tenaga Mekanik 496<br />
XI.5 Contoh Gambar Menentukan Daya Mekanik 496<br />
XI.6 Contoh Gambar Menetukan Daya Motor Listrik 497<br />
XI.7 Contoh Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen<br />
Enersi<br />
500<br />
XI.8 Contoh Gambar Menentukan Energi Kinetik pada Putaran 500<br />
dan Momen Enersi pada Roda 2 Pully<br />
XI.9 Rangkaian Control Plug 503<br />
XI.10 Rangkaian Daya Plugging 504<br />
XI.11 Contoh Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 505<br />
XI.12 Single Diagram Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 506<br />
XI.13 Pengereman Regeneratif 506<br />
XI.14 Pengereman Dinamik 507<br />
XI.15 Sambungan Solenoid Rem <strong>untuk</strong> Pengasutan DOL 508<br />
XI.16 Konstruksi dan Pengereman pada Motor Area 509<br />
XI.17 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 510<br />
XI.18 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 511<br />
XI.19 Motor Area pada Crane Gantung 10 Ton <strong>untuk</strong> Mengangkat<br />
Kapal<br />
511<br />
XI.20 Konstruksi Lift 515<br />
XI.21 Contoh Pengawatan Lift 517<br />
XII.1 Bagan Jenis-Jenis Fasilitas Telekomunikasi pada Industri 525<br />
Tenaga Listrik<br />
XII.2 Peralatan Pengait <strong>untuk</strong> Komunikasi Pembawa (PLC) 528<br />
XII.3 Sistem Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC) 530<br />
XII.4 Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi 531<br />
XII.5 Contoh Peralatan Radio 534<br />
XII.6 Contoh Pemancar 535<br />
XII.7 Contoh Komunikasi Radio <strong>untuk</strong> Pemeliharaan 536<br />
XII.8 Lintasan Gelombang Mikro Dipantulkan oleh Reflektor Pasif 538<br />
XII.9 Bagian-bagian Pemancaran (A) Antena Reflektor pasif<br />
Parabola (B) Gelombang Mikro<br />
539<br />
XIII.1 Contoh Pengukuran Arus Dilengkapi Transformator Arus 542<br />
XIII.2 Desain Transformator Arus 500 VA, 100A/5 A <strong>untuk</strong> Line<br />
230 kV<br />
542<br />
XIII.3 Transformator Arus 50 VA, 400 A/5 A, 60 Hz dengan Isolasi<br />
<strong>untuk</strong> Tegangan 36 kV<br />
543<br />
XIII.4 Transformator Toroida 1.000 A/4A <strong>untuk</strong> Mengukur Arus<br />
Line<br />
544<br />
XIII.5 Transformator Toroida Tersambung dengan Bushing 545<br />
XIII.6 Transformator Tegangan pada Line 69 kV 546<br />
XIII.7 Contoh Aplikasi Transformator Tegangan pada Pengukuran<br />
Tegangan Tinggi<br />
547<br />
XIII.8 Contoh Bentuk Amperemeter dan Voltmeter 547<br />
XIII.9 Kontruksi dasar Watt Meter 548<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D11
XIII.10 Pengukuran daya (Watt-Meter 1 phasa) 548<br />
XIII.11 Pengukuran Daya (Watt-Meter 1 Phasa / 3 Phasa) 549<br />
XIII.12 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa 549<br />
XIII.13 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa dan 3 Phasa 549<br />
XIII.14 Cara penyambungan Wattmeter 1 phasa 550<br />
XIII.15 Cara Pengukuran Daya 3 Phasa dengan 3 Wattmeter 550<br />
XIII.16 Rangkaian Pengukuran Daya 3 Phasa 4 Kawat 550<br />
XIII.17 Rangkaian Pengukuran Daya Tinggi 551<br />
XIII.18 Alat Pengukuran Cos Ф 552<br />
XIII.19 Kopel yang Ditimbulkan 522<br />
XIII.20 Pengukuran Cos Ф dengan Kumparan yang Tetap dan Inti 533<br />
Besi<br />
XIII.21 Diagram Vektor Ambar XIII.20 554<br />
XIII.22 Prinsip Cosphimeter Elektro Dinamis 554<br />
XIII.23 Cosphimeter dengan Azaz Kumparan Siang 554<br />
XIII.24 Vektor Diagram Arus dan Tegangan pada Cosphimeter 555<br />
XIII.25 Skala Cosphimeter 3 phasa 555<br />
XIII.26 Kontruksi Cosphimeter dengan Garis-garis 555<br />
XIII.27 Sambungan Cosphimeter 1 phasa 555<br />
XIII.28 Sambungan Secara tidak Langsung Cosphimeter 1 Phasa 555<br />
XIII.29 Pemasangan Cosphimeter 3 phasa 556<br />
XIII.30 Pemasangan Secara Tidak Langsung Cosphimeter<br />
556<br />
3 Phasa<br />
XIII.31 Kerja Suatu Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557<br />
XIII.32 Prinsip Kerja Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557<br />
XIII.33 Prinsip Kerja Frekuensimeter Tipe Elektro Dinamis 558<br />
XIII.34 Prinsip Suatu Frekuensi Meter Jenis Pengisian-<br />
Pengosongan kapasitor<br />
559<br />
XIII.35 Kontruksi Frekuensi Lidah 559<br />
XIII.36 Skala Frekuensimeter Lidah 560<br />
XIII.37 Prinsip Kerja Meter Penunjuk Energi Listrik Arus Bolak- 561<br />
LAMPIRAN<br />
D12<br />
Balik (Jenis Induksi)<br />
XIII.38 Arus Eddy pada Suatu Piringan 561<br />
XIII.39 Prinsip Pengatur Phasa 562<br />
XIII.40 Prinsip Suatu Beban Berat 563<br />
XIII.41 Prinsip Suatu Beban Ringan 563<br />
XIII.42 Bentuk Bentuk Penunjuk (Register) 564<br />
XIII.43 Prinsip Voltmeter Digital dengan Metode Perbandingan 565<br />
XIII.44 Beda Antara Metode Perbandingan dan MetodeIntegrasi 565<br />
XIII.45 Prinsip Sistem Penghitungan dengan Cara Modulasi Lebar<br />
Pulsanya<br />
568<br />
XIII.46 Alat Pencatat Penulis Pena 569<br />
XIII.47 Contoh Cara Kerja Garis Lurus Alat Pencatat Penulis<br />
Langsung<br />
569<br />
XIII.48 Alat Pencatat Penulis Langsung 570<br />
XIII.49 Cara Kerja alat Pencatat Penulis Langsung (jenis<br />
570<br />
pemetaan)<br />
XIII.50 Blok Diagram Suatu Alat Pencatat X-Y 571<br />
XIII.51 Penyimpanan Suatu Sinar Elektron dalam Suatu CRT 572<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik
XIII.52 “Blok Diagram” Suatu Osciloscope (System “Repetitive<br />
Sweep”)<br />
572<br />
XIII.53 Hubungan Antara Bentuk Gelombang yang terlibat dan<br />
bentuk Gelombang “Saw-Tooth” dalam Sistem “Triggered<br />
Sweep”<br />
573<br />
XIII.54 Prinsip penyimpanan “Storage CRT” 573<br />
XIII.55 Contoh dari Samping Osciloskop 574<br />
XIII.56 Bentuk Suatu 1800-4500 MHz Band Signal Generator 574<br />
XIII.57 “Blok Diagram” Untuk Rangkaian Gambar XIII. 106 574<br />
XIII.58 Peredam Reaktansi 575<br />
XIII.59 Pengujian Belitan Mesin Listrik 3 Phasa dengan<br />
Menggunakan Megger<br />
576<br />
XIII.60 Cara Mengukur Belitan Kutub dengan Menggunakan<br />
Avometer<br />
576<br />
Daftar Isi LAMPIRAN<br />
D13
DAFTAR RUMUS<br />
Daftar Rumus LAMPIRAN<br />
E1<br />
N0. Rumus<br />
No.<br />
Persamaan Halaman<br />
1<br />
S = q . 1 1 n1v1<br />
2-1 96<br />
2<br />
S q . n . E<br />
1 1 1 =<br />
2-2 96<br />
3 K = ( LS)<br />
/ UA<br />
2-3 97<br />
4 2w<br />
P = U C tan d<br />
diel<br />
2-4 97<br />
5 P = k.η<br />
. H.<br />
qkW<br />
3-1 146<br />
6<br />
7<br />
8<br />
9<br />
10<br />
11<br />
12<br />
0,<br />
96<br />
11.<br />
400.<br />
p<br />
G = 1.<br />
102<br />
h<br />
n<br />
Pm = S.A.I.BMEP x x k<br />
2 atau 1<br />
pm<br />
- pn.520.Vm<br />
30tm<br />
+ 460<br />
Beban rata - rata<br />
Faktor beban =<br />
Beban Puncak<br />
Produksi 1tahun<br />
Faktor kapasitas =<br />
Daya terpasang x 8.760<br />
Beban alat tertinggi<br />
Faktor utilitas =<br />
Kemampuan alat<br />
Jmlh jam gangguan<br />
FOR =<br />
Jmlh jam operasi + Jmlh jam gangguan<br />
3-2 195<br />
3-3 201<br />
3-4 223<br />
4-1 244<br />
4-2 245<br />
4-3 245<br />
4-4 246<br />
13 LOLP = p x t<br />
4-5 249<br />
14 z<br />
E=2,22. .f.kd.kp. .ω.<br />
a<br />
φ 10 –8 . Volt<br />
6-1 282<br />
15 E = 4,44.N. f.kd.kp. φ.ω. 10 –8 Volt 6-2 282<br />
16 z<br />
E=2,22. .f.kd.kp. .ω.<br />
a<br />
φ 10 –8 .Volt<br />
6-3 282<br />
