tata kecantikan rambut jilid 2 smk
tata kecantikan rambut jilid 2 smk tata kecantikan rambut jilid 2 smk
Gambar. 7.39. Tampak Muka Sumber : Jafar, AS dkk (1998) Gambar. 7.40. Tampak Samping Sumber : Jafar, AS dkk (1998) 244
Gambar. 7.41. Tampak Belakang Sumber : Jafar, AS dkk (1998) e. Sanggul daerah Palembang, Sumatera Selatan Sanggul daerah Palembang, Sumatera Selatan disebut Gelung Malang. 1) Sejarah sanggul Gelung Malang Sejak dimulainya perluasan daerah jajahan Kerajaan Majapahit, dengan panglima perangnya yang terkenal Mahapatih Gajah Mada, antara lain ke daerah Sumatera pada kira-kira abad XIV, secara tidak langsung mengakibatkan adanya pengaruh seni atau kebudayaan Jawa terhadap kehidupan masyarakat. Kebudayaan yang ditinggalkan oleh laskar Kerajaan Majapahit ini tetap hidup sehingga seolah-olah kebudayaan itu adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Pada tanggal 21 Juni 1821 adalah hari terjadinya acara serah terima Pemerintah Kerajaan Sriwijaya kepada Pemerintah HIndia Belanda. Juah sebelum itu Pemerintah Kerajaan Sriwijaya sudah mempunyai tata cara adat dan seni budaya tersendiri yang bernilai tinggi, termasuk di dalamnya tata busana, perawatan badan dan keluarganya. Jika berpergian ia hanya berhias secara sederhana, misalnya hanya mengenakan baju kurung biru tua, selain sarung dan selendang sebagai penutup kepala, serta perhiasan sekedarnya. Sanggul malang adalah sanggul wanita yang mencerminkan pengaruh kebudayaan Sriwijaya dan kebudayaan asing lainnya, antara lain dari Tiongkok dan India, yang sudah ada pada waktu itu. Sanggul malang berasal dari kebudayaan Jawa yang dibawa oleh laskar Majapahit. Hiasan sanggul ini terbuat dari kertas, seperti pada kebudayaan Cina dan untaian bunga hidup seperti pada kebudayaan India. 245
- Page 58 and 59: 4) Waajah gemuk Jikka bentuk wajah
- Page 60 and 61: Gambar. 6.566. Dagu Kecil Sumber :
- Page 62 and 63: GGambar. 6.60. LLeher Panjang Sumbe
- Page 64 and 65: GGambar. 6.64. Berkaca Mata Sumber
- Page 66 and 67: dalam bayangan pikiran penata rambu
- Page 68 and 69: ) Beelahan pingg gir Belahaan pingg
- Page 70 and 71: Gambar. 6.70. Mennopang (Propping)
- Page 72 and 73: Gambar. 6.772. Cara Memeegang Sikat
- Page 74: 4. Sebutkanlah 4 hal penting yang h
- Page 77 and 78: 7) Harnal, harnal berfungsi untuk m
- Page 79 and 80: . Teeknik puntiran Teeknik puntira
- Page 81 and 82: 1) Buuatlah sectio on bagian deepan
- Page 83 and 84: Gambar. 7.5. Cara Meletakkan Posisi
- Page 85 and 86: a) Bagi rambut menjadi 2 bagian, de
- Page 87 and 88: Gambar. 7.12. Cara Menyematkan Akse
- Page 89 and 90: Gambar. 7.15. Cara Membagi Rambut S
- Page 91 and 92: Gambar. 7.19. Cara Menyisir Dan Men
- Page 93 and 94: itu penataan rambut artistik ini bi
- Page 95 and 96: 3. Melakukan Penataan Sanggul Daera
- Page 97 and 98: c) Gambaar. 7.24. Cara MMembentuk S
- Page 99 and 100: Gambar. 7.27. Tampak Samping Sumber
- Page 101 and 102: 4) Orrnamen/perh hiasan yang diguna
- Page 103 and 104: Gambbar. 7.31. Rammbut Dibelah Luur
- Page 105 and 106: c) Saanggul Batak k Angkola-MMandai
- Page 107: Perawatan sanggul Dahulu sabun (sha
