daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar
daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar
daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
DAFTAR ISI<br />
Corporate Social Responsibility Disclosure : Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi Dan<br />
Kinerja Lingkungan……………………………………………………………………………………………………. 109<br />
Pengaruh Comprehensive Income Pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan 123<br />
Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan<br />
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Di Kantor Bersama<br />
Samsat <strong>Denpasar</strong>……………………………………………………………………………………………………… 137<br />
Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Dan Komunikasi Dalam Tim<br />
Pada Kinerja Auditor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan<br />
(BPKP) Provinsi Bali………………………………………………………………………………………………….. 156<br />
Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman, Dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor Pada Rentang<br />
Waktu Penyelesaian Audit Kantor Akuntan Publik Di Bali………………………………………… 166<br />
Empirisme Logis Dalam Efficient Market Hypothesis Dan Keterbatasannya…………… 181<br />
Pengaruh Corporate Governance Disclosure Pada Kinerja Perusahaan Perbankan Di<br />
Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………… 190
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE: KAJIAN<br />
BERDASARKAN KINERJA EKONOMI DAN KINERJA LINGKUNGAN<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Desak Made Anggun Pratiwi<br />
I Gede Cahyadi Putra 1<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
This study examines the effect of economic performance and environmental<br />
performance of the Corporate Social Responsibility Disclosure in manufacturing<br />
companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study was to<br />
examine and obtain empirical evidence influence economic performance and<br />
environmental performance of the Corporate Social Responsibility Disclosure.<br />
The research was conducted in the Indonesia Stock Exchange, the object of study<br />
is economic performance, environmental performance, and Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure in manufacturing companies listed on the Stock Exchange in<br />
2009-2011. Total sample in this study were 28 companies, with three years of<br />
observation. The results with multiple linear regression analysis showed that<br />
economic performance and environmental performance significant positive effect on<br />
Corporate Social Responsibility Disclosure.<br />
Keywords: economic performance, environmental performance, corporate social<br />
responsibility disclosure<br />
1Alamat Korespondensi: d34nmld@yahoo.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Perusahaan mempunyai peranan<br />
yang sangat penting terhadap<br />
perekonomian dan masyarakat luas di<br />
era globalisasi sekarang ini. Kemajuan<br />
dibidang informasi dan teknologi serta<br />
adanya keterbukaan pasar memaksa<br />
perusahaan-perusahaan yang ada<br />
harus secara serius dan terbuka<br />
mempehatikan dampak-dampak atau<br />
tingkah laku perusahaan itu sendiri<br />
terhadap lingkungan dan sosialnya<br />
(stakeholder). Sebuah perusahaan<br />
dianggap sebagai suatu lembaga yang<br />
memberikan berbagai kontribusi bagi<br />
masyarakat. Perusahaan dapat<br />
memberikan kesempatan kerja,<br />
menyediakan barang yang dibutuhkan<br />
untuk dikonsumsi, memberikan<br />
sumbangan dan membayar pajak<br />
kepada pemerintah. Perusahaan<br />
sering hanya maksimalisasi laba itu<br />
sendiri, akhirnya disadari bahwa<br />
dampak yang ditimbulkan terhadap<br />
masyarakat semakin besar dan sulit<br />
untuk dikendalikan seperti polusi,<br />
keracunan, keb<strong>isi</strong>ngan, diskriminasi,<br />
pemaksaan, dan kesewenang-<br />
wenangan. Oleh karena itu,<br />
masyarakat menuntut agar<br />
perusahaan senantiasa<br />
memperhatikan dampak-dampak<br />
sosial yang ditimbulkan dan upaya<br />
untuk mengatasinya.<br />
Perkembangan akuntansi pada<br />
saat ini bukan hanya merangkum<br />
informasi tentang hubungan<br />
perusahaan dengan pihak ketiga,<br />
tetapi juga dengan lingkungannya,<br />
namun sejalan dengan perkembangan<br />
waktu serta melihat kond<strong>isi</strong> ekonomi<br />
yang makin global saat ini, kesadaran<br />
perusahaan akan masyarakat sekitar<br />
dan lingkungan pun mulai tumbuh.<br />
Hal ini dikarenakan setiap perusahaan<br />
harus mengambil tanggung jawab<br />
untuk kepentingan bersama, di mana<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
109
tindakan yang dilakukan oleh setiap<br />
korporasi membawa dampak terhadap<br />
kualitas kehidupan manusia, terhadap<br />
individu, masyarakat dan seluruh<br />
kehidupan di bumi. Fenomena inilah<br />
yang kemudian memicu munculnya<br />
wacana tanggung jawab sosial<br />
perusahaan (Corporate Social<br />
Responsibility). Corporate Social<br />
Responsibility (CSR) mengandung<br />
makna perusahaan memiliki tugas<br />
moral untuk berlaku jujur, mematuhi<br />
hukum, menjunjung tinggi integritas<br />
dan tidak korupsi. CSR juga<br />
menekankan bahwa perusahaan harus<br />
mengembangkan praktik bisnis yang<br />
etis dan sustainable secara ekonomi,<br />
sosial dan lingkungan (Yakub, 2004).<br />
CSR sebagai konsep akuntansi yang<br />
baru adalah transparansi<br />
pengungkapan sosial atas kegiatan<br />
atau aktivitas sosial yang dilakukan<br />
oleh perusahaan (Rakhiemah, 2009).<br />
Pengungkapan informasi tanggung<br />
jawab sosial perusahaan (Corporate<br />
Social Responsibility Disclosure)<br />
diharapkan perusahaan akan<br />
memperoleh legitimasi sosial dan<br />
memaksimalkan kekuatan<br />
keuangannya dalam jangka panjang<br />
sehingga akan mendapat respon positif<br />
oleh para pelaku pasar atau investor.<br />
Pengungkapan CSR yang tertuang<br />
dalam sosial perusahaan berpengaruh<br />
dan memiliki hubungan positif dengan<br />
kinerja perusahaan dalam berbagai<br />
perspektif yang berbeda, namun para<br />
peneliti terdahulu menunjukkan<br />
belum adanya hubungan yang tetap<br />
antara tanggung jawab sosial dan<br />
kinerja finansial perusahaan. Seperti<br />
halnya penelitian yang dilakukan<br />
Rakhiemah (2009) mengenai pengaruh<br />
kinerja lingkungan terhadap CSR<br />
Disclosure dan kinerja finansial<br />
perusahaan menunjukkan bahwa<br />
terdapat hubungan yang signifikan<br />
antara kinerja lingkungan dengan CSR<br />
Disclosure. Hasil lain menunjukkan<br />
bahwa tidak ada hubungan signifikan<br />
antara kinerja lingkungan dengan<br />
kinerja finansial perusahaan dan tidak<br />
ada hubungan signifikan antara CSR<br />
Disclosure terhadap kinerja finansial<br />
110<br />
perusahaan, akan tetapi dijumpai<br />
hasil yang berbeda pada penelitian<br />
yang dilakukan Lindrianasari (2007)<br />
menunjukkan bahwa kualitas<br />
pengungkapan lingkungan<br />
dihubungkan dengan rasio akuntansi<br />
untuk mengukur kinerja ekonomi.<br />
Hasil yang didapat adanya hubungan<br />
yang tidak signifikan antara kinerja<br />
ekonomi dengan kualitas<br />
pengungkapan lingkungan.<br />
Pada penelitian ini, menguji<br />
kembali kinerja ekonomi dan kinerja<br />
lingkungan pada Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure pada<br />
perusahaan manufaktur yang<br />
ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia.<br />
Kinerja ekonomi digunakan dalam<br />
penelitian ini karena dapat<br />
memberikan suatu gambaran tentang<br />
pos<strong>isi</strong> keuangan perusahaan yang<br />
digunakan oleh investor untuk<br />
memperoleh perkiraan tentang laba<br />
dan dividen di masa mendatang dan<br />
resiko atas penilaian tersebut dilihat<br />
dari laporan keuangan perusahaan<br />
(financial reports) yang dikeluarkan<br />
secara periodik. Perusahaan yang<br />
memiliki kond<strong>isi</strong> keuangan yang kuat,<br />
juga akan mendapat tekanan yang<br />
lebih dari pihak eksternal perusahaan<br />
untuk lebih mengungkapkan<br />
pertanggungjawaban sosialnya lebih<br />
luas, sebab perusahaan yang memiliki<br />
profit besar harus lebih aktif<br />
melaksanakan CSR. Kinerja<br />
lingkungan perusahaan yang baik<br />
serta melakukan pengungkapan yang<br />
tinggi dapat mempos<strong>isi</strong>kan mereka<br />
sebagai perusahaan yang memiliki<br />
aktifitas berguna dan kualitas<br />
pengungkapan ini juga didorong<br />
legitimasi terhadap masyarakat.<br />
Perusahaan manufaktur dipilih<br />
sebagai sampel karena perusahaan<br />
manufaktur merupakan perusahaan<br />
yang bergerak di bidang pengolahan<br />
sumber daya alam menjadi barang<br />
jadi, sehingga dalam kegiatan<br />
operasionalnya menimbulkan dampak<br />
yang lebih nyata dirasakan baik<br />
terhadap lingkungan maupun<br />
terhadap masyarakat sekitar tempat<br />
Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan
di mana perusahaan tersebut<br />
beroperasi.<br />
Berdasarkan hal tersebut di atas,<br />
maka pokok permasalahan dalam<br />
penelitian ini adalah apakah kinerja<br />
ekonomi dan kinerja lingkungan<br />
berpengaruh pada Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure pada<br />
perusahaan manufaktur yang ter<strong>daftar</strong><br />
di Bursa Efek Indonesia?<br />
II LANDASAN TEORI DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Akuntansi Lingkungan<br />
Akuntansi lingkungan yang mulai<br />
berkembang sejak tahun 1970-an di<br />
Eropa, kini makin berperan dalam<br />
mempertinggi nilai ekonomi dan<br />
meningkatkan perlindungan<br />
lingkungan. Konsep ini didasarkan<br />
pada banyaknya tekanan dari<br />
lembaga-lembaga bukan pemerintah<br />
(non-government), serta meningkatnya<br />
kesadaran lingkungan di kalangan<br />
masyarakat luas yang mendesak agar<br />
perusahaan-perusahaan menerapkan<br />
pengelolaan lingkungan bukan hanya<br />
kegiatan industri demi bisnis saja<br />
(Ikhsan, 2009: 11). Akuntansi<br />
lingkungan (Environmental Accounting)<br />
adalah suatu istilah yang berupaya<br />
untuk menspesifikasikan pembiayaan<br />
yang dilakukan perusahaan dan<br />
pemerintah dalam melakukan<br />
konservasi lingkungan ke dalam pos<br />
“lingkungan” di dalam praktek bisnis<br />
perusahaan dan pemerintah, dari<br />
kegiatan konservasi lingkungan ini<br />
pada akhirnya akan muncul biaya<br />
lingkungan (Environmental Cost) yang<br />
harus ditanggung perusahaan.<br />
Akuntansi lingkungan juga dapat<br />
dianalogikan sebagai suatu kerangka<br />
kerja pengukuran yang kuantitatif<br />
terhadap kegiatan konservasi<br />
lingkungan yang dilakukan<br />
perusahaan.<br />
2.2 Kinerja Ekonomi<br />
Kinerja ekonomi adalah suatu<br />
usaha formal yang dilaksanakan<br />
perusahaan untuk mengevaluasi<br />
ef<strong>isi</strong>en dan efektivitas dari aktivitas<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
keuangan perusahaan yang telah<br />
dilaksanakan pada periode waktu.<br />
Kinerja ekonomi dapat diukur dari<br />
laporan keuangan perusahaan<br />
(financial reports) yang dikeluarkan<br />
secara periodik yang memberikan<br />
suatu gambaran tentang pos<strong>isi</strong><br />
keuangan perusahaan. Informasi yang<br />
terkandung dalam laporan keuangan<br />
digunakan oleh investor untuk<br />
memperoleh perkiraan tentang laba<br />
dan dividen di masa mendatang dan<br />
resiko atas penilaian tersebut.<br />
Informasi keuangan dibutuhkan oleh<br />
investor berupa informasi kuantitatif<br />
dan kualitatif baik yang bersumber<br />
dari pihak internal perusahaan<br />
(manajemen) maupun pihak eksternal<br />
perusahaan. Informasi keuangan<br />
internal merupakan data akuntansi<br />
perusahaan yang dapat berupa<br />
penjualan, profit margin, pendapatan<br />
operasional, aktiva, dan lain-lain,<br />
sedangkan informasi keuangan<br />
eksternal berupa kajian dari para<br />
analis dan konsultan keuangan yang<br />
dipublikasikan.<br />
Kinerja ekonomi sebuah<br />
perusahaan lebih banyak diukur<br />
berdasarkan rasio-rasio keuangan<br />
selama periode tertentu. Menurut<br />
Hanafi (2004) rasio keuangan yang<br />
digunakan untuk mengukur kinerja<br />
ekonomi yaitu rasio likuiditas,<br />
aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.<br />
2.3 Kinerja Lingkungan<br />
Kinerja lingkungan perusahaan<br />
(environmental performance) adalah<br />
kinerja perusahaan dalam<br />
menciptakan lingkungan yang baik<br />
atau green (Suratno, dkk, 2006).<br />
Penilaian peringkat kinerja<br />
perusahaan dalam pengelolan<br />
lingkungan mulai dikembangkan<br />
Kementerian Lingkungan Hidup,<br />
sebagai satu alternatif instrumen sejak<br />
1995. Program ini awalnya dikenal<br />
dengan nama PROPER PROKASIH.<br />
Alternatif instrumen penataan<br />
dilakukan melalui penyebaran<br />
informasi tingkat kinerja penataan<br />
masing–masing perusahaan kepada<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
111
stakeholder pada skala nasional.<br />
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)<br />
mengadakan Program Penilaian<br />
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam<br />
Pengelolaan Lingkungan Hidup<br />
(PROPER) di bidang pengendalian<br />
dampak lingkungan untuk<br />
meningkatkan peran perusahaan<br />
dalam program pelestarian lingkungan<br />
hidup. Adapun dasar hukum<br />
pelaksanaan adalah tertuang dalam<br />
Keputusan Menteri Negara Lingkungan<br />
Hidup Nomor: 127/MENLH/2002<br />
tentang Program Penilaian Peringkat<br />
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan<br />
Lingkungan Hidup (PROPER), karena<br />
yang dinilai adalah kinerja kelola<br />
lingkungan, maka dalam<br />
pelaksanaannya PROPER<br />
menggunakan Environmental<br />
Performance Indicators (EPI) dan<br />
ditetapkan berdasarkan context and<br />
content sesuai perusahaan yang<br />
dinilai. PROPER diumumkan secara<br />
rutin kepada masyarakat sehingga<br />
perusahaan yang dinilai akan<br />
memperoleh insentif maupun<br />
d<strong>isi</strong>nsentif reputasi tergantung pada<br />
tingkat ketaatannya.<br />
Tujuan Program Penilaian<br />
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam<br />
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah<br />
sebagai berikut:<br />
1) Mendorong terwujudnya<br />
pembangunan berkelanjutan dan<br />
berwawasan lingkungan.<br />
2) Meningkatkan komitmen<br />
perusahaan dan stakeholder<br />
lainnya dalam upaya pelestarian<br />
lingkungan.<br />
3) Meningkatkan kesadaran para<br />
pelaku usaha/kegiatan untuk<br />
mentaati peraturan sebagai<br />
konsekuensi keuntungan yang<br />
diterimanya.<br />
4) Meningkatkan pengendalian<br />
dampak lingkungan melalui peran<br />
aktif masyarakat.<br />
5) Menekan dampak negatif kegiatan<br />
perusahaan terhadap lingkungan.<br />
Peringkat kinerja lingkungan<br />
perusahaan dikelompokkan pada lima<br />
peringkat warna guna memudahkan<br />
komunikasi dengan stakeholder dalam<br />
112<br />
menyikapi hasil kinerja penaatan<br />
masing-masing perusahaan.<br />
Penggunaaan peringkat warna<br />
merupakan bentuk komunikatif<br />
penyampaian kinerja kepada<br />
masyarakat sehingga lebih mudah<br />
dipahami dan diingat. Lima peringkat<br />
warna yang digunakan mencakup<br />
hitam, merah, biru, hijau, dan emas.<br />
Peringkat emas dan hijau untuk<br />
perusahaan yang telah melakukan<br />
upaya lebih dari taat dan patut<br />
menjadi contoh, peringkat biru bagi<br />
perusahaan yang telah taat, dan<br />
peringkat merah dan hitam bagi<br />
perusahaan yang belum taat, secara<br />
sederhana lima warna akan diberi skor<br />
secara berturut-turut dengan nilai<br />
tertinggi 5 untuk emas, hijau dengan<br />
skor 4, biru diberi skor 3, merah<br />
dengan skor 2, dan terendah 1 untuk<br />
hitam. Penilaian PROPER mengacu<br />
pada persyaratan penaatan<br />
lingkungan yang ditetapkan dalam<br />
peraturan pemerintah terkait dengan<br />
pengendalian pencemaran air,<br />
pengendalian pencemaran udara,<br />
pengelolaan limbah B3, AMDAL dan<br />
pengendalian pencemaran laut.<br />
Tingkat penaatan perusahaan<br />
dikategorikan taat apabila memenuhi<br />
atau menaati seluruh persyaratan dan<br />
ketentuan yang diwajibkan dalam<br />
peraturan perundang-undangan yang<br />
berlaku. Jika perusahaan memenuhi<br />
atau menaati seluruh persyaratan dan<br />
ketentuan tersebut, maka akan<br />
memperoleh peringkat biru, jika tidak<br />
maka merah atau hitam tergantung<br />
pada aspek ketidaktaatannya.<br />
2.4 Corporate Social Responsibility<br />
(CSR)<br />
Word Bank (2004) mendefin<strong>isi</strong>kan<br />
CSR sebagai komitmen perusahaan<br />
untuk berperan dalam kelangsungan<br />
pertumbuhan ekonomi yang berkaitan<br />
dengan karyawan, keluarga mereka,<br />
masyarakat lokal, dan masyarakat<br />
luas untuk meningkatkan kualitas<br />
hidup, melalui aktivitas yang tepat<br />
bagi perusahaan dan bagi<br />
pengembangan perekonomian<br />
Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan
perusahaan. Menurut World Business<br />
Council for Sustainable Development<br />
(WBCSD), CSR adalah suatu komitmen<br />
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk<br />
bertindak etis dan memberikan<br />
kontribusi kepada pengembangan<br />
ekonomi dari komunitas setempat<br />
ataupun masyarakat luas, bersamaan<br />
dengan peningkatan taraf hidup<br />
pekerjanya beserta seluruh<br />
keluarganya. Dauman dan Hargreaves<br />
(1992) dalam Hasibuan (2001)<br />
menyatakan bahwa tanggung jawab<br />
perusahaan dapat dibagi menjadi tiga<br />
level sebagai berikut:<br />
1) Basic Responsibility (BR)<br />
Pada level pertama,<br />
menghubungkan tanggung jawab<br />
yang pertama dari suatu<br />
perusahan, yang muncul karena<br />
keberadaan perusahaan tersebut<br />
seperti perusahaan harus<br />
membayar pajak, memenuhi<br />
hukum, memenuhi standar<br />
pekerjaan dan memuaskan<br />
pemegang saham. Bila tanggung<br />
jawab pada level ini tidak dipenuhi<br />
akan menimbulkan dampak yang<br />
sangat serius.<br />
2) Organization Responsibility (OR)<br />
Pada level kedua ini menunjukan<br />
tanggung jawab perusahaan untuk<br />
memenuhi perubahan kebutuhan<br />
stakeholder seperti pekerja,<br />
pemegang saham dan masyarakat<br />
di sekitarnya.<br />
3) Societal Responses (SR)<br />
Pada level ketiga, menunjukan<br />
tahapan ketika interaksi antara<br />
bisnis dan kekuatan lain dalam<br />
masyarakat yang demikian kuat<br />
sehingga perusahaan dapat<br />
tumbuh dan berkembang secara<br />
berkesinambungan, terlibat<br />
dengan apa yang terjadi dalam<br />
lingkungannya secara<br />
keseluruhan. Contohnya<br />
melakukan recruitment tenaga<br />
kerja dari masyarakat sekitar<br />
(Sulastini, 2007).<br />
Selain melakukan aktivitas yang<br />
berorientasi pada laba, perusahaan<br />
perlu melakukan aktivitas lain,<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
misalnya aktivitas untuk menyediakan<br />
lingkungan kerja yang aman bagi<br />
karyawannya, menjamin bahwa proses<br />
produksinya tidak mencemarkan<br />
lingkungan sekitar perusahaan,<br />
melakukan penempatan tenaga kerja<br />
secara jujur, menghasilkan produk<br />
yang aman bagi para konsumen, dan<br />
menjaga lingkungan eksternal untuk<br />
mewujudkan kepedulian sosial<br />
perusahaan.<br />
2.4 Corporate Social Responsibility<br />
Disclosure<br />
CSR Disclosure adalah proses<br />
pengkomunikasian efek-efek sosial dan<br />
lingkungan atas tindakan-tindakan<br />
ekonomi perusahaan pada kelompokkelompok<br />
tertentu dalam masyarakat<br />
dan pada masyarakat secara<br />
keseluruhan (Gray, dkk, 1987). CSR<br />
Disclosure bertujuan untuk menjalin<br />
hubungan komunikasi yang baik dan<br />
efektif antara perusahaan dengan<br />
publik dan stakeholders lainnya<br />
tentang bagaimana perusahaan telah<br />
mengintegrasikan kepedulian dan<br />
Corporate Social Responsibility dalam<br />
setiap aspek kegiatan operasinya<br />
(Machmud dan Djakman, 2008).<br />
Menurut Freedman, ada tiga<br />
pendekatan dalam pelaporan kinerja<br />
sosial, yaitu:<br />
1) Pemeriksaan Sosial (Social Audit)<br />
Pemeriksaan sosial mengukur dan<br />
melaporkan dampak ekonomi,<br />
sosial dan lingkungan dari<br />
program-program yang<br />
berorientasi sosial dari operasioperasi<br />
yang dilakukan<br />
perusahaan. Hal ini dilakukan<br />
dengan membuat suatu <strong>daftar</strong><br />
aktivitas-aktivitas perusahaan<br />
yang memiliki konsekuensi sosial,<br />
lalu auditor sosial akan mencoba<br />
mengestimasi dan mengukur<br />
dampak-dampak yang ditimbulkan<br />
oleh aktivitas-aktivitas tersebut.<br />
2) Laporan Sosial (Social Report)<br />
Berbagai alternatif format laporan<br />
untuk menyajikan laporan sosial<br />
telah diajukan oleh para akademis<br />
dan prakt<strong>isi</strong>oner. Pendekatan-<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
113
pendekatan yang dapat dipakai<br />
oleh perusahaan untuk<br />
melaporkan aktivitas-aktivitas<br />
pertanggungjawaban sosialnya ini<br />
dirangkum oleh Dilley dan<br />
Weygandt dalam Cahtono (2011)<br />
menjadi empat kelompok sebagai<br />
berikut :<br />
a) Inventory Approach<br />
Perusahaan mengkompilasikan<br />
dan mengungkapkan sebuah<br />
<strong>daftar</strong> yang komprehensif dari<br />
aktivitas-aktivitas sosial<br />
perusahaan. Daftar ini harus<br />
memuat semua aktivitas sosial<br />
perusahaan baik yang bersifat<br />
positif maupun negatif.<br />
b) Cost Approach<br />
Perusahaan membuat <strong>daftar</strong><br />
aktivitas-aktivitas sosial<br />
perusahaan dan<br />
mengungkapkan jumlah<br />
pengeluaran pada masingmasing<br />
aktivitas tersebut.<br />
c) Program Management Approach<br />
Perusahaan tidak hanya<br />
mengungkapkan aktivitasaktivitas<br />
pertanggungjawaban<br />
sosial tetapi juga tujuan dari<br />
aktivitas tersebut serta hasil<br />
yang telah dicapai oleh<br />
perusahaan sesuai dengan<br />
tujuan yang telah ditetapkan<br />
itu.<br />
d) Cost Benefit Approach<br />
Perusahaan mengungkapkan<br />
aktivitas yang memiliki<br />
dampak sosial serta biaya dan<br />
manfaat dari aktivitas<br />
tersebut. Kesulitan dalam<br />
penggunaan pendekatan ini<br />
adalah adanya kesulitan dalam<br />
mengukur biaya dan manfaat<br />
sosial yang diakibatkan oleh<br />
perusahaan terhadap<br />
masyarakat.<br />
3) Pengungkapan Sosial dalam<br />
Laporan Tahunan (Disclosure In<br />
Annual Report)<br />
Pengungkapan sosial adalah<br />
pengungkapan informasi tentang<br />
aktivitas perusahaan yang<br />
berhubungan dengan lingkungan<br />
sosial perusahaan. Pengungkapan<br />
114<br />
sosial dapat dilakukan melalui<br />
berbagai media antara lain laporan<br />
tahunan, laporan sementara,<br />
prospektus, pengumuman kepada<br />
bursa efek atau melalui media masa<br />
(Kuntari dan Sulistyani, 2007).<br />
Variabel dependen dalam penelitian ini<br />
adalah tingkat Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure pada Laporan<br />
Tahunan perusahaan yang dinyatakan<br />
dalam Corporate Social Responsibility<br />
Index (CSRI) yang akan dinilai dengan<br />
membandingkan jumlah<br />
pengungkapan yang dilakukan<br />
perusahaan dengan jumlah<br />
pengungkapan yang disyaratkan<br />
dalam Global Reporting Initiative GRI-<br />
G3 meliputi 79 item pengungkapan.<br />
2.5 Hipotesis Penelitian<br />
2.5.1 Pengaruh Kinerja Ekonomi<br />
pada Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure<br />
Perusahaan yang memiliki kond<strong>isi</strong><br />
keuangan yang kuat, juga akan<br />
mendapat tekanan yang lebih dari<br />
pihak eksternal perusahaan untuk<br />
lebih mengungkapkan<br />
pertanggungjawaban sosialnya lebih<br />
luas, sebab perusahaan yang memiliki<br />
profit besar harus lebih aktif<br />
melaksanakan CSR. Berdasarkan<br />
penelitian Lindrianasari (2007)<br />
mengenai hubungan yang tidak<br />
signifikan antara kinerja ekonomi<br />
terhadap kualitas pengungkapan<br />
lingkungan menjadikan acuan untuk<br />
diteliti lebih dalam lagi. Berbeda<br />
dengan penelitian yang dilakukan<br />
Handayani (2011) menemukan<br />
hubungan yang positif signifikan<br />
antara kinerja ekonomi dengan CSR<br />
Disclosure. Al-Tuwaijri et. al. (2003)<br />
memperjelas hubungan antara kinerja<br />
ekonomi dengan kinerja lingkungan,<br />
dengan menggunakan visual partial<br />
least square (VPLS) sebagai parameter<br />
estimasi atas variabel yang diuji dan<br />
dirasakan lebih ef<strong>isi</strong>en dibandingkan<br />
dengan penggunaan regresi berganda<br />
pada penelitian sebelumnya, mereka<br />
menyatakan bahwa kinerja lingkungan<br />
yang baik didukung dengan kinerja<br />
ekonomi yang baik, atau kinerja<br />
Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan
ekonomi yang baik akan berhubungan<br />
dengan kinerja lingkungan yang baik<br />
pula. Berdasarkan uraian diatas maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H1: Kinerja ekonomi berpengaruh<br />
positif pada CSR Disclosure pada<br />
perusahaan manufaktur di<br />
Bursa Efek Indonesia.<br />
2.5.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan<br />
pada Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure<br />
Secara teori, penetapan hubungan<br />
antara kinerja lingkungan dan CSR<br />
Disclosure adalah penting bagi<br />
perspektif tanggung jawab sosial<br />
perusahaan. Menurut Verrecchia<br />
(1983) dalam Suratno, dkk, (2006)<br />
dengan discretionary disclosure<br />
teorinya mengatakan pelaku<br />
lingkungan yang baik percaya bahwa<br />
dengan mengungkapkan performance<br />
mereka berarti menggambarkan good<br />
news bagi pelaku pasar. Ada asumsi<br />
bahwa environmental performance yang<br />
baik mengurangi pengkungkapan<br />
biaya-biaya lingkungan masa depan<br />
perusahaan. Pengungkapan informasi<br />
biaya-biaya lingkungan ini harus<br />
dirasakan sebagai berita gembira oleh<br />
para investor. Oleh karena itu,<br />
perusahaan dengan environmental<br />
performance yang baik perlu<br />
mengungkapkan informasi kuantitas<br />
dan mutu lingkungan yang lebih<br />
dibandingkan dengan perusahaan<br />
dengan environmental performance<br />
lebih buruk. Berbeda dengan<br />
penelitian Handayani (2011) yang<br />
menemukan hubungan positif tidak<br />
signifikan antara kinerja lingkungan<br />
dengan CSR Disclosure. Penelitian dari<br />
Al-Tuwaijri et. al. (2003) yang<br />
menemukan hubungan positif<br />
signifikan antara environmental<br />
disclosure dengan environmental<br />
performance menunjukkan hasil yang<br />
konsisten dengan teori tersebut.<br />
Begitu pula halnya dengan penelitian<br />
serupa di Indonesia oleh Suratno, dkk,<br />
(2006) yang menemukan hubungan<br />
yang positif dan signifikan secara<br />
statistik antara kinerja lingkungan<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
dengan kinerja ekonomi. Berdasarkan<br />
uraian diatas maka hipotesis yang<br />
dikembangkan adalah:<br />
H2: Kinerja lingkungan berpengaruh<br />
positif pada CSR Disclosure pada<br />
perusahaan manufaktur di Bursa<br />
Efek Indonesia.<br />
III METODE PENELITIAN<br />
3.1 Sampel Penelitian<br />
Sampel yang digunakan dalam<br />
penelitian ini yaitu sebanyak 28<br />
perusahaan. Metode penentuan<br />
sampel yang digunakan adalah metode<br />
purposive sampling yaitu pemilihan<br />
sampel berdasarkan kriteria tertentu.<br />
Kriteria tersebut adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1) Perusahaan manufaktur yang<br />
ter<strong>daftar</strong> berturut-turut di Bursa<br />
Efek Indonesia tahun 2009-2011.<br />
2) Perusahaan menyajikan informasi<br />
CSR dalam laporan tahunan<br />
periode 2009-2011.<br />
3) Perusahaan manufaktur tersebut<br />
ikut dalam Program Penilaian<br />
Peringkat Kinerja Perusahaan<br />
dalam Pengelolaan Lingkungan<br />
Hidup (PROPER) periode 2009-<br />
2011.<br />
3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />
3.2.1 Kinerja Ekonomi<br />
Kinerja ekonomi sebagai variabel<br />
independen yang diproksikan dengan<br />
Return on Assets (ROA) yang<br />
merupakan perbandingan antara laba<br />
bersih dengan total asset.<br />
3.2.2 Kinerja Lingkungan<br />
Kinerja lingkungan sebagai<br />
variabel independen dalam penelitian<br />
ini diukur dari prestasi perusahaan<br />
mengikuti Program Penilaian Peringkat<br />
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan<br />
Lingkungan Hidup (PROPER). Sistem<br />
peringkat kinerja PROPER mencakup<br />
pemeringkatan perusahaan dalam lima<br />
(5) warna yaitu emas dengan kreteria<br />
sangat sangat baik diberi skor 5, hijau<br />
dengan kreteria sangat baik diberi skor<br />
4, biru dengan kreteria baik diberi<br />
skor 3, merah dengan kreteria buruk<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
115
diberi skor 2, hitam dengan kreteria<br />
sangat buruk diberi skor 1.<br />
3.2.3 Corporate Social<br />
Responsibility Disclosure<br />
Variabel dependen dalam<br />
penelitian ini adalah tingkat Corporate<br />
Social Responsibility Disclosure pada<br />
laporan tahunan perusahaan yang<br />
dinyatakan dalam Corporate Social<br />
Responsibility Index (CSRI) yang akan<br />
dinilai dengan membandingkan jumlah<br />
pengungkapan yang dilakukan<br />
perusahaan dengan jumlah<br />
pengungkapan yang disyaratkan<br />
dalam GRI-G3 meliputi 79 item<br />
pengungkapan: economic (EC),<br />
environment (EN), labour practice (LP),<br />
human rights (HR), society (SO), dan<br />
product responsibility (PR). Apabila item<br />
informasi yang ditentukan<br />
diungkapkan dalam laporan tahunan<br />
maka diberi skor 1, dan jika item<br />
informasi tidak diungkapkan dalam<br />
laporan tahunan maka diberi skor 0.<br />
Perhitungan Indeks Luas<br />
Pengungkapan CSR (CSRI)<br />
dirumuskan sebagai berikut:<br />
Jumlah item pengungkapan<br />
CSR = …….. (1)<br />
79<br />
3.3 Metode Anal<strong>isi</strong>s Data<br />
3.3.1 Uji Asumsi Klasik<br />
Anal<strong>isi</strong>s data menggunakan teknik<br />
anal<strong>isi</strong>s regresi berganda. Sebelum<br />
model regresi, terlebih dahulu<br />
dilakukan pengujian asumsi klasik.<br />
1) Uji Normalitas<br />
Uji normalitas bertujuan untuk<br />
menguji apakah pada dalam model<br />
regresi, variabel pengganggu atau<br />
residual mempunyai distribusi<br />
normal atau mendekati normal.<br />
Pengujian normalitas data<br />
dilakukan dengan uji Kolmogorov-<br />
Smirnov. Residual berdistribusi<br />
normal apabila tingkat<br />
signifikannya menunjukkan nilai<br />
yang lebih besar dari 0,05.<br />
2) Uji Multikolinearitas<br />
116<br />
Uji multikolinearitas bertujuan<br />
untuk menguji apakah dalam<br />
model regresi ditemukan adanya<br />
korelasi antar variabel bebas<br />
(Ghozali:2009). Model regresi yang<br />
baik adalah yang tidak terjadi<br />
multikolinearitas. Pengujian<br />
multikolinearitas dilakukan<br />
dengan cara melihat nilai VIF dan<br />
nilai tolerance masing-masing<br />
variabel independen, apabila nilai<br />
VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10,<br />
maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan model<br />
regresi bebas dari gejala<br />
multikolinearitas.<br />
3) Uji Autokorelasi<br />
Uji Autokorelasi bertujuan untuk<br />
menguji apakah dalam model<br />
regresi linear ada korelasi antara<br />
kesalahan pengganggu pada<br />
periode t dengan kesalahan<br />
pengganggu pada periode t-1,<br />
untuk mengetahui ada tidaknya<br />
autokorelasi, maka digunakan<br />
metode Durbin Watson (Dw Test).<br />
Dw Test membandingkan nilai<br />
tabel dengan tingkat keyakinan<br />
sebesar 95 persen. apabila<br />
du
1) Koef<strong>isi</strong>en Determinasi (Adjusted R 2)<br />
Koef<strong>isi</strong>en Determinasi (Goodness of<br />
Fit), yang dinotasikan dengan R 2,<br />
merupakan suatu ukuran yang<br />
penting dalam regresi, karena<br />
dapat menginformasikan baik atau<br />
tidaknya model regresi yang<br />
terestimasi. Jika nilai R 2 yang kecil<br />
berarti kemampuan variabelvariabel<br />
independen dalam<br />
menjelaskan variasi variabel<br />
dependen amat terbatas, namun<br />
jika Nilai R 2 yang mendekati satu<br />
berarti variabel-variabel<br />
independen memberikan hampir<br />
semua informasi yang dibutuhkan<br />
untuk memprediksi variasi<br />
variabel dependen (Ghozali,<br />
2009:87). Pada penelitian ini<br />
koef<strong>isi</strong>en determinasi diukur<br />
dengan adjusted R 2<br />
2) Uji Statistik F<br />
Uji statistik F menunjukkan<br />
apakah semua variabel bebas yang<br />
dimasukkan dalam model memiliki<br />
pengaruh secara bersama-sama<br />
terhadap variabel terikat. Hasil uji<br />
statistik F diketahui dari tabel<br />
anal<strong>isi</strong>s varians (ANOVA). Nilai F<br />
hitung dibandingkan dengan<br />
tingkat signifikansi 5 persen, jika<br />
tingkat signifikan < 0,05, hal<br />
tersebut menunjukan bahwa<br />
semua variabel independen secara<br />
serempak dan signifikan<br />
mempengaruhi variabel dependen<br />
(Ghozali, 2009:88).<br />
3) Uji Statistik t<br />
Uji statistik t pada dasarnya<br />
menunjukkan seberapa jauh<br />
pengaruh satu variabel independen<br />
secara individual dalam<br />
menerangkan variasi variabel<br />
dependen. Variabel independen<br />
secara individual mempengaruhi<br />
variabel dependen bila signifikansi<br />
lebih kecil dari 0,05.<br />
3.3.3 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Berganda<br />
Model persamaan regresi dalam<br />
penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />
CSR= α + β1ROA + β2PROPER + ........ (2)<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Keterangan:<br />
CSR : Indeks pengungkapan CSR<br />
ROA : Kinerja Ekonomi<br />
PROPER : Kinerja Lingkungan<br />
α : Konstanta<br />
β : Koef<strong>isi</strong>en regresi<br />
: Error Term<br />
IV HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Berdasarkan kriteria yang telah<br />
ditetapkan, diperoleh sebanyak 28<br />
perusahaan manufaktur sebagai<br />
sampel penelitian dengan total<br />
observasi sebanyak 84. Hipotesis<br />
penelitian dianal<strong>isi</strong>s menggunakan<br />
teknik anal<strong>isi</strong>s regresi linear berganda.<br />
Berikut adalah hasil uji asumsi klasik,<br />
uji goodness of fit suatu model dan uji<br />
hipotesis.<br />
4.1 Hasil Uji Asumsi klasik<br />
4.1.1 Uji Normalitas<br />
Pada Tabel 2 (Lampiran)<br />
menunjukkan hasil uji normalitas<br />
Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai sig<br />
sebesar 0,887 lebih besar dari level of<br />
significant (0,05), sehingga dapat<br />
d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa r<strong>isi</strong>dual dalam<br />
model regresi berdistribusi normal.<br />
4.1.2 Uji Multikolinearitas<br />
Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran)<br />
menunjukkan bahwa masing-masing<br />
variabel bebas memiliki nilai tolerance,<br />
yaitu 0,893 (ROA) dan 0,893 (PROPER)<br />
lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF<br />
masing-masing variabel bebas tersebut<br />
adalah 1,119 (ROA) dan 1,119<br />
(PROPER) lebih kecil dari 10.<br />
Berdasarkan nilai tolerance dan nilai<br />
VIF dari masing-masing variabel<br />
bebas, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />
model regresi berganda bebas dari<br />
gejala multikolinearitas.<br />
4.1.3 Uji Autokorelasi<br />
Berdasarkan Tabel 5 (Lampiran)<br />
diperoleh bahwa nilai Durbin-Waston<br />
untuk persamaan regresi adalah<br />
2,094. Nilai du sebesar 1,694 dengan<br />
taraf signifikasi 5 persen untuk n = 84<br />
dan k = 2. Oleh karena nilai dw dari<br />
persamaan tersebut berada pada<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
117
du
menunjukkan bahwa hipotesis kedua<br />
salam penelitian ini diterima. Hasil<br />
penelitian ini konsisten dengan<br />
Rakhiemah (2009) dan Suratno, dkk<br />
(2006) melakukan penelitian<br />
hubungan antara kinerja lingkungan<br />
dengan CSR Disclosure yang hasilnya<br />
positif signifikan.<br />
V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN<br />
SARAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Berdasarkan hasil penelitian<br />
pengaruh kinerja ekonomi dan kinerja<br />
lingkungan terhadap CSR Disclosure<br />
pada perusahaan manufaktur di Bursa<br />
Efek Indonesia tahun 2009-2011,<br />
maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />
kinerja ekonomi dan kinerja<br />
lingkungan berpengaruh positif<br />
signifikan terhadap CSR Disclosure.<br />
Hal ini dapat dilihat dari tingkat<br />
signifikansi dari masing-masing<br />
variabel yaitu 0,000 untuk ROA dan<br />
0,006 untuk PROPER yang lebih kecil<br />
dari 0,05.<br />
5.2 Keterbatasan dan Saran<br />
Penelitian ini memiliki<br />
keterbatasan yaitu hanya<br />
menggunakan variabel kinerja<br />
ekonomi yang diukur dengan ROA dan<br />
kinerja lingkungan yang diukur<br />
dengan PROPER untuk menjelaskan<br />
CSR pada perusahaan. Penelitian<br />
selanjutnya dapat memasukan<br />
variabel lain yang mempengaruhi CSR<br />
disclosure seperti ukuran perusahaan,<br />
atau mekanisme Corporate Governance<br />
sehingga hasil penelitian lebih<br />
komprehensif.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Al-Tuwaijri, Sulaiman A., Christensen,<br />
Theodore E., Hughes II, K.E. 2003.<br />
“The Relationship Among<br />
Environment Disclosure,<br />
Environmental Performance, and<br />
Economic Performance: A<br />
Simultaneous Equation Approach”.<br />
Department of Accounting and<br />
Management Information Systems<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
College of Industrial Management<br />
King Fahd University of Petroleum<br />
and Minerals.<br />
Ghozali, Imam. 2009. SPSS. Anal<strong>isi</strong>s<br />
Multivariate Dengan Program SPSS.<br />
Semarang: Badan Penerbit Undip<br />
Hanafi,Mahmud M. 2004. Manajemen<br />
Keuangan, Yogyakarta: BPFE<br />
Handayani. 2011. Pengaruh Kinerja<br />
Ekonomi dan Kinerja Lingkungan<br />
terhadap CSR Disclosure pada<br />
Perusahaan Manufaktur yang<br />
Ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia.<br />
Program Sarjana Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Pendidikan Nasional,<br />
<strong>Denpasar</strong>.<br />
Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001.<br />
Pengaruh Karakteristik Perusahaan<br />
Terhadap Pengungkapan Sosial<br />
(Social Disclosure) Dalam Laporan<br />
Tahunan Emiten di BEJ dan BES.<br />
Tesis S2 Magister Akuntansi Undip<br />
(Tidak dipublikasikan).<br />
Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi<br />
Manajemen Lingkungan,Penerbit<br />
Graha Ilmu Yogyakarta.<br />
Kementerian Lingkungan Hidup,<br />
Laporan Hasil Penilaian PROPER,<br />
URL:<br />
www.menlh.go.id/proper/hasil_pro<br />
per_2010.pdf.<br />
Lindrianasari. 2007. Hubungan antara<br />
Kinerja Lingkungan dan Kualitas<br />
Pengungkapan Lingkungan dengan<br />
Kinerja Ekonomi Perusahaan di<br />
Indonesia,Vol. 2, No. 2,pp 159-172.<br />
Rakhiemah, Noor. 2009. Pengaruh<br />
Kinerja Lingkungan Terhadap<br />
Corporate Social Responsibility<br />
(CSR) Disclosure Dan Kinerja<br />
Finansial Perusahaan Manufaktur<br />
Yang Ter<strong>daftar</strong> Di Bursa Efek<br />
Indonesia. Program Sarjana<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Airlangga, Surabaya.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
119
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian<br />
Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />
Sulastini, Sri. 2007. “Pengaruh<br />
Karakteristik Perusahaan Terhadap<br />
Sosial Disclosure Perusahaan<br />
Manufaktur Yang Telah Go Public”.<br />
Simposium Nasional Akuntansi 11.<br />
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006.<br />
Pengaruh Environmental<br />
Performance terhadap<br />
Environmental Disclosure dan<br />
Economic Performance (Studi<br />
Empiris Pada Perusahaan<br />
Manufaktur yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />
LAMPIRAN<br />
CSR<br />
ROA<br />
PROPER<br />
Valid N (listwise)<br />
NPar Tests<br />
N<br />
Normal Parameters<br />
Most Extreme<br />
Differences<br />
Kolmogorov-Smirnov Z<br />
Asymp. Sig. (2-tailed)<br />
a.<br />
b.<br />
Tabel 1<br />
Hasil Anal<strong>isi</strong>s Deskriptif<br />
Tabel 2<br />
Hasil Uji Normalitas<br />
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />
a,b<br />
Test distribution is Normal.<br />
Calculated from data.<br />
Descriptive Statistics<br />
Mean<br />
Std. Deviation<br />
Absolute<br />
Positive<br />
Negative<br />
Bursa Efek Jakarta Periode 2001-<br />
2004). Simposium Nasional<br />
Akuntansi 9. Padang, (23-26<br />
Agustus).<br />
World Bank Group, 2004, Corporate<br />
Social Responsibility, available at:<br />
www.worldbank.org/developmentc<br />
ommunications/where1environment<br />
/csr.htm<br />
Yakub, Riawandi. 2004. “Corporate<br />
Social Responsibility: Perilaku<br />
Korporasi dan Peran Civil Society”.<br />
IPDF Online Service, 14 September.<br />
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation<br />
84 .13 .51 .2789 .09561<br />
84 -.62 .41 .0687 .13373<br />
84 1.00 5.00 3.0952 .75441<br />
84<br />
Unstandardiz<br />
ed Residual<br />
84<br />
.0000000<br />
.08052729<br />
.064<br />
.064<br />
-.037<br />
120 Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan<br />
.582<br />
.887
Model<br />
1<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
(Constant)<br />
ROA<br />
PROPER<br />
Tabel 3<br />
Hasil Uji Heteroskedast<strong>isi</strong>tas<br />
Model<br />
1<br />
a. Dependent Variable: Abres<br />
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Variables Entered/Removed b<br />
PROPER,<br />
ROA a Variables Variables<br />
Entered Removed Method<br />
. Enter<br />
a. All requested variables entered.<br />
b. Dependent Variable: Abres<br />
Coefficients a<br />
Unstandardized Standardized<br />
Coefficients Coefficients<br />
B Std. Error Beta<br />
t Sig.<br />
.111 .024 4.716 .000<br />
-.015 .043 -.040 -.353 .725<br />
-.014 .008 -.207 -1.811 .074<br />
Tabel 4<br />
Regression<br />
Variables Entered/Removed b<br />
PROPER,<br />
ROA a Variables Variables<br />
Entered Removed Method<br />
. Enter<br />
a. All requested variables entered.<br />
b. Dependent Variable: CSR<br />
Tabel 5<br />
Model Summary b<br />
.539a Adjusted Std. Error of Durbin-<br />
R R Square R Square the Estimate Watson<br />
.291 .273 .08152 2.094<br />
a. Predictors: (Constant), PROPER, ROA<br />
b.<br />
Dependent Variable: CSR<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
121
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Regression<br />
Residual<br />
Total<br />
Tabel 6<br />
Uji Statistik F<br />
ANOVA b<br />
.220 2 .110 16.588 .000a Sum of<br />
Squares df Mean Square F Sig.<br />
.538 81 .007<br />
.759 83<br />
a. Predictors: (Constant), PROPER, ROA<br />
b. Dependent Variable: CSR<br />
(Constant)<br />
ROA<br />
PROPER<br />
a.<br />
Dependent Variable: CSR<br />
Tabel 7<br />
Uji Statistik t dan Uji Multikolonieritas<br />
Unstandardized<br />
Coefficients<br />
Coefficients a<br />
Standardized<br />
Coefficients<br />
B Std. Error Beta<br />
t Sig. Tolerance VIF<br />
.151 .039 3.904 .000<br />
.271 .071 .378 3.822 .000 .893 1.119<br />
.035 .013 .280 2.826 .006 .893 1.119<br />
122 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
Collinearity Statistics
PENGARUH COMPREHENSIVE INCOME PADA KECEPATAN PENYAMPAIAN<br />
LAPORAN KEUANGAN<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Gine Das Prena 2<br />
<strong>Universitas</strong> Pendidikan Nasional <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
A financial statement that issued on time will make the stock exchange market<br />
perfomance become more efficient especially due to evaluation function, deciding the<br />
price and also can support an effort to minimize the financial leakage and in the same<br />
time reduce the asymmectric information. The publicity of a financial statement is an<br />
important thing in accordance with the communication process. The fast stepping in<br />
release a financial statement is important characteristic in the accounting information,<br />
because the accouning historical informtion at least will be use by public in makes an<br />
investment dec<strong>isi</strong>on, one of the various factors that have an influential on the fast<br />
stepping the financial statement release is the existence of the item other<br />
comprehensive income.<br />
All samples of this research recruited from 316 companies those listed in<br />
Indonesia Stock exchange Market of 2008. thase samples were based on the purpose<br />
sampling method, and the statistical method that used is the simple regression. That<br />
is mean ithe other comprehensive income has a negative influence to fast stepping of<br />
the financial statement issued and only profitability as the control variable that has<br />
significant influence to fast steeping of financial statement issued.<br />
Key words: fast stepping of financial statement, item other comprehensive income<br />
2Alamat Korespondensi: ginedasprena@yahoo.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Informasi merupakan suatu<br />
sarana yang dipergunakan bagi<br />
berbagai pihak untuk menyampaikan<br />
suatu keadaan. Laporan keuangan<br />
adalah salah satu bentuk informasi<br />
yang bermanfaat bagi investor,<br />
kreditor dan pemakai lainnya dalam<br />
proses pengambilan keputusan.<br />
Informasi yang terkandung dalam<br />
suatu laporan keuangan harus bersifat<br />
komprehensif bagi mereka yang<br />
memiliki pemahaman rasional tentang<br />
bisnis dan ekonomi serta memiliki<br />
kemauan untuk mempelajari informasi<br />
dengan cara yang rasional (SFAC No<br />
1). Untuk menjadikan informasi<br />
keuangan berharga bagi pengguna<br />
maka laporan keuangan harus<br />
memiliki sifat tepat waktu dan<br />
disampaikan sesegera mungkin untuk<br />
tetap menjaga relevansi kandungan<br />
informasinya. Kenley dan Stubus<br />
(1972) dalam Saleh (2004) menyatakan<br />
bahwa kecepatan pelaporan keuangan<br />
dapat berpengaruh pada nilai laporan<br />
keuangan tersebut.<br />
Laporan keuangan yang disajikan<br />
tepat waktu akan mengef<strong>isi</strong>enkan<br />
kinerja pasar saham untuk fungsi<br />
evaluasi dan penetapan harga serta<br />
membantu mengurangi kebocoran<br />
serta insider trading (Owusu dan<br />
Ansah, 2000). Kim dan Verrechia<br />
(1994) menyatakan laporan keuangan<br />
yang disajikan tepat waktu akan<br />
mengurangi asimetri informasi, dan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
123
juga disebutkan bahwa untuk<br />
mengurangi asimetri informasi dapat<br />
dilaksanakan dengan menyajikan<br />
laporan keuangan secara full<br />
disclousure.<br />
Penyampaian laporan keuangan<br />
merupakan hal yang penting bagi<br />
proses komunikasi berbagai informasi<br />
baik yang bersifat wajib (mandatory)<br />
dan bersifat sukarela (voluntary).<br />
Kecepatan penyerahan laporan<br />
keuangan merupakan karakteristik<br />
yang penting bagi informasi akuntansi<br />
karena informasi historis sedikit<br />
tidaknya akan digunakan oleh publik<br />
dalam proses pembuatan keputusan<br />
investasi. Dengan demikian maka<br />
dapat dikatakan keterlambatan<br />
penyampaian laporan keuangan akan<br />
menyebabkan distorsi nilai dan<br />
manfaat dari keberadaan laporan<br />
keuangan bersangkutan.Penelitian ini<br />
dilakukan karena masih banyak<br />
perusahaan publik yang terlambat<br />
menyerahkan laporan keuangan.<br />
Unsur kecepatan adalah<br />
tersedianya informasi bagi pembuatan<br />
keputusan pada saat dibutuhkan<br />
sebelum informasi tersebut kehilangan<br />
kekuatan untuk mempengaruhi<br />
keputusan. Keterlambatan informasi<br />
menyebabkan tanggapan atau<br />
keputusan yang berlaku akan<br />
menjadikan informasi tidak memiliki<br />
nilai tambah lagi. Penelitian tentang<br />
kepatuhan penyerahan laporan<br />
keuangan telah banyak dilakukan.<br />
Penelitian sebelumnya telah<br />
memberikan beberapa bukti empiris<br />
tentang faktor penyebab kepatuhan<br />
penyerahan laporan keuangan. Faktorfaktor<br />
tersebut meliputi faktor yang<br />
terkait dengan karakteristik<br />
perusahaan seperti perbedaan<br />
kecepatan penyerahan laporan<br />
keuangan bagi perusahaan yang<br />
memiliki persediaan bagi operasional<br />
perusahaan dengan perusahaan yang<br />
tidak memiliki persediaan dalam<br />
pelaporan keuangannya, dan faktorfaktor<br />
yang terkait dengan audit<br />
seperti pengungkapan laporan<br />
keuangan bagi klien yang mengalami<br />
124<br />
Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
kerugian beruntun maupun<br />
ketidakmampuan membayar hutang.<br />
Beberapa penelitian yang<br />
dilakukan pada perusahaan publik di<br />
Indonesia telah memberikan bukti<br />
empiris tentang faktor yang<br />
berpengaruh terhadap kecepatan<br />
penyerahan laporan keuangan. Dalam<br />
penelitian ini akan diuji faktor lainnya<br />
yaitu keberadaan pos laba<br />
komprehensif. Laba komprehensif<br />
adalah pelaporan yang dipergunakan<br />
untuk menyajikan secara total<br />
keseluruhan komponen dalam<br />
pelaporan ekuitas. Pelaporan ini<br />
merupakan jumlah dari laba bersih<br />
dan pos laba komprehensif lainnya<br />
yang dijumlah tanpa melalui<br />
penandingan dalam pelaporan laba<br />
rugi, laporan pos laba komprehensif<br />
merupakan suatu isyarat bagaimana<br />
perusahaan memiliki kemungkinan<br />
sumber pendapatan lain langsung atas<br />
keberadaan item-item yang<br />
kemungkinan mampu mengantarkan<br />
suatu bentuk laba ataupun rugi<br />
walaupun tidak tercantum secara jelas<br />
dalam pelaporan laba rugi bersih<br />
perusahaan, misalnya keberadaan<br />
laba rugi kerena perusahaan<br />
melakukan transaksi dalam mata<br />
uang asing atau keuntungan maupun<br />
kerugian kerena keberadaan dana<br />
pensiun maupun juga keuntungan<br />
ataupun kerugian karena revaluasi<br />
nilai aktiva tetap. Keberadaan pos ini<br />
menyebabkan pihak manajemen harus<br />
berkomunikasi lebih lanjut dengan<br />
pihak auditor sebelum menyajikannya<br />
dalam laporan keuangan. Selanjutnya<br />
penelitian ini hendak menguji<br />
keberadaan pos laba komprehensif<br />
dalam hubungannnya dengan<br />
kecepatan penyampaian laporan<br />
keuangan.<br />
Penelitian tentang kecepatan<br />
penyerahan laporan keuangan telah<br />
banyak dilakukan. Penelitian<br />
sebelumnya telah memberikan<br />
beberapa bukti empiris tentang faktor<br />
penyebab kecepatan penyerahan<br />
laporan keuangan. Penelitian ini<br />
menguji pengaruh pos laba<br />
komprehensif pada kecepatan
penyerahan laporan keuangan, sebab<br />
pencantuman pos laba komprehensif<br />
memerlukan diskusi dan persetujuan<br />
lebih lanjut dari berbagai pihak seperti<br />
auditor maupun komisaris.<br />
Berdasarkan latar belakang di atas,<br />
maka permasalahan dalam penelitian<br />
ini adalah apakah keberadaan pos<br />
laba komprehensif berpengaruh pada<br />
kecepatan perusahaan dalam<br />
menyerahkan laporan keuangannya ke<br />
BAPEPAM.<br />
II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Teori Keagenan<br />
Teori yang dapat digunakan untuk<br />
memahami hubungan antara<br />
manajemen dan pemilik perusahaan<br />
adalah teori keagenan. Teori<br />
keagenan berusaha menjelaskan<br />
hubungan antara agen (manajemen<br />
perusahaan) dan prinsipal (pemilik<br />
perusahaan). Dalam hubungan<br />
keagenan terdapat suatu kontrak<br />
yang mana satu orang atau lebih<br />
(prinsipal) memerintah orang lain<br />
(agen) untuk melakukan suatu jasa<br />
atas nama prinsipal dan memberikan<br />
wewenang kepada agen untuk<br />
membuat keputusan yang terbaik bagi<br />
prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976).<br />
Konflik kepentingan yang<br />
disebabkan oleh kemungkinan agen<br />
tidak selalu bertindak sesuai dengan<br />
keinginan prinsipal dapat<br />
mendorong timbulnya biaya<br />
keagenan. Jensen dan Meckling (1976)<br />
menyatakan ada tiga jenis biaya<br />
keagenan yaitu biaya monitoring, biaya<br />
bonding dan biaya kerugian residual.<br />
Prinsipal dapat membatasi divergensi<br />
dari kepentingannya dengan<br />
menetapkan insentif yang layak dan<br />
dengan mengeluarkan biaya<br />
monitoring. Biaya monitoring tersebut<br />
dirancang untuk membatasi aktivitasaktivitas<br />
menyimpang yang dilakukan<br />
oleh agen. Dalam kond<strong>isi</strong> tertentu,<br />
agen dimungkinkan untuk<br />
membelanjakan sumber daya<br />
perusahaan (biaya bonding) untuk<br />
menjamin bahwa agen tidak akan<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
bertindak yang dapat merugikan<br />
prinsipal atau untuk meyakinkan<br />
bahwa prinsipal akan memberikan<br />
kompensasi jika dia benar-benar<br />
melakukan tindakan tersebut. Nilai<br />
uang yang ekuivalen dengan<br />
pengurangan kesejahteraan yang<br />
dialami oleh prinsipal juga<br />
merupakan biaya yang timbul dari<br />
hubungan keagenan, biaya tersebut<br />
sebagai kerugian residual (residual<br />
loss).<br />
Laporan keuanggan merupakan<br />
media komunikasi antara pihak agen<br />
dan prinsipal dan diketahui bahwa<br />
kelengkapan (comprehensiveness)<br />
adalah suatu bentuk kualitas dalam<br />
penyajian laporan keuangan.<br />
Penyajian keuangan yang andal<br />
sekaligus relevan merupakan ukuran<br />
yang diharapkan oleh pihak prinsipal<br />
dari pihak agen pelaksana perusahaan<br />
mereka. Pihak agen pastinya<br />
menghendaki respon yang baik dari<br />
pihak prinsipal, pihak agen akan<br />
menyajikan laporan yang lebih<br />
komprehensif agar terdapat respon<br />
yang baik dari pihak prinsipal.<br />
2.2 Teori Pensinyalan<br />
Teori Persinyalan menurut<br />
Brigham dan Houston (2001:39)<br />
merupakan suatu tindakan yang<br />
diambil manajemen perusahaan yang<br />
memberi petunjuk bagi investor<br />
tentang bagaimana manajemen<br />
memandang prospek perusahaan.<br />
Teori pensinyalan menjelaskan alasan<br />
perusahaan memiliki insentif untuk<br />
melaporkan secara sukarela informasi<br />
kepasar modal meskipun tidak ada<br />
mandat dari badan regulasi. Pelaporan<br />
informasi oleh manajemen bertujuan<br />
untuk mempertahankan investor yang<br />
tertarik pada perusahaan. Informasi<br />
keuangan yang disampaikan<br />
perusahaan bertujuan untuk<br />
mengurangi information asymmetry<br />
antara perusahaan dengan pihak<br />
eksternal perusahaan (Wolk et. al.,<br />
2001). Pihak agen menggunakan<br />
pelaporan yang disajikan dengan<br />
dilengkapi penyajian pos laba<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
125
komprehensif mengisyaratkan<br />
kelengkapan informasi yang dengan<br />
demikian akan memberi sinyal positif<br />
atas penerbitan laporan keuangan.<br />
2.3 Peraturan Pelaporan Keuangan<br />
di Indonesia<br />
Akuntansi merupakan suatu area<br />
aktivitas ekonomi dengan tingkat<br />
regulasi yang sangat tinggi (Scott,<br />
2000). Pemerintah secara langsung<br />
terlibat dalam regulasi melalui hukum<br />
atau undang-undang yang mengatur<br />
profesi akuntansi dan melalui<br />
peraturan tentang pengungkapan<br />
minimum dalam laporan keuangan<br />
dan prospektus. Terdapat tiga alasan<br />
diperlukan regulasi, yaitu kegagalan<br />
pasar, keinginan untuk melindungi<br />
kepentingan pemegang saham dan<br />
meningkatkan kredibilitas laporan<br />
keuangan. Beberapa sumber<br />
kegagalan pasar, antara lain informasi<br />
sebagai barang publik dan asimetri<br />
informasi (Buckley & O’Sullivan, 1980;<br />
Cooper & Keim, 1983; Watts &<br />
Zimmerman, 1986; Wolk &<br />
Tearney,2001; dan Scoot, 2000). Suatu<br />
barang disebut barang publik jika<br />
barang tersebut dapat dikonsumsi oleh<br />
satu atau beberapa orang, tanpa<br />
mengurangi jumlah yang dikonsumsi<br />
oleh lainnya (Davis & Meyer,1983).<br />
Artinya keuntungan (benefits) barang<br />
publik dapat dinikmati oleh sejumlah<br />
besar individu.<br />
Healy dan Palepu (2001)<br />
menyatakan bahwa regulasi<br />
pengungkapan lebih dimotovasi oleh<br />
perhatian (by concern) dibandingkan<br />
dengan kegagalan pasar, artinya<br />
regulasi ditekankan untuk melindungi<br />
investor yang unshophisticated.<br />
Penetapan pengungkapan minimum<br />
dimaksudkan untuk mengurangi<br />
information gap antara investor yang<br />
informed dengan uninformed. Regulasi<br />
dimaksudkan untuk meningkatkan<br />
kredibilitas laporan keuangan<br />
sehingga dapat meningkatkan<br />
kepercayaan publik (Cooper & Kim<br />
1983). Sedangkan Wolk dan Tearney<br />
(1997) menyatakan bahwa regulasi<br />
126<br />
Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
diperlukan karena kegagalan<br />
pelaporan keuangan dan auditing.<br />
Laporan keuangan merupakan<br />
hasil akhir dari suatu proses<br />
akuntansi dalam suatu perusahaan.<br />
Laporan keuangan perusahaan<br />
digunakan oleh investor untuk<br />
pembuatan keputusan investasinya.<br />
Selain investor, laporan keuangan<br />
juga digunakan oleh pihak-pihak lain<br />
untuk membuat keputusan sesuai<br />
dengan kepentingan pihak tersebut.<br />
Penyampaian informasi keuangan<br />
sesegera mungkin kepada publik dapat<br />
mempengaruhi aktivitas pasar dan<br />
harga sekuritas perusahaanperusahaan<br />
yang ter<strong>daftar</strong> di BEI.<br />
Pada Undang-undang (UU) No. 8<br />
Tahun 1995 tentang Pasar Modal<br />
dinyatakan secara jelas bahwa<br />
perusahaan publik wajib<br />
menyampaikan laporan berkala dan<br />
laporan insidental lainnya kepada<br />
Bapepam.<br />
Pada tahun 1996, Bapepam<br />
mengeluarkan Lampiran Keputusan<br />
Ketua Bapepam Nomor: KEP-<br />
80/PM/1996, yang mewajibkan bagi<br />
setiap emiten dan perusahaan publik<br />
untuk menyampaikan laporan<br />
keuangan tahunan perusahaan dan<br />
laporan auditor independennya kepada<br />
Bapepam selambat-lambatnya pada<br />
akhir bulan keempat (120 hari) setelah<br />
tanggal laporan keuangan tahunan<br />
perusahaan. Ketentuan yang lebih<br />
spesifik tentang pelaporan perusahaan<br />
publik diatur dalam Peraturan<br />
Bapepam Nomor VIII.G.2, Lampiran<br />
Keputusan Ketua Bapepam Nomor:<br />
KEP-38/PM/2003 tentang Laporan<br />
Tahunan yang berlaku sejak tanggal<br />
17 Januari 1996. Kemudian pada<br />
tanggal 7 Desember 2006, untuk<br />
meningkatkan kualitas keterbukaan<br />
informasi kepada publik,<br />
diberlakukanlah Peraturan Bapepam<br />
dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor<br />
X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua<br />
Bapepam dan LK Nomor: KEP-<br />
134/BL/2006 tentang Kewajiban<br />
Penyampaian Laporan Tahunan bagi<br />
Emiten atau Perusahaan Publik.
Sejak tanggal 30 September 2003,<br />
Bapepam semakin memperketat<br />
peraturan dengan dikeluarkannya<br />
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,<br />
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam<br />
Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang<br />
Kewajiban Penyampaian Laporan<br />
Keuangan Berkala. Peraturan<br />
Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan<br />
bahwa laporan keuangan tahunan<br />
harus disertai dengan laporan<br />
Akuntan dengan pendapat yang lazim<br />
dan disampaikan kepada Bapepam<br />
selambat-lambatnya pada akhir bulan<br />
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan<br />
keuangan tahunan dan dalam<br />
Peraturan Bapepam dan LK Nomor<br />
X.K.6 dinyatakan bahwa dalam hal<br />
penyampaian laporan tahunan<br />
dimaksud melewati batas waktu<br />
penyampaian laporan keuangan<br />
tahunan sebagaimana diatur dalam<br />
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2<br />
tentang Kewajiban Penyampaian<br />
Laporan Keuangan Berkala, maka hal<br />
tersebut diperhitungkan sebagai<br />
keterlambatan penyampaian laporan<br />
keuangan tahunan.<br />
2.4 Pos Laba Komprehensif<br />
FASB (Statement Of Standards)<br />
SFAC no 130 menyatakan bahwa Laba<br />
komprehensif adalah pelaporan yang<br />
dipergunakan untuk menyajikan<br />
secara total keseluruhan komponen<br />
dalam pelaporan ekuitas .pelaporan ini<br />
digunakan untuk melaporkan item<br />
item seperti pendapatan, biaya,<br />
keuntungan ataupun kerugian yang<br />
secara tersendiri dalam prinsip<br />
akuntansi berterima umum<br />
dimasukan dalam jenis pelaporan pos<br />
laba comprehensive tetapi dalam<br />
penyajian dipihak lain tidak termasuk<br />
dalam pos pelaporan net income. Pos<br />
laba komprehensif merupakan item<br />
yang secara tersendiri langsung<br />
ditandingkan dalam laporan<br />
perubahan modal tanpa melalui<br />
penandingan lebih dahulu dalam<br />
pelaporan laba rugi.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
2.5 Tujuan Pelaporan Pos Laba<br />
Komprehensif<br />
Tujuan pelaporan pos laba<br />
komprehensif adalah untuk<br />
melaporkan pengukuran dari<br />
perubahan ekuitas dalam suatu<br />
perusahaan yang terjadi karena<br />
transaksi atau kejadian ekonomi<br />
dalam suatu periode pelaporan selain<br />
transaksi yang melibatkan pemilik.<br />
Transaksi yang dimaksud juga<br />
termasuk perubahan dalam ekuitas<br />
dalam periode akuntansi kecuali<br />
transaksi yang melibatkan penanaman<br />
modal dari pemilik ataupun distribusi<br />
atau pemberian deviden kepada owner.<br />
Pos laba komprehensif adalah<br />
jumlah dari net income dan item lain<br />
yang mengalami perlakuan Bypass<br />
(pos laba komprehensif) dari laporan<br />
keuangan karena item-item ini belum<br />
diakui pada laporan keuangan,<br />
termasuk item seperti keuntungan<br />
atau kerugiaan holding karena<br />
penjualan penjualan securitas dan<br />
keuntungan atau kerugian karena<br />
transaksi mata uang asing atau<br />
keuntungan atau kerugian karena<br />
revaluasi nilai aktiva tetap. Item-item<br />
kejadian diatas memang bukan<br />
merupakan bagian dari pelaporan net<br />
income, tetapi karena cukup penting<br />
maka akan dimasukan kedalam<br />
pelaporan pos laba komprehensif<br />
sehingga mampu memberikan<br />
gambaran yang lebih mendetail dan<br />
lebih terstruktur tentang keadaan<br />
perusahaan secara keseluruhan. Akun<br />
yang temasuk dalam pos laba<br />
komprehensif tetapi tidak termasuk<br />
dalam net income akan dilaporkan<br />
dalam pelaporan ekuitas.<br />
2.6 Hipotesis Penelitian<br />
Pemikiran awal yang diungkapkan<br />
adalah pelaporan laba komprehensif<br />
diklaim akan menunjukan suatu<br />
bentuk pelaporan yang lebih mendetail<br />
jika dibandingkan bentuk pelaporan<br />
net income yang tidak mencantumkan<br />
keberadaan pos laba komprehensif.<br />
Dengan pernyataan seperti ini didapat<br />
bahwa untuk beberapa alasan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
127
pelaporan pos laba komprehensif<br />
ternyata lebih berasosiasi positif<br />
terhadap returns saham dibandingkan<br />
dengan pelaporan dengan metode net<br />
income (Mohsen Dastgir and Ali Saeedi<br />
Velashani, 2008). Dengan demikian<br />
dapat dipastikan bahwa dengan<br />
pelaporan keuangan yang<br />
mencantumkan pos Laba komprehensif<br />
perusahaan memungkinkan untuk<br />
menyajikan lebih detail bentuk<br />
pertanggungjawaban pelaporan<br />
keuangan. Walau secara penyajian<br />
pelaporan keuangan dengan<br />
mencantumkan pos laba komprehensif<br />
lebih mendetail dibandingkan dengan<br />
pelaporan net income diduga pula<br />
bahwa pelaporan pos laba<br />
komprehensif akan memerlukan<br />
sejumlah waktu yang lebih jika<br />
dibandingkan dengan pelaporan net<br />
income sebab dalam penyajian pos laba<br />
komprehensif mengharuskan pihak<br />
manajemen berkoordinasi lebih<br />
mendetail dengan pihak auditor.<br />
Saeedi (1999) menyatakan bahwa<br />
pelaporan keuangan yang menyajikan<br />
pos laba komprehensif merupakan<br />
pelaporan yang menyajikan secara<br />
menyeluruh dalam penyajian<br />
pelaporan ekuitas jika dibandingkan<br />
dengan penggunaan metode Net<br />
Income. Penggunaan Pelaporan<br />
keuangan dengan pos Laba<br />
komprehensif, menurut (Pamela A<br />
Smith dan Cheri L Reither,1996)<br />
menyatakan bahwa diperlukan<br />
resource yang lebih bagi penyusunan<br />
Laba komprehensif dibandingkan<br />
dengan pada penyusunan Net Income.<br />
Penyajian laporan keuangan yang<br />
didasarkan pada laba komprehensif<br />
memerlukan dianggap memerlukan<br />
resourse yang lebih karena lebih<br />
banyak perusahaan yang memilih<br />
untuk mempergunakan laporan<br />
dengan metode net income pernyataan<br />
ini dapat menjadi landasan bahwa<br />
pada keberadaan perusahaan yang<br />
mempergunakan laporan laba<br />
komprehensif kemungkinan diperlukan<br />
waktu penyusunan laporan yang lebih<br />
panjang jika dibandingkan dengan<br />
128 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
pelaporan keuangan yang berdasarkan<br />
net income. Hal ini yang menjadi dasar<br />
perkiraan yang tertuang dalam<br />
hipotesis sebagai berikut :<br />
Berdasarkan uraian diatas, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah<br />
pos laba komprehensif berpengaruh<br />
pada kecepatan penyampaian laporan<br />
keuangan.<br />
III. Metode Penelitian<br />
3.1 Sampel Penelitian<br />
Populasi yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah perusahaan<br />
ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia (BEI)<br />
tahun 2008. Metode pengambilan<br />
sampel yang digunakan adalah metode<br />
purposive sampling. Populasi yang<br />
akan dijadikan sampel penelitian<br />
adalah populasi yang memenuhi<br />
kriteria sampel tertentu. Kriteriakriteria<br />
tersebut adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1) Perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di BEI<br />
tahun 2008.<br />
2) Perusahaan tersebut telah<br />
menerbitkan laporan keuangan<br />
tahunan (annual report) pada<br />
tahun 2008.<br />
3) Menampilkan data tanggal<br />
penyampaian laporan keuangan<br />
tahunan ke Bapepam untuk tahun<br />
2008.<br />
4) Menampilkan data dan informasi<br />
yang digunakan untuk<br />
menganal<strong>isi</strong>s faktor-faktor yang<br />
mempengaruhi kecepatan<br />
penyampaian laporan keuangan<br />
tahun 2008.<br />
5) Tahun buku laporan keuangan<br />
berakhir pada tanggal 31<br />
Desember.<br />
Data yang digunakan adalah data<br />
sekunder. Data diperoleh dari<br />
berbagai sumber antara lain situs<br />
Bursa Efek Indonesia<br />
(www.idx.co.id), situs Bapepam<br />
(www.bapepam.go.id), dan<br />
Indonesian Capital Market Directory<br />
(ICMD).<br />
3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />
3.2.1 Variabel Dependen
Variable dependen atau variable<br />
bebas dalam penelitian ini adalah<br />
kecepatan penyampaian pelaporan<br />
keuangan perusahaan (TIME).<br />
Kecepatan perusahaan yang dimaksud<br />
adalah kecepatan perusahaan dalam<br />
menyerahkan laporan keuangan<br />
tahunan yakni setelah tanggal 31<br />
Desember. Jumlah hari penyampaian<br />
laporan keuangan menjadi dasar<br />
pengukuran kecepatan perusahaan<br />
dalam menyampaikan laporan<br />
keuangan.<br />
3.2.2 Variabel Independen<br />
Variabel independen dalam<br />
penelitian ini adalah Item Laba<br />
komprehensif (COMPIN) diukur dengan<br />
jumlah item laba komprehensif yang<br />
disajikan dalam pelaporan perubahan<br />
ekuitas.<br />
3.3 Anal<strong>isi</strong>s Data<br />
Data dalam penelitian ini<br />
dianal<strong>isi</strong>s dengan statistik deskriptif,<br />
kemudian dilakukan pengujian<br />
hipotesis. Statistik deskriptif<br />
memberikan gambaran tentang<br />
distribusi frekuensi variabel-variabel<br />
penelitian, nilai maksimum, minimum,<br />
rata-rata dan standar deviasi. Anal<strong>isi</strong>s<br />
data menggunakan teknik anal<strong>isi</strong>s<br />
regresi sederhana. Sebelum model<br />
regresi, terlebih dahulu dilakukan<br />
pengujian normalitas data.<br />
3.3.1 Uji Normalitas<br />
Uji normalitas yang bertujuan<br />
untuk menguji apakah pada model<br />
regresi, variabel pengganggu atau<br />
residual mempunyai distribusi normal.<br />
Pengujian normalitas data dilakukan<br />
dengan uji Kolmogorov-Smirnov.<br />
Residual berdistribusi normal apabila<br />
tingkat signifikannya menunjukkan<br />
nilai yang lebih besar dari 0,05.<br />
3.3.2 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Sederhana<br />
Setelah memenuhi uji normalitas,<br />
maka pengujian selanjutnya adalah<br />
pengujian hipotesis dengan<br />
menggunakan anal<strong>isi</strong>s regresi<br />
sederhana. Persamaan regresi<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
sederhana digunakan untuk menguji<br />
hipotesis yang telah dibangun. Anal<strong>isi</strong>s<br />
regresi sederhana ini akan dikerjakan<br />
dengan bantuan program SPSS<br />
(Statistical Package For Social Sciences)<br />
Release 16. Persamaan regresi<br />
sederhana ini dirumuskan sebagai<br />
berikut:<br />
TIME = + β1COMPIN + ℮ …………..(1)<br />
Keterangan:<br />
TIME : Kecepatan penyampaian<br />
laporan keuangan<br />
: konstanta<br />
β : koef<strong>isi</strong>en regresi<br />
COMPIN : Comprehensive income(pos<br />
laba komprehensif)<br />
℮ : error<br />
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
4.1 Deskripsi Seleksi Sampel<br />
Populasi penelitian ini adalah<br />
seluruh perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di<br />
BEI periode tahun 2008. Proses seleksi<br />
sampel berdasarkan kriteria yang telah<br />
ditetapkan, disajikan pada Tabel 1.<br />
Perusahaan yang go public sampai<br />
dengan tahun 2008 sebanyak 393<br />
perusahaan, berdasarkan kriteria<br />
sampel yang telah ditetapkan diperoleh<br />
sebanyak 304 perusahaan yang<br />
memenuhi syarat sebagai sampel<br />
penelitian.<br />
4.2 Statistik Deskriptif<br />
Berdasarkan Tabel 2 statistik<br />
deskriptif, jumlah observasi dalam<br />
penelitian ini adalah 304 observasi.<br />
TIME adalah kecepatan perusahaan<br />
dalam menyerahkan laporan keuangan<br />
tahunan yakni setelah tanggal 31<br />
Desember. Nilai rata-rata kecepatan<br />
tersebut adalah 89,4901. Hal ini<br />
menunjukkan bahwa kecepatan ratarata<br />
perusahaan publik menyerahkan<br />
laporan keuangan tahunannya adalah<br />
sebesar 89 hari.<br />
Variabel pos laba komprehensif<br />
(COMPIN) yang diukur dengan jumlah<br />
pos laba komprehensif yang disajikan<br />
dalam pelaporan perubahan ekuitas<br />
mempunyai nilai rata-rata sebesar<br />
1,0822 dengan nilai minimum 0 dan<br />
nilai maksimun sebesar 3 serta<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
129
standar deviasi sebesar 0,96. Hal ini<br />
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah<br />
item pos laba komprehensif yang<br />
disajikan dalam pelaporan perubahan<br />
ekuitas sebanyak satu item.<br />
4.3 Pengujian Normalitas<br />
Statistik uji yang digunakan<br />
untuk menguji normalitas adalah One<br />
- Sample Kolmogorov – Smimov (K-S)<br />
Test. Kriteria yang digunakan adalah<br />
Ho diterima bila sig. K-S > 0,05.<br />
Sebaliknya bila sig. K-S < 0,05, maka<br />
tolak Ho. Dari pengujian (Tabel 3)<br />
diperoleh sig. K-S = 0,079, maka sig.<br />
K-S > 0,05, dengan demikian Ho<br />
diterima. Artinya data yang diolah<br />
memiliki residual yang berdistribusi<br />
normal.<br />
4.4 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Linear<br />
Sederhana<br />
Pengujian model anal<strong>isi</strong>s dalam<br />
penelitian ini menggunakan regresi<br />
sederhana. Model regresi sederhana ini<br />
digunakan untuk membuktikan<br />
variabel pos laba komprehensif<br />
berpengaruh pada kecepatan<br />
penyampaian laporan keuangan.<br />
Berdasarkan hasil regresi<br />
sederhana seperti yang ditunjukkan<br />
pada Tabel 7, maka persamaan<br />
adalah:<br />
TIME = 87,296 + 2,028COMPIN<br />
Berdasarkan berbagai parameter<br />
dalam persamaan regresi mengenai<br />
pengaruh pos laba komprehensif pada<br />
kecepatan penyampaian laporan<br />
keuangan perusahaan yang ter<strong>daftar</strong><br />
di Bursa Efek Indonesia, maka dapat<br />
diberikan interpretasi sebagai berikut:<br />
1) Konstanta<br />
Nilai konstanta sebesar 87,296,<br />
berarti bahwa jika tidak ada<br />
variabel bebas pos laba<br />
komprehensif, maka TIME<br />
menunjukkan nilai sebesar 87,296.<br />
2) Koef<strong>isi</strong>en pos laba komprehensif<br />
Pos laba komprehensif<br />
berpengaruh positif signifikan pada<br />
kecepatan penyampaian laporan<br />
keuangan, dengan koef<strong>isi</strong>en regresi<br />
adalah 2,028 dengan nilai<br />
signifikansi sebesar 0,048. Hal ini<br />
130 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
menunjukkan bahwa setiap<br />
kenaikan penyajian satu pos laba<br />
komprehensif akan memerlukan<br />
tambahan waktu penyampaian<br />
laporan keuangan selama dua hari.<br />
3) Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />
Pos laba komprehensif memiliki<br />
pengaruh terhadap kecepatan<br />
penyajian laporan keuangan yang<br />
ditunjukan dengan nilai adjusted<br />
R 2 sebesar 0,010 yang berarti<br />
bahwa pos laba komprehensif<br />
mempengaruhi penyajian laporan<br />
keuangan sebesar 1% (satu persen)<br />
sedangkan sisanya sebesar 99%<br />
(sembilan puluh sembilan persen)<br />
kecepatan penyajian laporan<br />
keuangan dipengaruhi oleh faktor<br />
lainnya.<br />
V. SIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Penelitian ini bertujuan untuk<br />
memperoleh bukti empiris pengaruh<br />
laba komprehensif pada kecepatan<br />
penyampaian laporan keuangan<br />
perusahaan kepada publik. Sampel<br />
penelitian sebanyak 316 perusahaan<br />
yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia<br />
tahun 2008. Berdasarkan anal<strong>isi</strong>s data<br />
dan pembahasan yang telah<br />
dilakukan, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />
bahwa Laba komprehensif yang diukur<br />
dengan jumlah item other laba<br />
komprehensif yang disajikan dalam<br />
pelaporan perubahan ekuitas<br />
mempunyai tingkat signifikansi<br />
sebesar 0,030 yang lebih kecil dari <br />
(0,05) dengan koef<strong>isi</strong>en regresi positif<br />
sebesar 2,914.<br />
Hal tersebut menunjukkan laba<br />
komprehensif berpengaruh positif pada<br />
kecepatan penyampaian laporan<br />
keuangan. Semakin banyak jumlah<br />
pos laba komprehensif yang disajikan<br />
dalam pelaporan perubahan ekuitas<br />
menyebabkan perusahaan semakin<br />
lambat untuk melaporkan laporan<br />
keuangannya kepada publik.<br />
5.2 Saran<br />
Penelitian ini menguji pengaruh<br />
laba komprehensif pada kecepatan
penyampaian laporan keuangan<br />
perusahaan publik yang ter<strong>daftar</strong> di<br />
Bursa Efek Indonesia pada tahun<br />
2008. Pada sampel penelitian yang<br />
digunakan kebijakan penggunaan<br />
pelaporan laba komprehensif masih<br />
merupakan suatu yang bersifat<br />
voluntary report. Sehingga gambaran<br />
yang diterima penulis belum dapat<br />
memprediksi pengaruh keberadaan<br />
pos laba komprehensif pada<br />
ketepatwaktuan maupun kecepatan<br />
pelaporan jika kemudian pelaporan<br />
keuangan dengan metode<br />
comprehensive income menjadi<br />
sesuatu yang bersifat mandatory<br />
report.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Ang, Robert. 1997. The Intelligent to<br />
Indonesian Capital Market, 1 st<br />
Edition. Mediasoft Indonesia.<br />
Ashton, H. Robert., Jhon J. Willington,<br />
and Robert K. Elliot, 1987. An<br />
Empirical Analysis of Audit Delay,<br />
Journal of Accounting Research,<br />
Vol. 25, Autumn.<br />
Beasley, M., 1996. An Empirical<br />
Analysis of The Relation Between<br />
The Board of Director<br />
Composition, Working Paper,<br />
University of Rochester, Penn<br />
State.<br />
Belkaoui, Ahmed. R. 2000. Teori<br />
Akuntansi. Ed<strong>isi</strong> Terjemahan. Jilid<br />
1. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Brigham, Eugene F dan Houston J.F.<br />
(2001). Dasar-Dasar Manajemen<br />
Keuangan, Ed<strong>isi</strong> ke 8, Jakarta :<br />