17 E = 4,44.N. f.kd.kp. φ.ω. 10 –8 Volt 6-4 282<br />
18 E = C. φ . Volt 6-5 282
LAMPIRAN<br />
E2<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
N0. Rumus<br />
No.<br />
Persamaan Halaman<br />
19<br />
S<br />
S/phasa = = 12 alur<br />
3<br />
6-6 313<br />
20 f . 60<br />
p =<br />
n<br />
6-7 313<br />
21 50.<br />
60<br />
p = = 2,…<br />
1470<br />
6-8 313<br />
22 fp = sin ω/Tp.<br />
π/2<br />
6-9 315<br />
23 180.<br />
2 p<br />
R=<br />
S<br />
6-10 319<br />
24<br />
V konstan<br />
Jumlah sel =<br />
V keluar arus<br />
7-1 349<br />
25 I = IG<br />
+ IB<br />
7-2 358<br />
26 E − E<br />
7-3 359<br />
EG =<br />
G<br />
R<br />
G<br />
K<br />
27 EG − ( EK<br />
− dEK<br />
)<br />
IG+dIG =<br />
RG<br />
7-4 360<br />
28 (I G + dIG)<br />
- IG<br />
7-5 360<br />
29 E B − EK<br />
+ dEK<br />
dIB =<br />
R<br />
7-6 360<br />
30<br />
31<br />
dIB =<br />
dE<br />
R<br />
B<br />
dIG : dIB =<br />
32 dIG : dIB =<br />
K<br />
G<br />
B<br />
dE K<br />
:<br />
R<br />
R<br />
1<br />
G<br />
R<br />
1<br />
:<br />
dE<br />
R<br />
B<br />
B<br />
K<br />
7-7 360<br />
7-8 360<br />
7-9 360<br />
33 p n<br />
−8<br />
E = . . z . φ . 10 Volt<br />
a 60<br />
7-10 366<br />
34 p n<br />
−8<br />
. . z . 10 = C<br />
a 60<br />
7-11 360<br />
35 E = C .φ . Volt 7-12 367
π m<br />
ι<br />
36 0, 4 N . I<br />
H=<br />
Oersted<br />
N0. Rumus<br />
π Im<br />
ι<br />
37 0, 4 N .<br />
B=<br />
µ Gauss<br />
Daftar Rumus LAMPIRAN<br />
E3<br />
7-13 367<br />
No.<br />
Persamaan Halaman<br />
7-14 367<br />
38 φ = B.q 7-15 367<br />
π Im<br />
ι<br />
B . A<br />
39 0, 4 N .<br />
φ =<br />
40 φ =<br />
41 φ =<br />
42 E = C<br />
43 E =<br />
Rm<br />
garis – garis<br />
C1<br />
garis – garis<br />
Rm<br />
C1<br />
Rm<br />
m<br />
Volt<br />
C . C1<br />
Volt<br />
R<br />
µ .q garis-garis<br />
7-16 367<br />
7-17 367<br />
7-18 368<br />
7-19 367<br />
7-20 368<br />
44 E = C . φ . Volt. 7-21 370<br />
45 φ = CI . f (Im) garis-garis 7-22 370<br />
46 p n<br />
E = . . z . φ . 10<br />
a 60<br />
47 p n<br />
E = . . z . φ . 10<br />
a 60<br />
48 Ek<br />
C<br />
n<br />
φ<br />
.<br />
=<br />
49<br />
−8<br />
−8<br />
Volt<br />
Volt<br />
7-23 381<br />
7-24 384<br />
7-25 384<br />
S20 = St + 0.0007(t - 20) 8-1 397<br />
50 e( t) = −N<br />
( dφ<br />
/ dt)<br />
9-1 431<br />
51 Vp / Vs = Np / Ns<br />
9-2 432<br />
52 V = 4,<br />
44.<br />
f . N<br />
9-3 434<br />
53 F = B.<br />
L.<br />
V<br />
9-4 434<br />
54 F = 9,8 m<br />
11-1 494<br />
55 T = F.d (N - m)<br />
11-2 495<br />
56 W = F.d Joule<br />
11-3 495<br />
57 P = W.t wat t 11-4 496
LAMPIRAN<br />
E4<br />
58<br />
P =<br />
nT<br />
9,55<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Watt<br />
11-5 497
BAB I. PENDAHULUAN<br />
Soal-Soal Latihan<br />
SOAL-SOAL LATIHAN<br />
LAMPIRAN<br />
F1<br />
1. Jelaskan secara ringkas proses pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> pada<br />
PLTA, PLTU, PLTD, PLTPB, dan PLTN<br />
2. Pusat pembangkit jenis apa yang banyak dikembangkan di Indonesia,<br />
jawaban disertai dengan penjelasan<br />
3. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pengembangan<br />
pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>?<br />
4. Sebutkan 5 (lima) kelengkapan pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dan<br />
fungsinya?<br />
5. Sebutkan 9 masalah utama dalam pembangkitan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>, dan<br />
mana yang paling dominan?<br />
6. Apa yang dimaksud instalasi <strong>listrik</strong> pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong>?<br />
7. Faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam memilih jenis penggerak<br />
mekanis pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
8. Jelaskan 2 (dua) keuntungan sistem interkoneksi pusat pembangkit<br />
<strong>listrik</strong>?<br />
9. Gambarkan proses penyaluran <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> di Indonesia dengan<br />
disertai fungsi masing-masing bagian<br />
10. Jelaskan faktor apa saja yang menjadi indikator mutu <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>?<br />
BAB II. INSTALASI LISTRIK PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK<br />
1. Bagaimana cara melakukan instalasi pada generator sinkron<br />
dan transformator 3 phasa pada pusat pembangkit, jawaban<br />
dengan disertai gambar<br />
2. Bagaimana cara melakukan instalasi ke<strong>listrik</strong>an pada<br />
transformator dan generator sinkron 3 phasa?<br />
3. Bagaimana proses melakukan instalasi dari pusat pembangkit<br />
sampai ke transformator?<br />
4. Jelaskan cara dan proses melakukan instalasi excitacy pada<br />
generator sinkron 3 phasa<br />
5. Jelaskan perbedaan antara rel tunggal dan rel ganda pada<br />
pusat pembangkit <strong>listrik</strong> dengan disertai gambar<br />
6. Sebutkan jenis dan fungsi saklar <strong>tenaga</strong> pada pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong><br />
7. Jelaskan prinsip kerja switchgear pada pusat pembangkit?<br />
8. Apa yang dimaksud instalasi sendiri pada pusat pembangkit<br />
<strong>listrik</strong>
LAMPIRAN<br />
F2<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
9. Pada bagian depan dan belakang PMT harus dipasang<br />
pemisah, apa se<strong>bab</strong>nya? Jawaban dengan disertai penjelasan<br />
dan gambar.<br />
10. Semua bagian instalasi pusat <strong>listrik</strong> yang terbuat dari logam<br />
harus ditanahkan, apa se<strong>bab</strong>nya?<br />
11. Sebutkan cara <strong>untuk</strong> memutus busur <strong>listrik</strong> dalam pemutus<br />
<strong>tenaga</strong>.<br />
12. Sebutkan 2 macam keuntungan dan kerugian antara pemutus<br />
<strong>tenaga</strong> menggunakan gas SF6 dibandingkan pemutus <strong>tenaga</strong><br />
hampa<br />
13. Jelaskan mengapa pemutus <strong>tenaga</strong> dari sistem arus penguat<br />
(exitacy) generator harus dilengkapi tahanan yang harus<br />
dihubungkan dengan kumparan penguat generator<br />
14. Jelaskan proses kerja pengatur otomatis dari generator<br />
berdasarkan prinsip mekanis maupun yang berdasar prinsip<br />
elektronik.<br />
15. Sebutkan pokok-pokok spesifikasi teknik yang diperlukan<br />
dalam membeli pemutus <strong>tenaga</strong>!<br />
16. Sebutkan relai-relai yang penting <strong>untuk</strong> memproteksi<br />
generator dengan daya di atas 10 MVA!<br />
17. Apa fungsi yang terpenting dari baterai dalam instalasi <strong>listrik</strong><br />
pusat <strong>listrik</strong>?<br />
18. Apa yang mempengaruhi berat jenis accu zuur?<br />
19. Bagaimana proses melakukan pemeliharaan accu zuur?<br />
20. Sebutkan macam-macam transformator dan fungsinya masingmasing<br />
21. Uraikan proses pengujian minyak transformator<br />
22. Bagaimana cara melakukan pengukuran besaran <strong>listrik</strong> pada<br />
pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
23. Sebutkan jenis-jenis dan fungsi sistem proteksi pada pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong><br />
24. Bagaimana cara memelihara pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
25. Jenis-jenis kabel apa saja yang digunakan <strong>untuk</strong> instalasi<br />
