Risma Dukung Persebaya 1927 Audit Semua Pesawat Lion Air

L E N T E R A H I D U P B E R S A M A
RADAR SURABAYA ● SELASA, 16 APRIL 2013 HALAMAN 11
17
RABU
A P R I L
HATI-HATI dengan jebakan atau tawaran
bisnis yang menggiurkan. Anda bisa rugi
besar.
BAIK untuk evaluasi rencana, mengun-
jungi orang sakit, anjangsana.
JELEK untuk pernikahan, penguburan,
teken kontrak, terima jabatan dsb.
HOKI shio kerbau.
CIONG shio kambing.
CENG BENG
SANDHI/RADAR SURABAYA
LARIS: Agustinus Wibowo menandatangi
buku yang dbeli penggemarnya.
Nyekar Sambil
Bedah Buku
BAGI orang Tionghoa, Ceng Beng
merupakan ritual tahunan yang tak
boleh dilewati. Bahkan, upacara
untuk menghormati keluarga atau
leluhur yang sudah meninggal ini
sering dianggap lebih penting ketimbang
Sincia atau tahun baru Imlek.
Karena itu, Agustinus Wibowo pun
meluangkan waktu khusus untuk
mengikuti Ceng Beng alias Qingming
bersama keluarganya di sela kesibukan
bedah buku terbarunya
berjudul Titik Nol. “Saya selalu
usahakan untuk mengikuti Ceng
Beng di kampung halaman. Kecuali
kalau saya tinggal di Beijing atau di
luar negeri,” kata lulusan Universitas
Tsinghua, Beijing, yang dikenal
sebagai travel writer ini.
Pemuda kelahiran Lumajang, 1981,
ini merupakan putra pertama pasangan
Chandra Wibowo dan Widyawati.
Kedua orangtuanya sudah
meninggal dunia. Sang mama bahkan
meninggal saat Agus, sapaan akrabnya,
tinggal di Beijing dan bertualang
ke berbagai daerah. Karena itu,
Agus selalu berpesan kepada para
pembaca bukunya untuk memberikan
perhatian dan cinta kepada
orang tua. “Selagi ayah bundamu
masih ada, jangan engkau pergi
jauh,” pesannya.
Menurut Agus, ayah dan ibunya
tidak dikuburkan, tapi dikremasi.
Karena itu, saat Ceng Beng dia
bersama sauadara dan kerabatnya
mengadakan acara ‘nyekar’ ke laut.
Lokasinya di tempat ketika abu
jenazah dilarung dulu. (san/rek)
BAB 7
Istana Pulau Es
Bagian 16
“HONG Kwi....!! Hatinya
mengeluh akan tetapi
mulutnya berkata dengan
suara dingin seperti suara
yang keluar dari balik
kubur, sama sekali tidak
mengandung semangat
kehidupan. “Maya dan
Siauw Bwee, kuminta kalian
selamanya jangan menyebut-nyebut
lagi namanya....”
Melihat keadaan Han Ki,
Maya menjadi terkejut dan
menyesal mengapa tadi ia
bertanya-tanya tentang
Puteri Sung Hong Kai itu.
“Baik, Suheng,” jawabnya.
“Baik, Suheng,” kata
pule Siauw Bwee.
Dengan kekuatan batinnya
sebentar saja Han Ki
sudah dapat mengatasi
perasaan hatinya yang tertekan
, maka perahu kembali
meluncur dengan lancar
dan cepatnya ke timur.