Salemba Empat.<br />
Carslaw, A.P.N dan Kaplan, S.E. 1991.<br />
An Examination of Audit delay:<br />
Further evidence from New<br />
Zealand. Accounting and Business<br />
Research, Vol. 22 (82): Winter: p.<br />
21-32<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Chambers, Anne E, and Stephen<br />
H.Penman,1984. The Timeliness of<br />
Reporting and The Stock Price<br />
Reaction to Earnings<br />
Announcement. Journal of<br />
Accounting Research.p.204-220.<br />
Courtis, J.K, 1976. Relationship<br />
between timeliness in Corporate<br />
Reporting and Corporate<br />
Attributes. Accounting and<br />
Business Research, Vol. 6, Winter:<br />
p.45-56.<br />
Dahya. J., McConnell, J J. and<br />
Travlos, N.G.2002. The Cadbury<br />
Committee, Corporate<br />
Performance, and top Management<br />
turnover. The Journal of Finance.<br />
57(1): 461-483.999.<br />
Dastgir, Mohsen and Velashani, Ali,<br />
Saeedi. 2008. Comprehensive<br />
Income and Net Income as<br />
Measures of Firm Performance:<br />
Some Evidence for Scale Effect.<br />
European Journal of Economic.<br />
Financial and Administrative<br />
Sciences. Issue 12.<br />
Davies, B and Whittred, GP, 1980. The<br />
Association Between Selected<br />
Corporate Attributes and<br />
Timeliness in Corporate reporting:<br />
Further Analysis. Abacus, Vol 16<br />
(1), June: p. 48-60<br />
Dye, R.A, and Sridhar, S.S, 1975.<br />
Industry-wide Disclosure<br />
Dynamics. Journal of Accounting<br />
Research, Vol. 33, Spring, p. 157-<br />
174.<br />
Dyer, J.CIV and A.J.McHugh,1975.<br />
The Timeliness of The Australian<br />
Annual Report. Journal of<br />
Accounting Research; Autumn:.p.<br />
204-219.<br />
Fama, E. dan M. Jensen, 1983.<br />
Separation of Ownership and<br />
Control. Journal of Political<br />
Economy 88: 288-308.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
131
FASB, 1978. Statement of Financial<br />
Accounting Standards No.<br />
130:reporting Comprehensive<br />
Income. Stamford, Connecticut.<br />
FCGI, 2002. Pedoman Komite Audit<br />
Yang Efektif.<br />
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />
Multivariate dengan Program SPSS.<br />
Semarang: Badan Penerbit<br />
<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />
Gilling, M.D, 1977. Timeliness in<br />
Corporate Reporting: Some Further<br />
Comments. Accounting and<br />
Business Research, 8 (29), Winter,<br />
p. 35-40.<br />
Givoly, D., and D.Palmon,1982.<br />
Timeliness of Annual Earning<br />
Announcement: Some Empirical<br />
Evidence. The Accouting Review<br />
57: July:486-508.<br />
Halim, Varianada, 1999. Faktor-Faktor<br />
Yang Mempengaruhi Audit Delay:<br />
Studi Empiris pada Perusahaan-<br />
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta,<br />
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2<br />
No. 1, April p.63-75.<br />
Hartono, Jogiyanto. 2007. Metodologi<br />
Penelitian Bisnis: Salah Kaprah<br />
dan Pengalaman-Pengalaman.<br />
Yogyakarta: BPFE.<br />
Hilmi, Utari F.H dan Ali, Syaiful, 2008.<br />
Anal<strong>isi</strong>s Faktor-Faktor yang<br />
mempengaruhi Ketepatan Waktu<br />
Penyampaian laporan Keuangan.<br />
Simposium Nasional Akuntansi XI.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007.<br />
Standar Profesional Akuntan<br />
Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007.<br />
Standar Akuntansi Keuangan.<br />
Jakarta: Salemba Empat.<br />
Indriantoro, Nur. dan Supomo,<br />
Bambang. 2002. Metode Penelitian<br />
132 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
Bisnis: Untuk Akuntansi &<br />
Manajemen. Ed<strong>isi</strong> pertama.<br />
Cetakan kedua. Yogyakarta: BPFE.<br />
Jakarta Stock Exhange, 2002, website:<br />
http://www.jsx.co.id.<br />
Jensen, M, and W.Meckling,1976.<br />
Theory of the Firm: Managerial<br />
Behaviour,<br />
Agency, and Ownership Structure.<br />
Journal of Financial Economics:<br />
305-360.<br />
_____________, 1993. The Modern<br />
Industrial Revolution, Exit, and<br />
the Failure of Internal Control<br />
Systems. The Journal of Finance.<br />
48(3): 831-881.<br />
Jordan, Charles. E. and Clark.<br />
Stanley. J. 1998. Comprehensive<br />
Income: How Is It Being Reported<br />
and What Are Its Effects?. The<br />
Journal of Applied Business<br />
Research. Vol. 8. Number 2.<br />
Khomsiyah, 2005. “Anal<strong>isi</strong>s Hubungan<br />
Struktur dan Indeks Corporate<br />
Governance dengan Kualitas<br />
Pengungkapan”. (Desertasi).<br />
Yogyakarta: <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />
Mada.<br />
Kim, Oliver., & Robert E. Verrechia.<br />
1994. Market Liquidity and<br />
Volume Around Earning<br />
Announcement. Journal of<br />
Accounting and Economics. p. 41-<br />
67.<br />
Lorsch, J.W. 1989. Pawns or<br />
Potentates: The Reality of<br />
America’s Corporate Board. Boston<br />
Harvard Business School Press.<br />
Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim,<br />
2007. Anal<strong>isi</strong>s Laporan Keuangan.<br />
Ed<strong>isi</strong> ketiga. Yogyakarta. AMP-<br />
YKPN.<br />
Mizruchi, M. S. 1983. Who Control<br />
Whom? An Examination of the<br />
Relation between Management and
oards of Directors in Large<br />
American Corporation. Academy of<br />
Management Review. 8. p. 426-<br />
435.<br />
Na'im, Ainun,1999. Nilai Informasi<br />
Ketepatan Waktu Penyampaian<br />
Laporan Keuangan: Anal<strong>isi</strong>s<br />
Empirik Regulasi Informasi Di<br />
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan<br />
Bisnis Indonesia. Vol.<br />
14.No.2.P.85-100.<br />
Owusu, Stephen & Ansah, 2000.<br />
Timeliness of Corporate Financial<br />
Reporting in Emerging Capital<br />
Market: Empirical Evidence Fram<br />
The Zimbabwe Stock Exchange.<br />
Journal Accounting and Business.<br />
Vol.30.p.241.<br />
Respati, Novita, Wening, Tyas, 2001.<br />
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi<br />
Terhadap Ketepatan Waktu<br />
Pelaporan Keuangan: Studi<br />
Empiris di Bursa Efek Jakarta.<br />
(Tesis). Semarang: Program Pasca<br />
Sarjana <strong>Universitas</strong> Diponegoro,<br />
Saeedi, Ali. 1999. Examining the<br />
Superiority of Comprehensive<br />
Income to Net Income as a<br />
Measure of Firm Performance.<br />
European Journal of Economic.<br />
Financial and Administrative<br />
Sciences.<br />
Saleh, Rachmad, 2004. Studi Empiris<br />
Ketepatan Waktu Pelaporan<br />
Keuangan Perusahaan<br />
Manufaktur di Bursa Efek<br />
Jakarta. Simposium Nasional<br />
Akuntansi VII:p 897-910.<br />
Schwartz, Kenneth B., & Billy S. Soo,<br />
1996, The Association Between<br />
Auditor Change and Reporting<br />
Lags, Contemporary Accounting<br />
Research, Vol 13.<br />
Scott, W.R., 2000. Financial Accounting<br />
Theory. Second Edition. New Jersey<br />
: Prentice Hall.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Sistya Rachmawati, 2008, Pengaruh<br />
Faktor Internal dan Eksternal<br />
Perusahaan Terhadap Audit Delay<br />
dan Timeliness. Junal Akuntansi<br />
dan Keuangan,Vol 10, NO.1, Mei<br />
2008, Hal.1-10.<br />
Smith, Pamela. A and Reither, Cheri.<br />
L. 1996. Comprehensive Income<br />
and the Effect of Reporting It.<br />
Financial Analysts Journal. Vol. 52.<br />
No. 6. November. p.14-19.<br />
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian<br />
Bisnis. Cetakan ke-9. Bandung:<br />
Alfabeta.<br />
Suharli, M., DAN Rachpriliani, A.<br />
2006. “Studi Empiris Faktor yang<br />
Berpengaruh terhadap Ketepatan<br />
Waktu Pelaporan Keuangan”.<br />
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8<br />
No.1 (April): 34-55.<br />
Syafrudin, M. 2004. “Pengaruh<br />
Ketidaktepatwaktuan<br />
Penyampaian Laporan Keuangan<br />
pada Earning Response Coefficient:<br />
Stufi di Bursa Efek Jakarta”.<br />
Simposium Nasional Akuntansi VII<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. Hal:<br />
754-776.<br />
Watts R. and J.L. Zimmerman. 1986.<br />
Positive Accounting Theory. New<br />
York: Prentice Hall.<br />
Weston F.J., and Copeland, T.E. 1995.<br />
Manajemen Keuangan<br />
(Terjemahan). Ed<strong>isi</strong> 9. Jakarta:<br />
Binarupa Aksara.<br />
Wild.J.J., K.R.Subramanyam dan R.F.<br />
Halsey. 2003. Financial Statement<br />
Analysis. Eight Edition. Singapore:<br />
McGraw-Hill.<br />
Wirakusuma, Made Gede, 2006.<br />
Faktor-Faktor yang<br />
Mempengaruhi Rentang Waktu<br />
Penyajian Laporan Keuangan<br />
Kepada Publik. Audi Jurnal<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
133
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1,<br />
Juli p.52 – 74.<br />
Wolk, H.I., Tearney M.G., dan James<br />
L. Dodd, 2001. Accounting<br />
Theory: A Conceptual and<br />
Institutional Approach. South<br />
Western College Publishing, 5 th<br />
Edition.<br />
LAMPIRAN<br />
134 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />
Zahra, S., and Peace, J. 1992. Board<br />
Compotion from a Stategic<br />
Contigency Perspective. Journal of<br />
Management Studies. Vol. 29. p.<br />
411-438.<br />
Tabel 1<br />
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Metode Purposive<br />
No Kriteria Jumlah<br />
1 Perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di BEI tahun 2008 393<br />
2 Data tidak lengkap<br />
Data Tidak Digunakan (outlier terlalu lama<br />
menunda pelaporan)<br />
Total sampel selama periode penelitian 304<br />
Sumber: www.idx.co.id, data diolah<br />
TIME<br />
COMPIN<br />
Valid N (listwise)<br />
Tabel 2<br />
Satistik Deskriptif<br />
Descriptive Statistics<br />
77<br />
12<br />
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation<br />
304 23,00 149,00 89,4901 17,29782<br />
304 ,00 3,00 1,0822 ,96634<br />
304
Model<br />
1<br />
a.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
N<br />
Normal Parametersa,b Most Extreme<br />
Differences<br />
Kolmogorov-Smirnov Z<br />
Asymp. Sig. (2-tailed)<br />
Tabel 3<br />
Uji Normalitas<br />
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />
a. Test distribution is Normal.<br />
b. Calculated from data.<br />
Model<br />
1<br />
a.<br />
b.<br />
Mean<br />
Std. Deviation<br />
Absolute<br />
Positive<br />
Negative<br />
Tabel 4<br />
Variables Entered/Removed b<br />
Tabel 5<br />
Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />
Unstandardiz<br />
ed Residual<br />
304<br />
,0000000<br />
17,18646923<br />
,222<br />
,198<br />
-,222<br />
1,272<br />
,079<br />
COMPIN a Variables Variables<br />
Entered Removed Method<br />
. Enter<br />
All requested variables entered.<br />
Dependent Variable: TIME<br />
Model Summary b<br />
,113a Adjusted Std. Error of<br />
R R Square R Square the Estimate<br />
,013 ,010 17,21490<br />
Predictors: (Constant), COMPIN<br />
b.<br />
Dependent Variable: TIME<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
135
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Regression<br />
Residual<br />
Total<br />
Tabel 6<br />
Uji Statistik F<br />
ANOVA b<br />
1163,429 1 1163,429 3,926 ,048a Sum of<br />
Squares df Mean Square F Sig.<br />
89498,542 302 296,353<br />
90661,970 303<br />
a. Predictors: (Constant), COMPIN<br />
b. Dependent Variable: TIME<br />
(Constant)<br />
COMPIN<br />
a.<br />
Dependent Variable: TIME<br />
Unstandardized<br />
Coefficients<br />
Tabel 7<br />
Uji Statistik t<br />
Coefficients a<br />
Standardized<br />
Coefficients<br />
B Std. Error Beta<br />
t Sig.<br />
87,296 1,484 58,833 ,000<br />
2,028 1,023 ,113 1,981 ,048<br />
136 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
PENGARUH KEWAJIBAN MORAL, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI<br />
PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK<br />
DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR<br />
(PKB) DI KANTOR BERSAMA SAMSAT DENPASAR<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Ni Kadek Christina 3<br />
Putu Kepramareni<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
Revenue from domestic potential to continue to be explored and developed is the<br />
tax revenue. Motor Vehicle Tax is a local tax that financed the development of the<br />
province. The purpose of this study was to determine the effect of moral obligation,<br />
qualitys and sanctions compliance tax on taxpayers pay Motor Vehicle Tax.<br />
The analysis technique used multiple linear regression analysis technique.<br />
Location of research at SAMSAT Office <strong>Denpasar</strong> Based on the analysis in mind, that<br />
there is a positive effect of moral obligations, quality of services and sanctions<br />
compliance tax on tax compliance in paying taxes on motor vehicles at the SAMSAT<br />
office <strong>Denpasar</strong>.<br />
Key words: motor vehicle tax, moral obligations, quality services, sanctions<br />
compliance tax.<br />
3Alamat Korespondensi: chris_260190@hotmail.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Pelaksanaan pembangunan<br />
nasional merupakan suatu kegiatan<br />
yang berkesinambungan yang<br />
bertujuan untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan rakyat. Pemerintah<br />
membutuhkan dana yang tidak sedikit<br />
untuk menyelenggarakan<br />
pemerintahan umum dan<br />
melaksanakan pembangunan. Dana<br />
yang dibutuhkan tersebut semakin<br />
meningkat seiring dengan peningkatan<br />
kebutuhan pembangunan itu sendiri.<br />
Pengeluaran dapat dibiayai dengan<br />
dana yang berasal dari dalam negeri<br />
(sumber intern) maupun melalui<br />
pinjaman luar negeri (sumber ekstern).<br />
Pemerintah Indonesia terus berupaya<br />
mengurangi ketergantungan terhadap<br />
sumber ekstern tersebut sehingga<br />
sumber-sumber pembiayaan yang<br />
berasal dari dalam negeri sangat<br />
penting untuk terus digali dan<br />
ditingkatkan peranannya untuk<br />
kelangsungan hidup bangsa.<br />
Salah satu sumber penerimaan<br />
dari dalam negeri yang potensial untuk<br />
terus digali dan dikembangkan adalah<br />
penerimaan dari sektor pajak. Pajak<br />
merupakan sumber pendanaan dalam<br />
melaksanakan tanggung jawab negara<br />
untuk mengatasi masalah sosial,<br />
meningkatkan kesejahteraan dan<br />
kemakmuran serta menjadi kontrak<br />
sosial antara warga negara dengan<br />
pemerintah (Ruyadi, 2009).<br />
Penerimaan dalam negeri terutama<br />
sektor pajak diharapkan dapat<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
137
erfungsi sebagai sumber pembiayaan<br />
utama. Tidak berlebihan apabila setiap<br />
tahun Anggaran Pendapatan dan<br />
Belanja Negara (APBN) pemerintah<br />
senantiasa berusaha untuk<br />
meningkatkan penerimaan pajak guna<br />
membiayai pembangunan yang<br />
dilaksanakan (Simanjuntak, 2009).<br />
Hampir seluruh daerah di Indonesia<br />
menggali potensi pendapatan<br />
daerahnya dengan pajak daerah.<br />
Semakin besar jumlah pajak yang<br />
diterima akan semakin<br />
menguntungkan bagi negara (Alim,<br />
2005).<br />
Upaya optimalisasi penyediaan<br />
dana dari sumber-sumber pajak<br />
daerah maupun dari retribusi daerah<br />
dilakukan dengan cara meningkatkan<br />
kinerja pemungutan serta<br />
penyederhanaan, penyempurnaan, dan<br />
penambahan jenis-jenis pajak melalui<br />
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009<br />
tentang Pajak Daerah dan Retribusi<br />
Daerah. Dengan adanya Undang-<br />
Undang tersebut wajib pajak dengan<br />
mudah memahami dan memenuhi<br />
kewajiban perpajakannya. Pajak<br />
daerah dan retribusi daerah<br />
merupakan sumber pendapatan<br />
daerah yang penting guna membiayai<br />
penyelenggaraan pemerintah daerah<br />
dan pembangunan daerah untuk<br />
mendapatkan otonomi daerah yang<br />
nyata, dinamis, serasi, dan<br />
bertanggung jawab.<br />
Pajak daerah dan retribusi daerah<br />
merupakan salah satu bentuk peran<br />
serta masyarakat dalam<br />
penyelenggaraan otonomi daerah.<br />
Pajak daerah dan retribusi daerah<br />
merupakan sumber pendapatan<br />
daerah yang penting untuk membiayai<br />
penyelenggaraan pemerintah dan<br />
pembangunan daerah (Waluyajati,<br />
2004). Otonomi Daerah yang<br />
diberlakukan pemerintah pada masa<br />
sekarang ini lebih terfokus pada<br />
peningkatkan Pendapatan Asli Daerah<br />
(PAD) yang di anggap sangat penting.<br />
Pengembangan Potensi<br />
Pendapatan Dispenda Provinsi Bali<br />
atas nama Kepala Dinas Pendapatan<br />
Provinsi Bali dalam UU No 28 tahun<br />
2009 ada 4 potensi Pajak Daerah,<br />
seperti Pajak Kendaraan Bermotor<br />
(PKB), Pajak Bea Balik Nama<br />
Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak<br />
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor<br />
(PBBKB), Pajak air bawah tanah atau<br />
air permukaan ABT/AP dijadikan<br />
potensi pendapatan daerah melalui<br />
Pajak.<br />
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
merupakan salah satu pajak daerah<br />
yang membiayai pembangunan daerah<br />
Provinsi. Instansi yang menangani<br />
pembayaran Pajak Kendaraan<br />
Bermotor adalah Dinas Pendapatan<br />
Daerah (Dispenda) melalui Kantor<br />
Bersama Sistem Administrasi<br />
Manunggal dibawah Satu Atap<br />
(SAMSAT) yang merupakan kerja sama<br />
tiga instansi terkait, yaitu Dispenda<br />
Provinsi Bali, Kepol<strong>isi</strong>an RI dan<br />
Asuransi Jasa Raharja.<br />
Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong> merupakan ujung tombak<br />
pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor<br />
(PKB) Kota <strong>Denpasar</strong> karena pada<br />
instansi inilah para Wajib Pajak<br />
kendaraan bermotor Kota <strong>Denpasar</strong><br />
melakukan pembayaran pajak<br />
kendaraan bermotornya, sehingga<br />
instansi ini seharusnya terus<br />
memberikan pelayanan publik yang<br />
berkualitas.<br />
Self assessment system membawa<br />
m<strong>isi</strong> dan konsekuensi perubahan<br />
sikap (kesadaran) warga masyarakat<br />
untuk membayar pajak secara<br />
sukarela voluntary compliance<br />
(Darmayanti, 2004). Masih banyak<br />
masyarakat yang belum sadar atas<br />
kewajibannya sebagai wajib pajak dan<br />
masih banyak upaya yang dilakukan<br />
agar pajak yang mereka tanggung<br />
tidak terlalu besar (Sari dan Nashih,<br />
2005).<br />
Kesadaran wajib pajak dapat<br />
dilihat dari kesungguhan dan<br />
keinginan wajib pajak untuk<br />
memenuhi kewajiban pajaknya yang<br />
ditunjukkan dalam pemahaman wajib<br />
pajak terhadap fungsi pajak dan<br />
kesungguhan wajib pajak dalam<br />
membayar dan melaporkan pajak.<br />
Dalam upaya mencapai target pajak,<br />
138 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
perlu ditumbuhkan secara terus<br />
menerus kesadaran dan kepatuhan<br />
wajib pajak yang merupakan faktor<br />
penting bagi peningkatan penerimaan<br />
pajak oleh karena itu perlu secara<br />
intensif dikaji tentang faktor-faktor<br />
yang mempengaruhi kepatuhan wajib<br />
pajak dalam membayar pajak,<br />
khususnya PKB. Semakin tinggi<br />
tingkat kepatuhan wajib pajak,<br />
semakin tinggi pula tingkat<br />
keberhasilan perpajakan (Yadnyana,<br />
2010). Kesadaran wajib pajak<br />
khususnya wajib pajak PKB masih<br />
sangat rendah, hal ini dapat dilihat<br />
dari adanya tunggakan dan denda<br />
yang cukup besar pada Kantor<br />
Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />
Peredaran jumlah kendaraan<br />
semakin meningkat dari tahun<br />
ketahun, dengan semakin tingginya<br />
jumlah kendaraan bermotor yang<br />
beredar di Kota <strong>Denpasar</strong><br />
menyebabkan jumlah Wajib Pajak<br />
Kendaraan Bermotor semakin<br />
meningkat. Faktor yang memicu<br />
meningkatnya jumlah kendaraan<br />
bermotor adalah tingginya daya beli<br />
masyarakat, kebutuhan masyarakat<br />
terhadap alat transportasi, serta<br />
adanya kemudahan dalam proses<br />
untuk memiliki kendaraan bermotor.<br />
Dengan semakin tingginya jumlah<br />
kendaraan bermotor yang beredar,<br />
maka penerimaan pemerintah yang<br />
bersumber dari pajak khususnya<br />
Pajak Kendaraan Bermotor seharusnya<br />
juga akan mengalami peningkatan.<br />
Persentase tingkat kepatuhan diatas<br />
dihitung dengan membandingkan<br />
jumlah kendaraan bermotor yang<br />
ter<strong>daftar</strong> pada tahun yang<br />
bersangkutan dibandingkan dengan<br />
jumlah Wajib Pajak yang membayar<br />
pada tahun bersangkutan. Pada tahun<br />
2007 tingkat kepatuhan Wajib Pajak<br />
dalam membayar Pajak Kendaraan<br />
Bermotor sebesar 77,65 % dan di<br />
tahun 2008 mengalami penurunan<br />
menjadi 77,03 % tahun 2009<br />
mengalami peningkatan menjadi 77,30<br />
% di tahun 2010 kembali lagi<br />
mengalami penurunan menjadi 76,60<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
% dan di tahun 2011 kembali<br />
mengalami peningkatan menjadi 81,96<br />
%. Mengingat kepatuhan Wajib Pajak<br />
merupakan faktor penting bagi<br />
peningkatan penerimaan pajak, maka<br />
perlu secara intensif dikaji tentang<br />
faktor-faktor yang mempengaruhi<br />
kepatuhan Wajib Pajak. Faktor-faktor<br />
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib<br />
Pajak, diantaranya adalah kewajiban<br />
moral Wajib Pajak, kualitas pelayanan,<br />
serta sanksi perpajakan.<br />
Kewajiban moral adalah moral<br />
individu yang dimiliki oleh seseorang,<br />
namun kemungkinan tidak dimiliki<br />
oleh orang lain (Handayani, 2009:05).<br />
Individu yang dimaksud dalam hal ini<br />
adalah wajib pajak seperti misalnya<br />
etika, prinsip hidup, perasaan<br />
bersalah yang nantinya dikaitkan<br />
dengan pemenuhan kewajiban<br />
perpajakan dalam hal ini untuk<br />
kepatuhan wajib pajak dalam<br />
membayar PKB.<br />
Pelayanan adalah suatu proses<br />
bantuan kepada orang lain dengan<br />
cara-cara tertentu memerlukan<br />
kepekaan hubungan interpersonal<br />
agar tercipta kepuasan dan<br />
keberhasilan (Boediono, 2003:60).<br />
Pemberian pelayanan yang berkualitas<br />
dapat meningkatkan kepatuhan wajib<br />
pajak dalam membayar pajak secara<br />
sukarela. Adanya perasaan puas atas<br />
pelayanan yang diberikan diharapkan<br />
akan memicu perilaku masyarakat<br />
yang menganggap bahwa membayar<br />
pajak bukan merupakan paksaan lagi,<br />
sehingga timbul motivasi dan<br />
kesadaran bagi wajib pajak untuk<br />
melaksanakan kewajiban perpajakan<br />
yang pada akhirnya meningkatkan<br />
pendapatan asli daerah. Kantor<br />
Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />
merupakan ujung tombak pelayanan<br />
PKB Kota <strong>Denpasar</strong> karena pada<br />
instansi inilah para wajib pajak PKB<br />
Kota <strong>Denpasar</strong> melakukan<br />
pembayaran pajak kendaraan<br />
bermotornya, sehingga instansi ini<br />
seharusnya terus memberikan<br />
pelayanan publik yang berkualitas.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
139
Faktor lainnya yang<br />
mempengaruhi peningkatan<br />
kepatuhan wajib pajak adalah persepsi<br />
wajib pajak tentang sanksi perpajakan.<br />
Ali (2006) menyatakan bahwa audit<br />
dan sanksi merupakan kebijakan yang<br />
efektif untuk mencegah<br />
ketidakpatuhan. Dalam rangka untuk<br />
memajukan keadilan dan efektivitas<br />
sistem pajak, sanksi harus cukup<br />
tegas untuk mencegah<br />
ketidakpatuhan, mendorong wajib<br />
pajak untuk patuh dalam memenuhi<br />
kewajiban perpajakannya, harus lebih<br />
obyektif proporsional, dan digunakan<br />
untuk mendidik wajib pajak dan<br />
mendorong kepatuhan wajib pajak di<br />
masa depan. Dari sudut pandang<br />
penegakan hukum, masih banyak para<br />
pelanggar hukum di bidang<br />
perpajakan yang tidak mendapatkan<br />
sanksi yang memadai sesuai dengan<br />
ketentuan perpajakan yang berlaku<br />
(Setiyaji, 2005).<br />
Doran (2009) menyatakan bahwa<br />
hubungan antara sanksi perpajakan<br />
dan kepatuhan pajak murni<br />
merupakan hubungan yang<br />
instrumental, dimana fungsi dari<br />
sanksi pajak semata-mata untuk<br />
meningkatkan kepatuhan pajak. Wajib<br />
pajak akan memenuhi kewajiban<br />
perpajakannya bila memandang bahwa<br />
sanksi perpajakan akan lebih banyak<br />
merugikan (Nugroho, 2006). Doran<br />
(2009) juga menyatakan bahwa wajib<br />
pajak memenuhi kewajiban pajaknya<br />
untuk menghindari sanksi pajak<br />
(seperti sanksi administrasi dan sanksi<br />
pidana) dimana diperkirakan biaya<br />
yang dikeluarkan akibat sanksi<br />
tersebut lebih besar dibandingkan<br />
kepatuhan untuk membayar pajak.<br />
Berdasarkan latar uraian diatas, maka<br />
pokok permasalahan dalam penelitian<br />
ini adalah apakah kewajiban moral,<br />
kualitas pelayanan dan sanksi<br />
perpajakan berpengaruh terhadap<br />
kepatuhan wajib pajak dalam<br />
membayar Pajak Kendaraan Bermotor<br />
(PKB) di Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong>?.<br />
II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Defin<strong>isi</strong> Pajak Kendaraan Bermotor<br />
menurut Undang-undang Nomor 28<br />
Tahun 2009 (Fitriandi, 2010:389)<br />
adalah pajak atas kepemilikan<br />
dan/atau penguasaan kendaraan<br />
bermotor. Undang-undang Nomor 28<br />
Tahun 2009 menjelaskan beberapa hal<br />
penting berikut ini:<br />
1) Pasal 1 butir 13 bahwa Kendaraan<br />
bermotor adalah semua kendaraan<br />
beroda beserta gandengannya yang<br />
digunakan di semua jenis jalan<br />
darat dan digerakkan oleh<br />
peralatan teknik berupa motor<br />
atau peralatan lainnya yang<br />
berfungsi untuk mengubah suatu<br />
sumber daya energi tertentu<br />
menjadi tenaga gerak kendaraan<br />
bermotor yang bersangkutan,<br />
termasuk alat-alat berat dan alatalat<br />
besar yang dalam operasinya<br />
menggunakan roda dan motor dan<br />
tidak melekat secara permanen,<br />
serta kendaraan bermotor yang<br />
dioperasikan di air.<br />
2) Pasal 3 butir 1 bahwa Obyek Pajak<br />
Kendaraan Bermotor adalah<br />
kepemilikan dan/atau penguasaan<br />
kendaraan bermotor.<br />
3) Pasal 3 butir 2, termasuk dalam<br />
pengertian Kendaraan Bermotor<br />
sebagaimana dimaksud pada ayat<br />
(1) adalah kendaraan bermotor<br />
beroda beserta gandengannya,<br />
yang dioperasikan di semua jenis<br />
jalan darat dan kendaraan<br />
bermotor yang dioperasikan di air<br />
dengan ukuran <strong>isi</strong> kotor Lima<br />
Gross Tonnage (GT5) sampai<br />
dengan Tujuh Gross Tonnage<br />
(GT7).<br />
4) Pasal 3 butir 3 bahwa dikecualikan<br />
dari pengertian Kendaraan<br />
Bermotor sebagaimana dimaksud<br />
pada ayat (2) sebagai berikut:<br />
a) Kereta api<br />
b) Kendaraan Bermotor yang<br />
semata-mata digunakan untuk<br />
keperluan pertahanan dan<br />
keamanan negara<br />
140 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
c) Kendaraan Bermotor yang<br />
dimiliki dan/atau dikuasai<br />
kedutaan, konsulat,<br />
perwakilan negara asing dan<br />
asas timbal balik dan lembagalembaga<br />
internasional yang<br />
memperoleh fasilitas<br />
pembebasan pajak dari<br />
pemerintah<br />
d) Obyek Pajak lainnya yang<br />
diatur dengan Peraturan<br />
Daerah.<br />
5) Pasal 4 butir 1 bahwa Subyek<br />
Pajak Kendaraan Bermotor adalah<br />
orang pribadi atau badan yang<br />
memiliki dan/atau menguasai<br />
kendaraan bermotor.<br />
6) Pasal 4 butir 2 bahwa Wajib Pajak<br />
Kendaraan Bermotor adalah orang<br />
pribadi atau badan yang memiliki<br />
kendaraan bermotor.<br />
2.2 Obyek Dan Subyek Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Obyek Pajak Kendaraan Bermotor<br />
(PKB) menurut Peraturan Gubernur<br />
Bali Nomor 28 Tahun 2005 Bab II<br />
pasal 3 dan 4, menyebutkan obyek<br />
PKB adalah pemilik dan atau<br />
penguasaan kendaraan bermotor.<br />
Dikecualikan dari obyek pajak:<br />
1) Kendaraan bermotor Pemerintah<br />
Pusat, Pemerintah Daerah,<br />
Pemerintah Kota/Kota, Pemerintah<br />
Kecamatan dan Pemerintah Desa<br />
atau Pemerintah Kelurahan.<br />
2) Kendaraan bermotor Kedaulatan,<br />
Konsulat Perwakilan Negara Asing,<br />
dan Perwakilan Lembaga-lembaga<br />
Internasional dengan asas timbal<br />
balik sebagaimana berlaku untuk<br />
pajak negara.<br />
3) Kendaraan bermotor wisata<br />
mancanegara yang berada di<br />
wilayah Propinsi Bali untuk jangka<br />
waktu 60 hari berturut-turut.<br />
4) Kendaraan bermotor yang<br />
digunakan sebagai pemadam<br />
kebakaran.<br />
5) Kendaraan bermotor yang disegel<br />
atau d<strong>isi</strong>ta oleh Negara atau<br />
tersangkut perkara pidana.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Menurut Peraturan Gubernur Bali<br />
Nomor 28 Tahun 2005, Pasal 5,<br />
menyebutkan Subyek Pajak<br />
Kendaraan Bermotor adalah:<br />
1) Subyek Pajak Kendaraan Bermotor<br />
adalah orang pribadi atau badan<br />
yang memiliki dan atau menguasai<br />
kendaraan bermotor.<br />
2) Wajib Pajak adalah orang pribadi<br />
atau badan yang memiliki<br />
kendaraan bermotor.<br />
3) Yang bertanggung jawab atas<br />
pembayaran pajak adalah:<br />
a) Untuk orang pribadi adalah<br />
oang yang bersangkutan,<br />
kuasanya atau ahli warisnya.<br />
b) Untuk Badan adalah penguasa<br />
atau kuasanya.<br />
2.3 Pajak Kendaraan Bermotor dan<br />
Sanksi PKB<br />
Dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan<br />
Pemerintah No. 65 Tahun 2001<br />
disebutkan bahwa:<br />
1) Kendaraan bermotor adalah semua<br />
kendaraan beroda dua atau lebih<br />
beserta gandengannya yang<br />
digunakan di semua jalan darat<br />
dan digerakkan oleh peralatan<br />
teknik berupa motor atau<br />
peralatan lainnya yang berfungsi<br />
untuk mengubah suatu sumber<br />
daya energi tertentu menjadi<br />
tenaga gerak kendaraan bermotor<br />
yang bersangkutan, termasuk alatalat<br />
berat, alat-alat besar yang<br />
bergerak.<br />
2) Pajak kendaraan bermotor adalah<br />
pajak yang dipungut atas<br />
kepemilikan kendaraan bermotor<br />
dan atau penguasaan kendaraan<br />
bermotor.<br />
3) Subyek pajak kendaraan bermotor<br />
adalah orang pribadi atau badan<br />
yang memiliki dan/atau<br />
menguasai kendaraan bermotor.<br />
4) Wajib pajak kendaraan bermotor<br />
adalah orang pribadi atau badan<br />
yang memiliki kendaraan<br />
bermotor.<br />
5) Obyek pajak kendaraan bermotor<br />
adalah kepemilikan dan/atau<br />
penguasaan kendaraan bermotor.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
141
6) Dikecualikan sebagai obyek pajak<br />
kendaraan bermotor adalah<br />
kepemilikan dan/atau penguasaan<br />
kendaraan bermotor sebagai<br />
berikut:<br />
a) Pemerintah pusat dan<br />
pemerintah daerah<br />
b) Kedutaan, konsulat,<br />
perwakilan Negara asing, dan<br />
perwakilan lembaga-lembaga<br />
internasional dengan asas<br />
timbale balik.<br />
c) Subyek pajak lainnya yang<br />
diatur dengan peraturan<br />
daerah<br />
Adapun persyaratan untuk<br />
membayar pajak kendaraan bermotor<br />
adalah:<br />
a) Meng<strong>isi</strong> formulir Surat<br />
Pen<strong>daftar</strong>an dan Pendataan<br />
Kendaraan Bermotor (SPPKB)<br />
yang sekaligus berfungsi<br />
sebagai pernyataan tidak<br />
terjadi perubahan spesifikasi<br />
kendaraan bermotor.<br />
b) Surat Tanda Kendaraan<br />
Bermotor (STNK) asli<br />
c) Bukti Pemilikan Kendaraan<br />
Bermotor (BPKB) asli<br />
d) Bukti pelunasan PKB/ Bea<br />
Balik Nama Kendaraan<br />
Bemotor (BBNKB)<br />
Sanksi PKB diatur dalam<br />
Peraturan Daerah (Perda) Propinsi<br />
Daerah Tingkat I Bali Nomor 28 Tahun<br />
2005 Pasal 15 ayat 2. Peraturan ini<br />
menyebutkan bahwa wajib pajak yang<br />
tidak memenuhi kewajiban<br />
perpajakannya dikenakan sanksi<br />
administrasi berupa bunga sebesar 2<br />
persen sebulan dari pajak yang tidak<br />
atau terlambat dibayar untuk jangka<br />
waktu paling lama 24 bulan atas pajak<br />
yang tidak atau terlambat dibayar.<br />
2.4 Masa Pajak, Tarif Pajak<br />
Kendaraan Bermotor dan Surat<br />
Pemberitahuan Pajak Daerah<br />
(SPTPD)<br />
Adapun ketentuan mengenai masa<br />
Pajak Kendaraan Bemotor menurut<br />
Perda Propinsi Bali No. 1 Tahun 2004<br />
tentang Pajak Kendaraan Bermotor<br />
dalam Pasal 11 yang berbunyi:<br />
a) Masa pajak adalah 12 (dua<br />
belas) bulan berturut-turut yang<br />
merupakan tahun pajak dimulai<br />
dari saat pen<strong>daftar</strong>an<br />
kendaraan bermotor.<br />
b) Pajak yang karena suatu dan<br />
lain hal masa pajaknya tidak<br />
sampai 12 (dua belas) bulan<br />
maka dapat dilakukan restitusi.<br />
c) Bagian dari bulan yang<br />
melebihi 15 (lima belas) hari<br />
dihitung satu bulan penuh.<br />
Tarif pajak yang berlaku pada<br />
Pajak Kendaraan Bermotor adalah tarif<br />
sebanding/proporsional yaitu suatu<br />
tarif berupa persentase yang tetap<br />
terhadap berapapun jumlah yang<br />
dikenakan pajak sehingga besarnya<br />
pajak yang terutang proporsional<br />
terhadap nilai yang dikenakan pajak.<br />
Peraturan Gubernur Bali Nomor 31<br />
Tahun 2006 menyatakan bahwa<br />
perhitungan dasar pengenaan Pajak<br />
Kendaraan Bermotor berdasarkan<br />
perkalian nilai jual kendaraan<br />
bermotor dan bobot yang<br />
mencerminkan serta relatif kadar<br />
kerusakan jalan dan pencemaran<br />
lingkungan akibat penggunaan<br />
kendaraan bermotor. Bobot untuk<br />
menghitung dasar pengenaan Pajak<br />
Kendaraan Bermotor dihitung<br />
berdasarkan faktor-faktor yang<br />
meliputi:<br />
a) Tekanan gandar<br />
b) Jenis bahan bakar kendaraan<br />
bermotor<br />
c) Jenis, penggunaan, tahun<br />
pembuatan, dan ciri-ciri mesin<br />
dari kendaraan bermotor.<br />
Bobot sebagaimana dimaksud<br />
pada ayat (1) ditetapkan sebagai<br />
berikut:<br />
a) Sedan, Sedan Station, Jeep,<br />
Station Wegon, Minibus, Microbus,<br />
Bus, Sepeda Motor, dan sejenisnya<br />
serta alat-alat berat dan alat-alat<br />
besar, sebesar 1,00.<br />
b) Mobil Barang/ Beban, sebesar<br />
1,30.<br />
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan<br />
Bermotor untuk kendaraan umum<br />
ditetapkan 40 persen (empat puluh<br />
142 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
persen) sampai 60 persen (enam puluh<br />
persen) dari dasar pengenaan PKB.<br />
SPTPD dalam peraturan Gubernur<br />
Bali Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 12<br />
disebutkan bahwa:<br />
a) Setiap wajib pajak meng<strong>isi</strong> SPTPD.<br />
b) SPTPD harus di<strong>isi</strong> dengan jelas,<br />
benar dan lengkap serta<br />
ditandatangani oleh wajib pajak<br />
atau orang yang diberi kuasa<br />
olehnya.<br />
c) SPTPD disampaikan ke Dinas<br />
Pendapatan paling lama:<br />
(1) 14 (empat belas) hari sejak<br />
pemilikan untuk kendaraan<br />
bermotor baru, mutasi di<br />
daerah<br />
(2) Untuk kendaraan bukan baru<br />
sampai dengan tanggal<br />
berakhir masa pajak<br />
(3) 30 (tiga puluh) hari sejak<br />
tanggal fiskal antara daerah<br />
bagi kendaraan bermotor yang<br />
pindah dari luar daerah<br />
d) Apabila terjadi perubahan atas<br />
kendaraan bermotor dalam<br />
masa pajak baik perubahan<br />
bentuk, fungsi, maupun<br />
penggantian mesin suatu<br />
kendaraan bermotor, wajib<br />
dilaporkan dengan<br />
menggunakan SPTPD.<br />
Pasal 13 peraturan Gubernur Bali<br />
Nomor 28 Tahun 2005 menyebutkan<br />
bahwa SPTPD sebagaimana dimuat<br />
dalam pasal 12 ayat (1) ini sekurangkurangnya<br />
memuat:<br />
1) Nama dan alamat lengkap<br />
pemilik<br />
2) Jenis, merek, <strong>isi</strong> silinder,<br />
tahun pembuatan, warna,<br />
nomor rangka, dan nomor<br />
mesin<br />
3) Gandengan dan jumlah sumbu<br />
4) Bentuk, <strong>isi</strong>, kualitas, dan<br />
ukuran SPTPD ditetapkan oleh<br />
gubernur.<br />
2.3 Kewajiban Moral<br />
2.3.1 Pengertian Kewajiban Moral<br />
Menurut Kamus Besar Bahasa<br />
Indonesia, moral adalah integritas dan<br />
martabat pribadi yang dimiliki<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
manusia. Dalam Mustikasari (2007)<br />
kewajiban moral merupakan norma<br />
individu yang dipunyai oleh seseorang<br />
namun tidak dimiliki oleh orang lain.<br />
Sedangkan moral adalah<br />
perbuatan/ucapan/tindakan<br />
seseorang yang terkait dengan nilainilai<br />
baik dan buruk. Kewajiban<br />
adalah sesuatu yang harus dilakukan,<br />
oleh karena itu kewajiban moral<br />
adalah perbuatan atau tindakan yang<br />
harus dilaksanakan oleh seseorang<br />
sesuai dengan rasa yang berlaku di<br />
masyarakat.<br />
Wajib Pajak memiliki kewajiban<br />
moral yang sesuai dengan nilai rasa<br />
yang berlaku di masyarakat, maka<br />
wajib akan melakukan tindakan sesuai<br />
dengan peraturan yang ada seperti<br />
membayar pajak, oleh karena itu jika<br />
masyarakat memiliki kewajiban moral<br />
yang besar maka tingkat kepatuhan<br />
penyelesaian kewajiban perpajakannya<br />
juga besar sehingga keinginan<br />
melaporkan Surat Pemberitahuan<br />
(SPT) juga besar. Menurut Mustikasari<br />
(2007) indikator kewajiban moral<br />
adalah sebagai berikut:<br />
1) Melanggar etika<br />
Dalam pemenuhan kewajiban<br />
perpajakannya, wajib pajak<br />
merasa melanggar etika yang telah<br />
ada, jika tidak memenuhi<br />
kewajiban perpajakannya<br />
merupakan sesuatu yang wajib<br />
dilakukan.<br />
2) Perasaan bersalah<br />
Dalam memenuhi kewajiban<br />
perpajakannya wajib pajak<br />
dituntut untuk jujur dalam<br />
mernghitung pajak terutangnya<br />
dengan benar dan melaporkan SPT<br />
secara tepat waktu serta<br />
memenuhi semua kewajiban<br />
pajaknya. Sehingga jika wajib<br />
pajak tidak memenuhi hal tersebut<br />
maka wajib pajak akan memiliki<br />
perasaan bersalah pada dirinya.<br />
3) Prinsip hidup<br />
Tiap wajib pajak memiliki prinsip<br />
hidup yang berbeda-beda, ada<br />
wajib pajak yang memiliki prinsip<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
143
144<br />
hidup bahwa pajak merupakan hal<br />
yang tidak penting untuk dirinya.<br />
2.4 Kualitas Pelayanan<br />
Menurut Supadmi (2009:217)<br />
secara sederhana kualitas adalah<br />
suatu kond<strong>isi</strong> dinamis yang<br />
berhubungan dengan produk, jasa<br />
manusia, proses, dan lingkungan yang<br />
memenuhi atau melebihi harapan<br />
pihak yang menginginkannya. Wiyono<br />
(2006) menyatakan kualitas adalah<br />
keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik<br />
dari suatu produk atau jasa<br />
menyangkut kemampuan untuk<br />
memenuhi kebutuhan-kebutuhan<br />
yang telah ditentukan atau yang telah<br />
bersifat laten.<br />
Kualitas pelayanan merupakan<br />
suatu sikap atau pertimbangan global<br />
tentang keuangan dari suatu<br />
pelayanan (Adi, 2009). Menurut Gap<br />
theory yang diusulkan oleh<br />
Parasuraman, dkk (2006), bahwa<br />
kualitas pelayanan merupakan<br />
perbandingan antara harapan yang<br />
diinginkan oleh pelanggan dengan<br />
penilaian mereka terhadap kinerja<br />
aktual dari suatu penyediaan layanan.<br />
Kualitas pelayanan yang baik akan<br />
mendorong seseorang untuk<br />
memenuhi kewajibannya membayar<br />
pajak.<br />
Tiptono (2002: 70) menyatakan<br />
bahwa adanya lima dimensi yang<br />
dapat digunakan untuk mengevaluasi<br />
kualitas jasa pelayanan, yaitu.<br />
1) Keandalan merupakan<br />
kemampuan para petugas pajak<br />
dalam memberikan pelayanan<br />
yang menjanjikan dengan segera<br />
dan memuaskan. Keandalan dapat<br />
diimplementasikan dari<br />
kemudahan para Wajib Pajak<br />
dalam memperoleh formulirformulir<br />
dalam melakukan<br />
kewajiban perpajakan, seperti<br />
Surat Pemberitahuan Terhutang<br />
(SPT).<br />
2) Daya tanggap merupakan<br />
karakteristik kecocokan dalam<br />
pelayanan manusia yaitu<br />
keinginan para petugas pajak<br />
untuk membantu Wajib Pajak dan<br />
memberikan pelayanan dengan<br />
tanggap. Daya tanggap dapat<br />
diimplementasikan dari<br />
kemudahan Wajib Pajak dalam<br />
memperoleh penyuluhan atau<br />
bimbingan perpajakan dari<br />
petugas pajak.<br />
3) Jaminan, yaitu mencakup<br />
kemampuan, kesopanan, dan sifat<br />
dapat dipercaya yang dimiiliki oleh<br />
petugas pajak bebas dari r<strong>isi</strong>ko,<br />
bahaya atau keragu-raguan.<br />
Jaminan dapat diimplementasikan<br />
dari sikap yang ditunjukkan oleh<br />
petugas pajak.<br />
4) Empati, yaitu meliputi kemudahan<br />
petugas pajak dalam melakukan<br />
hubungan komunikasi yang baik<br />
dan memahami para Wajib Pajak.<br />
Empati dapat diimplementasikan<br />
dari sikap yang ditunjukan oleh<br />
petugas pajak.<br />
5) Bukti langsung, yaitu meliputi<br />
fasilitas f<strong>isi</strong>k, pegawai,<br />
perlengkapan, dan komunikasi.<br />
Bukti langsung tersebut dapat<br />
diimplementasikan dari<br />
kenyamanan Wajib Pajak dengan<br />
fasilitas pada kantor pajak.<br />
2.5 Sanksi Perpajakan<br />
Menurut Mardiasmo (2009:47),<br />
sanksi perpajakan merupakan<br />
jaminan bahwa ketentuan peraturan<br />
perundang-undangan perpajakan<br />
(norma perpajakan) akan<br />
dituruti/dipatuhi, dengan kata lain<br />
sanksi perpajakan merupakan alat<br />
pencegah (preventif) agar Wajib Pajak<br />
tidak melanggar norma perpajakan.<br />
Dalam Undang-undang perpajakan<br />
dikenal dua macam sanksi<br />
perpajakan, yaitu sanksi administrasi<br />
dan sanksi pidana. Sanksi<br />
administrasi merupakan pembayaran<br />
kerugian negara, khususnya yang<br />
berupa denda, bunga, dan kenaikan.<br />
Sanksi pidana merupakan sanksi<br />
berupa siksaan atau penderitaan.<br />
Sanksi merupakan suatu alat terakhir<br />
atau benteng hukum yang digunakan<br />
fiskus agar norma perpajakan<br />
dipatuhi. Sanksi perpajakan<br />
dikenakan kepada wajib pajak yang<br />
Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
tidak patuh dalam memenuhi<br />
kewajiban perpajakannya.<br />
Doran (2009) dalam penelitiannya<br />
menyebutkan bahwa hubungan antara<br />
sanksi perpajakan dan kepatuhan<br />
pajak murni merupakan hubungan<br />
yang instrumental, dimana fungsi dari<br />
sanksi pajak semata-mata untuk<br />
meningkatkan kepatuhan pajak.<br />
Menurut James (2004), tujuan utama<br />
dari adanya perpajakan adalah lebih<br />
kepada untuk meningkatkan<br />
penerimaan negara bukan untuk<br />
memberatkan warganya. Wajib Pajak<br />
akan memenuhi kewajiban<br />
perpajakannya bila memandang bahwa<br />
sanksi perpajakan akan lebih banyak<br />
merugikannya (Nugroho, 2006). Doran<br />
(2009) juga mengatakan, bahwa Wajib<br />
Pajak memenuhi kewajiban pajaknya<br />
untuk menghindari sanksi pajak<br />
(seperti sanksi administrasi dan sanksi<br />
pidana) dimana diperkirakan biaya<br />
yang dikeluarkan akibat sanksi<br />
tersebut lebih besar dibandingkan<br />
kepatuhan untuk membayar pajak.<br />
Pandangan tentang sanksi<br />
perpajakan tersebut diukur dengan<br />
indikator sebagai berikut (Yadnyana,<br />
2010).<br />
1) Sanksi administratif yang<br />
dikenakan bagi pelanggar aturan<br />
pajak cukup berat.<br />
2) Sanksi pidana yang dikenakan bagi<br />
pelanggar aturan pajak cukup<br />
berat.<br />
3) Pengenaan sanksi yang cukup berat<br />
merupakan salah satu sarana<br />
untuk mendidik Wajib Pajak.<br />
4) Sanksi pajak harus dikenakan<br />
kepada pelanggarnya tanpa<br />
terkecuali.<br />
5) Pengenaan sanksi atau pelanggaran<br />
pajak dapat dinegosiasikan.<br />
2.6 Kepatuhan Perpajakan Wajib<br />
Pajak PKB<br />
Kepatuhan menurut Kamus<br />
Umum Bahasa Indonesia berarti<br />
tunduk atau patuh pada ajaran atau<br />
aturan (Badudu dan Zain, 1995).<br />
Kepatuhan perpajakan didefin<strong>isi</strong>kan<br />
sebagai suatu keadaan dimana wajib<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
pajak memenuhi semua kewajiban<br />
perpajakan dan melaksanakan hak<br />
perpajakannya. Dalam hubungannya<br />
dengan kepatuhan wajib pajak maka<br />
pengertian kepatuhan atas<br />
pemenuhan kewajiban pajak<br />
kendaraan bermotor adalah suatu<br />
ketaatan untuk melakukan ketentuanketentuan<br />
atau aturan-aturan<br />
perpajakan khususnya Pajak<br />
Kendaraan Bermotor seperti yang telah<br />
digariskan dalam Undang-undang<br />
Nomor 28 Tahun 2009 dan Peraturan<br />
Daerah Propinsi Bali Nomor 28 Tahun<br />
2005 yang wajib dan harus<br />
dilaksanakan oleh wajib pajak.<br />
Kepatuhan perpajakan yang<br />
dikemukakan oleh Nowak sebagai<br />
suatu iklim kepatuhan dan kesadaran<br />
pemenuhan kewajiban perpajakan<br />
tercermin dalam situasi (Devano,<br />
2006:110) sebagai berikut.<br />
1) Wajib Pajak paham atau berusaha<br />
untuk memahami semua<br />
ketentuan peraturan perundangundangan<br />
perpajakan.<br />
2) Meng<strong>isi</strong> formulir pajak dengan<br />
lengkap dan jelas.<br />
3) Menghitung jumlah pajak yang<br />
terutang dengan benar.<br />
4) Membayar pajak yang terutang<br />
tepat pada waktunya.<br />
Kepatuhan pemenuhan kewajiban<br />
perpajakan bagi wajib pajak<br />
kendaraan bermotor menurut<br />
Peraturan Daerah Propinsi Daerah<br />
Tingkat I Bali Nomor 1 Tahun 2004<br />
adalah sebagai berikut:<br />
1) Tepat waktu dalam menyampaikan<br />
Surat Pemberitahuan Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (SPPKB),<br />
Surat Pemberitahuan Pajak<br />
Terutang Daerah (SPTPD).<br />
2) Tidak mempunyai tunggakan<br />
pajak untuk Pajak Kendaraan<br />
Bermotor (PKB) dan Bea Balik<br />
Nama Kendaraan Bermotor<br />
(BBNKB).<br />
3) Tidak pernah dijatuhi hukuman<br />
karena melakukan tindakan<br />
pidana dibidang perpajakan dalam<br />
jangka waktu 10 tahun terakhir.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
145
2.7 Hipotesis Penelitian<br />
2.7.1 Pengaruh Kewajiban Moral<br />
pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Kewajiban moral merupakan moral<br />
individu yang dimiliki seseorang yang<br />
kemungkinan tidak dimiliki oleh orang<br />
lain, dalam hal ini adalah Wajib Pajak<br />
PKB. Seperti misalnya etika, prinsip<br />
hidup, perasaan bersalah yang<br />
nantinya dikaitkan dengan<br />
pemenuhan kewajiban perpajakan<br />
dalam hal ini untuk kepatuhan<br />
pelaporan Wajib Pajak PKB. Dengan<br />
moral yang sehat dan kejujuran yang<br />
terbebas dari pengaruh negatif, Wajib<br />
Pajak dapat memenuhi kewajiban<br />
dalam perpajakan (Handayani, 2009).<br />
Tingkat kepatuhan pajak akan<br />
menjadi lebih tinggi ketika Wajib Pajak<br />
memiliki kewajiban moral yang lebih<br />
kuat (Ho, 2009). Berdasarkan uraian<br />
diatas maka hipotesis yang<br />
dikembangkan adalah:<br />
H1: Kewajiban moral berpengaruh<br />
positif terhadap kepatuhan wajib<br />
pajak dalam membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di<br />
Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong>.<br />
2.7.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan<br />
pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Meningkatkan kepatuhan Wajib<br />
Pajak dapat dilakukan melalui<br />
peningkatan kualitas pelayanan<br />
(Danuta, 2009). Pelayanan yang baik<br />
menyebabkan kepatuhan Wajib Pajak<br />
meningkat (Suryadi, 2006). Pelayanan<br />
adalah suatu proses bantuan kepada<br />
orang lain dengan cara-cara tertentu<br />
yang memerlukan kepekaan dan<br />
hubungan interpersonal agar<br />
terciptanya kepuasan dan<br />
keberhasilan. Pelayanan kepada<br />
pelanggan di katakan bermutu apabila<br />
memenuhi atau melebihi harapan<br />
pelanggan atau semakin kecil<br />
kesenjangan antara pemenuhan janji<br />
dengan harapan pelanggan adalah<br />
semakin mendekati ukuran bermutu.<br />
Menyediakan jasa secara konsisten<br />
kepada pelanggan adalah pelayanan<br />
bermutu. pelayanan yang berkualitas<br />
harus dapat memberikan keamanan,<br />
kenyamanan, kelancaran, dan<br />
kepastian hukum kepada pelanggan<br />
(Yadnyana, 2010). Jika kualitas<br />
pelayanan meningkat maka akan<br />
berdampak pada kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam memenuhi kewajiban<br />
perpajakan (Suryadi, 2006).<br />
Berdasarkan uraian diatas maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H2: Kualitas pelayanan Kantor<br />
Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />
bepengaruh positif terhadap<br />
kepatuhan wajib pajak dalam<br />
membayar Pajak Kendaraan<br />
Bermotor (PKB) di Kantor<br />
Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />
2.7.3 Pengaruh Sanksi Perpajakan<br />
padaTingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Sanksi adalah hukuman negatif<br />
kepada orang yang melanggar<br />
peraturan, dan denda adalah<br />
hukuman dengan cara membayar<br />
uang karena melanggar peraturan dan<br />
hukum yang berlaku, sehingga dapat<br />
dikatakan bahwa sanksi denda adalah<br />
hukuman negatif kepada orang yang<br />
melanggar peraturan dengan cara<br />
membayar uang. Undang-undang dan<br />
peraturan secara garis besar ber<strong>isi</strong>kan<br />
hak dan kewajiban, tindakan yang<br />
diperkenankan dan tidak<br />
diperkenankan oleh masyarakat. Agar<br />
undang-undang dan peraturan<br />
tersebut dipatuhi, maka harus ada<br />
sanksi bagi pelanggarnya, demikian<br />
halnya untuk hukum pajak. Undangundang<br />
pajak dan peraturan<br />
pelaksanaannya tidak memuat jenis<br />
penghargaan bagi WP yang taat dalam<br />
melaksanakan kewajiban perpajakan<br />
baik berupa prioritas untuk<br />
mendapatkan pelayanan publik<br />
ataupun piagam penghargaan.<br />
Walaupun WP tidak mendapatkan<br />
penghargaan atas kepatuhannya<br />
dalam melaksanakan kewajiban<br />
perpajakan, WP akan dikenakan<br />
146 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
anyak hukuman apabila alfa atau<br />
sengaja tidak melaksanakan kewajiban<br />
perpajakannya.<br />
WP akan mematuhi pembayaran<br />
pajak bila memandang sanksi denda<br />
akan lebih banyak merugikannya.<br />
Semakin banyak sisa tunggakan pajak<br />
yang harus dibayar WP, maka akan<br />
semakin berat bagi WP untuk<br />
melunasinya. Oleh sebab itu sikap<br />
atau pandangan WP terhadap sanksi<br />
denda diduga akan berpengaruh<br />
terhadap tingkat kepatuhan WP dalam<br />
membayar pajak. Hal ini sangat<br />
relevan jika digunakan sebagai<br />
variabel bebas dalam penelitian ini.<br />
Bukti empiris seperti penelitian<br />
Purnomo (2008), telah menunjukkan<br />
bahwa sikap wajib pajak terhadap<br />
sanksi berpengaruh positif terhadap<br />
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan<br />
uraian diatas maka hipotesis yang<br />
dikembangkan adalah:<br />
H3: Sanksi perpajakan berpengaruh<br />
positif terhadap kepatuhan wajib<br />
pajak dalam membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di<br />
Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong>.<br />
III. METODE PENELITIAN<br />
3.1 Metode Penentuan Sampel<br />
Populasi dalam penelitian ini<br />
adalah Wajib Pajak PKB yang ter<strong>daftar</strong><br />
di Kantor Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />
per Mei 2011. Minimal wajib pajak<br />
yang ter<strong>daftar</strong> sejak Januari 2009<br />
yaitu sejumlah 609.525 orang wajib<br />
pajak. Metode penentuan sampel yang<br />
digunakan dalam penelitian ini adalah<br />
metode accsidental sampling, yaitu<br />
teknik penentuan sampel berdasarkan<br />
kebetulan, yaitu siapa saja yang<br />
secara kebetulan bertemu dengan<br />
peneliti dapat digunakan sebagai<br />
sampel, bila orang yang kebetulan<br />
ditemui di pandang cocok sebagai<br />
sumber data (Sugiyono, 2009).<br />
Wajib pajak PKB yang digunakan<br />
sebagai sampel diperoleh berdasarkan<br />
perhitungan penentuan sampel<br />
dengan rumus slovin (Husein,<br />
2008:67), yaitu:<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
n = N/(1+Ne 2) .............................(1)<br />
Keterangan:<br />
n : Jumlah anggota sampel<br />
N : Jumlah anggota populasi<br />
e : Nilai kritis (batas ketelitian 0,1)<br />
Berdasarkan kriteria tersebut,<br />
jumlah sampel yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah sejumlah 100<br />
(seratus) Wajib Pajak PKB.<br />
3.2 Metode Pengumpulan Data<br />
Metode pengumpulan data yang<br />
digunakan dalam penelitian ini adalah.<br />
1) Wawancara, yaitu metode<br />
pengumpulan data dengan cara<br />
melakukan tanya jawab dengan<br />
wajib pajak maupun fiskus<br />
mengenai hal-hal terkait dengan<br />
penelitian. Data yang diperoleh<br />
melalui wawancara yaitu sejarah<br />
dan tugas masing-masing bagian<br />
di Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong> serta responden tersebut<br />
bukan orang ketiga (biro<br />
jasa/calo).<br />
2) Kuesioner yaitu metode yang<br />
digunakan untuk memperoleh<br />
data primer yang relevan dengan<br />
obyek penelitian berupa<br />
serangkaian pernyataan atau<br />
pertanyaan tertulis kepada<br />
responden untuk dijawab. Data<br />
yang diperoleh dari metode ini<br />
adalah peneliti memperoleh<br />
jawaban dari hasil peng<strong>isi</strong>an<br />
kuesioner oleh Wajib Pajak<br />
kendaraan bermotor seputaran<br />
variabel yang akan diteliti yaitu<br />
pernyataan mengenai pengaruh<br />
kewajiban moral, kualitas<br />
pelayanan dan sanksi perpajakan<br />
pada tingkat kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam membayar pajak<br />
kendaraan bermotor pada kantor<br />
Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />
3.4 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />
1) Kewajiban Moral (X1)<br />
Kewajiban moral diukur<br />
menggunakan 3 pertanyaan,<br />
dinilai dengan menggunakan skala<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
147
likert yang dimodifikasi 1-4<br />
(Irianto, 2005).<br />
2) Kualitas Pelayanan (X2)<br />
Kualitas pelayanan diukur<br />
menggunakan 2 pertanyaan,<br />
dinilai dengan skala likert yang<br />
dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />
3) Sanksi Perpajakan (X3)<br />
Sanksi perpajakan diukur<br />
menggunakan 3 pertanyaan,<br />
dinilai dengan skala likert yang<br />
dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />
4) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)<br />
Untuk mengukur kepatuhan wajib<br />
pajak dalam membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor<br />
menggunakan 6 pertanyaan,<br />
dinilai dengan skala likert yang<br />
dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />
3.5 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />
1) Uji Validitas<br />
Valid berarti instrumen tersebut<br />
dapat digunakan untuk mengukur apa<br />
yang seharusnya di ukur (Sugiyono,<br />
2009:172). Uji validitas dapat<br />
dilakukan dengan menghitung korelasi<br />
antara skor masing-masing butir<br />
pertanyaan dengan skor total. Apabila<br />
koef<strong>isi</strong>en korelasi positif dan lebih<br />
besar dari 0,3 dengan tingkat<br />
kepatuhan alpha 0,05 maka indikator<br />
tersebut dikatakan valid (Sugiyono,<br />
2009:178).<br />
2) Uji Reliabilitas<br />
Reliabel berarti seberapa besar<br />
suatu pengukuran dapat<br />
dipercaya. Instrumen yang reliabel<br />
adalah instrumen yang bila<br />
digunakan beberapa kali untuk<br />
mengukur obyek yang sama<br />
(Sugiyono, 2009:184). Suatu<br />
variabel dikatakan reliabel jika<br />
memberikan nilai cronbach alpha<br />
lebih besar dari 0,6 (Ghozali,<br />
2009).<br />
3) Uji Asumsi Klasik<br />
a) Uji Normalitas<br />
Uji ini bertujuan untuk<br />
menguji apakah dalam model<br />
regresi, variabel pengganggu<br />
atau residual memiliki<br />
distribusi normal (Ghozali,<br />
2009:147). Metode yang<br />
digunakan adalah dengan<br />
statistik Kolmogorov Smirnov.<br />
Residual berdistribusi normal<br />
apabila sig > alpha.<br />
b) Uji Multikolinearitas<br />
Uji Multikolinearitas bertujuan<br />
untuk mengetahui apakah<br />
model regresi di temukan<br />
adanya korelasi antar variabel<br />
bebas (Independen) (Ghozali,<br />
2009:95). Jika nilai tolerance<br />
lebih dari 10 persen atau VIF<br />
Kurang dari 10, maka di<br />
katakan tidak ada<br />
multikolinearitas.<br />
4) Uji Model (Goodness Of Fit)<br />
Ketepatan fungsi Regresi sample<br />
dalam menaksir nilai aktual dapat<br />
diukur dengan Goodness Of Fit-nya .<br />
Secara statistik, setidaknya ini dapat<br />
diukur dari Adjusted R 2 dan Uji<br />
Statistik F.<br />
a) Uji Adjusted R-Square<br />
Digunakan untuk mengukur<br />
seberapa besar kemampuan<br />
variabel-variabel independen<br />
dalam menerangkan variasi<br />
variabel dependen (Ghozali 2009).<br />
b) Uji statistik F-test<br />
Uji statistik F bertujuan untuk<br />
mengetahui kelayakan model<br />
regresi linear berganda sebagai<br />
alat anal<strong>isi</strong>s yang menguji<br />
pengaruh variabel independen<br />
terhadap variabel dependen. Bila<br />
nilai signifikansi
Secara parsial, pengujian hipotesis<br />
dilakukan dengan uji t-test. Menurut<br />
Ghozali (2005:84) uji statistik t pada<br />
dasarnya menunjukkan seberapa jauh<br />
pengaruh satu variabel independen<br />
secara individual dalam menerangkan<br />
variabel dependen. Apabila tingkat<br />
signifikansi < α 0,05 maka secara<br />
parsial variabel independen tersebut<br />
mempunyai pengaruh yang signifikan<br />
terhadap variabel dependen.<br />
IV HASIL PENELITIAN DAN<br />
PEMBAHASAN<br />
4.1 Hasil Uji Statistik<br />
1) Uji Validitas<br />
Berdasarkan Tabel 1 (Lampiran)<br />
menunjukkan bahwa semua nilai<br />
pearson correlation untuk masingmasing<br />
peryataan tentang kewajiban<br />
moral, kualitas pelayanan, sanksi<br />
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak<br />
PKB lebih besar dari 0,30. Hal ini<br />
berarti bahwa masing-masing<br />
pertanyaan dalam penelitian ini adalah<br />
valid.<br />
2) Uji Reliabilitas<br />
Hasil uji reliabilitas (Tabel 2)<br />
(Lampiran) menunjukkan bahwa nilai<br />
cronbach alpha>0,60, hal ini berarti<br />
bahwa instrumen yang digunakan<br />
adalah reliabel.<br />
3) Uji Asumsi Klasik<br />
a) Uji Normalitas<br />
Dari hasil uji normalitas<br />
Kolmogorov-Smirnov Test pada Tabel<br />
3 (Lampiran) menunjukkan bahwa<br />
berdasarkan nilai Sig (2-tailed),<br />
dapat dilihat bahwa Sig (2-tailed)<br />
(0,199) > dari level of significant<br />
(0,05), sehingga dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />
bahwa residual berdistribusi<br />
normal.<br />
b) Uji Multikolinearitas<br />
Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran)<br />
dapat dilihat bahwa nilai tolerance<br />
masing-masing variabel memiliki<br />
nilai VIF di bawah 10 dan nilai<br />
tolerance diatas 0,10 sehingga dapat<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa tidak terjadi<br />
hubungan multikolinearitas antar<br />
variabel bebas tersebut.<br />
4) Uji Model (Goodness Of Fit)<br />
a) Adjusted R 2<br />
Berdasarkan Tabel 5 (Lampiran)<br />
menunjukan Besarnya nilai<br />
adjusted R 2 sebesar 0,837 yang<br />
berarti variabilitas variabel<br />
dependen yang dapat dijelaskan<br />
oleh variabilitas variabel independen<br />
sebesar 83,7 %. Sedangkan sisanya<br />
16,3 % dijelaskan oleh variabel<br />
lainnya yang tidak dimasukkan<br />
dalam model regresi.<br />
b) Uji Statistik F<br />
Berdasarkan Tabel 6 (Lampiran),<br />
hasil uji menunjukkan bahwa nilai<br />
signifikansi F (0,000) < α (0,05).<br />
Dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa model<br />
regresi yang digunakan untuk<br />
mengetahui pengaruh kewajiban<br />
moral, kualitas pelayanan, dan<br />
sanksi perpajakan dalam<br />
membayar pajak PKB di kantor<br />
bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong> layak<br />
(fit).<br />
5) Pengujian Hipotesis<br />
Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran),<br />
dapat ditulis persamaan regresi linier<br />
sebagai berikut:<br />
Y = 0,103 + 0,522X1 + 0,124X2 +<br />
0,735X3<br />
Berdasarkan hasil perhitungan<br />
menggunakan SPSS pada Tabel 7<br />
(Lampiran) ketiga variabel<br />
independen, yaitu kewajiban moral,<br />
kualitas pelayanan dan sanksi<br />
perpajakan berpengaruh signifikan<br />
pada kepatuhan Wajib Pajak dalam<br />
membayar Pajak kendaraan bermotor,<br />
dengan tingkat signifikansi sebesar<br />
0,000 untuk semua variabel<br />
independen.<br />
4.2 Pembahasan Hasil Pengujian<br />
Hipotesis<br />
4.2.1 Pengaruh Kewajiban Moral<br />
pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
149
Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />
diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />
variabel kewajiban moral sebesar<br />
0,522 dengan nilai signifikansi sebesar<br />
0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />
hipotesis pertama yang menyatakan<br />
bahwa Kewajiban moral berpengaruh<br />
positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />
ini konsisten dengan hasil penelitian<br />
yang dilakukan oleh Agustini (2008)<br />
yang menyatakan kewajiban moral<br />
berpengaruh positif signifikan<br />
terhadap tingkat kepatuhan Wajib<br />
Pajak.<br />
4.2.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan<br />
pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB<br />
Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />
diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />
variabel kewajiban moral sebesar<br />
0,124 dengan nilai signifikansi sebesar<br />
0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />
hipotesis kedua yang menyatakan<br />
bahwa Kewajiban moral berpengaruh<br />
positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />
ini sesuai dengan teori yang telah<br />
dipaparkan dan penelitian sebelumnya<br />
yang menyebutkan bahwa kualitas<br />
pelayanan berpengaruh positif<br />
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil<br />
penelitian ini konsisten dengan hasil<br />
penelitian yang dilakukan oleh<br />
Diatnyani (2011) yang menyatakan<br />
bahwa kualitas pelayanan<br />
berpengaruh positif terhadap tingkat<br />
kepatuhan Wajib Pajak.<br />
4.2.3 Pengaruh Sanksi Perpajakan<br />
padaTingkat Kepatuhan Wajib<br />
Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB)<br />
Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />
diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />
variabel kewajiban moral sebesar<br />
0,735 dengan nilai signifikansi sebesar<br />
0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />
hipotesis ketiga yang menyatakan<br />
bahwa Sanksi perpajakan berpengaruh<br />
positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />
ini konsisten dengan hasil penelitian<br />
yang dilakukan oleh Purnomo (2008)<br />
yang menyatakan bahwa sanksi<br />
perpajakan berpengaruh positif pada<br />
kepatuhan Wajib Pajak.<br />
V. SIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s dan<br />
uraian pada pembahasan sebelumnya,<br />
maka dapat diperoleh simpulan bahwa<br />
kewajiban moral, kualitas pelayanan<br />
dan sanksi perpajakan berpengaruh<br />
positif pada kepatuhan wajib pajak<br />
dalam membayar Pajak Kendaraan<br />
Bermotor (PKB) di Kantor Bersama<br />
SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />
5.2 Saran<br />
Berdasarkan simpulan diatas<br />
maka Kantor Bersama SAMSAT<br />
<strong>Denpasar</strong> diharapkan mampu<br />
meningkatkan kond<strong>isi</strong> gedung,<br />
teknologi, sikap baik dan sopan<br />
terhadap wajib pajak, lebih<br />
memperhatikan kebutuhan wajib<br />
pajak, memberikan bimbingan dan<br />
penyuluhan serta memberikan<br />
penjelasan tentang perubahan<br />
peraturan perpajakan kepada para<br />
Wajib Pajak.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Adi, Putra. 2009. Pengaruh Kualitas<br />
Pelayanan Terhadap Kinerja<br />
Kerelasian Nasabah. Jurnal<br />
Ekonomi Bisnis, 14 (2): h: 151-160,<br />
Malang: Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Negeri Malang.<br />
Ali et al. 2001. The Effects of Tas Rates<br />
and Enforcement Policies on<br />
Taxpayer Compliance: A Study of<br />
Self-Employed Taxpayers. Antlantic<br />
Economic Journal, Vol. 29, No. 2:<br />
June.<br />
Alim, Setiadi. 2005. Perencanaan<br />
Pajak Penghasilan Yayasan yang<br />
Bergerak di Bidang Pendidikan.<br />
Jurnal Akuntansi dan Teknologi<br />
Informasi, IV (2).<br />
150 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
Anonim. 2000. Undang-undang Nomor<br />
16 Tahun 2000. Tentang<br />
Ketentuan Umum dan Tata Cara<br />
Perpajakan.<br />
Anonim. 2009. Undang-undang<br />
Republik Indonesia Nomor 28<br />
Tahun 2009. Tentang Pajak<br />
Daerah dan Retribusi Daerah.<br />
Badudu dan Zain. 1995. Kamus Besar<br />
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai<br />
Pustaka.<br />
Boediono. 2003. Pelayanan Prima<br />
Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka<br />
Cipta.<br />
Danuta, A. Nitecki. 1997. Measuring<br />
Service Quality. Journal of<br />
Marketing. Associate University<br />
Librarian, Yale University Library.<br />
Devano, Sony. 2006. Perpajakan:<br />
Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta:<br />
Prenanda Media Group.<br />
Doran, Michael. 2009. “Tax Penalties<br />
and Tax Complience”, Harvard<br />
Journal on Legislation<br />
(www.ssrn.com), Vol 46: p 111-<br />
161.<br />
Fitriandi, Primandita, Yuda Aryanto,<br />
dan Agus Puji Priyono. 2010.<br />
Kompilasi Undang-Undang<br />
Perpajakan. Jakarta: Salemba<br />
Empat.<br />
Handayani, I G. A. Ayu Ngr Adhi.<br />
2009. Pengaruh Tanggung Jawab<br />
Moral dan Kualitas Pelayanan<br />
Terhadap Kepatuhan pelaporan<br />
Wajib Pajak Badan Pada Kantor<br />
Pelayanan Pajak <strong>Denpasar</strong> Barat.<br />
Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Udayana<br />
http://puslit.petra.ac.id/journals/a<br />
ccounting/<br />
Husein Umar. 2008. Metode Penelitian<br />
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Ed<strong>isi</strong> Kedua. Jakarta: PT.<br />
Rajagrafindo Persada.<br />
Ho, Daniel. 2009. A Study of Hongkong<br />
Tax Complience Ethics.<br />
Internasional Business Research, 2<br />
(4).<br />
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />
Multivariate dengan Program SPSS.<br />
Semarang: Badan Penerbit<br />
<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />
Irianto, Selamet Edi. 2005. Politik<br />
Perpajakan: Membangun<br />
Demokrasi Negara, UII Pres,<br />
Yogyakarta.<br />
James, S. and Alley, C. 2004. Tax<br />
Compliance, Self-Assessment and<br />
Tax Administration. Journal of<br />
Finance and Management in Public<br />
Service, Vol. 2, No. 2: p 27-42.<br />
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Ed<strong>isi</strong><br />
Rev<strong>isi</strong> 2009. Yogyakarta: C.V ANDI<br />
OFFSET.<br />
Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh Sikap<br />
Wajib Pajak pada Pelaksanaan<br />
Sanksi, Denda, Pelayanan Fiskus<br />
dan Kesadaran Perpajakan<br />
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak<br />
(Studi Empiris terhadap wajib<br />
pajak orang pribadi di kota<br />
Semarang). Tesis Magister<br />
Akuntansi Program Pascasarjana<br />
<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />
Parasuraman, Zeithaml, Berry. 1985.<br />
A Conceptual Model of Service<br />
Quality Its Implication Future<br />
Research. Journal of Marketing, 49:<br />
h: 41-50.<br />
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor<br />
1 Tahun 2004 Tentang Pajak<br />
Kendaraan Bermotor.<br />
Peraturan Gubernur Bali Nomor 28<br />
Tahun 2005 Tentang Pajak<br />
Kendaraan Bermotor.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
151
Peraturan Gubernur Bali Nomor 31<br />
Tahun 2006 Tentang Perhitungan<br />
Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan<br />
Bermotor dan Bea Balik Nama<br />
Kendaraan Bermotor.<br />
Purnomo, Adi. 2008. Pengaruh<br />
Kesadaran wajib pajak, Persepsi<br />
wajib pajak tentang sanksi<br />
perpajakan dan Hasrat Membayar<br />
Pajak Terhadap Kepatuhan wajib<br />
pajak (studi empiris terhadap<br />
wajib pajak yang ter<strong>daftar</strong> di<br />
Kantor Pelayanan Pajak Gubeng<br />
Surabaya). Skripsi Sarjana<br />
Jurusan Akuntansi <strong>Universitas</strong><br />
Trunojoyo.<br />
Ruyadi, M.Khoiru. 2009. Dampak<br />
Persepsi Tanggung Jawab Sosial<br />
Perusahaan Terhadap Manajemen<br />
Perpajakan. Jurnal Akuntansi dan<br />
Bisnis, 9 (1): h: 61-70, Malang:<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Brawijaya.<br />
Sari, Puput Tri Komala and Moh.<br />
Nashih. 2005. Degree of Tax Payers<br />
Complience and Tax Tarif: The<br />
Testing on The Impact of Income<br />
Types. Simposium Nasional<br />
Akuntansi, SNA ( VIII ) Solo.<br />
Simanjuntak, Timbul Hamonangan.<br />
2009. Kepatuhan Pajak (Tax<br />
Complience) dan Bagi Hasil Pajak<br />
dalam Perekonomian di Jawa<br />
Timur.<br />
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian<br />
Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />
Supadmi, Ni luh. 2009. Meningkatkan<br />
Kepatuhan Wajib Pajak Melalui<br />
Kualitas Pelayanan. Audi Jurnal<br />
Akuntansi dan Bisnis, 4 (2): h:214-<br />
219, <strong>Denpasar</strong>: Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />
Suryadi. 2006. Model Hubungan<br />
Kausal Kesadaran, Pelayanan,<br />
Kepatuhan Wajib Pajak dan<br />
Pengaruhnya Terhadap Kinerja<br />
Penerimaan Pajak: Suatu Survei di<br />
Wilayah Jawa Timur . Jurnal<br />
Keuangan Publik, 4(1): h:105-121.<br />
Undang-Undang nomor 28 Tahun<br />
2009 Tentang Pajak Daerah dan<br />
Retribusi Daerah. Jakarta.<br />
Wiyono, Slamet. 2009. Studi Tentang<br />
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan<br />
Konsumen di Rumah Sakit Islam<br />
Menisrenggo Klaten. Jurnal<br />
Manajemen Daya Saing, 2 (2): h:<br />
188-197.<br />
Yadnyana, I Ketut. 2009. Pengaruh<br />
Moral dan Sikap Wajib Pajak pada<br />
Kepatuhan Wajib Pajak Koperasi di<br />
Kota <strong>Denpasar</strong>. <strong>Denpasar</strong>: Skripsi<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Udayana<br />
152 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />
Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>
LAMPIRAN<br />
Variabel Item<br />
pernyataan<br />
Kewajiban P1<br />
Moral (X1) P2<br />
P3<br />
Kualitas P1<br />
Pelayanan P2<br />
(X2)<br />
P3<br />
P4<br />
P5<br />
P6<br />
P7<br />
P8<br />
P9<br />
P10<br />
P11<br />
P12<br />
P13<br />
P14<br />
P15<br />
P16<br />
P17<br />
P18<br />
Sanksi<br />
P1<br />
Perpajakan P2<br />
(X3)<br />
P3<br />
Kepatuhan P1<br />
Wajib Pajak P2<br />
Kendaraan P3<br />
Bermotor P4<br />
(Y)<br />
P5<br />
P6<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Tabel 1<br />
Hasil Uji Validitas<br />
Koef<strong>isi</strong>en<br />
Korelasi<br />
0,95<br />
0,91<br />
0,97<br />
0,99<br />
0,95<br />
0,81<br />
0,91<br />
0,93<br />
0,87<br />
0,89<br />
0,94<br />
0,87<br />
0,96<br />
0,87<br />
0,91<br />
0,91<br />
0,90<br />
0,94<br />
0,88<br />
0,89<br />
0,92<br />
0,93<br />
0,91<br />
0,93<br />
0,98<br />
0,91<br />
0,77<br />
0,96<br />
0,92<br />
0,88<br />
Tabel 2<br />
Hasil Uji Reliabilitas<br />
Variabel Cronbach<br />
alpha<br />
Kewajiban Moral 0,93<br />
Kualitas pelayanan 0,98<br />
Keterangan<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Valid<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
153
154<br />
Sanksi Perpajakan 0,91<br />
Kepatuhan Wajib Pajak PKB 0,95<br />
Tabel 3<br />
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorv-Smirnov Test)<br />
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />
N<br />
Normal Parametersa ,b<br />
Most Extreme<br />
Differences<br />
Kolmogorov-Smirnov Z<br />
Asymp. Sig. (2-tailed)<br />
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Mean<br />
Std. Deviation<br />
Absolute<br />
Positive<br />
Negative<br />
a. Test distribution is Normal.<br />
b. Calculated from data.<br />
Tabel 4<br />
Variables Entered/Removed b<br />
Sanksi Perpajakan,<br />
Kewajiban Moral,<br />
Kualitas Pelayanan a<br />
Variables Entered<br />
a. All requested variables entered.<br />
b. Dependent Variable: Kepatuhan WP PKB<br />
Tabel 5<br />
Model Summary b<br />
Unstandardiz<br />
ed Residual<br />
100<br />
.0000000<br />
1.65367109<br />
.107<br />
.096<br />
-.107<br />
1.074<br />
.199<br />
Variables<br />
Removed Method<br />
. Enter<br />
.918a Adjusted Std. Error of<br />
R R Square R Square the Estimate<br />
.842 .837 1.67931<br />
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2<br />
b.<br />
Dependent Variable: Y<br />
Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Regression<br />
Residual<br />
Total<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Tabel 6<br />
Uji Statistik F<br />
ANOVA b<br />
1446.719 3 482.240 171.002 .000a Sum of<br />
Squares df Mean Square F Sig.<br />
270.728 96 2.820<br />
1717.447 99<br />
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2<br />
b. Dependent Variable: Y<br />
(Constant)<br />
X1<br />
X2<br />
X3<br />
a.<br />
Dependent Variable: Y<br />
Tabel 7<br />
Uji Statistik t dan Uji Multikolonieritas<br />
Coefficients a<br />
Unstandardized Standardized<br />
Coefficients Coefficients<br />
Collinearity Statistics<br />
B Std. Error Beta<br />
t Sig. Tolerance VIF<br />
.103 1.133 .091 .928<br />
.522 .109 .273 4.791 .000 .505 1.981<br />
.124 .019 .389 6.484 .000 .456 2.193<br />
.735 .110 .383 6.660 .000 .497 2.014<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
155
PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN<br />
KOMUNIKASI DALAM TIM PADA KINERJA AUDITOR PERWAKILAN BADAN<br />
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) PROVINSI BALI<br />
Ni Nyoman Ristya Prayanti<br />
I Ketut Sujana 4<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
Along with increased competition and global change, professional auditors in the<br />
present and future will come prepared to face an increasingly heavy audit<br />
assignment. For that much needed efforts to inprove the Performance of auditorsin<br />
order to support the success of auditors in performing their duties and functions<br />
well. Efforts in improving the quality of performance for each profession to be an<br />
important theme for professional organizations in maintaining the existence and<br />
public trust. A good performance certainly is not formed for granted, but is determine<br />
the effect of superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level of performance audit of Bali Provincial<br />
Legislative BPKP.<br />
The population in this study is BPKP Bali Provincial Legislative auditors.<br />
Sampling method used was purposive sampling, while data collected by the survey<br />
method is by questionaire technique. Target respondents in this study were 98<br />
respondents, but the data can be processed respondents who were 82 respondents<br />
answers. The results of multiple linear regression analysis showed that the variable<br />
performance of auditors can be explained by the variable superv<strong>isi</strong>on,<br />
professionalism, level of education, and communication within the team at 77,6<br />
percent, while the remaining 22,4 percent is explained by other factors not included in<br />
the model. T statistical test result showed that the superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level<br />
of education, and communication within the team positive and significant effect on the<br />
performance of auditors.<br />
Key words: superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level of education, communication within<br />
the team, performance of auditors.<br />
4Alamat Korespondensi: ketutsujana_fe@yahoo.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Siklus manajemen pemerintahan<br />
menunjukkan bahwa Badan<br />
Pengawasan Keuangan dan<br />
Pembangunan (BPKP) merupakan<br />
Lembaga Pemerintahan Non<br />
Departemen (LPND) yang mempunyai<br />
tugas pemerintahan di bidang<br />
pengawasan dan pembangunan<br />
sebagaimana disebutkan dalam pasal<br />
52 keputusan Presiden Nomor 103<br />
tahun 2001 tentang Kedudukan,<br />
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan<br />
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga<br />
Non Departemen. Menurut Peraturan<br />
Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008<br />
tentang Sistem Pengendalian Intern<br />
Pemerintah, BPKP adalah aparat<br />
pengawasan intern pemerintah yang<br />
bertanggung jawab langsung kepada<br />
Presiden yang melakukan pengawasan<br />
intern terhadap akuntabilitas<br />
keuangan negara (pasal 50) atas<br />
kegiatan pemerintah (pasal 50) yang<br />
156 Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