ke<strong>listrik</strong>an pada pusat pembangkit listri<br />
26. Bagaimana cara melakukan pengamanan pusat pembangkit<br />
<strong>listrik</strong> terhadap gangguan petir<br />
27. Apa yang dimaksud dengan proteksi rel?<br />
28. Bagaimana cara melakukan instalasi pada bagian vital pada<br />
pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
29. Jelaskan prinsip kerja generator sinkron<br />
30. Mengapa pada rel bus dipasang proteksi?<br />
31. Bagaimanakah pengaruh besarnya arus excitacy terhadap<br />
besar output tegangan generator sinkron 3 phasa dengan<br />
jumlah putaran tetap, baik <strong>untuk</strong> penguatan tersendiri
Soal-Soal Latihan<br />
BAB III. OPERASI PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK<br />
LAMPIRAN<br />
F3<br />
1. Mengapa hutan di daerah aliran sungai penggerak PLTA perlu<br />
dilestarikan?<br />
2. Apa fungsi saluran pesat pada PLTA?<br />
3. Sebuah PLTA memiliki tinggi terjun 200 meter dan instalasinya<br />
maksimum bisa dilewati air sebanyak 25 m3/detik. PLTA mempunyai<br />
kolam tando tahunan.<br />
Debit air sungai penggerak PLTA ini dalam satu tahun (365 hari)<br />
adalah sebagai berikut:<br />
Selama 240 hari rata-rata = 60 m 3 /det<br />
Selama 120 hari rata-rata = 10 m 3 /del<br />
Efisiensi rata-rata PLTA i = 80%<br />
Ditanya (penguapan air dalam kolam diabaikan):<br />
a. Berapa besar daya yang dibangkitkan PLTA?<br />
b. Berapa banyak air yang dibutuhkan <strong>untuk</strong> menghasilkan 1 kWh?<br />
c. Berapa besar volume kolam tando yang diperlukan jika PLTA<br />
selalu siap operasi penuh sepanjang tahun?<br />
d. Berapa besar produksi kWh yang bisa dicapai PLTA ini dalam<br />
satu tahun?<br />
e. Jika PLTA dioperasikan penuh, berapa hari dapat dilakukan<br />
dalam 1 tahun?<br />
4. Langkah-langkap apa saja yang harus dilakukan <strong>untuk</strong><br />
mencegah terjadinya penyalaan sendiri pada batubara yang<br />
ditumpuk di lapangan?<br />
5. Jika daya hantar <strong>listrik</strong> air ketel melampaui batas yang<br />
diperbolehkan, langkah apa yang harus dilakukan?<br />
6. Apa yang terjadi jika derajat keasaman air ketel PLTU<br />
melampaui batas.<br />
7. Jelaskan prosedur mengoperasikan genset?<br />
8. Apa kelebihan dan kekurangan unit PLTD dibandingkan unit<br />
pembangkit lainnya?<br />
9. Apa se<strong>bab</strong>nya bahan bakar minyak dari PERTAMINA yang<br />
dapat dipakai <strong>untuk</strong> turbin gas hanyalah high speed Diesel oil<br />
(HSD)?<br />
10. Sebuah PLTGU menggunakan gas sebagai bahan bakar<br />
memiliki kapasitas 430 MW beroperasi dengan beban 400 MW<br />
selama 24 jam perhari. Efisiensinya pada beban 400 MW<br />
46%. Jika setiap standard cubic foot mengandung 922 Btu<br />
dan harga 1 MSCF gas US$ 2,0 dengan kurs US$1
LAMPIRAN<br />
F4<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Rp 9.300,00. Berapa biaya pembelian gas per hari dan biaya gas per<br />
kWh. Catatan 1 kWh = 3.413 Btu.<br />
11. Jika excitacy pada generator sinkron lepas dan Genset<br />
tetap berputar dan berbeban, berapa besar tegangan<br />
yang dibangkitkan<br />
12. Bagian-bagian apa saja yang harus dipelihara pada<br />
genset<br />
Bab IV. PEMBANGKITAN DALAM SISTEM INTERKONEKSI<br />
1. Sebuah sistem <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> interkoneksi terdiri dari:<br />
a. PLTA dengan 4 unit yang sama 4 x 100 MW<br />
b. PLTU dengan 4 unit yang sama 4 x 600 MW<br />
c. PLTGU dengan 2 blok yang sama 2 x (3 x 100 MW + 150 MW)<br />
d. PLTG dengan 4 unit yang sama 4 x 100 MW, unit ke 4 baru<br />
Selesai terpasang bulan Maret<br />
Jadwal pemeliharaan unit unit adalah sebagai berikut:<br />
Januari : 1 unit PLTU selama 1 bulan<br />
Februari : 2 buah unit PLTG selama I bulan<br />
Maret : 1 blok PLTGU selama 1 bulan<br />
April : 1 unit PLTA selama 1 bulan<br />
Perkiraan beban puncak adalah:<br />
Januari : 3600 MW<br />
Februari : 3610 MW<br />
Maret : 3630 MW<br />
April : 3650 MW<br />
a. Susunlah neraca daya sistem <strong>untuk</strong> bulan Januari sampai dengan<br />
April<br />
b. Susunlah neraca energi dan perkiraan biaya bahan bakar<br />
sistem <strong>untuk</strong> bulan Januari, jika air <strong>untuk</strong> PLTA diperkirakan<br />
bisa memproduksi 360 MWH.<br />
Biaya bahan bakar PLTU (batubara) rata-rata = Rp l20,00/kWh<br />
Biaya bahan bakar PLTGU (gas) rata-rata = Rp l80,00/kWh<br />
Biaya bahan bakar (minyak) PLTG rata-rata = Rp 800,00/kWh<br />
Batasan jam nyala bulanan adalah:<br />
PLTA : 700 jam PLTGU : 660 jam<br />
PLTU : 660 jam PLTG : 500 jam<br />
Faktor beban sistem : 0,76
Soal-Soal Latihan<br />
LAMPIRAN<br />
F5<br />
2. Mengapa jam nyala unit pembangkit tidak bisa dihitung penuh,<br />
misalnya <strong>untuk</strong> bulan Januari 31 x 24 jam = 744 jam?<br />
3. Angka apa yang menggambarkan tingkat keandalan sistem<br />
interkoneksi?<br />
4. Jelaskan bagaimana prosedur membebaskan tegangan sebuah<br />
saluran yang keluar dari pusat <strong>listrik</strong> dalam rangka melaksanakan<br />
pekerjaan pemeliharaan?<br />
5. Apa tugas utama pusat pengatur beban dalam sistem interkoneksi?<br />
6. Dalam sistem interkoneksi antar perusahaan (negara), angka apa<br />
yang perlu diamati <strong>untuk</strong> menentukan jual beli energi <strong>listrik</strong>?<br />
7. Kendala-kendala apa yang harus diperhatikan dalam operasi sistem<br />
interkoneksi?<br />
8. Apa manfaat penggunaan SCADA serta komputerisasi dan<br />
otomatisasi dalam sistem interkoneksi?<br />
9. Bagaimanakan syarat-syarat <strong>untuk</strong> melakukan kerja jajar 2 (dua)<br />
generator sinkron 3 phasa?<br />
10. Buat data dalam bentuk tabel yang berisi nama, spesifikasi, dan<br />
jumlah bahan serta alat <strong>untuk</strong> melakukan kerja jajar 2 generator<br />
sinkron 3 phasa<br />
11. Bagaimana langkah-langkah dalam memperkirakan besar beban?<br />
12. bagaimana langkah-langkah dalam melakukan koordinasi<br />
pemeliharaan pada sistem interkoneksi pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
13. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pembangkitan?<br />
14. Mengapa dalam pelayanan <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> harus memperhatikan<br />
kontinuitas pelayan beban<br />
15. Tindakan apa saja yang dilakukan <strong>untuk</strong> menjamin keselamatan dan<br />
kesehatan kerja ditinjau dari segi mekanis, segi <strong>listrik</strong> dan kesehatan<br />
kerja<br />
16. Dalam rangka <strong>untuk</strong> tujuan pemeliharaan, bagaimana prosedur dalam<br />
pembebasan tegangan dan pemindahan beban pada pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong><br />
17. Jenis pekerjaan apa yang dapat dilakukan secara otomatisasi pada<br />
pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
18. Kendala-kendala apa saja yang terjadi pada operasi pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong><br />
BAB V. MANAJEMEN PEMBANGKITAN<br />
1. Apa tujuan dari manajemen operasi pembangkitan energi <strong>listrik</strong>?<br />
2. Apa tujuan pemeliharaan unit pembangkitan?<br />
3. Apa yang harus dilaporkan pada pemeliharaan unit pembangkit?<br />
4. Apa yang harus dilaporkan dalam membuat laporan operasi<br />
pembangkitan?