- Page 111 and 112: taddi sehingga berfungsi ssebagai p
- Page 113 and 114: Gambar. 7.44. Tampak Muka Sumber :
- Page 115 and 116: Gambar. 7.47. Sanggul Belattung Gel
- Page 117 and 118: c) d) e) f) g) h) i) Jadikan sa atu
- Page 119 and 120: Gambar. 7.51. Sanggul Sikek Tampak
- Page 121 and 122: ) Sanggul untuk pengantin Siput Li
- Page 123 and 124: i. Sanggul daerah Betawi Sanggul da
- Page 125 and 126: d) Sisa rambut (ujung rambut) dilil
- Page 127 and 128: konde cepol selesai, kemudian diber
- Page 129 and 130: 1) Asal-usul sanggul Ciwidey Di Jaw
- Page 131 and 132: l. Sanggul daerah D.I.Y. Yogyakarta
- Page 133 and 134: d) e) f) Jepitan dan harnal. Harnet
- Page 135 and 136: ) Saanggul Bokor Mengkurepp Sangggu
- Page 137 and 138: Paada kesemp patan ini, haanya diur
- Page 139 and 140: d) Kemudian rambut itu kita lekuk k
- Page 141 and 142: Gambbar. 7.71. Caraa Melilitkan ram
- Page 143 and 144: Gambar. 7.74. Tampak Samping Sumber
- Page 145 and 146: 3) Hiasan sanggul Agar sanggul terl
- Page 147 and 148: Gambar. 7.80. Cara Membuat Sanggul
- Page 149 and 150: t. Saanggul daera ah Dayak, Kaalima
- Page 151 and 152: Pemakaian/penggunaan Sanggul Lengge
- Page 153 and 154: Etnis Sasak mendiami Pulau Lombok,
- Page 155 and 156: dipakai seperti bunga kenanga kunig
- Page 157 and 158: erfungsi sebagai s pengencang sangg
Gambar. 7.41. Tampak Belakang<br />
Sumber : Jafar, AS dkk (1998)<br />
e. Sanggul daerah Palembang, Sumatera Selatan<br />
Sanggul daerah Palembang, Sumatera Selatan disebut Gelung<br />
Malang.<br />
1) Sejarah sanggul Gelung Malang<br />
Sejak dimulainya perluasan daerah jajahan Kerajaan Majapahit,<br />
dengan panglima perangnya yang terkenal Mahapatih Gajah Mada,<br />
antara lain ke daerah Sumatera pada kira-kira abad XIV, secara tidak<br />
langsung mengakibatkan adanya pengaruh seni atau kebudayaan Jawa<br />
terhadap kehidupan masyarakat. Kebudayaan yang ditinggalkan oleh<br />
laskar Kerajaan Majapahit ini tetap hidup sehingga seolah-olah<br />
kebudayaan itu adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya.<br />
Pada tanggal 21 Juni 1821 adalah hari terjadinya acara serah terima<br />
Pemerintah Kerajaan Sriwijaya kepada Pemerintah HIndia Belanda. Juah<br />
sebelum itu Pemerintah Kerajaan Sriwijaya sudah mempunyai <strong>tata</strong> cara<br />
adat dan seni budaya tersendiri yang bernilai tinggi, termasuk di<br />
dalamnya <strong>tata</strong> busana, perawatan badan dan keluarganya. Jika<br />
berpergian ia hanya berhias secara sederhana, misalnya hanya<br />
mengenakan baju kurung biru tua, selain sarung dan selendang sebagai<br />
penutup kepala, serta perhiasan sekedarnya.<br />
Sanggul malang adalah sanggul wanita yang mencerminkan<br />
pengaruh kebudayaan Sriwijaya dan kebudayaan asing lainnya, antara<br />
lain dari Tiongkok dan India, yang sudah ada pada waktu itu.<br />
Sanggul malang berasal dari kebudayaan Jawa yang dibawa oleh<br />
laskar Majapahit. Hiasan sanggul ini terbuat dari kertas, seperti pada<br />
kebudayaan Cina dan untaian bunga hidup seperti pada kebudayaan<br />
India.<br />
245