Suara ujung perahu memecah
air laut mengumandangkan
nasihat Bu Kek
Siansu kepada Han Ki
bahwa pemuda itu sebaiknya
mengasingkan diri ke
Pulau Es bersama dua
orang sumoinya, karena
kalau dia muncul di dunia
ramai, tentu akan teringat
terus akan peristiwa di
Kerajaan Sung dan dia akan
selalu menjadi seorang
buronan. Kini Han Ki dapat
memikirkan dan merasai
tepatnya nasihat itu. Dia
masih muda dan berdarah
panas, mudah dikuasai nafsunya
sehingga kalau dia
bertemu lagi dengan Hong
Kwi, agaknya tidak akan
dapat menahan diri dan
Perlu Pemimpin yang Jujur
Seminar HUT
Ke-14 INTI
MENYAMBUT ulang tahun
ke-14, Perhimpunan Indonesia
Tionghoa (INTI)
menggelar dialog kebangsaan
bertajuk Perjuangan Pluralisme
dan Anti Diskriminasi
di Indonesia. Acara yang
berlangsung di Mega Glodok,
Kemayoran, Jakarta, itu
menampilkan sejumlah tokoh
nasional seperti Mantan
Menko Polhukam Agum Gumelar
dan Inayah Wahid,
putri almarhum Gus Dur.
Para pembicara dan peserta
seminar berpendapat,
di era reformasi ini tak boleh
lagi ada diskriminasi dalam
negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Semua
etnis, ras, agama, komunitas,
partai politik punya kesempatan
yang sama untuk
berpartisipasi dalam segala
bidang kehidupan. Bahkan,
Agum Gumelar secara tegas
mengatakan, semua etnis
punya peluang yang sama
untuk memimpin Indonesia.
“Termasuk warga negara Indonesia
(WNI) keturunan
Tionghoa, yang juga menjadi
bagian dari bangsa Indonesia.
Saat ini sudah tidak ada
larangan bagi para generasi
muda Tionghoa yang ingin
Melihat Kehidupan Umat Islam di Tiongkok (2)
Masjid Niujie Lebih Tua dari Forbidden City
Sebagai seorang muslim,
saya bersyukur punya
kesempatan bertemu dengan
komunitas muslim di Beijing,
Tiongkok. Ada keinginan
untuk tahu bagaimana
mereka beribadah di tengah
masyarakat yang mayoritas
nonmuslim.
AAN JUANDA
Beijing
MESKI hidup di negara
berpaham komunis, tampaknya
orang Islam di
Beijing bisa melakukan
aktivitas keagamaannya
tanpa batasan dan halangan.
Termasuk jika
mereka ingin berhaji.
Paling tidak ini penjelasan
dari pemandu wisata
(warga setempat) yang
mendampingi saya di
Beijing.
Usai menyampaikan
salam, saya diantar beberapa
pengurus masjid
masuk ke ruang wudhu,
memberi saya sandal basah
akan menimbulkan kegemparan-kegemparan
baru,
mungkin pelanggaran-pelanggaran
yang tidak semestinya
dilakukan orang
baik-baik.
Hong Kwi telah menjadi
milik orang lain, dan dia
harus dapat melupakanya.
Satu-satunya jalan untuk
melupakannya secara baik
adalah tinggal di pulau
yang terasing dan menggembleng
diri dengan ilmu-ilmu
yang lebih tinggi.
“Hei....! Ikan banyak
PEDULI BUDAYA: HUT Perhimpunan INTI dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit.
terjun ke panggung politik.
Generasi muda Tionghoa jangan
ragu terjun di bidang lain
di luar bisnis,” tegas Agum.
Senada dengan Agum,
Inayah Wahid tidak mempermasalahkan
etnis apa
yang akan manjadi calon
pemimpin Indonesia. Baginya,
etnis atau ras bukan
masalah karena konstitusi
kita, UUD 1945, menjamin
hak dan kewajiban untuk semua
warga negara. “Yang
terpenting, pemimpin Indo-
sekali....!” Tiba-tiba Maya
berseru sambil menuding
ke air. Siauw Bwee dan
Han Ki memandang dan
memang benar. Di dalam
air, tersinar bagai matahari,
tampak banyak ikan
sebesar paha berenang ke
sana ke mari banyak sekali.
Pemandangan ini
amat menarik hati dan ketiganya
tidak menggerakkan
dayung membuat perahu
terhenti dan mereka
menikmati pemandangan
yang memang indah itu.
Karena matahari sudah
naik tinggi dengan sinar
cemerlang dan air laut tenang,
maka melihat ikanikan
dengan sisik mengkilap
itu berenang di sekitar
perahu amatlah
mempesonakan.