LAMPIRAN<br />
F6<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
5. Apa yang harus dilaporkan dalam membuat laporan kerusakan unit<br />
pembangkit?<br />
6. Apa yang harus dilaporkan dalam laporan kejadian gangguan pada<br />
unit pembangkit?<br />
7. Dalam melakukan pemeliharaan secara prediktif, besaran-besaran<br />
apa yang harus dianalisis hasilnya?<br />
8. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan<br />
pemeliharaan unit pembangkit diesel dan PLTU?<br />
9. Dimana suku cadang pada pembangkit disimpan<br />
10. Siapa yang memberi rekomendasi <strong>untuk</strong> operasi dan pemeliharaan<br />
yang waktu akan datang<br />
BAB VI. GANGGUAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN MESIN<br />
ARUS BOLAK BALIK<br />
1. Sebutkan jenis gangguan dan gejala pada generator sinkron dan<br />
bagaimana cara mengatasinya?<br />
2. Apa yang dilakukan jika terjadi pada belitan penguat generator<br />
sinkron 3 phasa?<br />
3. Jenis kerusakan apa yang sering terjadi pada generator sinkron<br />
3 phasa<br />
4. Sebutkan jenis penguat pada generator sinkron 3 phasa, jawaban<br />
disertai penjelasan.<br />
5. Sebutkan langkah-langkah dalam memelihara generator sinkron<br />
3 phasa<br />
6. Gangguan dan gejala gangguan apa saja yang sering terjadi pada<br />
motor induksi 3 phasa dan bagaimana cara mengatasinya?<br />
7. Jika sekring pada motor induksi sering terputus, jelaskan apa<br />
penye<strong>bab</strong> dan cara pemeliharaannya<br />
8. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan pemeliharaaan motor<br />
induksi 3 phasa<br />
9. Jenis kerusakan pada bagian apa yang dapat dikategorikan keruskan<br />
berat pada motor <strong>listrik</strong> 3 phasa<br />
10. Bagaimana cara memelihara motor <strong>listrik</strong> yang berfungsi sebagai<br />
penggerak mesin pendingin?<br />
11. Bagaimana cara memperbaiki dan memelihara<br />
a. Lilitan stator generator terbakar<br />
b. Transformator penaik tegangan rusak.<br />
c. Lilitan stator motor <strong>listrik</strong> terbakar<br />
d. Pemutus <strong>tenaga</strong> meledak/rusak
Soal-Soal Latihan<br />
BAB VII PEMELIHARAAN SUMBER ARUS SEARAH<br />
LAMPIRAN<br />
F7<br />
1. Untuk pemilihan generator dan motor <strong>listrik</strong> arus searah (DC), faktor<br />
apa saja yang harus dipertimbangkan<br />
2. Jelaskan fungsi generator arus searah dalam pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
arus searah<br />
3. Jika generator arus searah tidak keluar tegangan, jelaskan faktor apa<br />
penye<strong>bab</strong>nya dan bagaimana cara mengatasinya<br />
4. Sebutkan persyaratan <strong>untuk</strong> menghubungkan jajar generator arus<br />
searah dengan baterai akumulator<br />
5. Jelaskan fungsi baterai pada pusat pembangkit <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong> arus<br />
searah<br />
6. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam memelihara<br />
generator arus searah pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> arus searah?<br />
7. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam memelihara baterai<br />
akumulator pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong> arus searah?<br />
8. Apa yang harus dilakukan jika generator DC, tegangan yang keluar<br />
polaritasnya terbalik?<br />
9. Apa yang harus dilakukan jika motor DC putarannya rendah?<br />
10. Apa yang harus dilakukan jika motor DC tidak berputar jika dibebani?<br />
11. Apa yang harus dilakukan jika kumparan kutub atau kumparan maknit<br />
putus?<br />
12. Bagaimana cara mengetahui jika kumparan kutup ada yang putus?<br />
13. Jelaskan langkah-langkah dalam memeriksa dan memelihara jangkar<br />
motor DC?<br />
14. Kapan harus dilakukan pemeliharaan pada Accu dan generator DC?<br />
BAB VIIII. SISTEM PEMELIHARAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK<br />
TENAGA AIR<br />
1. Kegiatan pemeliharaan apa saja yang harus dilakukan pada<br />
generator DC dan Sinkron di PLTA?<br />
2. Mengapa pada generator pembangkit dilakukan pengukuran tahanan<br />
isolasi dan kapan harus dilakukan?<br />
3. Mengapa dilakukan pengujian tahanan isolasi pada motor <strong>listrik</strong> yang<br />
ada di PLTA dan kapan harus dilakukan?<br />
4. Mengapa dilakukan pengujian tahanan isolasi pada transformator<br />
yang ada di PLTA dan kapan harus dilakukan?<br />
5. Mengapa dilakukan pemeliharaan Accu Battery yang ada di PLTA<br />
dan kapan harus dilakukan?<br />
6. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada<br />
transformator? tindakan apa yang harus dilakukan jika besar tahanan<br />
isolasi tidak memenuhi persyaratan minimal?
LAMPIRAN<br />
F8<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
7. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada Oil<br />
Circuit Breaker (OCB) transformator?<br />
8. Bagaimana cara melakukan pengukuran nilai tahanan isolasi pada Oil<br />
Circuit Breaker (OCB) generator?<br />
9. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan<br />
pemeliharaan Accu Battery?<br />
10. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan, perbaikan dan<br />
pemeliharaan minyak transformator?<br />
BAB IX. STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)<br />
1. Apa maksud harus mengikuti SOP dalam melakukan pekerjaan?<br />
2. Apa tujuan kita harus menggunakan SOP dalam melakukan<br />
pekerjaan?<br />
3. Apa definisi dari SOP?<br />
4. Jelaskan prosedur start dingin pada PLTU?<br />
5. Apa yang dimaksud BFP dan CWP C. Unit Start Up After 10<br />
Hours Shut Down<br />
6. Jelaskan langkah-langkah pada Turning Gear<br />
7. Jelaskan langkah-langkah pada pemeliharaan Genset dengan<br />
menggunakan SOP<br />
BAB X TRANSFORMATOR DAYA, SWITCHGEAR,<br />
RELAY PROTECTION, EXCITACY DAN SYSTEM KONTROL<br />
1. Sebutkan klasifikasi tansformator <strong>tenaga</strong> dengan diserta penjelasan<br />
2. Sebutkan bagian-bagian transformator <strong>tenaga</strong> dan fungsi tiap-tiap<br />
bagian<br />
3. Bagaimana prosedur pengujian atau pemeliharaan transformator<br />
4. Sebutkan jenis switchgear dan cara memeliharanya<br />
5. Sebutkan jenis relay proteksi pada pusat pembangkit listri dan fungsi<br />
serta prosedur pemeliharaannya<br />
6. Apa yang dimaksud system excitasi dengan sikat dan prosedur kerja<br />
serta pemeliharaannya<br />
7. Sebutkan bagian-bagian dari sistem excitasi tanpa sikat (Brushless<br />
Excitation) pada PLTU<br />
8. Jelaskan proses kerja alat pengatur tegangan otomatis (Automatic<br />
Voltage RegulatorVR) dan prosedur pemeliharaannya<br />
9. Sebutkan bagian-bagian dari unit AVR dengan fungsinya masingmasing<br />
10. Jeaskan prosedur pemeliharaan sistem kontrol pada pusat<br />
pembangkit <strong>listrik</strong>
BAB XI CRANE DAN ELEVATOR (LIFT)<br />
Soal-Soal Latihan<br />
1. Sebutkan fungsi crane pada pusat pembangkit <strong>listrik</strong><br />
2. sebutkan jenis-jenis motor <strong>listrik</strong> ysng sering digunakan pada crane<br />
3. Apa fungsi magnetic contactor mada rangkaian pengendali crane<br />
4. Sebuah sabuk konveyor<br />
bergerak horizontal pada<br />
dengan 1,5 m/detik dengan<br />
90 m<br />
dibebani 750 kg/jam. Panjang<br />
sabuk 90m dan digerakkan oleh<br />
sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan<br />
1,5 m/s<br />
kecepatan 960 rpm.<br />
Perbandingan momen enersia<br />
pada poros motor <strong>listrik</strong> seperti<br />
ditunjukkan pada gambar di<br />
samping.Tentukan momen pada<br />
poros motor <strong>listrik</strong><br />
LAMPIRAN<br />
F9<br />
5. Sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan<br />
<strong>tenaga</strong> 150 DK (1DK = 736<br />
Watt). Motor ini dipakai <strong>untuk</strong><br />
mengangkat barang. Motor<br />
<strong>listrik</strong> dihubungkan pada<br />
dynamo (generator) KEM<br />
dengan tegangan 400 V. Pada<br />
motor <strong>listrik</strong> terjadi kerugian<br />
sebesar 40%. Berapakah<br />
besarnya arus yang diambil oleh<br />
dynamo atau generator KEM?<br />
6. Motor <strong>untuk</strong> lift seperti gambar di bawah ini tetapi berat benda 600 kg<br />
dan diangkat dengan ketinggian 30 meter dalam 20 detik. Hitung daya<br />
motor <strong>listrik</strong> dalam kW dan HP (Hourse Power, 1 HP = 746 Watt).<br />
7. Pengembangan pemilihan<br />
motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong><br />
mengangkat benda dengan<br />
gaya P1 15 N dan pemberat<br />