meliputi kegiatan: lintas sektoral,<br />
kebendaharaan umum negara, dan<br />
penugasan dari Presiden. Pasal 59<br />
juga menyebutkan bahwa BPKP<br />
adalah instansi Pembina Sistem<br />
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)<br />
dan jabatan fungsional auditor yang<br />
meliputi: penyusunan pedoman teknis,<br />
sosialisasi, pembimbingan dan<br />
konsultasi , serta peningkatan<br />
kompetensi auditor.<br />
Upaya dalam meningkatkan<br />
kinerja untuk setiap profesi menjadi<br />
tema penting bagi organisasi profesi<br />
dalam menjaga keberadaan dan<br />
kepercayaan masyarakat. Auditor<br />
BPKP sebagai auditor internal<br />
pemerintah harus meningkatkan<br />
kinerjanya baik untuk kebutuhan<br />
masa kini maupun ant<strong>isi</strong>pasi<br />
kebutuhan masa yang akan datang<br />
(Sumardi dan Hardiningsih, 2002).<br />
Kinerja auditor menunjukkan tingkat<br />
auditor dalam mencapai hasil (output)<br />
terutama dilihat dari s<strong>isi</strong> kualitas dan<br />
kuantitasnya. Tingginya tingkat<br />
kemampuan auditor sangat<br />
mempengaruhi kinerja audit yang<br />
menunjukkan bahwa bila auditor<br />
memiliki perilaku profesional yang<br />
lebih besar, ia akan efektif dalam<br />
mencerminkan kinerja audit yang<br />
lebih tinggi, begitupun sebaliknya<br />
(Baotham, 2007).<br />
Kinerja adalah suatu hasil kerja<br />
yang dicapai seseorang dalam<br />
melaksanakan tugas yang dibebankan<br />
kepadanya yang didasarkan atas<br />
kecakapan, pengalaman dan<br />
kesungguhan serta waktu (Laksmi,<br />
2010). Kinerja auditor merupakan<br />
tindakan atau pelaksanaan tugas<br />
pemeriksaan yang telah diselesaikan<br />
oleh auditor dalam kurun waktu<br />
tertentu. Pengertian kinerja auditor<br />
menurut Mulyadi (2002:11) adalah<br />
kemampuan auditor dalam<br />
melaksanakan penugasan<br />
pemeriksaan (examination) secara<br />
obyektif atas laporan keuangan suatu<br />
perusahaan atau organisasi lain<br />
dengan tujuan untuk menentukan<br />
kewajaran laporan keuangan agar<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
sesuai dengan prinsip akuntansi yang<br />
berlaku umum, dalam semua hal yang<br />
material, pos<strong>isi</strong> keuangan dan hasil<br />
usaha perusahaan. Kalbers dan<br />
Forgarty dalam Laksmi (2010)<br />
mengemukakan bahwa kinerja auditor<br />
sebagai evaluasi terhadap pekerjaan<br />
yang dilakukan oleh atasan, rekan<br />
kerja, diri sendiri, dan bawahan<br />
langsung. Peningkatan kinerja auditor<br />
merupakan aspek yang penting,<br />
karena keberhasilan suatu instansi<br />
atau perusahaan dapat tercapai<br />
dengan upaya dan kualitas sumber<br />
yang dimilikinya. Begitu juga dengan<br />
BPKP, keberhasilan BPKP dalam<br />
mengemban m<strong>isi</strong> pemeriksaan sangat<br />
tergantung dari upaya dan kualitas<br />
para auditornya.<br />
Kinerja yang baik tentunya tidak<br />
terbentuk begitu saja, namun<br />
ditentukan oleh banyak faktor. Guna<br />
menunjang keberhasilan dalam<br />
menjalankan tugas dan fungsi,<br />
sangatlah diperlukan kinerja auditor<br />
BPKP yang baik dan berkualitas.<br />
Sebagai seorang auditor internal harus<br />
mampu menerapkan profesionalisme,<br />
kemampuan dan pengetahuan yang<br />
dimiliki dalam melaksanakan<br />
penugasan audit untuk menghasilkan<br />
audit yang berkualitas (Marganingsih<br />
dan Martani, 2002). Adanya keahlian<br />
dan kemampuan dalam melaksanakan<br />
pemeriksaan dan pengawasan akan<br />
dapat mengetahui kekeliruan serta<br />
penyimpangan yang merupakan salah<br />
satu bagian kompetensi seorang<br />
auditor. Kinerja auditor yang baik dan<br />
berkualitas ini diharapkan dapat<br />
meminimalisasi penyimpangan<br />
penggunaan anggaran. Jadi, bisa<br />
dikatakan bahwa segi sumber daya<br />
manusia (SDM) berpengaruh terhadap<br />
kinerja auditor.<br />
Kegiatan superv<strong>isi</strong> dalam standar<br />
pekerjaan lapangan dikatakan bahwa<br />
pekerjaan harus direncanakan sebaik–<br />
baiknya dan jika digunakan asisten<br />
harus disuperv<strong>isi</strong> dengan semestinya.<br />
Superv<strong>isi</strong> adalah tindakan mengawasi<br />
atau mengarahkan penyelesaian<br />
pekerjaan. Penelitian Laksmi (2010)<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
157
menunjukkan bahwa superv<strong>isi</strong><br />
berpengaruh positif terhadap kinerja<br />
auditor. Kemampuan supervisor<br />
terlihat dalam memberikan bantuan<br />
teknis dan dukungan pada perilaku<br />
karyawan. Demikian juga dengan iklim<br />
part<strong>isi</strong>patif yang diciptakan oleh<br />
supervisor dapat memiliki pengaruh<br />
substansial daripada melakukan<br />
part<strong>isi</strong>pasi dalam suatu keputusan<br />
spesifik karena merasa mendapat<br />
perhatian dan dukungan yang cukup<br />
dari atasannya (Luthans dalam<br />
Laksmi, 2010). Salah satu bentuk dari<br />
superv<strong>isi</strong> adalah mentoring (pelatihan)<br />
yang didefin<strong>isi</strong>kan sebagai proses<br />
membentuk dan mempertahankan<br />
hubungan yang berkembang,<br />
berlangsung secara intensif dari<br />
karyawan senior (pementor) dan<br />
karyawan junior (Chandra, 2006).<br />
Setiap internal auditor diharapkan<br />
dapat melaksanakan tugas utamanya<br />
dengan baik sehingga sangat<br />
diperlukan peranan superv<strong>isi</strong> dari lini<br />
pimpinan SPI.<br />
Salah satu syarat utama yang<br />
harus dimiliki seseorang auditor dalam<br />
menjalankan tugasnya adalah<br />
mempertahankan sikap<br />
profesionalisme. Profesionalisme<br />
mengacu pada prilaku, tujuan atau<br />
kualitas yang memberi karakteristik<br />
atau menandai suatu profesi atau<br />
orang yang profesional. Penelitian<br />
Satyawati (2009), Laksmi (2010) dan<br />
Suarniti (2010) menunjukkan bahwa<br />
profesionalisme berpengaruh positif<br />
terhadap kinerja auditor. Auditor yang<br />
memiliki pandangan profesionalisme<br />
yang tinggi akan memberikan<br />
kontribusi yang dapat dipercaya oleh<br />
para pengambil keputusan baik pihak<br />
internal maupun pihak eksternal<br />
perusahaan. Selain itu dengan<br />
profesionalisme yang tinggi kebebasan<br />
auditor dalam menjalankan tugasnya<br />
akan semakin terjamin. Profesi auditor<br />
merupakan profesi kepercayaan yang<br />
hanya dapat bertahan jika dapat<br />
menjaga dan memegang teguh amanat<br />
yang diberikan masyarakat (Fadhila,<br />
2009). Profesionalisme meliputi<br />
kemampuan penguasaan baik secara<br />
teknis maupun secara teoritis bidang<br />
keilmuan dan ketrampilan yang<br />
berhubungan dengan tugasnya<br />
sebagai pemeriksa. Gambaran tentang<br />
profesionalisme seorang auditor,<br />
tercermin dalam lima hal, yaitu:<br />
pengabdian pada profesi, kewajiban<br />
sosial, kemandirian, kepercayaan<br />
terhadap peraturan profesi dan<br />
hubungan dengan rekan seprofesi<br />
(Lestari dan Cahyono, 2003).<br />
Auditor harus senantiasa<br />
bertindak sebagai seorang ahli di<br />
bidang akuntansi dan bidang auditing<br />
dalam melaksanakan audit untuk<br />
dapat sampai pada pernyataan<br />
pendapat (Ikatan Akuntan Indonesia<br />
(IAI), 2001:210.1). Pencapaian keahlian<br />
tersebut dimulai dari pendidikan<br />
formalnya, yang diperluas melalui<br />
pengalaman–pengalaman selanjutnya<br />
dalam praktik audit. Penelitian<br />
Satyawati (2009) menunjukkan<br />
pendidikan merupakan salah satu<br />
faktor yang mempengaruhi kinerja<br />
audit. Beragamnya jenjang pendidikan<br />
dan bidang studi pilihan<br />
mencerminkan kemampuan masing–<br />
masing anggota tim dalam<br />
memberikan kontribusi pada kualitas<br />
dan proses pekerjaan itu sendiri.<br />
Tingkat pendidikan yang ditempuh<br />
oleh auditor akan berdampak pada<br />
kualitas dan proses pekerjaan itu<br />
sendiri. Hal tersebut didukung dengan<br />
adanya penelitian yang dilakukan oleh<br />
Aprilia (2008) dan yang menemukan<br />
bahwa tingkat pendidikan<br />
berpengaruh signifikan terhadap<br />
kinerja auditor. Berdasar dari<br />
pernyataan tersebut dapat dikatakan<br />
bahwa tingkat pendidikan auditor<br />
sangatlah penting karena auditor yang<br />
memiliki tingkat pendidikan yang<br />
memadai akan dapat menjalankan<br />
tugasnya secara efektif dan ef<strong>isi</strong>en.<br />
Pengertian komunikasi dalam satu<br />
kelompok, menurut Ivancevich dan<br />
Matteson (1987) dalam<br />
Halimatusyadiah (2003) adalah<br />
pengiriman informasi oleh salah<br />
seorang anggota kelompok kepada<br />
158 Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
anggota yang lain dengan<br />
menggunakan simbol-simbol tertentu.<br />
Sebagai seorang auditor tentu tidak<br />
terlepas dari proses komunikasi dan<br />
selalu dituntut untuk melakukan<br />
komunikasi baik dengan klien maupun<br />
dengan karyawan profesional dan<br />
klerikal dalam perusahaan. Putusnya<br />
komunikasi antar auditor dapat<br />
memberi pengaruh kurang baik<br />
terhadap kinerja auditor, selain itu<br />
dapat menimbulkan konsekuensi yang<br />
membahayakan perusahaan dan juga<br />
menghambat kemampuan auditor<br />
untuk menyelesaikan pekerjaannya<br />
dengan baik (Hammer dan Gavin,<br />
1983 dalam Halimatusyadiah, 2003).<br />
Komunikasi yang terjalin diantara<br />
anggota tim audit menjadi aktivitas<br />
yang sangat fundamental untuk<br />
mencapai hasil akhir dalam audit.<br />
Komunikasi antar staf tim audit<br />
merupakan aktivitas pokok dalam<br />
rangka menggabungkan berbagai<br />
informasi mengenai perolehan bukti<br />
audit, pelaksanaan prosedur audit dan<br />
pelaksanaan audit lainnya yang akan<br />
menjadi produk akhir, yaitu hasil<br />
audit yang berkualitas. Adanya<br />
kelancaran komunikasi dalam tim<br />
audit maka kecenderungan<br />
menurunnya kinerja auditor dalam<br />
penugasan audit dapat diperkecil atau<br />
dihindari (Halimatusyadiah, 2003).<br />
Penelitian mengenai faktor-faktor<br />
yang mempengaruhi kinerja auditor<br />
telah banyak dilakukan. Misalnya<br />
penelitian Satyawati (2009) yang<br />
menunjukkan bahwa profesionalisme,<br />
etika profesi, tingkat pendidikan, dan<br />
pengalaman kerja berpengaruh positif<br />
dan signifikan terhadap kinerja<br />
auditor, penelitian Laksmi (2010) yang<br />
menunjukkan bahwa variabel<br />
superv<strong>isi</strong>, profesionalisme, tingkat<br />
pendidikan, dan pengalaman kerja<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
terhadap kinerja auditor, serta<br />
penelitian Suarniti (2010) yang<br />
menunjukkan bahwa profesionalisme,<br />
etika profesi, tingkat pendidikan,<br />
pengalaman kerja, dan budaya kerja<br />
secara serempak berpengaruh<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
terhadap kinerja auditor. yang<br />
menunjukkan bahwa variabel<br />
profesionalisme dan tingkat<br />
pendidikan berpengaruh positif dan<br />
signifikan terhadap kinerja auditor<br />
Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />
Penelitian ini meneliti pengaruh<br />
variabel superv<strong>isi</strong>, profesionalisme,<br />
tingkat pendidikan dan komunikasi<br />
dalam tim pada kinerja auditor<br />
Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />
II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Teori Keagenan<br />
Teori keagenan menjelaskan<br />
hubungan antara agen (pihak<br />
manajemen suatu perusahaan) dengan<br />
principal (pemilik). Hubungan agensi<br />
ada ketika salah satu pihak (principal)<br />
menyewa pihak lain (agen) untuk<br />
melaksanakan suatu jasa , dan dalam<br />
hal itu, mendelegasikan wewenang<br />
untuk membuat keputusan kepada<br />
agen tersebut (Anthony dan<br />
Govindarajan, 2005:269). Principal<br />
merupakan pihak yang memberikan<br />
amanat kepada agen untuk<br />
melakukan suatu jasa atas nama<br />
principal, sementara agen adalah pihak<br />
yang diberi mandat, dengan demikian<br />
dapat d<strong>isi</strong>mpulkan agen bertindak<br />
sebagai pihak yang berkewenangan<br />
mengambil keputusan, sedangkan<br />
principal ialah pihak yang<br />
mengevaluasi informasi.<br />
Implementasi teori keagenan<br />
dapat berupa kontrak kerja yang<br />
mengatur proporsi hak dan kewajiban<br />
masing-masing pihak dengan<br />
memaksimumkan utilitas, sehingga<br />
diharapkan agen bertindak<br />
menggunakan cara-cara yang sesuai<br />
kepentingan principal. Pada penelitian<br />
ini, perusahaan bertindak sebagai<br />
principal, sementara auditor<br />
independen merupakan agen.<br />
2.2 Kinerja Auditor<br />
Kalbers dan Foganty dalam<br />
Rahmiati dan Kusuma (2004)<br />
mendefin<strong>isi</strong>kan kinerja sebagai<br />
evaluasi terhadap pekerjaan yang<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
159
dilakukan melalui atasan langsung,<br />
rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan<br />
langsung. Kinerja auditor merupakan<br />
hasil kerja yang dicapai oleh auditor<br />
dalam melaksanakan tugasnya sesuai<br />
dengan tanggung jawab yang diberikan<br />
padanya dan menjadi salah satu tolak<br />
ukur yang digunakan untuk<br />
menentukan apakah suatu pekerjaan<br />
yang dilakukan baik atau sebaliknya<br />
(Zaenal dalam Laksmi, 2010). Berdasar<br />
pernyataan tersebut dapat dinyatakan<br />
apabila seseorang dapat<br />
melaksanakan tugas atau pekerjaan<br />
yang diberikan dengan baik dan sesuai<br />
harapan organisasinya, maka dapat<br />
dikatakan bahwa orang tersebut<br />
memiliki kinerja atau prestasi kerja<br />
yang baik pula.<br />
Ukuran yang digunakan dalam<br />
menentukan kinerja adalah ukuran<br />
kuantitatif dan ukuran kualitatif<br />
(Bastian, 2001:336-338). Ukuran<br />
tersebut menggambarkan tingkat<br />
pencapaian sasaran dan tujuan yang<br />
telah ditetapkan dengan<br />
mempertimbangkan elemen indikator<br />
sebagai berikut.<br />
1) Indikator masukan (input), yaitu<br />
segala sesuatu yang dibutuhkan<br />
agar mampu menghasilkan produk<br />
baru, baik barang dan jasa yang<br />
meliputi sumber daya manusia,<br />
informasi, dan kebijakan.<br />
2) Indikator keluaran (outputs), yaitu<br />
sesuatu yang diharapkan langsung<br />
dicapai dari suatu kegiatan yang<br />
berupa f<strong>isi</strong>k dan nonf<strong>isi</strong>k.<br />
3) Indikator hasil (outcomes), yaitu<br />
segala sesuatu yang<br />
mencerminkan berfungsinya<br />
keluaran kegiatan pada jangka<br />
menengah.<br />
4) Indikator manfaat (benefit), yaitu<br />
sesuatu yang terkait dengan<br />
tujuan akhir dari pelaksanaan<br />
kegiatan.<br />
5) Indikator dampak (impacts), yaitu<br />
pengaruh yang ditimbulkan, baik<br />
yang positif maupun negatif, pada<br />
setiap tingkat indikator.<br />
160<br />
2.3 Superv<strong>isi</strong><br />
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)<br />
dalam (SA seksi 311, PSA No. 05)<br />
menyatakan superv<strong>isi</strong> mencakup<br />
pengarahan usaha asisten dalam<br />
mencapai tujuan audit dan penentuan<br />
apakah tujuan tersebut tercapai.<br />
Standar Pemeriksaan Keuangan<br />
Negara (SPKN) merupakan pedoman<br />
yang digunakan oleh BPK RI untuk<br />
melaksanakan kegiatan audit<br />
menyatakan dalam standar pengerjaan<br />
lapangannya bahwa pekerjaan harus<br />
direncanakan dengan sebaik–baiknya<br />
dan jika digunakan tenaga asisten<br />
harus disuperv<strong>isi</strong> dengan semestinya.<br />
Superv<strong>isi</strong> tersebut dimaksudkan<br />
untuk menilai dan mencapai hasil<br />
pemeriksaan sesuai dengan standar,<br />
pedoman, petunjuk pelaksanaan,<br />
petunjuk teknis, dan program<br />
pemeriksaan yang telah ditetapkan.<br />
Berdasarkan uraian diatas, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H1: Superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif dan<br />
signifikan pada kinerja auditor<br />
Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />
2.4 Profesionalisme<br />
Hardjana (2002:21) menyatakan<br />
bahwa seseorang disebut profesional<br />
apabila ia menjalani profesinya sesuai<br />
dengan keahlian yang dimiliki.<br />
Seorang auditor yang menjalankan<br />
tugas profesi dengan sungguh–<br />
sungguh maka kinerjanya akan<br />
optimal. Pencapaian hasil kerja<br />
auditor, baik secara kuantitas maupun<br />
kualitas memerlukan auditor–auditor<br />
yang memiliki profesionalisme yang<br />
tinggi, yaitu mempunyai suatu<br />
keandalan dalam pelaksana tugas agar<br />
terlaksana dengan mutu tinggi dan<br />
waktu yang tepat serta cermat.<br />
Berdasarkan uraian diatas, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H2: Profesionalisme berpengaruh<br />
positif dan signifikan pada kinerja<br />
auditor Perwakilan BPKP Provinsi<br />
Bali.<br />
Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
2.5 Tingkat Pendidikan<br />
Standar umum auditing<br />
mengemukakan bahwa audit harus<br />
dilaksanakan oleh seseorang atau<br />
lebih yang memiliki keahlian dan<br />
pelatihan teknis yang cukup sebagai<br />
auditor, sehingga dalam melakukan<br />
auditing diperlukan pendidikan formal.<br />
Tingkat pendidikan yang memadai,<br />
akan mempermudah seorang auditor<br />
dalam menjalankan profesinya dengan<br />
seefektif dan seef<strong>isi</strong>en mungkin. Hal ini<br />
tentu akan berpengaruh pada kinerja<br />
dimana dapat diindikasikan dari<br />
jumlah temuan dan kualitas hasil<br />
pemeriksaannya (Laksmi, 2010).<br />
Berdasarkan uraian diatas, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H3: Tingkat pendidikan berpengaruh<br />
positif dan signifikan pada kinerja<br />
auditor.<br />
2.6 Komunikasi dalam Tim<br />
Furtwengler dalam Negari (2009),<br />
menyatakan bahwa komunikasi dalam<br />
tim sangat dibutuhkan untuk bisa<br />
menghasilkan kinerja yang baik.<br />
Semakin lancar komunikasi yang<br />
dilakukan maka semakin cepat<br />
terbinanya hubungan kerja. Putusnya<br />
komunikasi antar auditor dapat<br />
memberi pengaruh kurang baik<br />
terhadap kinerja auditor, selain itu<br />
dapat menimbulkan konsekuensi yang<br />
membahayakan perusahaan dan juga<br />
menghambat kemampuan auditor<br />
untuk menyelesaikan pekerjaannya<br />
dengan baik (Hammer dan Gavin,<br />
1983 dalam Halimatusyadiah, 2003).<br />
Seseorang yang tidak dapat<br />
melakukan komunikasi maka sulit<br />
baginya untuk membina hubungan<br />
kerja dengan orang lain, oleh karena<br />
itu dapat dikatakan bahwa<br />
keberhasilan membina kerja sama<br />
akan ditentukan oleh keberhasilannya<br />
dalam melakukan komunikasi.<br />
Berdasarkan uraian diatas, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H4: Komunikasi dalam tim<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
pada kinerja auditor.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
III. METODE PENELITIAN<br />
3.1 Sampel dan Responden<br />
Sampel dalam penelitian ini<br />
ditentukan melalui teknik purposive<br />
sampling dengan kriteria penentuan<br />
sampel adalah auditor yang berstatus<br />
PNS, bersertifikasi Diklat Auditor<br />
Ahli/Terampil dan sudah pernah<br />
melaksanakan tugas pemeriksaan<br />
lebih dari satu kali.<br />
Responden yang terpilih dalam<br />
penelitian ini adalah sebanyak 98<br />
orang responden dimana responden<br />
tersebut adalah auditor yang berstatus<br />
PNS dengan pertimbangan bahwa<br />
auditor–auditor tersebut telah<br />
memenuhi syarat sebagai responden<br />
penelitian dan telah melakukan audit<br />
sesuai ketentuan sertifikasi yang<br />
ditetapkan oleh institusi.<br />
3.2 Variabel Penelitian<br />
Variabel independen yang<br />
digunakan pada penelitian ini adalah:<br />
superv<strong>isi</strong> (X1), profesionalisme (X2),<br />
tingkat pendidikan (X3), komunikasi<br />
dalam tim (X4). Variabel dependen<br />
pada penelitian ini adalah kinerja<br />
auditor pada Perwakilan BPKP Provinsi<br />
Bali.<br />
3.3 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />
3.3.1 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Linear<br />
Berganda<br />
Penelitian ini diawali dengan<br />
pengujian instrumen penelitian yaitu<br />
dengan menguji validitas dan<br />
reliabilitas. Agar hasil perhitungan<br />
dapat diinterpretasikan dengan<br />
akurat, dilakukan pengujian asumsi<br />
klasik yang meliputi uji normalitas,<br />
multikolinearitas, dan<br />
heterokedast<strong>isi</strong>tas. Selanjutnya data<br />
dianal<strong>isi</strong>s dengan regresi linear<br />
berganda dan dinyatakan dalam<br />
persamaan:<br />
Y= + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ℮..(1)<br />
Keterangan:<br />
Y : Kinerja auditor<br />
: Nilai intersep konstan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
161
β1–β4: Koef<strong>isi</strong>en regresi dari X1, X2,<br />
X3, dan X4<br />
X1 : Superv<strong>isi</strong><br />
X2 : Profesionalisme<br />
X3 : Tingkat pendidikan<br />
X4 : Komunikasi dalam tim<br />
℮ : Variabel pengganggu<br />
Model persamaan regresi yang<br />
digunakan dalam penelitian ini<br />
diasumsikan linier dan diuji dengan<br />
tingkat signifikansi 5 persen, uji ini<br />
menggunakan uji satu s<strong>isi</strong>.<br />
3.3.2 Uji Kelayakan model<br />
Uji kelayakan model (model fit)<br />
dilakukan dengan uji F.<br />
IV HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
4.1 Statistik Deskriptif<br />
Statistik deskriptif menunjukkan<br />
rata-rata dan deviasi standar dengan N<br />
adalah banyak kuesioner yang diolah<br />
yaitu sebanyak 82 kuesioner. Ratarata<br />
(mean) merupakan cara yang<br />
paling umum digunakan untuk<br />
mengukur nilai sentral dari suatu<br />
distribusi data yang diteliti. Tabel 1<br />
(Lampiran) memperlihatkan nilai<br />
minimum, nilai maksimum, mean, dan<br />
deviasi standar dari variabel superv<strong>isi</strong><br />
yaitu masing-masing 15,40, 56,51,<br />
39,592, dan 11,566. Variabel<br />
profesionalisme memiliki nilai<br />
minimum 20,87, nilai maksimum<br />
68,64, mean 49,371, dan deviasi<br />
standarnya sebesar 14,012. Variabel<br />
tingkat pendidikan memiliki nilai<br />
minimum 6,00, nilai maksimum 23,46,<br />
mean 17,032, dan deviasi standarnya<br />
sebesar 4,875. Variabel komunikasi<br />
dalam tim memiliki nilai minimum<br />
3,00, nilai maksimum 11,61, mean<br />
8,638, dan deviasi standarnya sebesar<br />
2,579. Variabel kinerja auditor<br />
memiliki nilai minimum 18,98, nilai<br />
maksimum 61,45, mean 45,826, dan<br />
deviasi standarnya sebesar 13,461.<br />
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian<br />
Berdasarkan hasil perhitungan<br />
anal<strong>isi</strong>s data yang diperoleh dengan<br />
bantuan software SPSS 15, maka<br />
162<br />
rangkuman hasil anal<strong>isi</strong>s regresi<br />
ditunjukkan dalam Tabel 2 (Lampiran).<br />
Berdasarkan hasil uji regresi linear<br />
berganda diatas, dapat dilihat bahwa<br />
semua koef<strong>isi</strong>en variabel bebas bernilai<br />
positif yaitu X1, X2, X3, X4 sebesar 0,<br />
242, 0,503, 0,550, 0,840. Hal ini<br />
berarti bahwa variabel superv<strong>isi</strong>,<br />
profesionalisme, tingkat pendidikan,<br />
dan komunikasi dalam tim<br />
berpengaruh positif terhadap kinerja<br />
auditor. Hasil uji F (F test)<br />
menunjukkan bahwa nilai F hitung<br />
sebesar 71, 347 dengan p value 0,000<br />
yang lebih kecil dari α (0,05), ini<br />
berarti model yang digunakan pada<br />
penelitian ini adalah layak. Hasil ini<br />
memberikan makna bahwa keempat<br />
variabel independen mampu<br />
memprediksi atau menjelaskan<br />
fenomena kinerja auditor Perwakilan<br />
BPKP Provinsi Bali. Penelitian ini juga<br />
menghasilkan nilai adjusted R 2<br />
sebesar 0,776 yang berarti bahwa 77,6<br />
persen variabel kinerja auditor dapat<br />
dijelaskan oleh variabel superv<strong>isi</strong>,<br />
profesionalisme, tingkat pendidikan,<br />
dan komunikasi dalam tim, sedangkan<br />
sisanya 22,4 persen dipengaruhi oleh<br />
faktor-faktor lain yang tidak masuk ke<br />
dalam model penelitian.<br />
4.3 Pengujian Hipotesis<br />
Hasil uji statistik t (uji hipotesis)<br />
menunjukkan besar pengaruh variabel<br />
independen secara individual dalam<br />
menerangkan variasi variabel<br />
independen.<br />
Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />
variabel superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif<br />
dan signifikan pada kinerja auditor.<br />
Hal ini terlihat dari nilai β sebesar<br />
0,242 dengan tingkat signifikansi<br />
sebesar 0,000 yang berarti dibawah α<br />
(0,05). Hasil penelitian ini mendukung<br />
hasil penelitian Laksmi (2010) yang<br />
menyatakan bahwa superv<strong>isi</strong><br />
berpengaruh signifikan pada kinerja<br />
auditor. Superv<strong>isi</strong> merupakan<br />
tindakan mengawasi atau<br />
mengarahkan penyelesaian pekerjaan.<br />
Superv<strong>isi</strong> yang dilakukan saat<br />
pemeriksaan berlangsung<br />
Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
dimaksudkan untuk menilai dan<br />
mencapai hasil pemeriksaan sesuai<br />
dengan standar, pedoman, petunjuk<br />
pelaksanaan, petunjuk teknis, dan<br />
program pemeriksaan yang telah<br />
ditetapkan.Superv<strong>isi</strong> dapat<br />
memberikan feedback atau masukanmasukan<br />
bagi auditor untuk<br />
melakukan perbaikan-perbaikan.<br />
Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />
variabel profesionalisme berpengaruh<br />
positif dan signifikan secara statistik<br />
pada kinerja auditor. Hal ini terlihat<br />
dari dari nilai β sebesar 0,503 dengan<br />
tingkat signifikansi sebesar 0,004<br />
yang berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />
penelitian ini mendukung hasil<br />
penelitian Satyawati (2009), Laksmi<br />
(2010), dan Suarniti (2010) yang<br />
menyatakan bahwa profesionalisme<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
pada kinerja auditor. Profesionalisme<br />
auditor meliputi baik secara teknis<br />
maupun teoritis di bidang keilmuan<br />
dan keterampilan yang ada hubungan<br />
dengan tugas pemeriksaan. Adanya<br />
keahlian dan kemampuan dalam<br />
melaksanakan pemeriksaan akan<br />
dapat mengetahui kekeliruan serta<br />
penyimpangan yang merupakan salah<br />
satu bagian kompetensi seorang<br />
auditor. Profesionalisme seorang<br />
auditor sangat mendukung dalam<br />
melaksanakan dan menyelesaikan<br />
tugas-tugasnya<br />
Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />
variabel tingkat pendidikan<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
pada kinerja auditor. Hal ini terlihat<br />
dari nilai β sebesar 0,550 dengan<br />
tingkat signifikansi sebesar 0,003 yang<br />
berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />
penelitian ini mendukung hasil<br />
penelitian dari Satyawati (2009),<br />
Laksmi (2010), dan Suarniti (2010)<br />
yang menyatakan bahwa tingkat<br />
pendidikan berpengaruh positif dan<br />
signifikan pada kinerja auditor.<br />
Seorang auditor memiliki kewajiban<br />
untuk memelihara dan meningkatkan<br />
kemampuan serta pengetahuannya<br />
melalui pendidikan formal ataupun<br />
tidak formal yang disebut pendidikan<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
profesional berkelanjutan. Tingkat<br />
pendidikan berpengaruh positif pada<br />
kinerja auditor dikarenakan dengan<br />
tingkat pendidikan yang memadai,<br />
seorang auditor tentu dapat<br />
menjalankan profesinya seefektif dan<br />
seef<strong>isi</strong>en mungkin. Hal ini tentu akan<br />
berpengaruh pada jumlah temuan dan<br />
hasil pemeriksannya.<br />
Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />
variabel komunikasi dalam tim<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
pada kinerja auditor. Hal ini dilihat<br />
dari nilai β sebesar 0,840 dengan<br />
tingkat signifikansi sebesar 0,012<br />
yang berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />
penelitian ini sesuai dengan hasil<br />
penelitian Negari (2009) yang<br />
menyatakan bahwa komunikasi<br />
berpengaruh signifikan terhadap<br />
kinerja frontliner. Komunikasi<br />
merupakan faktor penentu dalam<br />
membina kerjasama yang baik dalam<br />
tim auditor. Komunikasi dibutuhkan<br />
untuk bisa menghasilkan kinerja yang<br />
baik. Komunikasi yang terjalin<br />
diantara anggota tim audit menjadi<br />
aktivitas yang sangat fundamental<br />
untuk mencapai hasil akhir audit.<br />
Adanya komunikasi berarti adanya<br />
pertukaran informasi antar auditor,<br />
dengan begitu kecukupan informasi<br />
yang menyangkut tersedianya<br />
informasi yang akurat dan tepat waktu<br />
sesuai dengan yang dibutuhkan pun<br />
terpenuhi.<br />
V. SIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s data<br />
dan pembahasan yang telah<br />
dilakukan, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />
sebagai berikut:<br />
1) Superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif dan<br />
signifikan pada kinerja auditor<br />
Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />
2) Profesionalisme berpengaruh<br />
positif dan signifikan pada kinerja<br />
auditor Perwakilan BPKP Provinsi<br />
Bali.<br />
3) Tingkat pendidikan terbukti<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
163
pada kinerja auditor Perwakilan<br />
BPKP Provinsi Bali.<br />
4) Komunikasi dalam tim terbukti<br />
berpengaruh positif dan signifikan<br />
pada kinerja auditor Perwakilan<br />
BPKP Provinsi Bali.<br />
5.2 Saran<br />
Penelitian selanjutnya dapat<br />
melakukan penelitian dengan<br />
menggunakan variabel yang sama<br />
namun pada obyek penelitian yang<br />
berbeda, misalnya pada Perwakilan<br />
BPKP di luar Provinsi Bali, sehingga<br />
dapat diperbandingkan output yang<br />
dihasilkan, yaitu mengenai pengaruh<br />
variabel superv<strong>isi</strong>, profesionalisme,<br />
tingkat pendidikan, dan komunikasi<br />
dalam tim pada kinerja auditor<br />
Perwakilan BPKP di luar Provinsi Bali<br />
dengan auditor Perwakilan BPKP<br />
Provinsi Bali.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing. Ed<strong>isi</strong><br />
ke-3. Jakarta: Lembaga Penerbit<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Indonesia.<br />
Anthony dan Govindarajan. 2005.<br />
Management Control System. Buku<br />
2. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Aprilia, Ayu. 2008. Pengaruh<br />
Profesionalisme, Etika Profesi,<br />
Tingkat Pendidikan dan<br />
Pengalaman Kerja terhadap<br />
Kinerja Auditor pada Perwakilan<br />
BPK RI <strong>Denpasar</strong>. Skripsi Jurusan<br />
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana, <strong>Denpasar</strong>.<br />
Badan Pengawasan Keuangan dan<br />
Pembangunan. 2010. Profil<br />
Organisasi. Jakarta.<br />
Baotham, Sumintorn. 2007. Effects of<br />
Professionalism on Audit Quality<br />
and Self-image of CPAs in<br />
Thailand.<br />
International Journal of Business St<br />
164<br />
rategy. Thailand: Source Volume: 7<br />
Source Issue: 2.<br />
Chandra, Kris Ferdinand. 2006.<br />
Pengaruh Tindakan Superv<strong>isi</strong><br />
terhadap Kinerja Auditor Internal<br />
dengan Motivasi Kerja sebagai<br />
Variabel Intervening (Studi<br />
Empiris Pada PT. Bank ABC).<br />
Tesis Program Studi Magister<br />
Sains Akuntansi <strong>Universitas</strong><br />
Diponegoro.<br />
Fadhila, Nheila. 2009. Pengaruh<br />
Profesionalisme Auditor Terhadap<br />
Pertimbangan<br />
Tingkat Materialitas dalam Proses<br />
Pengauditan Laporan (Survei Pada<br />
Auditor di KAP Wilayah Surakarta<br />
dan Yogyakarta). Skripsi Fakultas<br />
Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Muhamadiyah Surakarta.<br />
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />
Multivariate dengan Program SPSS.<br />
Ed<strong>isi</strong> ke-2. Semarang: <strong>Universitas</strong><br />
Diponogoro.<br />
Halim, Abdul. 2003. Auditing 1. Dasar<br />
– dasar Audit Laporan Keuangan.<br />
Ed<strong>isi</strong> Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP<br />
YKPN.<br />
Hardjana, Agus M. 2002. Pekerja<br />
Profesional. Yogyakarta: Kan<strong>isi</strong>us.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001.<br />
Standar Profesional Akuntan<br />
Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing<br />
(Pengauditan). Yogyakarta: STIE<br />
YKPN.<br />
Laksmi, Dian. 2010. Pengaruh<br />
Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat<br />
Pendidikan, dan Pengalaman Kerja<br />
terhadap Kinerja Auditor BPK RI<br />
Perwakilan Provinsi Bali. Skripsi<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />
Udayana.<br />
Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />
Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali
Lestari dan Cahyono. 2003. Komitmen<br />
Organisasi dan Kepuasan Kerja<br />
Sebagai Mediasi Hubungan<br />
Profesionalisme dengan Intensi<br />
Keluar (Studi Empiris Pada<br />
Internal Auditor Perusahaan<br />
Manufaktur di Indonesia).<br />
Simposium Nasional Akuntansi VI<br />
Surabaya.<br />
Marganingsih dan Martani. 2002.<br />
Anal<strong>isi</strong>s Variabel Anteseden<br />
Perilaku Auditor<br />
Internal dan Konsekuensinya<br />
terhadap Kinerja: Studi Empiris<br />
pada Auditor di Lingkungan Aparat<br />
Pengawasan Intern Pemerintah –<br />
Lembaga Pemerintah Non<br />
Departemen. Jurnal Riset<br />
Akuntansi Indonesia, Vol 5, No. 3.<br />
Mulyadi. 2002. Auditing. Ed<strong>isi</strong><br />
Keenam. Buku 1. Jakarta:<br />
Salemba Empat.<br />
Negari, Purnawinati. 2009. Pengaruh<br />
Budaya Organisasi, Komunikasi<br />
dan Stres Kerja terhadap Kinerja<br />
Frontliner pada PT. Telkomsel Bali.<br />
Skripsi Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />
Rahmiati dan Kusuma. 2004.<br />
Hubungan antara Mentoring<br />
dengan Roles Stress dan Job<br />
Outcomes dalam Lingkungan<br />
Akuntan Publik. Simposium<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Nasional Akuntansi VII. <strong>Denpasar</strong>.<br />
2-3 Desember 2004.<br />
Satyawati, Mega Made. 2009.<br />
Pengaruh Profesionalisme, Etika<br />
Profesi, Tingkat Pendidikan, dan<br />
Pengalaman Kerja terhadap<br />
Kinerja Auditor (Studi Kasus pada<br />
BPKP Perwakilan Provinsi Bali).<br />
Skripsi Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />
Singleton, Hall. 2007. Information<br />
Technology Auditing and<br />
Assurance. Buku 1. Jakarta:<br />
Salemba Empat.<br />
Suarniti, Dewi Kadek. 2010. Pengaruh<br />
Profesionalisme, Etika Profesi,<br />
Tingkat Pendidikan, Pengalaman<br />
Kerja, dan Budaya Kerja Auditor<br />
terhadap Kinerja Auditor pada<br />
Kantor Akuntan Publik di Bali.<br />
Skripsi Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian<br />
Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />
Sumardi dan Hardiningsih. 2002<br />
Pengaruh Pengalaman terhadap<br />
Profesionalisme serta Pengaruh<br />
Profesionalisme terhadap Kinerja<br />
dan Kepuasan Kerja : Studi Kasus<br />
Auditor BPKP Semarang. Jurnal<br />
Bisnis dan Ekonomi.<br />
Idjurnal.blogspot.com<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
165
166<br />
PENGARUH GENDER, PELATIHAN, PENGALAMAN, DAN DISIPLIN<br />
KERJA AUDITOR PADA RENTANG WAKTU PENYELESAIAN AUDIT<br />
KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI<br />
Luh Putri Mas Mirayani<br />
Ni Wayan Rustiarini 5<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
Timeliness of submission of financial statements can be traced from the audit<br />
delay, namely the length of time the completion of the audit as measured from the<br />
date of the closing fiscal year until the date of issuance of audit reports. The purpose<br />
of this paper is to investigate the relationship between gender, training, experience,<br />
and discipline with audit delay.<br />
This research was carried out at the Bali province with respondent from auditor<br />
at the Bali Public Accountant Offices. Data was collected by questionnaire and was<br />
analyzed with multiple regression analysis. The results indicated that gender do not<br />
have significant effect on audit delay, but other variables which are training,<br />
experience, and discpline have significant effect on audit delay. This finding gives<br />
contribution for auditor in public accountant offices about importance of training,<br />
experience, and discipline to reduce the length of time of audit reports.<br />
Keywords: experience, gender, timeliness<br />
5Alamat Korespondensi: rusti_arini@yahoo.co.id<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Seiring dengan bertambahnya<br />
perusahaan yang menjual sahamnya<br />
ke masyarakat, permintaan atas<br />
laporan keuangan yang diaudit juga<br />
semakin meningkat. Laporan<br />
keuangan yang disampaikan secara<br />
berkala merupakan sumber informasi<br />
dan memberikan bahan pertimbangan<br />
bagi para pengguna dalam<br />
pengambilan keputusan. Hal ini<br />
tentunya akan meningkatkan peran<br />
akuntan publik mengingat setiap<br />
perusahaan yang telah go public wajib<br />
untuk menyampaikan laporan<br />
keuangan yang telah diaudit kantor<br />
akuntan publik yang independen.<br />
Laporan keuangan auditan dapat<br />
meningkatkan kepercayaan pihakpihak<br />
yang berkepentingan<br />
(stakeholders) atas informasi yang<br />
disampaikan pada laporan keuangan.<br />
Oleh karena itu, audit atas laporan<br />
keuangan perlu dilakukan agar para<br />
pengguna laporan keuangan merasa<br />
lebih yakin atas kualitas laporan<br />
keuangan yang dikeluarkan oleh<br />
perusahaan.<br />
Kerangka Dasar Penyusunan dan<br />
Penyajian Laporan Keuangan (IAI,<br />
2002) menyebutkan empat<br />
karakteristik kualitatif yang harus<br />
terdapat pada laporan keuangan yaitu<br />
dapat dipahami, relevan, andal, dan<br />
dapat diperbandingkan. Untuk<br />
mendapatkan informasi yang relevan,<br />
salah satu kendala yang sering<br />
dihadapi adalah kendala<br />
ketepatanwaktuan. Hal ini sesuai<br />
PSAK No.1 Tentang Penyajian Laporan<br />
Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
Keuangan paragraf 43, yaitu apabila<br />
terdapat penundaan yang tidak<br />
semestinya dalam pelaporan, maka<br />
informasi yang dihasilkan akan<br />
kehilangan relevansinya. Manfaat dari<br />
kandungan informasi yang ada dalam<br />