“Ah, kalau ada alat pancing,
tentu menyenangkan
sekali memancing di sini;!
kata Siauw Bwee.
“Itu ada perahu datang!!
Han Ki berkata. Mereka
memandang dan dari jauh
tampak sebuah perahu
kecil meluncur datang
dengan cepat sekali. Setelah
dekat tampak oleh mereka
bahwa perahu itu ditumpangi
seorang laki-laki
yang berkepala gundul.
“Seperti seorang hwesio!!
kata Siauw Bwee. “Bukan,
nesia adalah orang yang
mau bekerja keras dan jujur,”
kata Inayah.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan
INTI Rachman
Hakim mengatakan, dialog
kebangsaan ini bertujuan
untuk menyampaikan pesan
bahwa perjuangan membangun
bangsa Indonesia adalah
perjuangan panjang
yang tak pernah usai. Selama
ini pihaknya aktif berkontribusi
dalam bidang hukum
seperti memperjuang-
ISTIMEWA
SILATURAHMI: Sejumlah wisatawan asal Indonesia berpose di kompleks
Masjid Niujie, Beijing.
untuk berwudhu, menyediakan
handuk pembersih,
lalu menunjukkan arah ke
masjid utama. Ya, dari dua
masjid yang saya kunjungi,
ruang berwudhu dan masjid
selalu dalam bangunan
yang terpisah. Ini agak
berbeda di Indonesia di
mana ruang berwudhu
biasanya berada dalam satu
bangunan masjid yang
sama.
Salah satu masjid yang
sempat saya kunjungi
adalah Masjid Niujie,
bantah Maya. “Lihat, biarpun
gundul, dia tidak
memakai baju! Mana ada
hwesio tidak berjubah?”
Han Ki sudah berdiri di
atas papan perahunya dan
memandang tajam penuh
perhatian. “Bukan hwesio.
Akan tetapi dia aneh sekali
Kepalanya gundul, pakaiannya
hanya cawat, kumisnya
kecil melintang.
Heran, orang apakah
dia? Melihat perahunya,
tentu perahu nelayan dan
melihat cara dia mendayung,
tentu dia bukan
orang sembarangan. Harap
kalian hati-hati, jangan-jangan
dia bukan
orang baik-baik.”
Perahu itu kini telah
datang dekat dan orang
yang berada di perahu
agaknya tidak mempedulikan
mereka, melainkan
memandang ke air di mana
terdapat banyak ikan.
Tiba-tiba ia mengeluarkan
seruan girang, perahunya
dihentikan dan ia membuang
jangkar besi yang
diikat dengan tali panjang.
Kemudian, setelah memandang
ke air penuh perhatian
sampai tubuhnya
yang hanya bercawat itu
membungkuk dl luar bibir
perahu, tiba-tiba orang itu
meloncat ke dalam air
kan Undang-Undang Kewarganegaraan.
Di bidang sosial,
INTI aktif menyelenggarakan
seminar politik dan
kebangsaan serta mengembangkan
program beasiswa
bagi pelajar kurang mampu.
Menurut dia, INTI didirikan
pascareformasi pada
1999. Perhimpunan ini diharapkan
bisa membantu penyelesaian
persoalan dan keadilan
bagi kaum minoritas
di tanah air. Setelah permasalahan
hak-hak politik dan
Beijing. Niujie konon
berarti jalan sapi. Mengapa
disebut jalan sapi? Sebab,
area tersebut terdapat
banyak restoran muslim
yang menunya daging sapi.
Masjid Niujie terletak di
Distrik Xuanwau, satu
kawasan dengan populasi
muslim terbesar di Beijing.
Dari 200 ribu pemeluk
muslim di Beijing, 13 ribu
orang tinggal di kawasan
ini. Masjid ini adalah
masjid tertua, dibangun
tahun 996 Masehi pada era
Dinasti Liao. Artinya, usia
masjid ini sudah lebih
seribu tahun, usia yang
lebih tua dibanding Summer
Palace dan Kota
Terlarang sebagai bangunan
peninggalan lama.