5 N. Hitung daya output jika<br />
putaran motor 1.425 rpm.<br />
Jari-jari pully 0,1 m.<br />
n= 1425 rpm<br />
8. Sebutkan bagian-bagian lift dan fungsinya<br />
9. Jelaskan prinsip kerja lift. Penjelasan dengan disertai gambar<br />
P1=25 n=<br />
1425
LAMPIRAN<br />
F10<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
10. Sebutkan prosedur pemeliharaan pada lift dan tindakan<br />
keselamatan kerja yang harus dilakukan<br />
11. Torsi motor pada saat start 140 N-M, dengan diameter pully<br />
1 meter, hitung jarak pengereman jika motor berhenti 3 m dan gaya<br />
pengereman<br />
12. Untuk pemilihan motor <strong>listrik</strong> <strong>untuk</strong> mengangkat benda dengan<br />
dengan gaya P1 20 N dan pemberat 5 N. Hitung daya output jika<br />
putaran motor 1.800 rpm. Jari-jari pully 0,1 m.<br />
13. Motor <strong>listrik</strong> 150 kW dengan efisiensi 90 persen dioperasikan<br />
dengan beban penuh. Hitung rugi-rugi (akibat gesek dan eddy<br />
current) pada motor <strong>listrik</strong> tersebut.<br />
14. Sebuah sabuk konveyor bergerak horizontal pada dengan<br />
1,5 m/detik dengan dibebani 50,000 kg/jam. Panjang sabuk 240m<br />
dan digerakkan oleh sebuah motor <strong>listrik</strong> dengan kecepatan 960<br />
rpm..Tentukan momen pada poros motor <strong>listrik</strong><br />
15. Sebutkan 3 jenis cara pengereman pada motor <strong>listrik</strong>. Jawaban<br />
dengan disertai penjelasan dan gambar<br />
BAB XII TELEKOMUNIKASI UNTUK INDUSTRI TENAGA LISTRIK<br />
1. Sebutkan klasifikasi penggunaan <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong>,<br />
dan jelaskan perbedaannya<br />
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan saluran <strong>telekomunikasi</strong> dengan kawat<br />
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem transmisi alat komunikasi<br />
4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan pembawa saluran<br />
<strong>tenaga</strong><br />
5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan rangkaian transmisi<br />
6. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan komunikasi radio<br />
7. Jelaskan kelebihan dan kekurangan komunikasi dengan komunikasi<br />
gelombang mikro<br />
8. Jelaskan prosedur pemeliharaan <strong>telekomunikasi</strong> <strong>untuk</strong> <strong>industri</strong> <strong>tenaga</strong> <strong>listrik</strong><br />
BAB XIII ALAT UKUR LISTRIK<br />
1. Bagaimana cara <strong>untuk</strong> melakukan pengukuran arus dengan kapasitas tinggi<br />
pada jaringan <strong>listrik</strong>. Jawaban disertai gambar dan penjelasan<br />
2. Bagaimana cara <strong>untuk</strong> melakukan pengukuran tegangan tinggi pada jaringan<br />
<strong>listrik</strong>. Jawaban disertai gambar dan penjelasan<br />
3. Sebukan 2 cara <strong>untuk</strong> mengukur daya <strong>listrik</strong> pada jaringan 3 phasa. Jawaban<br />
disertai penjelasan dan gambar<br />
4. Sebukan 2 cara <strong>untuk</strong> mengukur daya <strong>listrik</strong> pada jaringan 3 phas. Jawaban<br />
disertai penjelasan dan gambar
Soal-Soal Latihan<br />
LAMPIRAN<br />
F11<br />
5. Jelaskan prinsi pencatatan besarnya energi <strong>listrik</strong>. Jawaban disertai<br />
penjelasan dan gambar<br />
6. Bagaimana cara mengukur besarnya tahanan isolasi dengan menggunakan<br />
megger (megger dengan dynamo dan diputar engkol dan megger dengan<br />
menggunakan baterai<br />
7. Jelaskan prosedur pengukuran besaran istrik dengan menggunakan<br />
oscilloscope<br />
8. Bagaimana prosedur pengukuran faktor daya menggunakan cosphimeter<br />
9. Jelaskan prosedur memeliharaan alat ukur <strong>listrik</strong><br />
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan alat ukur <strong>listrik</strong> dan cara perbaikannya
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
TUJUAN<br />
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
SETELAH MENYELESAIKAN MATA PELAJARAN PESERTA DIHARAPKAN MAMPU :<br />
1<br />
Lampiran : 1<br />
1. MENJELASKAN UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA YANG BERLAKU DI PLN DAN ANAK<br />
PERUSAHAANNYA<br />
2. MENJELASKAN MACAM-MACAM BAHAYA KECELAKAAN KERJA<br />
3. MENJELASKAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA<br />
4. MENJELASKAN TINDAK LANJUT JIKA TERJADI KECELAKAAN<br />
5. MENJELASKAN ASPEK-ASPEK P3K<br />
6. MENJELASKAN CARA-CARA MELAKUKAN PERNAFASAN BUATAN<br />
7. MENJELASKAN ASPEK-ASPEK HOUSE KEEPING
2 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
KECELAKAAN KERJA<br />
ADALAH SUATU KECELAKAAN YANG TERJADI PADA SESEORANG KARENA HUBUNGAN KERJA DAN<br />
KEMUNGKINAN DISEBABKAN OLEH BAHAYA YANG ADA KAITANNYA DENGAN PEKERJAAN.<br />
KESELAMATAN KERJA<br />
ADALAH SUATU BIDANG KEGIATAN YANG DITUJUKAN UNTUK MENCEGAH SUATU BENTUK<br />
KECELAKAAN KERJA DILINGKUNGAN DAN KEADAAN KERJA
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />
TENTANG<br />
KESELAMATAN KERJA<br />
YANG MENDASARI TERBITNYA UNDANG-UNDANG INI ANTARA LAIN :<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
BAHWA SETIAP TENAGA KERJA BERHAK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN KESELAMATANNYA.<br />
BAHWA SETIAP ORANG LAIN YANG BERADA DITEMPAT KERJA PERLU TERJAMIN<br />
KESELAMATANNYA.<br />
PEMANFAATAN SUMBER PRODUKSI SECARA AMAN DAN EFISIEN.<br />
PEMBINDAAN NORMA-NORMA PERLINDUNGAN KERJA.<br />
MEWUJUDKAN UNDANG-UNDANG YANG MEMUAT TENTANG KESELAMATAN KERJA YANG<br />
SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT , INDUSTRIALISASI, TEKNIK DAN TEKNOLOGI.<br />
3
4 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
TERDIRI XI BAB YANG MENGATUR :<br />
BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH<br />
BAB II RUANG LINGKUP<br />
BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA<br />
BAB IV PENGAWASAN<br />
BAB V PEMBINAAN<br />
BAB VI PANITIA PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA<br />
BAB VII KECELAKAAN<br />
BAB VIII KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA<br />
BAB IX KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA<br />
BAB X KEWAJIBAN PENGURUS<br />
BAB XI KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
1. MENCEGAH DAN MENGURANGI<br />
KECELAKAAN<br />
BAHAYA PELEDAKAN<br />
DAN MENADAMKAN KEBAKARAN<br />
2. MEMBERI :<br />
JALAN PENYELAMATAN DIRI<br />
PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN<br />
ALAT-ALAT PELINDUNG PADA PEKERJA<br />
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />
BAB II RUANG LINGKUP<br />
ANTARA LAIN MEMUAT :<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
3. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN<br />
PENYEBARLUASAN : DEBU PRESIFIKATOR, KOTORAN, ASAP, UAP, GAS, SINAR, RADIASI,<br />
SUARA DAN GETARAN<br />
TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA : PHISIK MAUPUN PSIKIS, KERACUNAN INFEKSI DAN<br />
PENULARAN<br />
5
6 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
4. MEMPEROLEH :<br />
PENERAPAN YANG CUKUP DAN SESUAI KEBERSIHAN LINGKUNGAN ALAT KERJA, CARA DAN<br />
PROSES KERJA<br />
5. MEMELIHARA :<br />
PENYEGARAN UDARA, KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KETERTIBAN<br />
6. MENGAMANKAN DAN MEMPERLANCAR PEKERJAAN BONGKAR MUAT, PERLAKUAN DAN<br />
PENYIMPANAN.<br />
7. ALAT KERJA : - KK<br />
- Produktivitas<br />
- Fungsi<br />
- Alat<br />
- Lingkungan
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970<br />
BAB III KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA<br />
ANTARA LAIN MEMUAT :<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
1. MEMBERI KETERANGAN YANG BENAR BILA DIMINTA OLEH PEGAWAI PENGAWAS ATAU AHLI<br />
KESELAMATAN KERJA<br />
2. MEMAKAI ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIWAJIBKAN<br />
3. MEMENUHI DAN MENTAATI SEMUA SYARAT K-3 YANG DIWAJIBKAN<br />
4. MEMINTA PENGURUS AGAR DILAKSANAKAN SEMUA SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN<br />
5. MENYATAKAN KEBERATAN KERJA PADA PEKERJAAN DIMANA TEMPAT KERJA SERTA ALAT-ALAT<br />
PELINDUNG DIRI YANG DIWAJIBKAN DIRAGUKAN<br />
7
8 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
DASAR-DASAR KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PLN<br />
1. UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA.<br />
2. PENGUMUMAN DIREKSI NO. 023/PST/75 TENTANG KESELAMATAN MEMASUKI DAN BEKERJA<br />
DIDALAM RUANGAN SENTRAL PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK.<br />