laporan keuangan dapat semakin<br />
berkurang seiring dengan berjalannya<br />
waktu sehingga suatu informasi tidak<br />
relevan lagi digunakan dalam<br />
pengambilan keputusan. Oleh karena<br />
itu perusahaan harus memperhatikan<br />
ketepatwaktuan penyampaian laporan<br />
keuangan. Semakin cepat informasi<br />
disampaikan maka semakin besar<br />
kandungan informasi yang cepat<br />
diketahui oleh pihak pengguna<br />
sehingga semakin cepat pula dalam<br />
pengambilan keputusan.<br />
Badan Pengawas Pasar Modal<br />
Laporan Keuangan (Bapepam-LK)<br />
melalui lampiran SK Ketua Bapepam<br />
No. 80/PM/1996 mewajibkan setiap<br />
perusahaan publik untuk<br />
menyampaikan laporan keuangan<br />
tahunan perusahaan dan laporan<br />
audit independennya kepada Bapepam<br />
selambat-lambatnya 120 hari setelah<br />
tanggal laporan tahunan perusahaan.<br />
Selain itu, Bapepam semakin<br />
memperketat peraturan sejak 30<br />
September 2003 melalui lampiran<br />
Surat SK Ketua Bapepam No. Kep<br />
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa<br />
laporan keuangan tahunan disertai<br />
dengan laporan akuntan dengan<br />
pendapat yang lazim harus<br />
disampaikan kepada Bapepam<br />
selambat-lambatnya pada akhir bulan<br />
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan<br />
keuangan tahunan. Hal ini<br />
mengindikasikan bahwa<br />
ketepatwaktuan penyampaian laporan<br />
keuangan merupakan hal yang sangat<br />
penting bagi perusahaan go public di<br />
bursa efek.<br />
Ketepatwaktuan penyampaian<br />
laporan keuangan dipengaruhi oleh<br />
lamanya proses audit yang dilakukan<br />
dan rentang waktu penyampaian<br />
laporan keuangan auditan oleh auditor<br />
independen. Rentang waktu<br />
penyelesaian audit menunjukkan<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
lamanya waktu yang digunakan<br />
auditor dalam menyelesaikan<br />
pekerjaan auditnya. Rentang waktu<br />
diukur dari tanggal penutupan tahun<br />
buku perusahaan hingga tanggal<br />
diterbitkannya laporan audit (Halim,<br />
2000). Wirakusuma (2006)<br />
menyatakan bahwa rentang waktu<br />
penyelesaian laporan audit (audit<br />
delay) diukur berdasarkan lamanya<br />
hari yang dibutuhkan untuk<br />
memperoleh laporan keuangan auditor<br />
independen atas audit laporan<br />
keuangan perusahaan sejak tanggal<br />
tutup buku, yaitu per 31 Desember<br />
sampai tanggal opini audit yang<br />
tercantum pada laporan auditor<br />
independen. Semakin pendek rentang<br />
waktu penyelesaian audit maka<br />
perusahaan semakin cepat<br />
melaporkan laporan keuangan<br />
sehingga pengambilan keputusan<br />
ekonomi juga semakin cepat.<br />
Sebaliknya, semakin panjang rentang<br />
waktu penyelesaian audit maka<br />
pengambilan keputusan akan semakin<br />
lama.<br />
Menurut Dyer dan Hugh (1975),<br />
lamanya waktu audit laporan<br />
keuangan dipengaruhi beberapa faktor<br />
seperti terdapatnya hal-hal yang tidak<br />
disepakati oleh manajemen klien dan<br />
auditor, masalah-masalah akuntansi<br />
dan auditing. Selain itu, proses audit<br />
merupakan proses sistematis sehingga<br />
memerlukan waktu cukup lama untuk<br />
menyelesaikan tugas. Meskipun<br />
demikian, auditor dapat<br />
memperpanjang rentang waktu<br />
penyelesaian audit untuk memenuhi<br />
standar dan meningkatkan kualitas<br />
audit sehingga membutuhkan waktu<br />
yang lebih lama. Hal ini sesuai<br />
Standar Profesional Akuntan Publik<br />
(IAI, 2004) yang menyatakan bahwa<br />
auditor perlu memiliki perencanaan<br />
atas aktivitas yang akan dilakukan,<br />
pemahaman memadai atas struktur<br />
pengendalian internal, serta bukti<br />
yang kompeten sebagai dasar<br />
menyatakan pendapat pada laporan<br />
keuangan. Audit juga dilaksanakan<br />
dengan penuh kecermatan dan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
167
ketelitian, dengan alat-alat<br />
pengumpulan bukti yang cukup<br />
memadai sehingga proses audit<br />
memerlukan waktu yang lebih<br />
panjang. Dapat dikatakan bahwa<br />
apabila auditor melakukan audit<br />
dengan standar yang tinggi maka<br />
memerlukan waktu yang lebih lama,<br />
demikian juga sebaliknya (Subekti dan<br />
Widiyanti, 2004).<br />
Penelitian ini bertujuan untuk<br />
membuktikan pengaruh gender,<br />
pelatihan, pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin<br />
kerja auditor terhadap rentang waktu<br />
penyelesaian audit Kantor Akuntan<br />
Publik di Bali. Penelitian ini dilakukan<br />
mengingat masih terbatasnya<br />
penelitian di Indonesia yang mengulas<br />
tentang pengaruh gender, pelatihan,<br />
pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />
terhadap rentang waktu penyelesaian<br />
audit di kantor akuntan publik. Oleh<br />
karena itu topik ini merupakan hal<br />
yang penting dan menarik untuk<br />
diteliti lebih lanjut. Selain itu,<br />
beberapa penelitian sebelumnya lebih<br />
banyak membahas pengaruh faktor<br />
spesifik perusahaan terhadap rentang<br />
waktu penyelesaian audit seperti<br />
ukuran, umur perusahaan, likuiditas,<br />
profitabilitas, solvabilitas, pelaporan<br />
item-item luar biasa (Saleh, 2004;<br />
Wirakusuma, 2006; Almilia dan<br />
Setiady, 2006).<br />
Gender adalah pembedaan sifat<br />
dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />
tanggung jawab antara laki-laki dan<br />
perempuan dari aspek sosial, budaya,<br />
dan psikologis. Isu gender ini turut<br />
berimplikasi dalam bidang pekerjaan,<br />
tidak terkecuali pada profesi akuntan.<br />
Gender dikatakan sebagai salah satu<br />
faktor individu yang mempengaruhi<br />
kinerja seseorang. Hasil penelitian<br />
Radityastuti (2011) menunjukkan<br />
bahwa wanita umumnya memiliki<br />
kecendrungan bekerja lebih tekun dan<br />
rapi sehingga berpengaruh pada<br />
rentang waktu penyelesaian auditnya.<br />
Selain itu, seorang auditor juga<br />
dituntut untuk selalu meningkatkan<br />
kemampuan yang dimilikinya melalui<br />
pelatihan-pelatihan. Hal tersebut<br />
168<br />
dapat membantu auditor apabila<br />
menemui kendala dalam<br />
melaksanakan tugasnya, serta dapat<br />
melaksanakan tugasnya seefektif dan<br />
seef<strong>isi</strong>en mungkin.<br />
Persyaratan profesional lain yang<br />
dituntut dari auditor adalah<br />
pengalaman bekerja sebagai auditor,<br />
yaitu pengalaman auditor dalam<br />
melakukan pemeriksaan laporan<br />
keuangan baik dari segi lamanya<br />
waktu, maupun banyaknya penugasan<br />
yang pernah dilakukan. Seseorang<br />
yang melakukan pekerjaan sesuai<br />
dengan pengalaman yang dimiliki akan<br />
memberikan hasil yang lebih baik<br />
daripada yang tidak memiliki<br />
pengalaman yang cukup dalam<br />
tugasnya. Auditor yang memiliki<br />
pengalaman tinggi dipandang dapat<br />
lebih cepat dalam menyelesaikan<br />
penugasan audit yang diberikan.<br />
Selain pengalaman, tingkat<br />
ked<strong>isi</strong>plinan para auditor dalam<br />
melaksanakan tugasnya juga dianggap<br />
turut berpengaruh terhadap rentang<br />
waktu penyelesaian audit. Apabila<br />
seorang auditor memiliki tingkat<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi maka segala<br />
tugas yang dilaksanakannya akan<br />
selesai tepat waktu, dan sebaliknya.<br />
Hasil penelitian ini diharapkan<br />
menjadi pedoman dan membantu<br />
auditor dalam mengidentifikasi faktorfaktor<br />
yang mempengaruhi rentang<br />
waktu penyelesaian audit sehingga<br />
dapat mempersingkat waktu<br />
penyampaian laporan sesuai dengan<br />
aturan waktu yang telah ditentukan<br />
oleh Bapepam.<br />
II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Teori Keagenan<br />
Teori keagenan merupakan teori<br />
yang mendasari hubungan keagenan<br />
antara pemegang saham dan<br />
manajemen perusahaan.<br />
Ketidakselarasan antara kepentingan<br />
pemegang saham dan manajemen<br />
menyebabkan timbulnya agency<br />
problem. Selain itu adanya<br />
keterbatasan pemegang saham untuk<br />
Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
mengakses informasi perusahaan<br />
menyebabkan asimetri informasi<br />
sehingga manajemen perusahaan<br />
dapat menyajikan informasi yang tidak<br />
sebenarnya pada pemegang saham.<br />
Oleh karena itu untuk meminimalisasi<br />
agency problem dibutuhkan pihak<br />
ketiga yang memiliki sikap independen<br />
yaitu auditor.<br />
2.2 Stakeholding Theory<br />
Menurut Machan (2009),<br />
perusahaan dapat dipandang dari dua<br />
teori, yaitu Shareholding Theory dan<br />
Stakeholding Theory. Pada<br />
Shareholding Theory dirumuskan<br />
bahwa perusahaan berdiri dan<br />
beroperasi untuk memaksimumkan<br />
kesejahteraan pemegang saham,<br />
sedangkan Stakeholding Theory<br />
menyatakan bahwa perusahaan tidak<br />
saja berhubungan dengan pemegang<br />
saham tapi juga stakeholders lain<br />
seperti karyawan, pelanggan,<br />
pemerintah, kreditur, supplier, dan<br />
masyarakat. Penelitian ini mengacu<br />
pada Stakeholding Theory yang<br />
diimplementasikan melalui<br />
penyampaian laporan keuangan<br />
sebagai salah satu bentuk<br />
pertanggungjawaban perusahaan<br />
kepada pihak lain yang<br />
berkepentingan. Untuk menjamin<br />
akuntabilitas, kewajaran, dan<br />
transparansi laporan keuangan yang<br />
disampaikan, maka diperlukan auditor<br />
independen yang akan mengaudit dan<br />
mengeluarkan opini atas laporan<br />
keuangan yang dibuat manajemen<br />
perusahaan. Penyelesaian proses audit<br />
yang dilakukan tepat pada waktunya<br />
dianggap merupakan salah satu cara<br />
untuk mengurangi timbulnya asimetri<br />
informasi.<br />
2.3 Pengaruh Gender pada Rentang<br />
Waktu Penyelesaian Audit<br />
Gender adalah konsep yang<br />
digunakan untuk membedakan sifat<br />
dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />
tanggung jawab antara laki-laki dan<br />
perempuan yang dikonstruksi dari<br />
beberapa aspek seperti sosial, budaya,<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
dan psikologis (Jamilah et al., 2007)<br />
dan selalu mengalami perubahan di<br />
masyarakat seiring perkembangan<br />
jaman. Isu gender ini berimplikasi<br />
dalam bidang pekerjaan yang turut<br />
mempengaruhi profesionalisme kerja<br />
auditor. Penelitian Radityastuti (2011)<br />
menunjukkan bahwa wanita<br />
umumnya cenderung bekerja lebih<br />
tekun dan rapi sehingga berpengaruh<br />
pada rentang waktu penyelesaian<br />
auditnya.<br />
Dalam hal pengambilan<br />
keputusan, kaum pria umumnya tidak<br />
menggunakan semua informasi yang<br />
tersedia sehingga tidak dapat<br />
mengambil keputusan secara<br />
keseluruhan. Pada s<strong>isi</strong> lain, kaum<br />
wanita memiliki daya ingat yang lebih<br />
baik sehingga dapat menggunakan<br />
seluruh informasi untuk pengambilan<br />
keputusan yang lebih komprehensif<br />
(Meyer dan Levy, 1986). Banyaknya<br />
informasi yang harus ditelaah oleh<br />
auditor akan mempengaruhi lamanya<br />
hari yang dibutuhkan untuk<br />
mengeluarkan opini atas laporan<br />
keuangan. Berdasarkan uraian<br />
tersebut, maka hipotesis yang<br />
dikembangkan adalah:<br />
H1: Gender berpengaruh pada rentang<br />
waktu penyelesaian audit<br />
2.4 Pengaruh Pelatihan pada<br />
Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit<br />
Standar umum auditing pertama<br />
dalam Standar Profesional Akuntan<br />
Publik menyatakan bahwa auditor<br />
harus dilaksanakan oleh seorang atau<br />
lebih yang memiliki keahlian dan<br />
pelatihan teknis yang cukup sebagai<br />
auditor (IAI, 2004). Pelatihan<br />
merupakan suatu proses yang<br />
mengajarkan pengetahuan, keahlian,<br />
dan sikap sehingga seseorang semakin<br />
terampil dan bertanggung jawab<br />
sesuai dengan standar yang berlaku<br />
(Mangkuprawira, 2003). Menurut<br />
Novityanti dan Bandi (2002), kegiatan<br />
pelatihan formal yang bertujuan untuk<br />
peningkatan pengetahuan memiliki<br />
kualitas yang sama dengan<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
169
pengetahuan yang diperoleh dari<br />
pengalaman kerja sebelumnya.<br />
Selain itu, pelatihan yang cukup<br />
dan memadai juga diperlukan dalam<br />
rangka memenuhi persyaratan<br />
profesional pekerjaan sehingga dalam<br />
melaksanakan tugasnya seorang<br />
auditor dapat mengatasi permasalahan<br />
yang mungkin timbul di lapangan.<br />
Adapun beberapa kegiatan pelatihan<br />
yang dapat menunjang profesionalisme<br />
seorang auditor seperti seminar,<br />
simposium, lokakarya, kegiatan<br />
penunjang keterampilan, ataupun<br />
jenis pelatihan lainnya. Dengan<br />
adanya berbagai kegiatan pelatihan,<br />
para auditor akan meningkatkan<br />
proses sosialisasi sehingga dapat<br />
dengan cepat beradaptasi pada<br />
perubahan lingkungan (Novityanti dan<br />
Bandi, 2002). Pelatihan dalam<br />
penelitian ini diharapkan dapat<br />
meningkatkan profesionalisme auditor<br />
sehingga akan memperpendek rentang<br />
waktu penyelesaian audit.<br />
Berdasarkan uraian tersebut, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H2: Pelatihan berpengaruh pada<br />
rentang waktu penyelesaian audit<br />
2.5 Pengaruh Pengalaman Kerja pada<br />
Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit<br />
Pengalaman kerja adalah tingkat<br />
penguasaan dan pemahaman atas<br />
pekerjaan yang dimiliki seseorang.<br />
Pengetahuan dan pengalaman kerja<br />
merupakan faktor penting untuk<br />
meningkatkan keahlian (Purnamasari,<br />
2005). Keahlian dan kompetensi<br />
seseorang tidak hanya dipengaruhi<br />
oleh pendidikan formal tapi juga aspek<br />
lain seperti pengalaman. Pengalaman<br />
kerja dapat diukur dari lamanya<br />
karyawan bekerja, penguasaan atas<br />
tugas yang diberikan, pelatihan, serta<br />
keinginan untuk menambah wawasan<br />
dan pengetahuan. Dalam bidang<br />
akuntansi, berbagai pelatihan,<br />
superv<strong>isi</strong>, serta review terhadap hasil<br />
pekerjaannya yang diberikan oleh<br />
auditor yang lebih berpengalaman<br />
merupakan beberapa cara untuk<br />
meningkatkan pengalaman seorang<br />
auditor. Mengingat pengalaman<br />
dianggap sebagai suatu aspek penting<br />
yang dapat mempengaruhi kinerja<br />
akuntan publik, maka Menteri<br />
Keuangan melalui Surat Keputusan<br />
No. 423/KMK.06/2002 memasukkan<br />
pengalaman sebagai salah satu<br />
persyaratan dalam memperoleh ijin<br />
menjadi akuntan publik.<br />
Menurut Purnamasari (2005),<br />
pengalaman kerja yang tinggi dari<br />
seorang auditor akan bermanfaat<br />
dalam mendeteksi kesalahan dan<br />
mampu mencari penyebab kesalahan<br />
yang terjadi. Auditor yang<br />
berpengalaman dapat lebih banyak<br />
menemukan item-item yang tidak<br />
umum dan wajar dibandingkan<br />
auditor yang kurang berpengalaman<br />
sehingga dapat mempersingkat waktu<br />
penyelesaian tugas-tugas dan<br />
tanggung jawab yang diberikan (Choo<br />
dan Trotman, 1991). Beberapa<br />
penelitian sebelumnya juga<br />
menemukan bahwa pengalaman kerja<br />
berpengaruh signifikan pada rentang<br />
waktu penyelesaian audit (Wijaya,<br />
2006; Wicaksana, 2010). Pada<br />
penelitian ini, pengalaman kerja<br />
diharapkan dapat meningkatkan<br />
keterampilan dan kecepatan seorang<br />
auditor dalam menyelesaikan tugas<br />
audit yang menjadi tanggung<br />
jawabnya. Berdasarkan uraian<br />
tersebut, maka hipotesis yang<br />
dikembangkan adalah:<br />
H3: Pengalaman kerja berpengaruh<br />
pada rentang waktu penyelesaian<br />
audit<br />
2.6 Pengaruh D<strong>isi</strong>plin Kerja pada<br />
Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit<br />
D<strong>isi</strong>plin merupakan usaha<br />
menciptakan situasi dan kond<strong>isi</strong> kerja<br />
yang tertib, dan berdaya guna melalui<br />
sistem pengaturan tertentu. D<strong>isi</strong>plin<br />
kerja dapat juga diartikan sebagai<br />
kepatuhan seluruh karyawan<br />
perusahaan pada aturan yang berlaku<br />
yang dilandasi oleh kesadaran<br />
(Nitisemito, 1984) dalam Wijaya (2006).<br />
170 Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
Ked<strong>isi</strong>plinan berperan untuk<br />
memotivasi karyawan bekerja dengan<br />
lebih baik sehingga membantu<br />
tercapainya tujuan organisasi. Dengan<br />
demikian, d<strong>isi</strong>plin dapat digunakan<br />
untuk membantu mengarahkan<br />
seseorang untuk mencapai tujuan<br />
melalui kepatuhannya dalam<br />
menjalankan aturan.<br />
Apabila auditor tidak memiliki<br />
tingkat kepatuhan yang tinggi atas<br />
suatu peraturan, prosedur, dan<br />
kebijakan yang berlaku, maka auditor<br />
tidak akan memiliki kinerja yang baik.<br />
Selain itu, auditor yang tidak d<strong>isi</strong>plin<br />
dalam bekerja cenderung<br />
membutuhkan waktu yang cukup<br />
lama untuk dapat menyelesaikan<br />
pekerjaan audit yang diberikan. Oleh<br />
karena itu, semakin rendah tingkat<br />
ked<strong>isi</strong>plinan auditor maka semakin<br />
lama waktu yang dibutuhkan untuk<br />
mengeluarkan opini atas laporan<br />
keuangan yang telah diaudit.<br />
Berdasarkan uraian tersebut, maka<br />
hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />
H4: D<strong>isi</strong>plin kerja berpengaruh pada<br />
rentang waktu penyelesaian audit<br />
III. METODE PENELITIAN<br />
3.1 Sampel Penelitian<br />
Populasi dalam penelitian ini<br />
adalah seluruh auditor yang bekerja<br />
pada 10 (sepuluh) Kantor Akuntan<br />
Publik di Bali. Metode pengumpulan<br />
data yang digunakan adalah metode<br />
survei menggunakan kuesioner yang<br />
ber<strong>isi</strong> <strong>daftar</strong> pertanyaan terkait<br />
dengan variabel gender, pelatihan,<br />
pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja,<br />
serta rentang waktu yang dibutuhkan<br />
auditor untuk menyelesaikan tugas<br />
audit yang diberikan. Adapun jumlah<br />
ku<strong>isi</strong>oner yang disebarkan kepada<br />
responden sebanyak 65 ku<strong>isi</strong>oner,<br />
namun sebanyak 6 ku<strong>isi</strong>oner tidak<br />
dikembalikan dan sebanyak 4<br />
ku<strong>isi</strong>oner tidak dapat digunakan<br />
dalam penelitian karena tidak<br />
menjawab secara lengkap pertanyaan<br />
yang diberikan. Dengan demikian,<br />
secara keseluruhan jumlah ku<strong>isi</strong>oner<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
yang layak untuk dianal<strong>isi</strong>s lebih<br />
lanjut adalah sebanyak 55 ku<strong>isi</strong>oner.<br />
3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />
Variabel bebas yang digunakan<br />
dalam penelitian ini antara lain:<br />
1) Gender (X1)<br />
Gender adalah konsep yang<br />
digunakan untuk membedakan sifat<br />
dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />
tanggung jawab antara laki-laki dan<br />
perempuan yang dikonstruksi dari<br />
beberapa aspek seperti sosial,<br />
budaya, dan psikologis. Gender<br />
merupakan variabel dummy yaitu<br />
diberi nilai 1 untuk pria dan nilai 0<br />
untuk wanita.<br />
2) Pelatihan (X2)<br />
Pelatihan merupakan suatu proses<br />
yang mengajarkan pengetahuan,<br />
keahlian, dan sikap sehingga<br />
seseorang semakin terampil dan<br />
bertanggungjawab sesuai dengan<br />
standar yang berlaku. Pelatihan<br />
diukur dari jumlah pelatihan yang<br />
pernah dilakukan oleh auditor.<br />
3) Pengalaman kerja (X3)<br />
Pengalaman adalah tingkat<br />
penguasaan dan pemahaman atas<br />
pekerjaan yang dimiliki seseorang.<br />
Pengalaman kerja merupakan faktor<br />
penting untuk meningkatkan<br />
keahlian auditor.<br />
4) D<strong>isi</strong>plin kerja (X4)<br />
D<strong>isi</strong>plin merupakan usaha<br />
menciptakan situasi dan kond<strong>isi</strong><br />
kerja yang tertib, dan berdaya guna<br />
melalui sistem pengaturan tertentu<br />
sehingga dapat meningkatkan<br />
kinerja auditor.<br />
5) Variabel terikat dalam penelitian ini<br />
adalah rentang waktu penyelesaian<br />
audit, yaitu lamanya waktu yang<br />
dibutuhkan oleh auditor dalam<br />
melakukan suatu audit atas laporan<br />
keuangan yang dihitung dari<br />
tanggal tutup tahun buku<br />
perusahaan sampai dengan tanggal<br />
yang tertera di laporan auditor.<br />
Rentang waktu penyelesaian audit<br />
dinyatakan dalam hari. Rata-rata<br />
waktu penyelesaian audit ini<br />
kemudian diberikan skor sesuai<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
171
dengan penelitian sebelumnya yang<br />
dilakukan oleh Wicaksana (2010).<br />
Adapun skor yang diberikan untuk<br />
rentang waktu penyelesaian audit<br />
ditunjukkan dalam Tabel 2<br />
(Lampiran).<br />
3.3 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />
Teknik anal<strong>isi</strong>s data yang<br />
digunakan dalam penelitian ini adalah<br />
regresi linear berganda. Sebelum<br />
dilakukan anal<strong>isi</strong>s terhadap data yang<br />
dikumpulkan, maka terlebih dahulu<br />
dilakukan pengujian instrumen<br />
penelitian yaitu pengujian validitas<br />
dan reliabilitas atas ku<strong>isi</strong>oner yang<br />
digunakan. Sebelum dilakukan<br />
anal<strong>isi</strong>s regresi, terlebih dahulu<br />
dilakukan uji asumsi klasik<br />
menggunakan uji normalitas, uji<br />
multikolinieritas, dan uji<br />
heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Berikut<br />
persamaan regresi yang digunakan<br />
dalam penelitian ini:<br />
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +<br />
ε…………………..………………….(1)<br />
Keterangan:<br />
Y : rentang waktu penyelesaian<br />
audit<br />
α : konstanta<br />
β1-β4 : koef<strong>isi</strong>en regresi<br />
X1 : gender<br />
X2 : pelatihan<br />
X3 : pengalaman kerja<br />
X4 : d<strong>isi</strong>plin kerja<br />
e : error<br />
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas<br />
Instrumen<br />
Hasil uji validitas pada penelitian<br />
ini dilakukan pada variabel<br />
pengalaman kerja auditor yang<br />
dibentuk oleh 14 indikator dan<br />
variabel d<strong>isi</strong>plin kerja yang dibentuk<br />
oleh 12 indikator. Hasil penelitian<br />
menunjukkan bahwa seluruh<br />
indikator dalam variabel pengalaman<br />
kerja auditor dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />
memiliki koef<strong>isi</strong>en korelasi yang lebih<br />
besar dari 0.3. Jadi dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />
bahwa seluruh indikator telah<br />
memenuhi syarat validitas data. Hasil<br />
uji reliabilitas menunjukkan nilai<br />
Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60.<br />
Hasil uji menunjukkan nilai cronbach<br />
alpha untuk variabel pengalaman<br />
kerja auditor sebesar 0.948 dan<br />
variabel d<strong>isi</strong>plin kerja auditor sebesar<br />
0.949. Hal ini menunjukkan bahwa<br />
variabel pengalaman kerja auditor dan<br />
variabel d<strong>isi</strong>plin kerja auditor telah<br />
memenuhi syarat reliabilitas data.<br />
4.2 Anal<strong>isi</strong>s Regresi<br />
Uji asumsi klasik dilakukan<br />
menggunakan tiga uji asumsi klasik<br />
yaitu uji normalitas, multikolinearitas<br />
dan heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Hasil uji<br />
normalitas menggunakan Kolmogorov-<br />
Smirnov menunjukkan nilai sebesar<br />
0.674, yang lebih besar dari 0.05. Hal<br />
ini berarti variabel gender, pelatihan,<br />
pengalaman kerja, d<strong>isi</strong>plin kerja, dan<br />
RWPA telah berdistribusi normal. Hasil<br />
uji multikolinearitas menunjukkan<br />
nilai tolerance diatas 10% dan nilai VIF<br />
yang semuanya dibawah 10. Hal ini<br />
berarti dalam model regresi tidak<br />
terjadi multikolinieritas. Hasil uji<br />
heterokedast<strong>isi</strong>tas melalui uji Gletjer<br />
menunjukkan bahwa variabel bebas<br />
memiliki nilai lebih besar dari 0.05<br />
sehingga dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />
tidak terjadi heterokedast<strong>isi</strong>tas dalam<br />
model regresi yang digunakan.<br />
Nilai koef<strong>isi</strong>en korelasi (R) sebesar<br />
0.741 menunjukkan bahwa tingkat<br />
korelasi antara variabel independen<br />
dengan variabel dependen sebesar<br />
74.1%. Artinya rentang waktu<br />
penyelesaian audit mempunyai<br />
hubungan yang kuat dengan variabel<br />
gender, pelatihan, pengalaman kerja,<br />
dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor karena<br />
memiliki nilai koef<strong>isi</strong>en korelasi lebih<br />
besar dari 0.5. Nilai koef<strong>isi</strong>en<br />
determinasi (R 2) menggunakan<br />
adjusted R square menunjukkan nilai<br />
sebesar 0.514 atau 51.4% yang berarti<br />
bahwa variabel gender, pelatihan,<br />
pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja<br />
berpengaruh sebesar 51.4% terhadap<br />
rentang waktu penyelesaian audit<br />
pada Kantor Akuntan Publik di Bali,<br />
172 Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
sedangkan sisanya 48.6% dipengaruhi<br />
oleh variabel lain yang tidak diteliti<br />
dalam penelitian ini.<br />
Hasil uji simultan menunjukkan<br />
nilai F memiliki signifikansi sebesar<br />
0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa<br />
variabel bebas yaitu gender, pelatihan,<br />
pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja<br />
berpengaruh secara simultan pada<br />
rentang waktu penyelesaian audit KAP<br />
di Bali pada tingkat signifikansi 5%.<br />
Hasil uji statistik t menunjukkan<br />
bahwa variabel gender tidak<br />
berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit KAP di Bali dengan<br />
nilai signifikansi sebesar 0.645.<br />
Meskipun demikian, variabel<br />
pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja berpengaruh pada<br />
rentang waktu penyelesaian audit KAP<br />
di Bali dengan nilai signifikansi<br />
sebesar 0.002; 0.003, dan 0.000.<br />
4.3 Pengujian Hipotesis<br />
Hasil pengujian hipotesis pertama<br />
menunjukkan bahwa gender tidak<br />
berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit dengan signifikansi<br />
sebesar 0.645. Gender tidak<br />
menentukan rentang waktu<br />
penyelesaian audit, karena gender<br />
belum tentu menjamin kinerja<br />
seseorang dalam suatu pekerjaan.<br />
Meskipun wanita dan pria memiliki<br />
kemampuan yang berbeda dalam<br />
memproses informasi namun hal<br />
tersebut tidak mempengaruhi rentang<br />
waktu penyelesaian audit. Hal ini<br />
dapat disebabkan karena wanita<br />
cenderung teliti dan berhati-hati dalam<br />
pengambilan keputusan sehingga<br />
memerlukan waktu yang cukup lama<br />
untuk melakukan audit dan<br />
mengeluarkan opini. Hasil penelitian<br />
ini bertentangan dengan hasil<br />
penelitian Radityastuti (2011) yang<br />
menyatakan bahwa wanita umumnya<br />
cenderung bekerja lebih tekun dan<br />
rapi sehingga berpengaruh pada<br />
rentang waktu penyelesaian auditnya.<br />
Penelitian ini menunjukkan bahwa<br />
pelatihan berpengaruh pada rentang<br />
waktu penyelesaian audit dengan<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
signifikansi sebesar 0.002. Pelatihan<br />
menentukan rentang waktu<br />
penyelesaian audit karena kegiatan<br />
pelatihan dapat meningkatkan<br />
ketrampilan dan profesionalisme kerja<br />
auditor sehingga dapat memperpendek<br />
rentang waktu penyelesaian audit.<br />
Selain itu, pelatihan yang cukup dan<br />
memadai juga diperlukan dalam<br />
rangka memenuhi persyaratan<br />
profesional pekerjaan sehingga dalam<br />
melaksanakan tugasnya seorang<br />
auditor dapat mengatasi permasalahan<br />
yang mungkin timbul di lapangan.<br />
Pengujian hipotesis ketiga<br />
menunjukkan nilai signifikasi sebesar<br />
0.003 yang berarti bahwa pengalaman<br />
kerja berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit. Semakin sering<br />
auditor melakukan audit, maka<br />
tingkat ketrampilan auditor tersebut<br />
meningkat dan menjadi semakin<br />
berpengalaman. Semakin tinggi tingkat<br />
pengalaman kerja auditor maka<br />
semakin cepat auditor tersebut<br />
menyelesaikan tugas auditnya. Auditor<br />
yang berpengalaman dapat lebih<br />
banyak menemukan item-item yang<br />
tidak umum dan wajar dibandingkan<br />
auditor yang kurang berpengalaman<br />
sehingga dapat mempersingkat waktu<br />
penyelesaian tugas-tugas dan<br />
tanggung jawab yang diberikan (Choo<br />
dan Trotman, 1991). Hasil penelitian<br />
ini konsisten dengan penelitian<br />
sebelumnya yang dilakukan oleh<br />
Wijaya (2006) dan Wicaksana (2010)<br />
yang menyatakan bahwa pengalaman<br />
kerja berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit.<br />
Hipotesis keempat menyatakan<br />
bahwa d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />
berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit Kantor Akuntan<br />
Publik di Bali. Hasil pengujian<br />
menunjukkan bahwa d<strong>isi</strong>plin kerja<br />
berpengaruh secara signifikan pada<br />
rentang waktu penyelesaian audit<br />
dengan signifikansi sebesar 0.000.<br />
Berarti auditor yang memiliki tingkat<br />
d<strong>isi</strong>plin yang tinggi akan memiliki<br />
kinerja yang lebih baik daripada<br />
auditor yang memiliki tingkat d<strong>isi</strong>plin<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
173
yang rendah. Selain itu auditor dengan<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi<br />
membutuhkan waktu yang lebih<br />
pendek untuk menyelesaikan<br />
pekerjaan audit yang diberikan.<br />
Dengan demikian, dapat dikatakan<br />
bahwa semakin tinggi tingkat<br />
ked<strong>isi</strong>plinan seorang auditor maka<br />
semakin pendek rentang waktu yang<br />
dibutuhkan untuk mengeluarkan opini<br />
atas laporan keuangan.<br />
V. SIMPULAN, KETERBATASAN<br />
DAN SARAN PENELITIAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Penelitian ini bertujuan untuk<br />
mengetahui pengaruh gender,<br />
pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja auditor pada rentang<br />
waktu penyelesaian audit kantor<br />
akuntan publik di Bali. Penelitian ini<br />
dilakukan mengingat masih<br />
terbatasnya penelitian di Indonesia<br />
yang mengulas tentang pengaruh<br />
gender, pelatihan, pengalaman, dan<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja auditor terhadap rentang<br />
waktu penyelesaian audit di kantor<br />
akuntan publik. Selain itu, beberapa<br />
penelitian sebelumnya lebih banyak<br />
membahas pengaruh faktor spesifik<br />
perusahaan terhadap rentang waktu<br />
penyelesaian audit seperti ukuran,<br />
umur perusahaan, likuiditas,<br />
profitabilitas, solvabilitas, pelaporan<br />
item-item luar biasa.<br />
Hasil pengujian hipotesis pertama<br />
menunjukkan bahwa gender tidak<br />
berpengaruh pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit. Hal ini<br />
menunjukkan bahwa gender belum<br />
tentu menjamin kinerja seseorang<br />
dalam suatu pekerjaan. Meskipun<br />
demikian, variabel lain seperti<br />
pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja memiliki pengaruh<br />
signifikan pada rentang waktu<br />
penyelesaian audit. Pengujian<br />
hipotesis kedua menunjukkan bahwa<br />
pelatihan berpengaruh pada rentang<br />
waktu penyelesaian audit. Berbagai<br />
kegiatan pelatihan yang dimiliki<br />
auditor akan meningkatkan<br />
ketrampilan dan profesionalisme<br />
174<br />
auditor sehingga dapat memperpendek<br />
rentang waktu penyelesaian audit.<br />
Selain itu, apabila auditor sering<br />
melakukan tugas audit dan dalam<br />
jangka waktu yang cukup lama, maka<br />
auditor maka semakin cepat auditor<br />
tersebut menyelesaikan tugas<br />
auditnya. Hal ini juga tentunya harus<br />
didukung oleh tingginya tingkat<br />
d<strong>isi</strong>plin seorang auditor sehingga akan<br />
menghasilkan kinerja yang lebih baik.<br />
Hasil penelitian ini memberikan<br />
informasi kepada pihak auditor dan<br />
kantor akuntan publik bahwa variabel<br />
pelatihan, pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin<br />
kerja merupakan hal penting yang<br />
mempengaruhi rentang waktu<br />
penyelesaian audit. Oleh karena itu<br />
auditor dan kantor akuntan publik<br />
hendaknya senantiasa meningkatkan<br />
kualitas jasa audit yang ditawarkan<br />
dengan mengikuti berbagai kegiatan<br />
pelatihan sehingga dapat menambah<br />
pengalaman dalam bidang audit.<br />
Selain itu auditor harus memiliki<br />
d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi sehingga<br />
rentang waktu yang diperlukan untuk<br />
mengeluarkan opini audit tidak terlalu<br />
panjang.<br />
5.2 Keterbatasan dan Saran<br />
Penelitian ini memiliki<br />
keterbatasan-keterbatasan. Pertama,<br />
penelitian ini hanya menggunakan<br />
empat variabel yang mempengaruhi<br />
rentang waktu penyelesaian audit.<br />
Peneliti selanjutnya disarankan untuk<br />
mengembangkan penelitian ini dengan<br />
meneliti faktor-faktor lain yang<br />
berpengaruh terhadap rentang waktu<br />
penyelesaian audit seperti tekanan<br />
ketaatan, keahlian, dan kompleksitas<br />
tugas. Kedua, penelitian ini hanya<br />
menggunakan responden yang berasal<br />
dari akuntan publik saja sehingga<br />
hasilnya tidak bisa digeneralisasi<br />
untuk semua auditor. Peneliti<br />
selanjutnya hendaknya memperluas<br />
sampel tidak hanya auditor kantor<br />
akuntan publik, namun juga auditor<br />
pemerintah dan auditor internal.<br />
Ketiga, instrumen kuesioner yang<br />
digunakan dalam penelitian ini<br />
Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
mungkin belum dapat<br />
menggambarkan secara utuh kond<strong>isi</strong><br />
yang terjadi. Peneliti selanjutnya dapat<br />
menambah metode lain seperti<br />
wawancara untuk mengatasi<br />
kelemahan pada metode kuesioner ini.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Almilia, Luciana Spica dan Lucas<br />
Setiady. 2006. Faktor-faktor yang<br />
Mempengaruhi Penyelesaian<br />
Penyajian Laporan Keuangan pada<br />
Perusahaan yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />
Bursa Efek Jakarta. Seminar<br />
Nasional Good Corporate<br />
Governance. 24-25 November<br />
2006.<br />
Choo, F. dan K.T. Trotman. 1991. The<br />
Relationship between Knowledge<br />
Structure and Judgments for<br />
Experienced and Inexperienced<br />
Auditors. The Accounting Review.<br />
Juli. pp. 464-485.<br />
Dyer, J.D. and Arhur Mc. Hugh. 1975.<br />
The Timeliness of the Australian<br />
Annual Report, Journal of<br />
Accounting Research, Autums, pp.<br />
204 – 219.<br />
Halim, Varianda. 2000. Faktor-Faktor<br />
yang Mempengaruhi Audit Delay:<br />
Studi Empiris pada Perusahaan-<br />
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta.<br />
Dalam Jurnal Bisnis dan Akuntansi<br />
(2:1), April, h:63 –75.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004.<br />
Standar Profesional Akuntan<br />
Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002.<br />
Standar Akuntasi Keuangan.<br />
Jakarta: Salemba Empat.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia<br />
Kompartemen Akuntan Publik.<br />
2012. Directory Kantor Akuntan<br />
Publik dan Akuntan Publik.<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Jakarta: IAI Kopartemen Akuntan<br />
Publik.<br />
Jamilah, Siti, Xaenal Fanani, dan<br />
Grahita Chandrarin. 2007.<br />
Pengaruh Gender, Tekanan<br />
Ketaatan, dan Kompleksitas<br />
Tugas terhadap Audit<br />
Judgement. Simposium Nasional<br />
Akuntansi X Makasar. 25–28 Juli<br />
2007: 1–30.<br />
Machan, Tibor R. 2009. Stekeholder vs<br />
Shareholder Theory of The Ethics<br />
Of Corporate Management.<br />
Economics and Business Research.<br />
Vol 1, No. 1.<br />
Mangkuprawira, Tb. Sjafari. 2003.<br />
Manajemen Sumber Daya Manusia<br />
Strategik. Jakarta: Ghalia<br />
Indonesia.<br />
Meyer dan Levy. J. 1986. Gender<br />
Differences in Information<br />
Processing: A Selectivity<br />
Interpretation. Cognitive and<br />
Affective Responses to Advert<strong>isi</strong>ng.<br />
Edited by P., Cafferata and<br />
M.Tybout. pp 219-260.<br />
Novityanti, Putri dan Bandi. 2002.<br />
Pengaruh Pengalaman dan<br />
Pelatihan terhadap Struktur<br />
Pengetahuan Auditor tentang<br />
Kekeliruan. Simposium Nasional<br />
Akuntansi V. hal:481-488.<br />
Purnamasari, Dian Indri. 2005.<br />
Pengaruh Pengalaman Kerja<br />
terhadap Hubungan Part<strong>isi</strong>pasi<br />
dengan Efektifitas Sistem<br />
Informasi. Jurnal Riset Akuntansi<br />
Keuangan.<br />
Radityastuti, Anak Agung Ratih. 2011.<br />
Pengaruh Gender, Tekanan<br />
Ketaatan, Kompleksitas Tugas,<br />
Tingkat Pendidikan, Hirarkhi<br />
Jabatan dan Pengalaman Auditor<br />
terhadap Profesionalisme Auditor<br />
Kantor Akuntan Publik Di Bali.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
175
176<br />
Skripsi. <strong>Universitas</strong> Udayana,<br />
<strong>Denpasar</strong>.<br />
Saleh, Rachmaf. 2004. Studi Empiris<br />
Ketepatan Waktu Pelaporan<br />
Keuangan Perusahaan Manufaktur<br />
di Bursa Efek Jakarta. Simposium<br />
Nasional Akuntansi VII. Bali.<br />
Subekti, Imam dan Novi Wulandari<br />
Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor<br />
yang Berpengaruh terhadap Audit<br />
Delay di Indonesia. Simposium<br />
Nasional Akuntansi VII.<br />
Wicaksana Santosa, I Gede Arya.<br />
2010. Pengaruh Status Klien dan<br />
Karakteristik Demografis Auditor<br />
pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di<br />
LAMPIRAN<br />
Bali. Skripsi. <strong>Universitas</strong> Udayana,<br />
<strong>Denpasar</strong>.<br />
Wijaya, I Gusti Bagus Adi. 2006.<br />
Pengaruh Tingkat Pendidikan,<br />
D<strong>isi</strong>plin dan Pengalaman Kerja<br />
Auditor terhadap Rentang Waktu<br />
Penyelesaian Audit pada Kantor<br />
Akuntan Publik di Bali. Skripsi.<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana, <strong>Denpasar</strong>.<br />
Wirakusuma, Made Gede. 2006.<br />
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi<br />
Rentang Waktu Penyajian Laporan<br />
Keuangan ke Publik (Studi Empiris<br />
Mengenai Keberadaan Div<strong>isi</strong><br />
Internal Audit Pada Perusahaan<br />
Perusahaan yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />
Bursa Efek Jakarta). Jurnal AUDI.<br />