Saat berada di kompleks
Masjid Niujie tidak terlihat
bangunan berarsitektur
masjid,seperti kebanyakan
masjid di Indonesia dengan
bulatan-bulatan kubah
setengah bolanya. Arsitektur
bangunannya lebih mirip
arsitektur bangunan di
Forbidden City. Yang men-
dengan gerakan indah. Air
hanya, muncrat sedikit
saja dan tubuhnya sudah
lenyap ditelan air.
“Wah, dia gila....!” Maya
berseru.
“Dia bisa celaka....!”
Siauw Bwee berkata penuh
keheranan.
“Hemm, kurasa tidak.
Melihat cara dia meloncat,
dia adalah seorang yang
ahli dalam air dan loncatannya
tadi membayangkan
bahwa dia memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Hanya
aneh sekali, aku heran apa
yang dicarinya di dalam air?
Dan bagai mana ia dapat
bertahan menyelam sampai
begini lama?”
Pertanyaein Han Ki itu
segera mendapat jawaban
yang merupakan pemandangan
aneh sekali. Tibatiba
air bergelombang
dan.... dari dari dalam air
tadi meloncatlah orang
yang tadi ke dalam perahunya,
tangannya memondong
seekor ikan sebesar
tubuhnya sendiri! Ikan itu
dilemparnya ke dalam
perahu, menggelepar-gelepar
dan Si Gundul yang
luar biasa itu sudah meloncat
lagi ke dalam air.
Tak lama kemudian, kembali
ia meloncat ke perahu
membawa seekor ikan
FILE/JPNN
kultural warga Tionghoa
sudah dipulihkan, maka
saat ini INTI mendorong
warga Tionghoa untuk
melakukan pembangunan
di berbagai bidang seperti
ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya.
“Sekarang ini saatnya
kita bekerja keras untuk
membangun bangsa dalam
keragaman, mewarnai negeri
tanpa perbedaan,”
pungkasnya.”(jia/rek)
cirikan bahwa itu adalah
kawasan muslim adalah
adanya warna-warna hijau
dan unsur biru yang lebih
dominan dibanding bangunan
traditional Tionghoa pada
umumnya.
Ruang utama terdiri dari
tiga koridor yang bisa
menampung ratusan
pengunjung. Di dalamnya
ada 21 pilar berwarna
merah dengan detail hiasan
warna kuning keemasan
dengan kaligrafi Arab.
Penyangga atap pada
langit-langit didominasi
warna paduan biru hijau
dan putih. Seperti
umumnya bangunan
traditional Tionghoa, saya
tidak menemukan warna
hitam sebagai pilihan
warna ornamen. Yang
menarik adalah hiasan
pada kayu-kayu penyangga
atap, terdapat gambaran
benda, dan bunga-bunga.
Sebuah ornamentyang
tidak biasa, dan tidak
pernah terlihat pada
masjid-masjid di Indonesia.
(bersambung/rek)
besar dan ketika untuk
ketiga kalinya ia meloncat
ke air, Han Ki berkata.
“Bukan main! Selama, hidupku,
mendengarpun belum
apalagi menyaksikan
seorang nelayan menangkap
ikan secara itu! Dia benarbenar
hebat luar biasa. Mari
kita dekati, aku ingin berkenalan
dengan dia!” Han Ki
berseru dan mendayung
perahu mendekat.
Pada saat itu, air kembali
bergelombang, kini lebih
hebat dari tadi, dan Maya
berteriak sambil menuding
ke bawah, “Lihat....!”
Mereka terbelalak ketika
tiba-tiba muncul kepala
yang gundul akan
tetapi tenggelam lagi dan
ternyata bahwa orang
aneh itu sedang bergumul
melawan seekor ikan yang
besar, lebih besar daripada
tubuhnya dan dua
kali lebih besar dari ikanikan
yang telah ditangkapnya
tadi. Han Ki, Maya
dan Siauw Bwee memandang
penuh kekhawatiran
melihat orang itu
bergulat dan bergulunggulung
di air yang makin
keras berombak karena
kibasan-kibasan ekor ikan
yang amat kuat. “Suheng,
bantulah dia....!”
Bersambung
layouter: edy subagyardjo