3. SURAT EDARAN NO. 005/PST/82 TENTANG KEWAJIBAN MEMAKAI ALAT PENGAMAN KERJA DAN<br />
SANGSINYA.<br />
4. INSTRUKSI DIREKSI NO. 002/84 TENTANG MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN<br />
DILINGKUNGAN PLN.<br />
5. DAN BEBERAPA SE DIREKSI YANG LAIN.
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
PENGUMUMAN<br />
NO. 023/PST/75<br />
TENTANG<br />
KESELAMATAN MEMASUKI DAN BEKERJA DIDALAM RUANGAN SENTRAL PEMBANGKIT TENAGA<br />
KERJA<br />
MENGGUNAKAN PAKAIAN DINAS<br />
MENGGUNAKAN SEPATU KULIT YANG TELAPAKNYA TIDAK PAKAI PAKU CERMAI ( PAKUNYA<br />
TIDAK MENONJOL )<br />
MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN KULIT PENDEK<br />
MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG TELINGA<br />
DILARANG MEROKOK<br />
PEKERJA HARUS TERDIRI MINIMAL 2 0 ORANG<br />
9
10 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
SURAT EDARAN<br />
NO. 055/PST/82<br />
TENTANG<br />
KEWAJIBAN MEMAKAI ALAT PENGAMAN KERJA DAN SANSIKNYA<br />
AGAR PADA DIREKTUR/PEMIMPIN/KEPALA SATUAN PLN AGAR SECEPATNYA MENGAMBIL LANGKAH<br />
:<br />
SECARA BERTAHAP MEMENUHI KEBUTUHAN ALAT PENGAMAN KERJA<br />
MEWAJIBKAN PEMAKAIAN ALAT PENGAMAN BAGI SETIAP PEGAWAI SESUAI DENGAN<br />
PEKERJAANNYA<br />
MEWAJIBKAN KEPADA SEMUA PENGAWAS UNTUK
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
- Tetap berada ditempat kerja<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
- Memberi peringatan bagi pegawai yang tidak memakai alat pengaman<br />
- Memberikan petunjuk lisan tertulis tentang syarat-syarat keselamatan kerja <strong>untuk</strong><br />
melaksanakan suatu pekerjaan<br />
PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN DIATAS DIKENAKAN SANKSI :<br />
- Tindakan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku, peningkat, pensiun dini dan cuti<br />
kerja<br />
- Tidak diberi tunjangan kecelakaan dinas bila petugas celaka tanpa memakai alat<br />
pengaman kerja<br />
11
12 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
INSTRUKSI DIREKSI<br />
NO. 002/84<br />
TENTANG<br />
MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DILINGKUNGAN PLN<br />
MELAKSANAKAN KAMPANYE NASIONAL DALAM MEMASYARAKATKAN K3<br />
UNTUK MEWUJUDKAN K3 YANG BAIK DI PLN DIPERLUKAN<br />
PEMBENTUKAN ORGANISASI KK SEJAJAR DENGAN TINGKATAN SEKSI<br />
MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PENGAWASAN SECARA EFEKTIF<br />
MENGAJUKAN KEBUTUHAN POSTER-POSTER BUKU-BUKU PEDOMAN K3<br />
MELENGKAPI ALAT PENGAMAN KERJA
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
ALASAN UTAMA PENCEGAHAN<br />
KECELAKAAN KERJA<br />
KEMANUSIAAN Manusia adalah makluk Tuhan yang tertinggi<br />
Aset perusahaan yang harus dijaga<br />
EKONOMI Menjaga supaya perusahaan mendapat untung<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
MANAJEMEN Management harus baik maka management harus dijaga<br />
13
14 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
K<br />
E<br />
M<br />
B<br />
A<br />
L<br />
I<br />
K<br />
E<br />
M<br />
A<br />
N<br />
U<br />
S<br />
I<br />
A<br />
TIGA SUMBER KECELAKAAN<br />
MANUSIA Karena manusia sifatnya Fleksible<br />
Sehingga kawan dalam kegiatan<br />
Kerja<br />
METHODE KERJA Methode waktu kerja yang<br />
Kurang baik<br />
TEMPAT KERJA Tempat kerja yang tidak<br />
mendukung
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
M A N U S I A<br />
TIDAK MENGETAHUI CARA KERJA YANG BENAR DAN AMAN<br />
TIDAK MENGERTI BAHAYA YANG AKAN TIMBUL AKIBAT PEKERJAANNYA<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
TIDAK MENGERTI MAKSUD DAN FUNGSI DARI PEMAKAIAN ALAT PENGAMAN<br />
KURANG MENDAPAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN KESELAMATAN KERJA<br />
KURANG KOORDINASI DALAM TEAM ATAU ANTAR TEAM<br />
CEROBOH, SENDA GURAU, BIMBANG/RAGU<br />
TIDAK MENTAATI RAMBU-RAMBU PERINGATAN<br />
15
16 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
METHODE KERJA<br />
TIDAK MENDAPAT PENJELASAN MENGENAI PROSEDUR KESELAMATAN KERJA<br />
PERALATAN KERJA ATAU MESIN TIDAK DILENGKAPI DENGAN PENGAMAN YANG MEMADAI,<br />
BAGIAN YANG BERPUTAR DIBERI TUTUP<br />
PENEMPATAN PERALATAN SECARA SEMBARANGAN<br />
MENGGUNAKAN ALAT TIDAK SEBAGAIMANANYA MESTINYA<br />
TEMPAT KERJA<br />
RUANG DAN DAERAH SEKITAR KOTOR<br />
TATA RUANG DAN PENERANGAN KURANG MEMADAI<br />
LANTAI DAN JALAN BANYAK HAMBATAN DAN TUMPAHAN MINYAK<br />
PROSEDUR KESELAMATAN KERJA TIDAK DIPENUHI<br />
RAMBU-RAMBU PERINGATAN TIDAK LENGKAP
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
MACAM BAHAYA<br />
MEKANIK Benda yang berputar<br />
PHISIK Sakit, Lingkungan<br />
KIMIA Bahan Kimia<br />
LISTRIK Menjalankan Mesin<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
KEBAKARAN DAN LEDAKAN Karena Over load, pemasokan area<br />
AKIBAT KECELAKAAN<br />
KARYAWAN<br />
PERUSAHAAN<br />
Pada sektor max.<br />
17
18 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
TINDAKAN PENCEGAHAN KECELAKAAN<br />
KENALI ADANYA YANG DAPAT DITEMPAT KERJA DAN TINDAKAN PENGAMANANNYA<br />
HINDARI SITUASI YANG DAPAT MENYEBABKAN KECELAKAAN DENGAN MEMBERI TANDA-<br />
TANDA PERINGATAN PADA DAERAH TERTENTU<br />
LAKUKAN PERBAIKAN/MODIFIKASI PADA LOKASI YANG DAPAT MENIMBULKAN KECELAKAAN<br />
BILA MEMUNGKINKAN<br />
SESUAIKAN METHODE KERJA DENGAN PROSEDUR KESELAMATAN KERJA<br />
GUNAKAN PERALATAN PENGAMAN YANG SESUAI DENGAN SIFAT KERJANYA<br />
TINGKATKAN ASPEK KESELAMATAN DENGAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG BAIK<br />
HINDARI TINDAKAN YANG TIDAK AMAN
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
BISA DIARTIKAN SEBAGAI :<br />
HAUSE KEEPING<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
PEMELIHARAAN RUMAH TANGGA, PERUSAHAAN, ATAU MEMELIHARAAN TEMPAT KERJA<br />
Bahan bakar Hasil aliran <strong>listrik</strong><br />
HUBUNGAN HOUSE KEEPING DENGAN<br />
KESELAMATAN KERJA<br />
SEMUA ORANG PADA DASARNYA MENYENANGI KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KERAPIHAN<br />
KEINDAHAN, KEBERSIHAN DAN KERAPIHAN AKAN MENIMBULKAN RASA NYAMAN<br />
TANPA DISADARI RASA NYAMAN AKAN MENINGKATKAN GAIRAH KERJA<br />
GAIRAH KERJA MENINGKAT BERARTI PRODUKTIVITAS MENINGKAT<br />
19
20 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
PRINSIP – PRINSIP MELAKSANAKAN<br />
HOUSE KEEPING<br />
BARANG YANG TIDAK BERGUNA, BERSERAKAN, SAMPAH CECERAN MINYAK DLL MERUPAKAN :<br />
SUMBER PENYAKIT<br />
SUMBER KEBAKARAN<br />
BERBAHAYA TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
SETELAH SELESAI BEKERJA<br />
OLEH KARENA ITU BERSIHKAN DAN BUANGLAH<br />
DI TEMPAT YANG TELAH DITENTUKAN<br />
KUMPULKAN ALAT DAN BERSIHKAN DAN SIMPAN DITEMPATNYA<br />
Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