Volume 1, No. 1.<br />
www.idx.co.id<br />
Tabel 1<br />
Nama Kantor Akuntan Publik di Bali<br />
NO NAMA KAP ALAMAT<br />
1 KAP. Drs. Ida Bagus Djagera Jl. Hassanuddin No.1, <strong>Denpasar</strong><br />
2 KAP. Drs. I Made Oka & Rekan Jl. Werkudara No. 5, <strong>Denpasar</strong><br />
3 KAP I Wayan Ramantha Jl. Rampai No.1 A Lantai 3 <strong>Denpasar</strong><br />
4 KAP. Drs. Johan Malonda, Astika Jl. Muding Indah I No. 5 Kuta Utara,<br />
& Rekan (Cab)<br />
Kerobokan, <strong>Denpasar</strong><br />
5 KAP. K Gunarsa Jl. Tukad Pakerisan No. 116 A,<br />
Panjer, <strong>Denpasar</strong><br />
6 KAP. Drs. Ketut Budiartha Jl. Tegal Harum No. 11, <strong>Denpasar</strong><br />
Timur<br />
7 KAP. Drs. Sri Marmo Djogosarkoro Jl. Gunung Muria Blok VE No.1<br />
Monang-maning, <strong>Denpasar</strong><br />
8 KAP. Drs Tasnim Ali Widjanarko &<br />
Rekan (Cab)<br />
Gedung Hiswana Migas Bali Lantai 1<br />
Jl. Kepundung No. 12 <strong>Denpasar</strong><br />
9 KAP. Drs Wayan Sunasdyana Jl. Pura Demak I Gang Buntu, No. 89,<br />
<strong>Denpasar</strong><br />
10 KAP Rama Wendra (Cab) Grand Sudirman Blok B No. 10, Jl.<br />
Jend. Sudirman <strong>Denpasar</strong><br />
Sumber: Directory of The Indonesian Institute of Certified Public Accountants (2012)<br />
Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
Tabel 2<br />
Skor untuk Rentang Waktu Penyelesaian Audit<br />
No. Rentang Waktu Penyelesaian Audit Skor<br />
1.<br />
2.<br />
3.<br />
4.<br />
19 hari kerja – 45 hari kerja<br />
46 hari kerja – 71 hari kerja<br />
72 hari kerja – 97 hari kerja<br />
98 hari kerja – diatas 124 hari kerja<br />
Sumber: Wicaksana (2010)<br />
Tabel 3<br />
Hasil Uji Realibilitas<br />
No. Variabel Cronbach<br />
Alpha<br />
4<br />
3<br />
2<br />
1<br />
Keterangan<br />
1 Pengalaman Kerja Auditor 0.948 Reliabel<br />
2 Sistem Akuntansi (X2) 0.949 Reliabel<br />
Sumber: data diolah<br />
N<br />
Normal Parameters a,b<br />
Most Extreme<br />
Differences<br />
Kolmogorov-Smirnov Z<br />
Asymp. Sig. (2-tailed)<br />
Tabel 4<br />
Hasil Uji Normalitas<br />
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />
Mean<br />
Std. Deviation<br />
Absolute<br />
Positive<br />
Negative<br />
a. Test distribution is Normal.<br />
b.<br />
Calculated from data.<br />
Unstandardized<br />
Residual<br />
55<br />
,0000000<br />
,67230390<br />
,097<br />
,097<br />
-,070<br />
,722<br />
,674<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
177
178<br />
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Tabel 5<br />
Hasil Uji Multikolinearitas<br />
Gender<br />
Pelatihan<br />
Pengalaman Kerja<br />
D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />
Coefficients a<br />
a. Dependent Variable: RWPA<br />
(Constant)<br />
Gender<br />
Pelatihan<br />
Pengalaman<br />
Kerja<br />
D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />
Collinearity Statistics<br />
Tolerance VIF<br />
,916 1,092<br />
Tabel 6<br />
Hasil Uji Heteroskedast<strong>isi</strong>tas<br />
Coefficients a<br />
Unstandardized<br />
Coefficients<br />
a. Dependent Variable: ABSOLUT RESIDUAL<br />
,914 1,094<br />
,757 1,322<br />
,794 1,260<br />
Standardized<br />
Coefficients<br />
B<br />
Std.<br />
Error Beta<br />
t Sig.<br />
1,404 ,264 5,311 ,000<br />
-,063 ,050 -,166 -1,248 ,218<br />
-,037 ,050 -,099 -,741 ,462<br />
-,009 ,005 -,268 -1,832 ,073<br />
-,007 ,006 -,179 -1,252 ,216<br />
Tabel 7<br />
Hasil Uji Koef<strong>isi</strong>en Korelasi dan Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />
Model<br />
1<br />
Model Summary<br />
,741a Adjusted R Std. Error of<br />
R R Square Square the Estimate<br />
,550 ,514 ,69868<br />
a.<br />
Predictors: (Constant), D<strong>isi</strong>plin Kerja, Pelatihan , Gender,<br />
Pengalaman Kerja<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya
LAMPIRAN<br />
Variabel<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
Tabel 8<br />
Hasil Uji F<br />
Tabel 9<br />
Hasil Uji t<br />
Tabel 1<br />
Statistik Deskriptif<br />
N Minimum Maximum Mean Std.<br />
Deviation<br />
Superv<strong>isi</strong> (X1) 82 15,40 56,51 39,592 11,566<br />
Profesionalisme (X2) 82 20,87 68,64 49,371 14,012<br />
Tingkat pendidikan<br />
(X3)<br />
Model<br />
1<br />
Model<br />
1<br />
Komunikasi dalam<br />
tim (X4)<br />
Regression<br />
Residual<br />
Total<br />
ANOVA b<br />
29,791 4 7,448 15,257 ,000a Sum of<br />
Squares df Mean Square F Sig.<br />
24,408 50 ,488<br />
54,198 54<br />
a. Predictors: (Constant), D<strong>isi</strong>plin Kerja, Pelatihan , Gender, Pengalaman Kerja<br />
b. Dependent Variable: RWPA<br />
(Constant)<br />
Gender<br />
Pelatihan<br />
Pengalaman Kerja<br />
D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />
a.<br />
Dependent Variable: RWPA<br />
Coefficients a<br />
Unstandardized<br />
Coefficients<br />
Standardized<br />
Coefficients<br />
B Std. Error Beta<br />
t Sig.<br />
-,653 ,522 -1,252 ,216<br />
,046 ,099 ,046 ,464 ,645<br />
,331 ,099 ,331 3,331 ,002<br />
,031 ,010 ,335 3,067 ,003<br />
,042 ,011 ,397 3,729 ,000<br />
82 6,00 23,46 17,032 4,875<br />
82 3,00 11,61 8,638 2,579<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
179
Kinerja auditor (Y) 82 18,98 61,45 45,826 13,461<br />
Valid N (listwise) 82<br />
Sumber: Data Diolah<br />
Tabel 2<br />
Hasil Regresi Linear Berganda<br />
Unstandardized Standardized<br />
Coefficients<br />
Std.<br />
Coefficients<br />
Model<br />
B Error Beta T Sig.<br />
1 (Constant) -5,238 3,213 -1,630 0,107<br />
180<br />
Superv<strong>isi</strong> 0,242 0,081 0,208 3,002 0,004<br />
Profesionalisme 0,503 0,066 0,524 7,595 0,000<br />
Tingkat pendidikan 0,550 0,178 0,199 3,094 0,003<br />
Komunikasi dalam tim 0,840 0,325 0,161 2,587 0,012<br />
R 0,887 a<br />
R 2<br />
Adjusted R 2<br />
0,788<br />
0,776<br />
F hitung 71,347<br />
Signifikansi F 0,000 a<br />
Sumber: Data Diolah<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya
EMPIRISME LOGIS DALAM EFFICIENT MARKET HYPOTHESIS DAN<br />
KETERBATASANNYA<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
I Gusti Ketut Agung Ulupui 6<br />
<strong>Universitas</strong> Udayana <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
This paper discusses the empirical study on the efficient market hypothesis<br />
(EMH), which is a main pillar in the neoclassical finance referred to Ross (2002). But<br />
the way empirical study contains many flaws. Among others, called Popper science is<br />
not merely works by drawing general conclusions by collecting concrete facts<br />
(induction) always justify a theory or a law of science with the facts that support<br />
(verification) but should focus on anomalous fact-finding efforts to the theory or the<br />
laws of science. And proven discovery, many anomalies occur as observed by Jones<br />
(1996). Instead Khun stated that the more anomalous in theory it should be replaced<br />
with other approaches such as the behavioral finance research Du Kai (2004)<br />
This discussion has not decided whether to be a revolution paradigm Khun view<br />
of EMH theory to behavioral finance. But keep in mind is the logical empiricist<br />
approach in the EMH should be placed in the proper context, in the sense that if this<br />
study need to observe the behavior of investors in the behavioral finance information<br />
can be integrated in the EMH. So it does not rule out the existence of other<br />
epistemologies that may be enriching the phenomenon under study.<br />
Keyword: efficient market hypothesis, behavioral finance, epistemologies.<br />
6Alamat Korespondensi: ulupui@yahoo.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Tahapan atau langkah dalam<br />
memperoleh suatu pengetahuan<br />
menurut aliran positivisme logis dan<br />
empirisme logis menuntut adanya<br />
suatu siklus empiris. Positivisme logis<br />
dan empirisme logis memandang ilmu<br />
pengetahuan sebagai sesuatu yang<br />
bersifat terbuka terhadap verifikasi<br />
yang bertindak sebagai garis<br />
demarkasi antara pengetahuan<br />
(ilmiah) dan non-pengetahuan (non<br />
ilmiah). Ada dua prinsip dari ilmu<br />
pengetahuan menurut pandangan<br />
positivisme logis dan empirisme logis<br />
yaitu: (1) terbuka pada verifikasi,<br />
sehingga segala hal yang berhubungan<br />
dengan metaf<strong>isi</strong>k akan ditolak, karena<br />
tidak dapat diverifikasi, (2) rasional;<br />
sehingga tidak berada di luar subjek,<br />
serta kegiatan-kegiatan ilmiah yang<br />
dilakukan menurut pandangan ini<br />
haruslah memenuhi ”contex of<br />
justification” yang berdasarkan pada<br />
ciri-ciri ilmu pengetahuan instrinsic.<br />
Kontruksi rasional tersebut tercermin<br />
di dalam tahapan dalam siklus<br />
empiris. Tahapan-tahapan dalam<br />
siklus empiris: (1) observasi, (2)<br />
hukum universal; (3) teori; dan (4)<br />
hipotesa.<br />
Tulisan ini akan meninjau siklus<br />
empiris dari salah satu bidang teori<br />
dalam ilmu keuangan yaitu Efficient<br />
Market Hypothesis (EMH). Tulisan ini<br />
dimulai dengan apa yang dimaksud<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
181
dengan pasar ef<strong>isi</strong>en (ontologi)<br />
dilanjutkan dengan epistemologi yang<br />
ber<strong>isi</strong> pengujian terhadap pasar ef<strong>isi</strong>en<br />
berikutnya di sebutkan pandangan<br />
Popper dan Kuhn mengenai<br />
keterbatasan studi empiris dan<br />
terakhir mencoba menerapkan<br />
pandangan Popper dan Kuhn tersebut<br />
pada EMH.<br />
II. ONTOLOGI<br />
2.1 Apakah yang dimaksud dengan<br />
Hipotesis Pasar Ef<strong>isi</strong>en.<br />
Secara umum, Beaver (1989)<br />
dalam Hartono (2000) menyatakan<br />
pasar ef<strong>isi</strong>en sebagai hubungan antara<br />
harga-harga sekuritas dengan<br />
informasi. Namun secara detail,<br />
terdapat beberapa pandangan yang<br />
mendefin<strong>isi</strong>kan ef<strong>isi</strong>ensi pasar dalam<br />
beberapa macam defin<strong>isi</strong>, misalnya<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar berdasarkan nilai<br />
instrinsik sekuritas Jadi konsep pasar<br />
yang ef<strong>isi</strong>en d<strong>isi</strong>ni adalah pasar yang<br />
nilai-nilai sekuritasnya tidak<br />
menyimpang dari nilai-nilai<br />
intrinsiknya.<br />
Perkembangan selanjutnya konsep<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar lebih menjurus kepada<br />
aspek akurasi dari return ekspektasi<br />
investor (Fama, 1970), Fama (1970)<br />
mendefin<strong>isi</strong>kan pasar yang ef<strong>isi</strong>en<br />
sebagai berikut:<br />
“Suatu pasar sekuritas dikatakan<br />
ef<strong>isi</strong>en jika harga-harga sekuritas<br />
mencerminkan secara penuh<br />
informasi yang tersedia (a security<br />
market is efficient if security prices<br />
”fully reflect” the information<br />
available).”<br />
Defin<strong>isi</strong> ini menimbulkan banyak<br />
perdebatan. Misalnya Beaver (1989)<br />
menyatakan defin<strong>isi</strong> ini tidak jelas,<br />
tidak operasional dan sirkular. Defin<strong>isi</strong><br />
oleh Fama hanya menunjukkan<br />
perubahan harga saja sudah cukup<br />
untuk mengatakan pasar sudah<br />
ef<strong>isi</strong>en.<br />
Beaver (1970) lebih mengarahkan<br />
kepada ketersediaan informasi. Pasar<br />
dikatakan ef<strong>isi</strong>en terhadap suatu<br />
informasi yang spesifik, jika harga<br />
yang terjadi setelah informasi diterima<br />
182<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />
oleh pelaku pasar sama dengan harga<br />
yang akan terjadi jika setiap orang<br />
mendapatkan informasi tersebut.<br />
Artimya, semua investor mempunyai<br />
pengharapan yang sama atau<br />
kepercayaan yang sama. Harga yang<br />
terjadi di pasar yang ef<strong>isi</strong>en ini disebut<br />
dengan full information price.<br />
Selanjutnya defin<strong>isi</strong> pasar ef<strong>isi</strong>en<br />
menurut kecepatan pasar menyerap<br />
informasi tersebut (Jones, 1995).<br />
Suatu pasar yang ef<strong>isi</strong>en menurut<br />
Jones adalah pasar yang memiliki<br />
sekuritas dimana harga-harga<br />
sekuritasnya secara cepat dan penuh<br />
mencerminkan semua informasi yang<br />
tersedia terhadap aktiva tersebut.<br />
III. EPISTEMOLOGI<br />
Epistemologi, atau teori<br />
pengetahuan, membahas secara<br />
mendalam segenap proses yang<br />
terlihat dalam usaha kita untuk<br />
memperoleh pengetahuan. Ilmu<br />
merupakan pengetahuan yang didapat<br />
melalui proses tertentu yang<br />
dinamakan metode keilmuan. Metode<br />
inilah yang membedakan ilmu dengan<br />
buah pemikiran yang lainnya. Atau<br />
dengan perkataan lain, ilmu adalah<br />
pengetahuan yang diperoleh dengan<br />
menerapkan metode keilmuan. Karena<br />
ilmu merupakan sebahagian dari<br />
pengetahuan, yakni pengetahuan yang<br />
memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu<br />
dapat juga disebut pengetahuan<br />
keilmuan. Untuk itu kita<br />
mempergunakan istilah ilmu untuk<br />
ilmu pengetahuan ( Suriasumantri,<br />
1989).<br />
Salah satu metoda untuk<br />
memperoleh pengetahuan adalah<br />
dengan metoda empiris. Seorang<br />
penganut empirisme biasanya<br />
berpendirian bahwa kita dapat<br />
memperoleh pengetahuan berdasarkan<br />
pengalaman. Pengetahuan diperoleh<br />
dengan perantaraan indera kata<br />
seorang penganut empirisme. John<br />
Locke bapak empirisme Britania<br />
mengatakan bahwa pada waktu<br />
manusia dilahirkan akalnya<br />
merupakan sejenis buku catatan yang
kosong (tabula rasa) dan di dalam<br />
catatan-catatan itu dicatat<br />
pengalaman-pengalaman inderawi.<br />
Menurut Locke, seluruh sisa<br />
pegetahuan kita diperoleh dengan<br />
jalan menggunakan serta<br />
membandingkan ide-ide yang<br />
diperoleh dari penginderaan dan<br />
refleksi yang pertama-tama dan<br />
sederhana tersebut. (Kattsoff, 2004).<br />
Jadi epistemologi bisa disebut suatu<br />
metoda dengan cara bagaimana kita<br />
memperoleh pengetahuan.<br />
Ilmu haruslah sistematis dan<br />
berdasarkan metodologi ilmiah untuk<br />
mencari jawaban terhadap suatu<br />
masalah. Metoda ilmiah mengikuti<br />
prosedur-prosedur tertentu yang<br />
dipergunakan dalam usahanya<br />
memberi jawaban atas pertanyaanpertanyaan<br />
yang dihadapi seorang<br />
ilmuwan. Metoda ilmiah dimulai<br />
dengan melakukan pengamatan dan<br />
kemudian mengakhiri pengamatan itu.<br />
Dalam kajian ilmiah, jika data yang<br />
terkumpul belum mencukupi, maka<br />
diperlukan suatu penyelesaian yang<br />
memungkinkan, yang disebut<br />
hipotesa. Jadi hipotesa merupakan<br />
usulan penyelesaian berupa saransaran<br />
dan sebagai akibatnya harus<br />
dipandang bersifat sementara dan<br />
memerlukan verifikasi. Verifikasi ini<br />
dilakukan dengan mengumpulkan<br />
bukti-bukti yang mendukung. Bahanbahan<br />
bukti yang memperkuat suatu<br />
hipotesa bisa berasal dari: (1) suatu<br />
keterangan yang diketahui harus<br />
cocok dengan hipotesa tersebut; (2)<br />
hipotesa itu harus meramalkan datadata<br />
yang dapat diamati, yang<br />
memang demikian keadaannya<br />
(Kattsoff, 2004). Jika data<br />
mensahihkan hipotesa, maka hipotesa<br />
dianggap benar dan menjadi teori.<br />
Kalau teori mencapai generalisasi yang<br />
umum, maka menjadi dalil.<br />
3.1 Propos<strong>isi</strong> Efficient Markets<br />
Hyphotesis (EMH)<br />
Pasar menurut umum merupakan<br />
tempat pertemuan penjual dan<br />
pembeli dengan r<strong>isi</strong>ko ada untung ada<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
rugi. Pasar tidak hanya berupa pasar<br />
penjual barang-barang tetapi juga<br />
dikenal adanya pasar uang dan pasar<br />
modal. Pada pasar uang perusahaan<br />
dapat memperoleh kebutuhan dana<br />
yang bersifat jangka pendek<br />
sedangkan pada pasar modal<br />
perusahaan dapat memperoleh dana<br />
yang bersifat jangka panjang.<br />
Makalah ini mengartikan pasar<br />
sebagai pasar modal khususnya pasar<br />
modal atau pasar ekuitas. Pembeli di<br />
pasar modal disebut investor. Investor<br />
sebagai pembeli juga sangat<br />
memperhatikan nilai atau harga asset<br />
yang dimilikinya di pasar modal. Hal<br />
ini dapat mempengaruhi investor<br />
untuk melakukan transaksi atau<br />
tidak. Harapan seorang investor dalam<br />
bertransaksi di pasar modal adalah<br />
untuk menghasilkan dividend atau<br />
capital gain. Karena itu, harga yang<br />
terbentuk merupakan konsensus dari<br />
part<strong>isi</strong>pan pasar mengenai nilai dari<br />
aktiva tersebut berdasarkan informasi<br />
yang tersedia. Keadaan ini<br />
menimbulkan suatu propos<strong>isi</strong> dalam<br />
ilmu keuangan, bahwa pasar bereaksi<br />
terhadap informasi yang tersedia di<br />
pasar. Propos<strong>isi</strong> ini dikenal dengan<br />
nama Efficient Markets Hypothesis<br />
(EMH).<br />
3.2 Metodologi Pengujian Ef<strong>isi</strong>ensi<br />
Pasar<br />
Ide tentang pengujian pasar yang<br />
ef<strong>isi</strong>en dituangkan dalam suatu<br />
hipotesis yang disebut dengan<br />
Hipotesis pasar ef<strong>isi</strong>en atau efficient<br />
market hypothesis (EMH). Untuk<br />
mengetahui kebenaran dari hipotesis<br />
ini, maka perlu dilakukan pengujian<br />
empiris untuk masing-masing bentuk<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar.<br />
Fama (1970) membagi pengujian<br />
atas ef<strong>isi</strong>ensi pasar sesuai dengan<br />
bentuk ef<strong>isi</strong>ensi pasarnya dalam tiga<br />
bentuk yaitu: Weak form test, yaitu<br />
seberapa kuat informasi masa lalu<br />
dapat memprediksi tingkat<br />
pengembalian (return) di masa yang<br />
akan dating. Semi-strong form yaitu<br />
menguji seberapa cepat harga<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
183
sekuritas dapat merefleksikan<br />
informasi yang dipublikasikan. Strong<br />
test yaitu untuk menjawab pertanyaan<br />
apakah investor mempunyai informasi<br />
privat yang tidak terefleksikan pada<br />
harga sekuritas (Jogiyanto, 2003).<br />
Fama (1991) selanjutnya<br />
melakukan perubahan terhadap ketiga<br />
macam pengujian bentuk ef<strong>isi</strong>ensi<br />
pasar tersebut yaitu: 1) pengujian<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk lemah diganti<br />
menjadi pengujian-pengujian terhadap<br />
pendugaan return (test for return<br />
predictability.) 2) Pengujian-pengujian<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk setengah kuat<br />
diubah menjadi studi-studi peristiwa<br />
(event study). 3) Pengujian-pengujian<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk kuat diusulkan<br />
menjadi pengujian-pengujian terhadap<br />
informasi privat (test for private<br />
information).<br />
Ketiga perubahan tersebut<br />
disajikan cara atau teknik yang<br />
dilakukan pada masing-masing<br />
pengujian di atas (Hartono, 2000):<br />
1) Pengujian pendugaan return (test<br />
for return predictability)<br />
Ho: Pt = Pt-1<br />
H1: Pt ≠ Pt-1<br />
Sebelum tahun 1970-an, pengujian<br />
pasar bentuk lemah difokuskan pada<br />
prediksi akan harga saham<br />
berdasarkan harga masa lalu. Jika<br />
hipotesis benar berarti perubahan<br />
harga masa lalu tidak berhubungan<br />
dengan harga saham sekarang,<br />
sehingga tidak dapat digunakan untuk<br />
memprediksi harga atau return dari<br />
sekuritas. Oleh karena itu, pengujian<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk lemah<br />
melibatkan pertanyaan apakah<br />
informasi yang terkandung di hargaharga<br />
sekuritas masa lalu yang<br />
berurutan sudah secara penuh<br />
mencerminkan harga sekarang?<br />
Hipotesis untuk menguji bentuk lemah<br />
ini berhubungan dengan hipotesis<br />
langkah acak (random walk<br />
hypothesis). Jika harga-harga<br />
mengikuti pola langkah acak maka<br />
perubahan harga dari waktu ke waktu<br />
sifatnya adalah acak yang<br />
independent. Ini berarti bahwa<br />
184<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />
perubahan harga hari ini tidak ada<br />
hubungannya dengan perubahan<br />
harga kemarin atau hari-hari<br />
sebelumnya.<br />
Karena itu setelah tahun 1970,<br />
pengujian dari ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk<br />
lemah tidak hanya difokuskan pada<br />
variable return atau harga masa lalu<br />
untuk memprediksi return atau harga<br />
masa depan, tetapi juga melibatkan<br />
variable-variabel yang lainnya<br />
misalnya suku bunga, dividend yield<br />
dan lainnya.<br />
Teknik pengujian dari ef<strong>isi</strong>ensi<br />
bentuk lemah ini dapat dilakukan<br />
melalui pengujian statistik atau<br />
pengujian dengan menggunakan<br />
aturan-aturan perdagangan teknis.<br />
Pengujian statistik adalah menguji<br />
hubungan antar variabel dengan<br />
menggunakan korelasi atau regresi<br />
linier atau run test. Sedangkan<br />
pengujian secara aturan perdagangan<br />
teknis adalah dengan melihat pola<br />
cyclical dari pergerakan harga-harga<br />
saham. Pola pergerakan pengujian ini<br />
dilakukan jika pasar tidak ef<strong>isi</strong>en<br />
bentuk lemah, yaitu dengan melihat<br />
pergerakan return dari waktu ke<br />
waktu. Hal ini akan berkaitan dengan<br />
kapan investor harus membeli dan<br />
kapan investor harus menjual<br />
sekuritasnya.<br />
2) Studi Peristiwa<br />
Menurut Kritzman, 1994 event<br />
study mengukur hubungan antara<br />
suatu kejadian yang mempengaruhi<br />
saham dan return dari saham<br />
tersebut. Event study umumnya<br />
digunakan untuk menguji efficient<br />
market hypothesis.<br />
Event study dapat digunakan<br />
untuk menguji kandungan informasi<br />
(information content) dari suatu<br />
pengumuman dan dapat juga<br />
digunakan untuk menguji ef<strong>isi</strong>ensi<br />
pasar bentuk setengah kuat. Pengujian<br />
kandungan informasi dan pengujian<br />
ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk setengah kuat<br />
merupakan pengujian yang berbeda.<br />
Pengujian kandungan informasi<br />
dimaksudkan untuk melihat reaksi
dari suatu pengumuman. Jika<br />
pengumuman mengandung informasi<br />
maka diharapkan pasar akan bereaksi<br />
pada waktu pengumuman tersebut<br />
diterima oleh pasar. Reaksi pasar<br />
ditunjukkan oleh perubahan harga<br />
dari suatu sekuritas yang<br />
bersangkutan yang dapat diukur<br />
dengan abnormal return. Artinya<br />
suatu pengumuman yang<br />
mengandung informasi akan<br />
memberikan abnormal return kepada<br />
pasar.<br />
Pengujian kandungan informasi<br />
hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi<br />
tidak menguji seberapa cepat pasar itu<br />
bereaksi. Jika pengujian melibatkan<br />
kecepatan reaksi dari pasar untuk<br />
menyerap informasi yang diumumkan,<br />
maka pengujian ini merupakan<br />
pengujian ef<strong>isi</strong>ensi pasar secara<br />
informasi bentuk setengah kuat. Pasar<br />
dikatakan ef<strong>isi</strong>en bentuk setengah<br />
kuat jika investor bereaksi dengan<br />
cepat untuk menyerap abnormal<br />
return untuk menuju ke harga<br />
keseimbangan yang baru. Jika pasar<br />
lambat dalam menyerap abnormal<br />
return dengan lambat, maka pasar<br />
dikatakan tidak ef<strong>isi</strong>en bentuk<br />
setengah kuat.<br />
Pertanyaan yang muncul adalah<br />
bagaimana jika pengumuman suatu<br />
peristiwa tidak menimbulkan abnormal<br />
return? Ada yang menyimpulkan<br />
bahwa pasarnya ef<strong>isi</strong>en setengah kuat.<br />
Alasannya adalah investor tidak<br />
mendapatkan keuntungan luar biasa<br />
yang merugikan orang lain (fair game)<br />
(Hartono, 2003) atau bisa saja terjadi<br />
abnormal return namun abnormal<br />
return tersebut diserap dengan sangat<br />
cepat. Hal ini juga menimbulkan<br />
pertentangan, bagaimana mungkin<br />
pasar disebut ef<strong>isi</strong>en jika tidak terjadi<br />
abnormal return. Tidak ada abnormal<br />
return berarti investor tidak bereaksi,<br />
karena reaksi investor terhadap<br />
informasi yang baru ditunjukkan oleh<br />
abnormal return itu.<br />
3). Pengujian Informasi Privat<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
Pengujian informasi privat<br />
merupakan pengujian pasar ef<strong>isi</strong>en<br />
bentuk kuat. Terdapat permasalahan<br />
dalam pengujian ef<strong>isi</strong>ensi pasar<br />
bentuk kuat. Permasalahannya adalah<br />
informasi privat yang akan diuji<br />
merupakan informasi yang tidak dapat<br />
diobservasi secara langsung. Oleh<br />
karena itu, pengujian ini harus<br />
dilakuakn secara tidak langsung<br />
dengan menggunakan proksi. Proksi<br />
yang digunakan adalah return yang<br />
diperoleh oleh corporate insider dan<br />
return yang diperoleh oleh portfolio<br />
reksadana. Alasannya adalah corporate<br />
insider dan reksa dana dianggap<br />
mempunyai informasi privat di dalam<br />
perdagangan sekuritas. Yang<br />
dimaksud corporate insider adalah<br />
pejabat perusahaan, manajemennya,<br />
direksinya atau pemegang saham<br />
mayoritas yang mempunyai informasi<br />
privat.<br />
Saffe (1974) dalam Hartono (2003)<br />
menunjukkan bahwa membeli suatu<br />
sekuritas yang banyak dibeli oleh<br />
insider dan menjual sekuritas yang<br />
banyak dijual oleh insider dapat<br />
menghasilkan abnormal return yang<br />
tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa<br />
insider tampaknya mempunyai<br />
informasi privat yang belum terefleksi<br />
di harga sekuritas.<br />
Finnerty (1976) menggunakan data<br />
populasi semua kegiatan transaksi<br />
yang dilakuka oleh insider selama<br />
bulan Januari 1969 sampai dengan<br />
Desember 1972. Jumlah sample yang<br />
digunakan adalah sebanyak 30.000<br />
transaksi insider. Hasil penelitian ini<br />
menunjukkan adanya abnormal return<br />
baik untuk transaksi pembelian atau<br />
penjualan sekuritas.<br />
Givoly dan Palmon (1985)<br />
melakukan pengujian dengan cara<br />
yang cerdik yaitu dengan<br />
mengkorelasikan kegiatan insider<br />
dengan informasi yang diumumkan<br />
setelahnya untuk mengetahui apakah<br />
insider menggunakan informasi<br />
tersebut dalam perdagangannya.<br />
Hasilnya menunjukkan ternyata tidak<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
185
ada hubungan antara insider trading<br />
dengan pengumuman tersebut.<br />
Pengujian-pengujian yang<br />
dilakukan di atas, semata-mata<br />
berdasarkan observasi pada dunia<br />
yang nyata. Namun, metoda empirisme<br />
logis dengan melakukan observasi<br />
memiliki keterbatasan.<br />
IV. KETERBATASAN METODA<br />
PENGUJIAN SECARA EMPIRIS<br />
Keterbatasan Metoda Pengujian<br />
Secara Observasi (Empiris); Pertama<br />
observasi yang dilakukan dapat<br />
menimbulkan kesalahan pengukuran.<br />
Hal ini ditandai dengan perhatian yang<br />
tinggi terhadap masalah realibilitas<br />
dan validitas dalam ilmu-ilmu sosial.<br />
Ketika prosedur observasi dan<br />
teknologi pengukuran telah dapat<br />
diperbaiki, kesalahan pengukuran<br />
dapat diminimisasi tetapi hal itu tidak<br />
akan dapat dihilangkan seluruhnya.<br />
Kedua, keterbatasan yang timbul dari<br />
observasi sangat tergantung pada<br />
teori.<br />
Karl Raimund Popper (1902-1994)<br />
menawarkan suatu alternatif untuk<br />
mengatasi berbagai masalah yang<br />
dihadapi oleh empirisme logis yaitu<br />
dengan falsifikasi. Falsifikasi ini timbul<br />
karena ketidakpuasan Popper akan<br />
status keilmiahan suatu teori<br />
ditentukan oleh prinsip pembuktian<br />
teori lewat fakta-fakta (observasi). Karl<br />
Raimund Popper mengatakan ilmu<br />
pengetahuan tidak semata-mata hanya<br />
bekerja berdasarkan penarikan<br />
kesimpulan umum melalui<br />
pengumpulan fakta-fakta konkret<br />
(logika induksi) yang selalu<br />
membenarkan suatu teori atau<br />
hukum ilmu pengetahuan dengan<br />
mengumpulkan fakta-fakta yang<br />
mendukung (verifikasi) melainkan<br />
harus berfokus pada upaya-upayua<br />
menemukan fakta anomali yang dapat<br />
menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />
pengetahuan tersebut. Jadi<br />
berdasarkan penganut aliran falsifikasi<br />
tidak ada suatu teori atau hukum ilmu<br />
pengetahuan yang benar secara<br />
mutlak.<br />
186<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />
Berbeda dengan Thomas Khun<br />
yang memiliki pandangan dan fikiran<br />
yang tidak sama dengan Popper, yang<br />
dimuat dalam salah satu bukunya<br />
yang berjudul The Structure of<br />
Scientific Revolution yang diterbitkan<br />
pada tahun 1962 oleh The Chicago<br />
University press. Menurut Khun ilmu<br />
pengetahuan berkembang dalam<br />
proses histories (dimensi sejarah). Ilmu<br />
pengetahuan yang berkembang<br />
menurut proses historis digambarkan<br />
sebagai berikut:<br />
Tahap pra-paradigma – Tahap<br />
Paradigma – Tahap Kr<strong>isi</strong>s – Tahap<br />
Revolusi.<br />
Khun berpendapat bahwa ilmu<br />
pengetahuan tersebut bukanlah<br />
bersifat tunggal (unified science)<br />
seperti yang dianut oleh aliran<br />
positivisme dan masih meninggalkan<br />
jejaknya pada Karl Raimund Popper<br />
melainkan bersifat jamak atau plural<br />
(plural sience). Menurut Thomas<br />
Khun, ilmuwan selalu bekerja di<br />
bawah satu payung paradigma yang<br />
memuat asumsi-asumsi umum yang<br />
bersifat teoritis, hukum-hukum<br />
ilmuwan tertentu dalam<br />
mengembangkan ilmu<br />
pengetahuannya. Apabila suatu<br />
paradigma sudah tidak sanggup<br />
mempertahankan diri dari desakandesakan<br />
yang ditimbulkan oleh<br />
akumulasi fakta-fakta anomali akan<br />
mendorong lahirnya paradigma baru<br />
yang sama sekali lain dengan<br />
paradigma sebelumnya. Sehingga<br />
menurut Thomas Khun, ilmu<br />
pengetahuan berkembang sebagai<br />
patahan-patahan revolusioner dari<br />
suatu paradigma ke paradigma<br />
lainnya.<br />
4.1 Anomali Pasar Tantangan<br />
Empiris Hipotesis Pasar Ef<strong>isi</strong>en<br />
Karl Raimund Popper mengatakan<br />
ilmu pengetahuan tidak semata-mata<br />
hanya bekerja berdasarkan penarikan<br />
kesimpulan umum melalui<br />
pengumpulan fakta-fakta konkret<br />
(logika induksi) yang selalu<br />
membenarkan suatu teori atau
hukum ilmu pengetahuan dengan<br />
mengumpulkan fakta-fakta yang<br />
mendukung (verifikasi) melainkan<br />
harus berfokus pada upaya-upaya<br />
menemukan fakta anomali yang dapat<br />
menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />
pengetahuan tersebut.<br />
Jones (1996) mendefin<strong>isi</strong>kan<br />
anomaly pasar sebagai teknik atau<br />
strategi yang tampaknya bertentangan<br />
dengan pasar ef<strong>isi</strong>en. Beberapa<br />
anomaly yang banyak mendapat<br />
perhatian adalah anomaly karena<br />
strategi PER rendah (low P/E ratio)<br />
dan anomaly efek ukuran perusahaan<br />
(size effect).<br />
Basu (1977) melakukan penelitian<br />
dengan membandingkan hasil dari<br />
grup dengan PER rendah dan PER<br />
tinggi selama 12 bulan setelah terjadi<br />
pembelian sekuritas. Hasil yang<br />
diperoleh menunjukkan bahwa<br />
sekuritas dengan PER rendah<br />
mengalahkan sekuritas dengan PER<br />
tinggi. Hal ini dikatakan anomaly<br />
karena informasi PER merupakan<br />
informasi yang tersedia luas dan<br />
sudah banyak digunakan oleh pasar<br />
dalam menilai suatu sekuritas. Jika<br />
banyak investor sudah menggunakan<br />
strategi ini seharusnya strategi ini<br />
akan menghasilkan abnormal return.<br />
Akan tetapi kenyataannya strategi ini<br />
tidak dapat menghasilkan abnormal<br />
return, sehingga dianggap suatu<br />
anomaly.<br />
Anomaly pasar juga terjadi pada<br />
perusahaan kecil. Banz (1981)<br />
menemukan bahwa perusahaan NYSE<br />
yang berukuran kecil memberikan<br />
return yang lebih besar dibandingkan<br />
dengan return perusahaanperusahaan<br />
besar.<br />
4.2 Behavioral Finance Tantangan<br />
Teoritis bagi EMH<br />
Menurut Thomas Khun, ilmuwan<br />
selalu bekerja di bawah satu payung<br />
paradigma yang memuat asumsiasumsi<br />
umum yang bersifat teoritis,<br />
hukum-hukum ilmuwan tertentu<br />
dalam mengembangkan ilmu<br />
pengetahuannya. Apabila suatu<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
paradigma sudah tidak sanggup<br />
mempertahankan diri dari desakandesakan<br />
yang ditimbulkan oleh<br />
akumulasi fakta-fakta anomali maka<br />
akan mendorong lahirnya paradigma<br />
baru yang sama sekali lain dengan<br />
paradigma sebelumnya.<br />
Akumulasi dari anomali-anomali<br />
d<strong>isi</strong>kapi sebagai suatu tantangan<br />
terhadap teori EMH, yang merupakan<br />
salah satu pilar dari keuangan<br />
neoklasik. Peneliti telah melihat begitu<br />
banyak terjadi anomali, dan sangat<br />
sedikit penjelasan yang meyakinkan<br />
yang diberikan oleh aliran keuangan<br />
neoklasik sehingga mereka<br />
membutuhkan beberapa perubahan<br />
untuk memperbaiki atau bahkan<br />
mengganti teori yang trad<strong>isi</strong>onal.<br />
Teori behavioral finance—finance<br />
dari sudut pandang sosial yang luas<br />
termasuk psikologi dan sosiologi, telah<br />
muncul untuk memberikan beberapa<br />
rev<strong>isi</strong> terhadap teori trad<strong>isi</strong>onal, dan<br />
bahkan mempunyai kemampuan yang<br />
potensial untuk menggantikan teori<br />
neoklasik keuangan khususnya EMH<br />
(Du Kai, 2004). Kemungkinan ini dapat<br />
terjadi bila dilihat asumsi-asumsi<br />
dasar yang digunakan oleh EMH<br />
kurang kuat. Pertama adalah investor<br />
diasumsikan rasional dan karena itu<br />
menilai saham secara rasional. Kedua,<br />
jika ada investor yang tidak rasional,<br />
perdagangan yang terjadi diantara<br />
mereka bersifat random, karena itu<br />
tidak mempengaruhi harga. Ketiga,<br />
jika investor tidak rasional dalam caracara<br />
yang sama, mereka akan bertemu<br />
di pasar secara arbitrase sehingga<br />
akan mengurangi pengaruh mereka<br />
terhadap harga.<br />
Berbeda dengan EMH yang<br />
menganggap investor rasional menurut<br />
model ekonomi normatif, behavioral<br />
finance pertama menggunakan teori<br />
dan bukti psikologi sebagai<br />
fondasinya, kedua bukti psikologi<br />
menunjukkan bahwa manusia tidak<br />
akan terlalu jauh menyimpang dari<br />
perilaku rasional, penyimpangan<br />
terjadi lebih banyak pada cara-cara<br />
yang sama, sehingga mereka tidak<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
187
akan dapat membatalkan satu sama<br />
lain. Ketiga, berbeda dengan teori<br />
pasar ef<strong>isi</strong>en, behavioral finance<br />
menyatakan bahwa arbitrage di dunia<br />
nyata sangat ber<strong>isi</strong>ko dan karena itu<br />
sifatnya sangat terbatas (Du Kai,<br />
2004).<br />
Dengan demikian, perpindahan<br />
paradigma pada teori keuangan,<br />
ataukah teori keuangan trad<strong>isi</strong>onal<br />
ataupun neoklasik semestinya<br />
memasukkan pertimbangan perilaku<br />
untuk meningkatkan kemampuan<br />
mereka dalam memberi interpretasi.<br />
Sehingga, meskipun EMH bersifat<br />
elegan dan hebat tetapi berbeda<br />
dengan behavioral finance ketika<br />
diterapkan untuk menginterpretasikan<br />
realitas keuangan. Meskipun terdapat<br />
beberapa keterbatasan EMH tetap<br />
merupakan tolok ukur yang penting<br />
bagi prakt<strong>isi</strong> dan ahli ekonomi<br />
keuangan. Hal ini sesuai dengan<br />
pandangan Khun yang apabila dikutip<br />
adalah sebagai berikut:<br />
“Once it has achieved the status of<br />
paradigm, a scientific theory is<br />
declared invalid only if an alternate<br />
candidate is available to take its<br />
place. No process yet disclosed by<br />
the historical study of scientific<br />
development at all resembles the<br />
methological stereotype of<br />
falsification by direct comparison<br />
with nature.” (Du Kai, 2004)<br />
5. PENUTUP<br />
Makalah ini membahas mengenai<br />
studi empiris pada efficient market<br />
hypothesis (EMH) yang merupakan<br />
pilar utama dalam keuangan neoklasik<br />
sebagaimana disebut Ross (2002).<br />
Namun dalam perjalanannya telaah<br />
empiris yang dilakukan mengandung<br />
banyak kelemahan. Antara lain<br />
disebut Popper ilmu pengetahuan<br />
tidak semata-mata hanya bekerja<br />
berdasarkan penarikan kesimpulan<br />
umum melalui pengumpulan faktafakta<br />
konkret (logika induksi) yang<br />
selalu membenarkan suatu teori atau<br />
hukum ilmu pengetahuan dengan<br />
mengumpulkan fakta-fakta yang<br />
188<br />
Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />
mendukung (verifikasi) melainkan<br />
harus berfokus pada upaya-upaya<br />
menemukan fakta anomali yang dapat<br />
menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />
pengetahuan tersebut. Dan terbukti<br />
penemuan anomali-anomali ini banyak<br />
terjadi misalnya yang diamati oleh<br />
Jones (1996). Sebaliknya Khun<br />
menyatakan jika semakin banyak<br />
anomaly maka sebaiknya teori itu<br />
diganti dengan pendekatan lain<br />
misalnya dengan behavioral finance<br />
seperti penelitian Du Kai (2004).<br />
Pembahasan ini belum<br />
memutuskan apakah perlu terjadi<br />
revolusi paradigma seperti pandangan<br />
Khun dari teori EMH ke behavioral<br />
finance. Namun yang perlu<br />
diperhatikan adalah pendekatan<br />
empirisme logis dalam EMH perlu<br />
ditempatkan dalam konteks yang<br />
tepat, dalam arti jika memang<br />
penelitian ini perlu mengamati prilaku<br />
investor dalam memperoleh informasi<br />
maka behavioral finance dapat<br />
diintegrasikan dalam EMH. Sehingga<br />
tidak menyampingkan adanya<br />
epistemologi lain yang barangkali<br />
dapat memperkaya fenomena yang<br />
diteliti.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Kai Du. (2004). Efficient Markets<br />
Hypothesis and Behavioral<br />
Finance. JEL Classification: B00,<br />
B49, G14., hal.1-90<br />
Kritzman P.M. (1994). About Event<br />
Studies, What Practitioners Need<br />
to Know. Financial Analyst<br />
Journal., hal 17-20<br />
Hartono, J.H.M. (2003). Teori Portofolio<br />
dan Anal<strong>isi</strong>s Investasi. BPFE-UGM,<br />
Yogyakarta, Ed3.<br />
Verhaak & R. Haryono Imam. (1995).<br />
Filsafat Ilmu Pengetahuan. Penerbit<br />
PT Gramedia Pustaka Utama,<br />
Jakarta.