BERSIHKAN LOKASI TEMPAT KERJA, TERMASUK SISA-SISA MATERIAL<br />
SLANG, KABEL LISTRIK, TALI TAMBANG HARUS DIGULUNG DENGAN<br />
RAPI<br />
MENGANGKAT, MEMINDAHKAN DAN MENUMPUK BARANG<br />
HARUS SESUAI PROSEDUR<br />
KAMAR GANTI PAKAIAN, TOILET HARUS DIJAGA TETAP BERSIH<br />
KEBERSIHAN ADALAH PANGKAL KESELAMATAN<br />
JADIKAN KEBIASAAN HIDUP : TERTIB, BERSIH, INDAH & RAPI<br />
21
Penangggulangan kebakaran<br />
K E B A K A R A N<br />
Lampiran: 2<br />
ADALAH SUATU KEJADIAN YANG TIDAK DIKEHENDAKI KEBERADAANNYA, YANG DISEBABKAN OLEH<br />
API BESAR YANG TIDAK TERKENDALIKAN DAN MERUPAKAN SUATU BERTANDA<br />
YANG MENYEBABKAN : - Bahan bakar<br />
- Udara<br />
- Panas<br />
TIMBUL KERUGIAN :<br />
AKIBAT KEBAKARAN<br />
HARTA<br />
BENDA<br />
JIWA<br />
KERUSAKAN LINGKUNGAN Tata Kota<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 1
KEGAGALAN PADA PEMADAM AWAL / API<br />
2 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
SEBAB-SEBAB TERJADINYA KEBAKARAN<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
KETERLAMBATAN DALAM MENGETAHUI AWAL TERJADINYA KEBAKARAN Alrm/ Detector<br />
TIDAK ADANYA ALAT PEMADAMAN KEBAKARAN YANG SESUAI<br />
TIDAK ADA ATAU KURANG BERFUNGSINYA SISTEM DETEKSI API Relay<br />
PERSONIL YANG ADA, TIDAK MENGETAHUI CARA/TEKNIK PEMADAMAN YANG BENAR
Penangggulangan kebakaran<br />
TERJADI API<br />
UNSUR API<br />
P A N A S<br />
P A N A S<br />
P A N A S<br />
TITIK NYALA<br />
CAMPUR BIASA<br />
TERBAKAR<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 3
4 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
BATAS BISA TERBAKAR<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
ADALAH BATAS KOSENTRASI CAMPURAN ANTARA UAP BAHAN BAKAR DENGAN UDARA YANG<br />
DAPAT TERBAKAR/MENYALA BILA DIKENAI SUMBER PANAS YANG CUKUP<br />
CONTOH : BENSIN = 1,4 % - 7,6 %<br />
BATAS ATAS = 7,6 %<br />
GAS b . b<br />
BATAS BAWAH = 1,4 %<br />
Kerosin = 1,6 % - 6 %<br />
Diesel Oil = 1,3 % - 6,05 %<br />
TAHAPAN PROSES TERJADINYA API
Penangggulangan kebakaran<br />
1. TAHAPAN PERMULAAN ( INCIPIENT )<br />
2. TAHAP PEMBAKARAN TANPA NYALA ( SMOLDERING )<br />
3. TAHAP PEMBAKARAN DIBARENGI DENGAN NYALA ( FLAME STAGE )<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 5
TUJUANNYA :<br />
6 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
KLASIFIKASI KEBAKARAN<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
UNTUK LEBIH MEMUDAHKAN, CEPAT DAN TEPAT DALAM PEMILIHAN MEDIA PEMADAMAN<br />
DIATUR OLEH:<br />
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NO. PER.04/MEN/1980 TANGGAL<br />
14 APRIL 1980, SBB :<br />
KLAS<br />
KEBAKARAN JENIS KEBAKARAN
Penangggulangan kebakaran<br />
A BAHAN BAKARNYA BILA TERBAKAR AKAN MENINGGALKAN ARANG DAN ABU<br />
B BAHAN BAKARNYA CAIR ATAU GAS YANG MUDAH TERBAKAR<br />
C KEBAKARAN INSTALASI LISTRIK BERTEGANGAN<br />
D KEBAKARAN LOGAM<br />
PRINSIP TEKNIK PEMADAMAN<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 7
8 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
DENGAN KETEPATAN MEMILIH MEDIA PEMADAM, MAKA AKAN DIDAPAT PEMADAM<br />
KEBAKARAN YANG EFEKTIF<br />
DENGAN MERUSAK/MEMUTUS KESEIMBANGAN CAMPURAN KETIGA UNSUR DIDALAM<br />
SEGI-TIGA API ( BAHAN BAKAR – PANAS – UDARA )<br />
INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :<br />
STARVATION : MENGHILANGKAN ATAU MENGURANGI BAHAN BAKAR, MENGAMBIL<br />
YANG BELUM TERBAKAR Ladang minyak
Penangggulangan kebakaran<br />
SMOTHERING : MEMISAHKAN UDARA DARI BAHAN BAKAR<br />
DILLUTION : MENGURANGI KADAR O2 DALAM UDARA<br />
COOLING : MENDINGINKAN ATAU MENGURANGI PANAS BAHAN YANG<br />
TERBAKAR, SAMPAI SUHU DIBAWAH TITIK NYALA<br />
KIMIA DAN : MEMUTUSKAN RANTAI REAKSI PEMBAKARAN<br />
TEKNIK<br />
1. PASIR / TANAH Solar & bensin<br />
ALAT PEMADAM API TRADISIONAL<br />
Sesuai SPLN 66 – 1986<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 9
2. SELIMUT API<br />
3. AIR Pendinginan<br />
1. GALAH/PENGKAIT<br />
2. KAMPAK<br />
3. TANGGA BAMBU<br />
4. TALI MANILA<br />
5. LINGGIS<br />
10 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
PERLENGKAPAN APAT<br />
ALAT PEMADAM API TRADISIONAL<br />
Sesuai SPLN 66 – 1986<br />
Kegunaan : Memadamkan Kebakaran Jenis A<br />
Bahan : Pasir, Air dan Peralatan Tambahan<br />
Ukuran : - Pasir :1 – 2 m 3<br />
- Air : minimum 1 drum<br />
Penangggulangan kebakaran
Penangggulangan kebakaran<br />
- Perlengkapan tambahan : sekop, Galah 5 m berkait, 4 ember 3 karung Goni, kapak, tambang<br />
min 20 meter, tangga 4 m<br />
PASIR / TANAH<br />
SANGAT EFEKTIF UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN LANTAI TERUTAMA UNTUK KEBAKARAN<br />
MINYAK<br />
DAPAT JUGA UNTUK PEMADAMAN AWAL SEMUA JENIS KEBAKARAN<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 11
MEMBENDUNG MINYAK AGAR TIDAK MELUAS<br />
PRINSIP PEMADAMAN<br />
SMOTHERING : MENGISOLASI O2<br />
COOLING : PENDINGINAN<br />
12 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
SELIMUT API<br />
MEDIANYA KARUNG GONI (BUKAN PLASTIK) YANG DICELUPKAN DALAM AIR<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
SANGAT EFEKTIF UNTUK PEMADAMAN SEMUA JENIS KEBAKARAN KECUALI KEBAKARAN LISTRIK<br />
MUDAH DIDAPAT, MURAH HARGANYA DAN MUDAH DALAM PENGGUNAANNYA
Penangggulangan kebakaran<br />
PRINSIP PEMADAMAN<br />
PENDINGINAN<br />
PENYELIMUTAN<br />
A I R<br />
MEDIA PEMADAM YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN, KARENA :<br />
MUDAH DIDAPAT<br />
MUDAH DIANGKUT<br />
DAYA SERAP PANAS YANG TINGGI<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 13
DAYA MENGEMBANG MENJADI UAP YANG TINGGI<br />
KELEMAHAN<br />
LOKASI HARUS BEBAS DARI LISTRIK<br />
14 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
UNTUK KEBAKARAN MINYAK, TIDAK BISA DIGUNAKAN SECARA LANGSUNG DAN HARUS<br />
DIKABUTKAN<br />
PRINSIP PEMADAMAN<br />
PENDINGINAN<br />
PENYELIMUTI<br />
APAR
Penangggulangan kebakaran<br />
- Alat pemadam ringan yaitu :<br />
JENIS APAR<br />
YAITU SUATU ALAT PEMADAM KEBAKARAN YANG DAPAT DIBAWA, DIGUNAKAN DAN<br />
DIOPERASIKAN OLEH SATU ORANG<br />
COCOK UNTUK PEMADAMAN AWAL PADA LOKASI YANG ALIRAN UDARANYA TIDAK DERAS<br />
BANYAK JENIS DAN MACAMNYA<br />
MUDAH DIDAPAT DIPASARAN UMUM<br />
A. BAHAN PADAT : DRY POWDER, DRY CHEMICAL MULTI PURPOSE<br />
B. BAHAN CAIR : - AIR BERTEKANAN<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 15
16 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
- CAIRAN MUDAH MENGUAP<br />
( BCF, CBM, BTM )<br />
C. BUSA ( FOAM ) : - BUSA KIMIA<br />
D. GAS : - CO2<br />
- BUSA MEKANIK<br />
Penangggulangan kebakaran
Penangggulangan kebakaran<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 17
18 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran
Penangggulangan kebakaran<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 19
TURUNKAN DRY CHEMICAL DARI TEMPATNYA<br />
BUKA SLANG DARI JEPITNYA<br />
CABUT LEAD SEAL (SEGEL)<br />
CABUT PEN PENGUNCI<br />
20 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
LANGKAH PENGOPERASIKAN APAR<br />
PEGANG HORN DENGAN TANGAN KIRI DAN ARAHKAN KEATAS<br />
COBA DITEMPAT SECARA SESAAT, (TANGAN KANAN MENEKAN KATUB)<br />
KET : JIKA KOSONG - CARI YANG LAIN<br />
JIKA BAIK - BAWA KE LOKASI PEMADAMAN<br />
BAWA APAR KELOKASI KEBAKARAN<br />
SEMPROTKAN DRY CHEMICAL DENGAN MENGIBAS-IBAS HORN<br />
INGAT : POSISI HARUS SELALU BERADA DIATAS ANGIN<br />
Penangggulangan kebakaran
Penangggulangan kebakaran<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 21
22 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
PERALATAN UTAMA FIRE HYDRANT<br />
1. POMPA UTAMA Pompa yang pertama mengambil air dari sumber air<br />
2. POMPA JOCKY Untuk mempertahankan tekanan air pada pipa distribusi<br />
3. PIPA DISTRIBUSI / PENYALUR Untuk menyalurkan air bertempat<br />
4. YARD HYDRANT HOSE CABINET Tempat dibelakang selang & menyimpan<br />
fire Hydrant<br />
5. SLANG / HOSE Menyalurkan air<br />
6. NOZZEL PENYEMPROT Alat yang diletakan di akhir output<br />
air yang Fungsinya <strong>untuk</strong><br />
membentuk air<br />
Penangggulangan kebakaran
Penangggulangan kebakaran<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 23
PENGAMAN TANKI MINYAK DARI BAHAYA KEBAKARAN<br />
TANKI MINYAK BBM DILENGKAPI DENGAN BEBERAPA PENGAMAN :<br />
24 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
TANGGUL / TEMBOK KELILING TANGKI<br />
GUNANYA UNTUK MENCEGAH MELUAPNYA MINYAK APABILA TANGKI BBM BOCOR<br />
SISTEM HYDRANT<br />
DIPASANG PADA KELILING LUAR DARI TANGGUL/TEMBOK PENGAMAN TANGKI<br />
SISTEM BUSA<br />
BUSA YANG DIBANGKITKAN OLEH PEMBANGKIT BUSA DIALIRKAN MASUK KEDALAM TANGKI<br />
TERBAKAR<br />
SISTEM PENGABUT<br />
SISTEM INI BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK MENGAMANKAN KE TANGKI MINYAK RINGAN, DAN<br />
DIPASANG SISI LUAR DINDING TANGKI
Penangggulangan kebakaran<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 25
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN KEBAKARAN :<br />
26 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
USAHA/TINDAKAN PREVENTIF UNTUK MENGHINDARKAN ANCAMAN BAHAYA KEBAKARAN YANG<br />
MUNGKIN TIMBUL DAPAT DILAKSANAKAN SEBAGAI BERIKUT :<br />
1. MEMBERIKAN PENDIDIKAN/LATIHAN MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN, BAIK SECARA TEORI<br />
MAUPUN PRAKTEK, MULAI DARI UNSUR PIMPINAN, KARYAWAN DAN SISWA, BAIK<br />
MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN ATAU HYDRANT, MAUPUN PEMADAM API<br />
TRADISIONAL<br />
2. MENEMPATKAN BARANG-BARANG YANG MUDAH TERBAKAR DITEMPAT YANG AMAN<br />
3. MENEMPATKAN ANAK-ANAK KUNCI RUANGAN/GUDANG SECARA TERPUSAT (MISALNYA DIPOS<br />
SATPAM)<br />
4. TIDAK MEROKOK DAN MELAKUKAN PEKERJAAN PANAS DIDEKAT BARANG-BARANG YANG<br />
SUDAH TERBAKAR<br />
5. MEMBAKAR SAMPAH/KOTORAN DITEMPAT YANG DISEDIAKAN DAN TIDAK DILAKUKAN DIDEKAT<br />
BANGUNAN/ GUDANG/TUMPUKAAN BARANG-BARANG YANG MUDAH TERBAKAR
Penangggulangan kebakaran<br />
6. TIDAK MEMBUAT SAMBUNGAN LISTRIK SECARA SEMBARANGAN DAN TIDAK MEMASANG<br />
STEKER SECARA BERTUMPUK-TUMPUK<br />
7. PENYEDIAAN DAN PEMASANGAN ALAT-ALAT PEMADAM API YANG SESUAI UNTUK LINGKUNGAN<br />
KANTOR, BAIK JUMLAH MAUPUN JENISNYA<br />
8. PEMASANGAN TANDA-TANDA PERINGATAN PADA TEMPAT-TEMPAT YANG RESIKO BAHAYA<br />
KEBAKARANNYA TINGGI, ANTARA LAIN<br />
- DILARANG MELAKUKAN PEKERJAAN PANAS/MEMBUAT API<br />
- DILARANG MEROKOK, DLL YANG SEJENIS<br />
- SERTA MENTAATI LARANGAN TERSEBUT<br />
9. MATIKAN ALIRAN LISTRIK ( AC, PENERANGAN, PERALATAN PENGAJARAN, DLL) JIKA PERALATAN<br />
TERSEBUT TIDAK DIGUNAKAN )<br />
10. BARANG-BARANG TAK TERPAKAI JANGAN DIBIARKAN BERSERAKAN DISEKITAR PERALATAN<br />
MESIN, ATAU DITEMPAT KERJA MISALNYA BAHAN SERAT, LAP KOTOR, SISA OLI<br />
11. ALAT PEMADAM API RINGAN HARUS DILETAKAN DITEMPAT YANG MUDAH DIAMBIL DAN JANGAN<br />
DIHALANGI BENDA LAIN<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 27
12. JANGAN MENUMPUK BARANG DIDEPAN PINTU KELUAR<br />
28 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
13. BOTOL KALENG DAN TEMPAT PENYIMPANG BAHAN MUDAH TERBAKAR JANGAN BIARKAN<br />
TERBUKA<br />
14. JAUHKAN TABUNG GAS DARI BAHAN PANAS/SUMBER API<br />
15. SEBELUM TEMPAT KERJA DITUTUP, PERIKSA DENGAN SEKSAMA TERUTAMA HAL YANG DAPAT<br />
MENYEBABKAN KEBAKARAN MISALNYA : PERALATAN LISTRIK DAN TEMPAT PEMBUANGAN<br />
SAMPAH<br />
16. BUANG PUNTUNG ROKOK DAN SISA KOREK API PADA ASBAK YANG ADA DAN MATIKAN LEBIH<br />
DULU API PADA PUNTUNG ROKOK TERSEBUT<br />
17. MENEMPATKAN ALAT-ALAT PEMADAM API PADA TEMPAT YANG MUDAH DIKETAHUI DAN SIAP<br />
DIPERGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PEMADAMAN UNTUK GEDUNG BERTINGKAT, LOKASI<br />
PENEMPATANNYA DIBUAT SAMA
Penangggulangan kebakaran<br />
LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KEBAKARAN<br />
USAHA/TINDAKAN YANG CEPAT DAN TEPAT UNTUK MENANGGULANGI MENCEGAH MELUASNYA<br />
BAHAYA KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA/ALAT-ALAT PEMADAM KEBAKARAN YANG<br />
ADA, SEBAGAI BERIKUT :<br />
1. MEMADAMKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT-ALAT PEMADAM API YANG SESUAI ( APAR,<br />
APAT, HYDRAN )<br />
2. MEMBUNYIKAN ALARM/TANDA BAHAYA ( SESUAI DENGAN KETENTUAN )<br />
3. SECEPATNYA MEMBERITAHUKAN/MENGHUBUNGI PERTELEPON KEPADA SATPAM,<br />
KEPOLISIAN SETEMPAT, PMI/AMBULANCE SESUAI DENGAN KONDISI SITUASI LAPANGAN<br />
4. LAPORKAN DENGAN MENYEBUTKAN NAMA PELAPOR , NOMOR TELEPON YANG DIPAKAI<br />
(KECUALI TELEPON UMUM) TEMPAT KEJADIAN KEBAKARAN, JENIS YANG TERBAKAR<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 29
30 Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
Penangggulangan kebakaran<br />
5. DILOKASI KEBAKARAN DIHARAP KARYAWAN MENGAMANKAN LOKASI DARI HAL YANG<br />
MENGHABAT KELANCARAN PETUGAS MISALNYA JALAN MASUK KELOKASI MEMBUKA PORTAL<br />
6. MENGUSAHAKN PEMADAMAN SEMAMPU MUNGKIN, DENGAN PERALATAN YANG ADA<br />
7. BERITAHU PETUGAS TGENTANG SUMBER AIR YANG ADA DISEKITAR LOKASI (HYDRANT,<br />
KOLAM, WADUK, Parit, DLL)<br />
8. SELAMATKAN JIWA DAN BARANG BENDAYANG MASIH BISA DIAMANKAN<br />
9. JIWA NILAINYA JAUH LEBIH BESAR DARI BENDA. JANGANLAH MENGORBANKAN JIWA HANYA<br />
UNTUK MENGAMANKAN BENDA<br />
YANG PERLU DIPERHATIKAN
Penangggulangan kebakaran<br />
DALAM PEMADAMAN<br />
ARAH ANGIN<br />
JENIS BAHAN YANG TERBAKAR<br />
SITUASI DARI LINGKUNGAN<br />
VOLUME BAHAN YANG TERBAKAR<br />
ALAT PEMADAM YANG TERSEDIA<br />
LAMA TELAH TERBAKAR<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik 31