Kattsoff.L.O. alih bahasa: Soejono<br />
Soemargono. (2004). Pengantar<br />
Filsafat. Tiara Wacana, Jogja.<br />
Khun S. Thomas.(1970). The Structure<br />
of Scintific Revolutions.<br />
International Encyclopedia of<br />
Unified Science. The University of<br />
Chicago Press, vol 1&2.<br />
Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />
Popper R. Karl. (1992). The Logic of<br />
Scientific Discovery. London and<br />
New York.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
189
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE PADA<br />
KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN<br />
DI BURSA EFEK INDONESIA<br />
I Komang Arthana 7<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
ABSTRACT<br />
Corporate Governance (CG) is a way to ensure that management acts the best for<br />
the stakeholders’ interest. The research that links the application of corporate<br />
governance and corporate performance has been conducted by several researchers.<br />
The result of this research shows inconsistency. This research aims to examine the<br />
effect of corporate governance disclosure. This research uses company’s profitability<br />
ratio control variable, that is return on equity (ROE) and company size (size) by using<br />
the natural logarithm of total assets (total assets). This research uses the banking<br />
company with concentrated share ownership in Indonesia Stock Exchange in the<br />
period of 2004-2008 as a research sample.<br />
The results of the test indicate regression model has not faced classical<br />
assumption problem. The hypothesis testing shows the effect of the corporate<br />
governance (CG) to the market performance. ROE control variable and size has no<br />
effect on market performance as well as the market response and having positive<br />
assessment on Corporate Governance (CG) companies. This is probably beacuse CG<br />
is a necessity not just as compliance to the regulations. Management in general is<br />
interested in long-term benefits for the implementation of CG.<br />
Keywords: Corporate governance, ROE, Size, market performance.<br />
7Alamat Korespondensi: fenkqajuz@yahoo.com<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Corporate governance (CG)<br />
merupakan suatu cara untuk<br />
menjamin bahwa manajemen<br />
bertindak yang terbaik untuk<br />
kepentingan stakeholders.<br />
Pelaksanaan good corporate<br />
governance menuntut adanya<br />
perlindungan yang kuat terhadap hakhak<br />
pemegang saham, terutama<br />
pemegang saham minoritas. Prinsipprinsip<br />
atau pedoman pelaksanaan<br />
corporate governance memuat adanya<br />
perlindungan tersebut. Corporate<br />
governance merupakan sistem yang<br />
mengatur dan mengendalikan<br />
perusahaan untuk menciptakan nilai<br />
tambah (value added) untuk semua<br />
stakeholder.<br />
Indonesia mulai memberi respon<br />
pada permintaan pasar mengenai<br />
corporate governance dengan<br />
membentuk sebuah komite yang<br />
disebut dengan Komite Nasional<br />
tentang Kebijakan Corporate<br />
governance (KNKCG) yang dibentuk<br />
pada Tahun 1999 berdasarkan<br />
Keputusan Menko Ekuin Nomor:<br />
KEP/31/M.EKUIN/08/1999. Komite<br />
ini kemudian menerbitkan pedoman<br />
corporate governance bagi perusahaan<br />
di Indonesia pada tahun 2001.<br />
Pengadopsian pedoman tersebut<br />
bersifat sukarela, kecuali beberapa<br />
bagian yang diwajibkan oleh badan<br />
190 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
erwenang seperti Bapepam dan Bursa<br />
Efek Indonesia.<br />
Corporate governance tidak hanya<br />
menarik dari s<strong>isi</strong> penerapannya.<br />
Pengungkapan corporate governance<br />
juga menjadi aspek penting karena<br />
bentuk pengungkapan yang dilakukan<br />
perusahaan diyakini akan<br />
mempengaruhi kinerja pasar<br />
perusahaan. Salah satu prinsip<br />
corporate governance yaitu<br />
transparansi menghendaki agar<br />
perusahaan melakukan keterbukaan<br />
informasi baik dalam proses<br />
pengambilan keputusan maupun<br />
dalam mengungkapkan informasi<br />
material dan relevan mengenai<br />
perusahaan. Stakeholder theory<br />
menyatakan bahwa manajemen<br />
perusahaan diharapkan melakukan<br />
aktivitas-aktivitas yang diharapkan<br />
para stakeholder dan melaporkan<br />
aktivitas-aktivitas tersebut kepada<br />
mereka. Teori ini berpandangan bahwa<br />
akuntabilitas organisasional tidak<br />
hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />
atau keuangan saja sehingga<br />
perusahaan perlu melakukan<br />
pengungkapan tentang corporate<br />
governance dan informasi lainnya<br />
melebihi dari yang diharuskan<br />
(mandatory) oleh badan yang<br />
berwenang.<br />
Penelitian mengenai praktik<br />
pengungkapan corporate governance<br />
telah dilakukan oleh beberapa peneliti.<br />
Collett dan Hrasky (2005) dalam<br />
Sharma dan Singh (2009) meneliti<br />
pengungkapan informasi corporate<br />
governance antar perusahaan dan<br />
ketertarikan untuk mencari dana di<br />
pasar modal baik melalui penerbitan<br />
saham maupun utang. Hasil<br />
penelitiannya menunjukkan hanya 29<br />
perusahaan Australia yang melakukan<br />
pengungkapan corporate governance<br />
dan memiliki variasi yang berbeda<br />
antar perusahaan. Sharma dan Singh<br />
(2009) meneliti praktik pengungkapan<br />
corporate governance pada empat jenis<br />
perusahaan industri di India yaitu<br />
software, tekstil, gula, dan kertas.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
tidak ada perbedaan signifikan tingkat<br />
pengungkapan corporate governance<br />
pada keempat jenis industri.<br />
Penelitian yang menghubungkan<br />
pengungkapan corporate governance<br />
dengan kinerja perusahaan juga<br />
dilakukan oleh beberapa peneliti. Fong<br />
dan Shek (2009) meneliti pengaruh<br />
pengungkapan corporate governance<br />
pada kinerja perusahaan pengembang<br />
properti di Cina dan Hongkong yang<br />
dikendalikan keluarga. Hasil<br />
penelitiannya menunjukkan bahwa<br />
pengungkapan corporate governance<br />
berpengaruh positif pada kinerja<br />
perusahaan. Kusumawati dan Riyanto<br />
(2005) menemukan bahwa<br />
pengungkapan corporate governance<br />
berpengaruh positif pada nilai<br />
perusahaan.<br />
Berdasarkan latar belakang<br />
tersebut penelitian ini ingin meneliti<br />
kembali pengaruh pengungkapan<br />
corporate governance pada kinerja<br />
pasar perusahaan. Penelitian ini<br />
menggunakan perusahaan perbankan<br />
yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia<br />
yang memiliki saham terkonsentrasi.<br />
Perusahaan perbankan dipilih karena<br />
memiliki regulasi yang lebih ketat<br />
sehingga penerapan corporate<br />
governance cenderung lebih intensif.<br />
Perbankan juga merupakan<br />
perusahaan yang memiliki<br />
akuntabilitas publik yang tinggi<br />
sehingga lebih banyak informasi yang<br />
harus diungkapkan.<br />
II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />
PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)<br />
Teori yang terkait dengan corporate<br />
governance adalah agency theory.<br />
Jensen dan Meckling (1976)<br />
mengemukakan teori keagenan yang<br />
menjelaskan hubungan antara<br />
manajemen perusahaan (agen) dan<br />
pemegang saham (prinsipal). Dalam<br />
hubungan keagenan (agency<br />
relationship) terdapat suatu kontrak<br />
satu orang atau lebih (prinsipal)<br />
memerintah orang lain (agen) untuk<br />
melakukan suatu jasa atas nama<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
191
prinsipal dan memberi wewenang<br />
kepada agen untuk membuat<br />
keputusan yang terbaik bagi prinsipal.<br />
Untuk itu manajemen diberikan<br />
sebagian kekuasaan untuk membuat<br />
keputusan bagi kepentingan terbaik<br />
pemegang saham. Oleh karena itu,<br />
manajemen wajib<br />
mempertanggungjawabkan semua<br />
upayanya kepada pemegang saham.<br />
Karena unit anal<strong>isi</strong>s dalam teori<br />
keagenan adalah kontrak yang<br />
melandasi hubungan antara prinsipal<br />
dan agen, maka fokus dari teori ini<br />
adalah pada penentuan kontrak yang<br />
paling ef<strong>isi</strong>en yang mendasari<br />
hubungan antara prinsipal dan agen.<br />
Untuk memotivasi agen maka prinsipal<br />
merancang suatu kontrak agar dapat<br />
mengakomodasi kepentingan pihakpihak<br />
yang terlibat dalam kontrak<br />
keagenan.<br />
2.2 Stakeholder Theory<br />
Teori lain berusaha menjelaskan<br />
dan menganal<strong>isi</strong>s corporate<br />
governance. Masing-masing teori<br />
menjelaskan corporate governance<br />
berdasar perspektif yang berbeda.<br />
Dapat dikatakan pula stakeholder<br />
theory sebagai teori pendukung dari<br />
agency theory. Stakeholder teory<br />
menurut Friedman dan Miles dalam<br />
Kiroyan (2006) menyebutkan defin<strong>isi</strong><br />
stakeholder yang saat ini diterima<br />
secara luas adalah kelompok atau<br />
orang perorangan yang berdampak<br />
terhadap atau dapat terkena dampak<br />
pencapaian tujuan organisasi. Teori<br />
Keagenan (Agency theory) muncul dari<br />
d<strong>isi</strong>plin keuangan dan keuangan<br />
sedangkan Teori Pemangku<br />
Kepentingan (Stakeholder Teory)<br />
muncul dari perspektif yang<br />
berorientasi pada aspek sosial<br />
(Warsono,2009).<br />
Penganut stakeholder theory<br />
berpandangan bahwa perusahaan<br />
bukan merupakan kumpulan berbagai<br />
aset yang dimiliki oleh pemegang<br />
saham perusahaan yang<br />
bersangkutan, melainkan suatu<br />
kumpulan hubungan antara<br />
perusahaan dengan pemangku<br />
kepentingan internal (pemilik,<br />
karyawan, dan para menajer) serta<br />
pemangku kepentingan eksternal yang<br />
sama pentingnya, yaitu para<br />
pelanggan, pemasok, pasaing, dan<br />
kelompok-kelompok kepentingan<br />
lainnya, yang terikat dalam<br />
pengaturan formal maupun tidak<br />
formal. Ada jaringan kepentingan yang<br />
saling terkait menciptakan nilai<br />
tambah bagi perusahaan yang tidak<br />
akan didapatkannya sendiri. Selain<br />
itu, teori ini menganggap bahwa<br />
akuntabilitas organisasional tidak<br />
hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />
atau keuangan saja sehingga<br />
perusahaan perlu melakukan<br />
pengungkapan tentang corporate<br />
governance dan informasi lainnya<br />
melebihi dari yang diharuskan<br />
(mandatory) oleh badan yang<br />
berwenang.<br />
Pengungkapan corporate<br />
governance juga menjadi aspek penting<br />
karena bentuk pengungkapan yang<br />
dilakukan perusahaan diyakini akan<br />
mempengaruhi kinerja pasar<br />
perusahaan. Salah satu prinsip<br />
corporate governance yaitu<br />
transparansi menghendaki agar<br />
perusahaan melakukan keterbukaan<br />
informasi baik dalam proses<br />
pengambilan keputusan maupun<br />
dalam mengungkapkan informasi<br />
material dan relevan mengenai<br />
perusahaan. Stakeholder theory<br />
menyatakan bahwa manajemen<br />
perusahaan diharapkan melakukan<br />
aktivitas-aktivitas yang diharapkan<br />
para stakeholder, dan melaporkan<br />
aktivitas-aktivitas tersebut kepada<br />
mereka. Teori ini berpandangan bahwa<br />
akuntabilitas organisasional tidak<br />
hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />
atau keuangan saja sehingga<br />
perusahaan perlu melakukan<br />
pengungkapan tentang corporate<br />
governance dan informasi lainnya<br />
melebihi dari yang diharuskan<br />
(mandatory) oleh badan yang<br />
berwenang.<br />
192 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
Penelitian yang menghubungkan<br />
pengungkapan corporate governance<br />
dengan kinerja dan nilai perusahaan<br />
juga dilakukan oleh beberapa peneliti.<br />
Fong dan Shek (2009) meneliti<br />
pengaruh pengungkapan corporate<br />
governance pada kinerja perusahaan<br />
pengembang properti di Cina dan<br />
Hongkong yang dikendalikan keluarga.<br />
Hasil penelitiannya menunjukkan<br />
bahwa pengungkapan corporate<br />
governance berpengaruh positif pada<br />
kinerja perusahaan. Kusumawati dan<br />
Riyanto (2005) menemukan bahwa<br />
pengungkapan corporate governance<br />
berpengaruh positif pada nilai<br />
perusahaan.<br />
Berdasarkan landasan teori dan<br />
penelitian sebelumnya maka hipotesis<br />
yang dikembangkan adalah corporate<br />
governance disclosure berpengaruh<br />
positif pada kinerja pasar<br />
III. METODE PENELITIAN<br />
3.1 Sampel Penelitian<br />
Populasi dalam penelitian ini<br />
adalah perusahaan-perusahaan<br />
perbankan yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa<br />
Efek Indonesia pada tahun 2004-2008.<br />
Pemilihan sampel penelitian<br />
didasarkan pada metoda<br />
nonprobability sampling tepatnya<br />
metoda purposive sampling, yaitu<br />
teknik pengambilan sampel dengan<br />
pertimbangan/kriteria tertentu<br />
(Sugiyono, 2008). Adapun kriteria yang<br />
digunakan untuk memilih sampel<br />
pada penelitian ini adalah sebagai<br />
berikut.<br />
1) Perusahaan sampel menerbitkan<br />
annual report selama perioda<br />
pengamatan.<br />
2) Perusahaan sampel adalah<br />
perusahaan dengan kepemilikan<br />
terkonsentrasi. Kepemilikan<br />
terkonsentrasi diidentifikasi dengan<br />
melihat adanya persentase<br />
kepemilikan saham 50 persen atau<br />
lebih. Hal ini mengacu pada PSAK 4<br />
tentang Laporan Keuangan<br />
Konsolidasi, PSAK 7 tentang<br />
Pengungkapan Pihak-pihak Yang<br />
Mempunyai Hubungan Istimewa,<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
PSAK 22 tentang Akuntansi<br />
Penggabungan Usaha, dan PSAK 38<br />
tentang Akuntansi Restrukturisasi<br />
Entitas Sipengendali (SAK:2009).<br />
Ini berarti bahwa pemegang saham<br />
dikatakan memiliki kendali apabila<br />
memiliki saham 50 persen atau<br />
lebih.<br />
3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />
1) Corporate governance disclosure<br />
Variabel independen penelitian ini<br />
adalah corporate governance.<br />
Variabel ini diukur dengan<br />
menggunakan instrumen yang<br />
dikembangkan sendiri yang<br />
merupakan perpaduan indikator<br />
dari KNKCG, FCGI, dan penelitian<br />
yang dilakukan oleh Khomsiyah<br />
(2005), Kusumawati dan Riyanto<br />
(2005), serta Kusumawati (2005).<br />
Indeks pengungkapan corporate<br />
governance dalam penelitian ini<br />
diukur dengan 90 item<br />
pengungkapan (lampiran 2).<br />
Pemberian skor dilakukan secara<br />
dikotomi, diberi skor 1 bila<br />
diungkapkan dan skor 0 bila tidak<br />
diungkapkan. Selanjutnya dari<br />
setiap item dijumlahkan untuk<br />
memperoleh keseluruhan skor<br />
untuk setiap perusahaan. Indeks<br />
corporate governance kemudian<br />
dihitung dengan menggunakan<br />
rumus sebagai berikut.<br />
ICG J<br />
<br />
<br />
Nij<br />
Xij<br />
..........<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
......(<br />
193<br />
1)<br />
Keterangan:<br />
ICGj: Indeks pengungkapan<br />
corporate governance<br />
perusahaan j<br />
Nj: jumlah item pengungkapan<br />
perusahaan j, nj = 90<br />
Xij: dummy variable: 1 = jika item<br />
i diungkapkan; 0 = jika item i<br />
tidak diungkapkan<br />
2) Kinerja Pasar<br />
Kinerja pasar pada penelitian ini<br />
diukur dengan rasio price to book<br />
value (PBV). Rasio ini mengukur<br />
nilai yang diberikan pasar
keuangan kepada manajemen dan<br />
organisasi sebagai perusahaan<br />
yang terus bertumbuh. Rasio PBV<br />
merupakan perbandingan antara<br />
harga saham dengan nilai buku<br />
ekuitas (Aggarwal et al.,, 1992 dan<br />
Wirawati, 2008).<br />
3) Tingkat Profitabilitas Perusahaan<br />
Profitabilitas perusahaan<br />
merupakan tingkat kemampuan<br />
perusahaan untuk menghasilkan<br />
keuntungan atau laba.<br />
Profitabilitas merupakan tingkat<br />
keuntungan bersih yang berhasil<br />
diperoleh perusahaan dalam<br />
menjalankan operasinya. Rasio<br />
profitabilitas perusahaan dalam<br />
penelitian ditinjau dari return on<br />
equity (ROE). Return on equity<br />
(ROE) adalah perbandingan antara<br />
jumlah laba yang tersedia bagi<br />
pemilik modal sendiri disatu pihak<br />
dengan jumlah modal sendiri yang<br />
menghasilkan laba tersebut dilain<br />
pihak atau dengan kata lain<br />
profitabilitas modal sendiri adalah<br />
kemampuan suatu perusahaan<br />
dengan modal sendiri yang bekerja<br />
didalamnyua untuk menghasilkan<br />
keuntungan (Riyanto, 2002:44).<br />
4) Ukuran perusahaan<br />
Pengaruh ukuran perusahaan<br />
terhadap corporate governance<br />
diukur dengan menggunakan total<br />
aktiva. Perusahaan besar dapat<br />
memiliki masalah keagenan yang<br />
lebih besar (karena lebih sulit<br />
untuk dimonitor) sehingga<br />
membutuhkan corporate<br />
governance yang lebih baik. Dengan<br />
demikian, penelitian ini<br />
memasukkan variabel ukuran<br />
perusahaan sebagai variabel<br />
kontrol. Penelitian ini<br />
menggunakan total aktiva sebagai<br />
proksi untuk mengukur variabel<br />
ukuran perusahaan, karena nilai<br />
total aktiva yang dapat disajikan<br />
secara historis dianggap lebih stabil<br />
dan lebih dapat mencerminkan<br />
ukuran perusahaan. Nilai total<br />
aktiva dalam penelitian ini dengan<br />
menggunakan satuan jutaan<br />
(000.000) Rupiah.<br />
Anal<strong>isi</strong>s data dilakukan dengan<br />
menggunakan teknik anal<strong>isi</strong>s regresi<br />
linear berganda. yang didahului<br />
dengan pengujian asumsi klasik.<br />
Pengujian asumsi klasik yang<br />
dilakukan dalam penelitian ini terdiri<br />
dari uji normalitas, multikolinearitas,<br />
dan heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Persamaan<br />
Regresi Berganda dalam penelitian ini<br />
dapat disajikan sebagai berikut:<br />
Y = α+b0 + b1 CGD + b2ROE + b3 Size+<br />
e..............................................(2)<br />
Keterangan:<br />
Y = Kinerja Pasar<br />
b0 = Konstanta<br />
b1, b2 , b3 = Koef<strong>isi</strong>en Regresi<br />
e = Variabel Pengganggu<br />
CGD = corporate governance<br />
disclosure<br />
ROE = return on equity<br />
Size = Ukuran Perusahaan<br />
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Sampel yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah sebanyak 64<br />
pengamatan perusahaan perbankan<br />
selama periode 2004-2008. Jumlah<br />
sampel untuk masing-masing tahun<br />
berbeda-beda yaitu pada Tahun 2006<br />
dan 2008 masing-masing sebanyak 13<br />
perusahaan, Tahun 2004 sebanyak 12<br />
perusahaan, Tahun 2005 sebanyak 11<br />
perusahaan sedangkan Tahun 2007<br />
sebanyak 15 perusahaan. Tabel 1<br />
(Lampiran) menunjukkan secara ratarata<br />
jumlah perusahaan yang<br />
persentase kepemilikannya<br />
terkonsentrasi meningkat pada Tahun<br />
2007 dan mengalami penurunan<br />
pada Tahun 2008.<br />
Tabel 2 (Lampiran) menunjukkan<br />
bahwa nilai adjusted R 2 adalah 0,251.<br />
Ini berarti bahwa varian dari variabel<br />
bebas yaitu corporate governance<br />
disclosur mampu menjelaskan varian<br />
variabel terikat (kinerja pasar) sebesar<br />
25,10 persen, sedangkan sisanya<br />
sebesar 74,90 persen dijelaskan oleh<br />
194 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
variabel lain yang tidak dimasukkan<br />
dalam model.<br />
Pada Tabel 4 (Lampiran) dapat<br />
diketahui Variabel bebas corporate<br />
governance disclosure berpengaruh<br />
terhadap kinerja pasar dengan tingkat<br />
signifikansi 0,000 < 0,05. Ini berarti<br />
hipotesis yang diajukan didukung<br />
dalam penelitian ini. Variabel kontrol<br />
profitabilitas dengan menggunakan<br />
ROE menunjukkan tidak berpengaruh<br />
pada kinerja pasar dengan tingkat<br />
signifikansi 0,920>0,05. Begitu halnya<br />
dengan melihat ukuran perusahaan<br />
menunjukkan tidak adanya pengaruh<br />
dengan tingkat signifikansi 0,715 ><br />
0,05.<br />
Hasil penelitian ini menunjukkan<br />
bahwa pengungkapan corporate<br />
governance berpengaruh terhadap<br />
kinerja pasar perusahaan. Ini<br />
dibuktikan dengan nilai signifikansi<br />
yang diperoleh sebesar 0,00. Hasil<br />
tersebut konsisten hasil penelitian<br />
sebelumnya Klapper dan Love (2002)<br />
dalam Herawaty (2007), Collett dan<br />
Hrasky (2005) dalam Sharma dan<br />
Singh (2009) Fong dan Shek (2009)<br />
Kusumawati dan Riyanto (2005).<br />
Hubungan corporate governance<br />
dengan Kinerja pasar memiliki<br />
hubungan endogenity yang artinya<br />
perusahaan memiliki nilai pasar yang<br />
tinggi memiliki kecenderungan untuk<br />
menerapkan corporate governance<br />
dengan baik (Black et al, 2003).<br />
Kompleksnya kegiatan di dunia<br />
bank menyebabkan semakin tinggi<br />
pula resiko dan tantangan. Oleh<br />
karena itu penerapan corporate<br />
governance sangat diperlukan agar<br />
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.<br />
Implementasi corporate governance<br />
diharapkan dapat menambah dan<br />
memaksimalkan kinerja perusahaan<br />
yang salah satunya nilai pasar<br />
perusahaan. Harapan yang ingin<br />
dicapai nantinya berkontribusi dengan<br />
meningkatnya nilai harga saham di<br />
pasar saham. Meningkatnya harga<br />
saham mendorong ketertarikan<br />
investor untuk menanam investasinya.<br />
Aktualisasi corporate governance<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
mendorong peningkatan kualitas<br />
layanan mencapai service leader, serta<br />
pengembangan bisnis di berbagai<br />
segmen dan perluasan jaringan<br />
pelayanan.<br />
V. SIMPULAN, KETERBATASAN<br />
DAN SARAN<br />
5.1 Simpulan<br />
Berdasarkan rumusan masalah,<br />
tujuan, landasan teori, hipotesis dan<br />
hasil pengujian yang dilakukan, maka<br />
dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa Corporate<br />
Governance Disclosure berpengaruh<br />
pada kinerja perusahaan perbankan<br />
yang diproksikan dengan PBV. Hal ini<br />
berarti pasar memberikan penilaian<br />
pada Corporate Governance Disclosure<br />
perusahaan. Dengan demikian dapat<br />
dikatakan bahwa 90 item<br />
pengungkapan yang diproksikan<br />
dengan indikator dari KNKCG, FCGI,<br />
Khomsiyah (2005), Fong dan Shek<br />
(2009) dapat mempengaruhi kinerja<br />
pasar perusahaan. Profitabilitas (ROE)<br />
dan ukuran perusahaan (size) yang<br />
digunakan sebagai variabel kontrol<br />
tidak berpengaruh pada kinerja pasar.<br />
Ini berarti pasar tidak memberikan<br />
penilaian pada ROE dan size. Studi ini<br />
mendukung studi sebelumnya.<br />
5.2 Keterbatasan dan Saran<br />
Penelitian ini memiliki beberapa<br />
keterbatasan, yang apabila diatasi<br />
pada penelitian selanjutnya akan<br />
dapat memperbaiki hasil penelitian.<br />
Beberapa saran yang dapat<br />
dikemukakan dalam kaitannya dengan<br />
keterbatasan penelitian ini adalah<br />
sebagai berikut.<br />
1) Pemilihan sampel dalam penelitian<br />
ini hanya menggunakan<br />
perusahan perbankan dengan<br />
kepemilikan terkonsentrasi.<br />
Penelitian selanjutnya diharapkan<br />
dapat menggunakan jenis industri<br />
yang berbeda dan memperpanjang<br />
periode pengamatan. Tujuan<br />
menggunakan jenis perusahaan<br />
yang berbeda dengan maksud<br />
apakah penelitian sejenis dengan<br />
obyek yang berbeda dapat<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
195
digeneralisasi. Periode pengamatan<br />
diperpanjang dengan periode<br />
waktu di masa yang akan datang<br />
dengan harapan apakah ada<br />
perbedaan pengaruh dengan<br />
waktu jangka panjang.<br />
2) Item-item pengungkapan dalam<br />
variabel ini menggunakan 90<br />
indikator pengungkapan dalam<br />
penelitian ini mengacu pada<br />
indikator dari KNKCG, FCGI,<br />
Khomsiyah (2005), Fong dan Shek<br />
(2009). Penelitian selanjutnya<br />
dapat memperbaharui dan<br />
menambah item pengungkapan<br />
dengan berbagai sumber yang ada.<br />
Penambahan pengungkapan pada<br />
umumya mengalami perubahan<br />
dan penambahan setiap waktunya.<br />
3) Begitu halnya dalam penggunaan<br />
variabel kontrol seperti ukuran<br />
perusahaan (Size) dalam penelitian<br />
selanjutnya bisa menggunakan<br />
ukuran perusahaan yang lain<br />
seperti total penjualan dan<br />
kapitalisasi pasar.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Aggarwal, Raj, Takato Hiraki, dan<br />
Ramesh P. Rao. 1992. Price/Book<br />
Value Ratios and Equity Return on<br />
the Tokyo Stock Exhange:<br />
Empirical Evidence of an<br />
Anomalous Regularity. The<br />
Financial Review. Vol. 27, No. 4,<br />
pp. 589-605.<br />
Bai, C., Liu, Q., Lu, J., Song, dan<br />
Zhang (2002) Corporate governance<br />
and firm valuations in China.<br />
Working paper.<br />
Bartholomeusz S and Tanewski G A<br />
(2006), “The Relationship Between<br />
Family Firms and Corporate<br />
governance”, Journal of Small<br />
Business Management, Vol. 44, No.<br />
2, pp. 245-267.<br />
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor<br />
Publik di Indonesia, Ed<strong>isi</strong> 1.<br />
Yogyakarta: BPFE UGM.<br />
Black, B.S., Jang, H., & Kim, W (2003)<br />
Does Corporate governance affect<br />
firm value? Evidancd from Korea,<br />
Diambil dari http://papers<br />
.ssrn.com.<br />
Braun M and Sharma A (2007),<br />
“Should the CEO also be the Chair<br />
of the Board?An Empirical<br />
Examination of Family-Controlled<br />
Public Firms”, Family Business<br />
Review, Vol. 20, No. 2, pp. 111-<br />
126.<br />
Berle, Adolph dan Means, Gardiner<br />
(1932). The Modern Corporation<br />
and Private Property. MacMillan,<br />
New York, N.Y.<br />
Claeesens. S & Fan, J.P.H (2003)<br />
Corporate governance in Asia: A<br />
survey Internasional Review of<br />
Finance.<br />
Collet, Peter and S. Hrasky. (2005).<br />
Voluntary Disclosure of Corporate<br />
Governance Practices by Listed<br />
Australian Companie’s. Corporate<br />
Governance. Vol. 13, No. 2: 188-<br />
196.<br />
Colgan, P. Mc. 2001. Agency Theory<br />
and Corporate governance: A<br />
Review of the Literature from a UK<br />
Perspective. Working Paper.<br />
Darmawati, Khomsyiah dan Rika Gelar<br />
R, (2005), “Hubungan Corporate<br />
Governance dan Kinerja<br />
Perusahaan”, Jurnal Riset<br />
Akuntansi Indonesia, Yogyakarta,<br />
Ikatan Akuntan Indonesia<br />
Kompartemen Akuntan Publik, Vol<br />
8, No. 1, Januari 2005.<br />
Eisenhardt, K.M (1989) Agency Theory:<br />
An assessment and review.<br />
Academy of Management Review.<br />
Fong, S. C. C. and W. W. Y. Shek<br />
(2009). “Corporate governance<br />
Disclosure and Company<br />
Performance of Hong Kong-Based<br />
and China-Based Family-Controlled<br />
196 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
Property Development Companies,<br />
The IUP Journal of Corporate<br />
governance, Vol. VIII, Nos. 3 & 4,<br />
2009<br />
Forum for Corporate governance in<br />
Indonesia (2001). “ Tata Kelola<br />
Perusahaan” Seri Tata kelola<br />
Perusahaan, Jilid I Ed<strong>isi</strong> ke 3<br />
Jakarta.<br />
Gunarsih, T (2002). Strutur corporate<br />
governance governance dan kinerja<br />
perusahaan: struktur kepemilikan<br />
dan strategi diversifikasi terhadap<br />
kinerja perusahaa, Disretasi tidak<br />
dipublikasi, <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />
Mada Yogyakarta.<br />
Ghozali, Imam. 2006. Anal<strong>isi</strong>s<br />
Multivariate dengan Program SPSS.<br />
Semarang: Badan Penerbit<br />
<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />
Herawaty, Vinola. Peran Praktek<br />
Corporate Governance Sebagai<br />
Moderating Variable dari Pengaruh<br />
Earnings Management Terhadap<br />
Nilai Perusahaan, Jurnal<br />
Akuntansi. <strong>Universitas</strong> Trisakti.<br />
2007.<br />
Ho S M (2003), “Corporate governance<br />
in Hong Kong: Key Problems and<br />
Prospects”, Centre for Accounting<br />
Disclosure and Corporate<br />
governance, School of Accountancy,<br />
The Chinese University of Hong<br />
Kong.<br />
Jensen, M. C., and Meckling, W. H.<br />
(1976). “Theory of the Firm:<br />
Managerial Behavior, Agency Costs<br />
and Ownership Structure”, Journal<br />
of Financial Economics, 3: 305-<br />
360.<br />
Jogiyanto H.M, Prof., Dr, MBA., Ak<br />
(2007). “Metodelogi Penelitian<br />
Bisnis: Salah Kaprah dan<br />
Pengalaman-pengalaman”. BPFE-<br />
Yogyakarta<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Johnson S, Boone P, Breach A and<br />
Friedman E (1998), “Corporate<br />
governance in the Asian Financial<br />
Cr<strong>isi</strong>s 1997-98”, available at<br />
http://www.worldbank.org/ html/<br />
prddr/trans/janfeb00/phs26-<br />
27.htm<br />
Khomsiyah. 2005. Anal<strong>isi</strong>s Hubungan<br />
Struktur dan Indeks Corporate<br />
governance dengan Kualitas<br />
Pengungkapan. Disertasi doktor<br />
tidak publikasi, <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />
Mada. Yogyakarta.<br />
Komite Nasional Kebijakan Corporate<br />
governance (KNKCG). 2001.<br />
Pedoman Good Corporate<br />
governance: Ref. 4. 0.<br />
Kusumawati, D.N. 2007. “Profitability<br />
and Corporate governance<br />
Disclosure: An Indonesian Study”.<br />
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.<br />
Vol. 10, No. 2: 131-146.<br />
Klapper, L., F & Love, (2002).<br />
Corporate governance, investor<br />
protection, and performance in<br />
emerging markets, World Bank<br />
Policy Research, Http:/econ<br />
worldbank.org<br />
dan Riyanto B. 2005. Corporate<br />
Governance dan Kinerja: Anal<strong>isi</strong>s<br />
Pengaruh Compliance Reporting<br />
dan Struktur Dewan terhadap<br />
Kinerja. Simposium Nasional<br />
Akuntansi VIII.<br />
La Porta, Rafael; Lopez-de-Silanes,<br />
Florencio; Shleifer, Andrei (1998).<br />
“Corporate Ownership Around the<br />
World.”Journal of Finance. Vol. 54,<br />
No. 2: 471-517.<br />
Mitton, T.2002. A Cross-firm analysis<br />
of the impact of corporate<br />
governance on the East Asian<br />
Financial cr<strong>isi</strong>s. Journal of<br />
Financial Economics.<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
197
Monks., R. A. G & Minow, N (1995).<br />
Corporate governance, Blackwell<br />
Business<br />
Nuryaman, 2008. Pengaruh<br />
Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran<br />
Perusahaan, dan Mekanisme<br />
Corporate governance terhadap<br />
Manajemen Laba. Makalah<br />
Disampaikan dalam Simposium<br />
Nasional Akuntansi XI. Pontianak:<br />
23-24 Juli.<br />
OECD Principles of Corporate<br />
governance, 1999.<br />
Oman, C., P (2001) Corporate<br />
governance and national<br />
development, Technical Paper No.<br />
180, OECD Developmnent Centre.<br />
Pusat Pembinaan dan Pengembangan<br />
Bahasa. 1995. Bahan Penyuluhan<br />
Bahasa Indonesia. Departemen<br />
Pendidikan Nasional.<br />
Riyanto Bambang. 2002. Dasar-Dasar<br />
Pembelanjaan<br />
Perusahaan.Yogyakarta: BPFE<br />
Schulze W S, Lubatkin M H, Dino R N<br />
and Buchholtz, A K (2001),<br />
“Agency Relationships in Family<br />
Firms: Theory and Evidence”,<br />
Organization Science. Vol. 12, No.<br />
2, pp. 99-116.<br />
Sekaran, Uma (2007), Research<br />
Methods For Business: Metodelogi<br />
Penelitian Untuk Bisnis, Selemba<br />
Empat , Jakarta<br />
Shleifer, A & Vishny, RW. (1997). A.<br />
Survey Of Corporate governance.<br />
The Journal of Finance<br />
Siregar, Baldric. 2007. Pengaruh<br />
Pemisahan Hak Kontrol dan Hak<br />
Aliran Kas terhadap Dividen.<br />
Disampaikan dalam Simposium<br />
Nasional Akuntansi X. Makasar:<br />
26-28 Juli.<br />
Sharma, R., and Singh, F. (2009).<br />
Voluntary Corporate Governance<br />
Disclosure: A Study of Selected<br />
Companies in India, The ICFAI<br />
University Journal of Corporate<br />
Governance, Vol. VIII, No. 3 & 4,<br />
pp. 91-108.<br />
Solomon, J., & Solomon, A (2004).<br />
Corporate governance and<br />
accountability. England: John Wiley<br />
& Sons, LTd.<br />
Sugiyono. 2008. Metoda Penelitian<br />
Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.<br />
Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda.<br />
2006. Penerapan Good Corporate<br />
Governance: Mengesampingkan<br />
Hak-Hak Istimewa Demi<br />
Kelangsungan Usaha, Jakarta:<br />
Prenada Media Group.<br />
Standar Akuntansi, 2009. Standar<br />
Akuntansi.2009 Per 1 Juli 2009,<br />
Jakarta , Ikatan Akuntansi<br />
Indonesia, Selaemba Empat<br />
Tsipouri, L. & Xanthakis, M (2004).<br />
Can corporate governance bee<br />
rated? Ideas Based on the Greek<br />
experience. Corporate governance.<br />
Wirawati, Ni Gusti Putu. 2008.<br />
Pengaruh Faktor Fundamental<br />
Perusahaan terhadap Price to Book<br />
Value dalam Penilaian Saham di<br />
Bursa Efek Jakarta dalam Kond<strong>isi</strong><br />
Kr<strong>isi</strong>s Moneter. Buletin Studi<br />
Ekonomi. Vol. 13, No. 1. pp. 90-99.<br />
Wolk, H. L & Tearney, M.G (1997).<br />
Accounting Theory: A. Conceptual<br />
and Instituional Approach, Fourth<br />
Edition, Ohio: South-Western<br />
College Publishing.<br />
Xu, Xiaonian dan Yan Wang. 1997.<br />
Ownership Structure, Corporate<br />
governance, and Corporate<br />
Performance (The Case of Chinese<br />
Stock Companies).<br />
http://ssrn.com/abstract=45303.<br />
(Accessed December 2009).<br />
198 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
Yuniasih, Ni Wayan. 2010. Pengaruh<br />
Modal Intelektual Pada Kinerja<br />
Pasar Perusahaan Sektor<br />
Keuangan Di Bursa Efek<br />
Indonesia, Tesis Program Magister<br />
Akuntansi.<br />
Warsono Sony, Amalia Fitri, Kartika<br />
Dian Rahajeng.2009.“Corporate<br />
LAMPIRAN<br />
NO. KETERANGAN<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
Tabel 1<br />
Indikator Pengungkapan<br />
Corporate Governance<br />
Governance Concept and Model:<br />
Preserving True Organization<br />
Welfare”. Center For Good<br />
Corporate Governance Fakultas<br />
Ekonomika dan Bisnis <strong>Universitas</strong><br />
Gadjah Mada.<br />
Ref.<br />
1<br />
Shareholders<br />
Hak-hak pemegang saham KNKCG<br />
2 Rapat Umum Pemegang Saham KNKCG<br />
3 Akuntabilitas pemegang saham KNKCG<br />
4 Perjanjian dan sistem remunerasi dewan KNKCG<br />
5 Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham KNKCG<br />
6 Perlakuan terhadap pemegang saham minoritas<br />
Dewan Komisaris<br />
Khomsiyah<br />
7 Fungsi Dewan Komisaris KNKCG<br />
8 Kompos<strong>isi</strong> dewan komisaris KNKCG<br />
9 Kesesuaian dengan peraturan atau pedoman KNKCG<br />
10 Rapat dewan komisaris KNKCG<br />
11 Informasi tentang dewan komisaris KNKCG<br />
12 Bisnis lain yang berhubungan dengan dewan<br />
komisaris dan/atau direksi dan perusahaan<br />
KNKCG/FCGI<br />
13 Kemampuan dan integritas anggota dewan komisaris KNKCG<br />
14 Perjanjian dan besarnya remunerasi dewan komisaris KNKCG<br />
15 Mekanisme dan kriteria evaluasi kinerja anggota KNKCG<br />
dewan komisaris<br />
16 Keberadaan dewan komisaris dalam komite KNKCG<br />
17 Pertanggungjawaban dewan komisaris KNKCG<br />
18 Independensi dewan komisaris Khomsiyah<br />
19 Proses pemilihan dan pengangkatan dewan komisaris FCGI<br />
20 Nama-nama dewan komisaris FCGI<br />
21 Kepemilikan saham oleh anggota dewan komisaris FCGI<br />
22 Daftar riwayat hidup anggota dewan komisaris FCGI<br />
23 Kehadiran komisaris dalam rapat FCGI<br />
Dewan Direksi<br />
24 Peran direksi KNKCG<br />
25 Kompos<strong>isi</strong> direksi KNKCG<br />
26 Kesesuaian dengan peraturan atau pedoman KNKCG<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
199
27 Kemampuan dan integritas anggota dewan direksi KNKCG<br />
28 Rapat dewan direksi KNKCG<br />
29 Pengendalian Internal KNKCG<br />
30 Peranan direksi dalam kebijakan akuntansi KNKCG<br />
31 Register KNKCG<br />
32 Pertanggungjawaban dewan direksi KNKCG<br />
33 Nama-nama dewan direksi FCGI<br />
34 Kepemilikan saham oleh anggota dewan direksi FCGI<br />
35 Daftar riwayat hidup anggota dewan direksi FCGI<br />
36 Mekanisme dan kriteria evaluasi kinerja anggota FCGI<br />
dewan direksi<br />
37 Pedoman tentang cross-directorship FCGI<br />
38 Proses pemilihan dan pengangkatan direksi FCGI<br />
39 Perjanjian dan besarnya remunerasi dewan direksi FCGI<br />
40 Kehadiran direksi dalam rapat FCGI<br />
41 Independensi dewan komisaris Khomsiyah<br />
42 Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan<br />
Sistem Audit<br />
43 Eksternal Auditor KNKCG<br />
44 Prosedur penunjukkan eskternal auditor KNKCG<br />
45 Besarnya fee audit dan nonaudit Fong dan<br />
Shek, 2009<br />
46 Pernyataan auditor independen Fong dan<br />
Shek, 2009<br />
47 Opini audit atas laporan keuangan Fong dan<br />
Shek, 2009<br />
48 Laporan mengenai ketidakpastian material yang Fong dan<br />
dihadapi perusahaan<br />
Shek, 2009<br />
49 Keberadaan komite audit KNKCG<br />
50 Nama-nama anggota komite audit Khomsiyah<br />
51 Prosedur pemilihan komite audit KNKCG<br />
52 Peran komite audit KNKCG<br />
53 Keberadaan komite fungsional lainnya KNKCG<br />
54 Peran komite fungsional lainnya KNKCG<br />
55 Jadwal rapat komite audit<br />
Sekretaris Perusahaan<br />
KNKCG<br />
56 Fungsi Sekretaris Perusahaan KNKCG<br />
57 Kualifikasi sekretaris perusahaan KNKCG<br />
58 Tanggung jawab KNKCG<br />
59 Peran sekretaris perusahaan dalam pengungkapan<br />
Stakeholders<br />
KNKCG<br />
60 Hak-hak stakeholders KNKCG<br />
61 Part<strong>isi</strong>pasi stakeholder dalam pemantauan<br />
KNKCG<br />
manajemen<br />
62 Jumlah karyawan KNKCG<br />
63 Besarnya gaji dan bonus yang diterima karyawan KNKCG<br />
64 Prosedur rekruitment karyawan KNKCG<br />
65 Jaminan atas lingkungan kerja yang kondusif KNKCG<br />
(kesehatan dan keselamatan kerja)<br />
66 Pedoman etika dan perilaku kerja KNKCG<br />
67 Perjanjian dengan mitra bisnis KNKCG<br />
200 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
68 Tanggungjawab atas kualitas produk dan jasa yang<br />
dihasilkan serta dampak negatif terhadap dan<br />
keselamatan pengguna<br />
Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />
KNKCG<br />
69 Pengungkapan informasi internal KNKCG<br />
70 Pemberian donasi KNKCG<br />
71 Etika bisnis dan pernyataan antikorupsi KNKCG<br />
72 Penyediaan kesempatan kerja<br />
Pengungkapan (Transparansi)<br />
KNKCG<br />
73 Waktu dan keakuratan pengungkapan KNKCG<br />
74 Pengungkapan informasi material untuk pembuatan KNKCG<br />
keputusan<br />
75 Kesesuaian pengungkapan dengan aturan KNKCG<br />
76 Pengungkapan tentang sesitivitas harga KNKCG<br />
77 Pengungkapan r<strong>isi</strong>ko bisnis FCGI<br />
78 Pengungkapan transaksi benturan kepentingan FCGI<br />
79 Penyampaian Laporan Keuangan Khomsiyah<br />
80 Sarana penyebaran informasi Khomsiyah<br />
81 Klaim atas aset dan kekayaan dan kasus-kasus di FCGI<br />
pengadilan<br />
82 Transaksi antarpihak yang berhubungan FCGI<br />
83 Sistem manajemen r<strong>isi</strong>ko FCGI<br />
84 Tujuan dan strategi bisnis FCGI<br />
85 Kepemilikan silang saham perusahaan dan jaminan FCGI<br />
hutang bersilang<br />
86<br />
Penerapan Corporate Governance<br />
Struktur organisasi KNKCG<br />
87 V<strong>isi</strong>, m<strong>isi</strong> dan nilai-nilai perusahaan KNKCG<br />
88 Pemegang saham pengendali KNKCG<br />
89 Hasil penilaian penerapan GCG yang dilaporkan KNKCG<br />
dalam RUPS tahunan<br />
90 Kejadian luar biasa yang telah dialami perusahaan<br />
dan dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan<br />
Tabel 2<br />
Koef<strong>isi</strong>en determinasi<br />
Mode<br />
R Adjusted<br />
Std. Error<br />
of the<br />
l R Square R Square Estimate<br />
1 ,536(a) ,287 ,251 1,16433<br />
a Predictors: (Constant), SIZE, ROE, CGDI<br />
b Dependent Variable: PBV<br />
KNKCG<br />
Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />
201
Tabel 3<br />
Hasil Uji Statistik F<br />
ANOVA(b)<br />
Mode<br />
Sum of<br />
Mean<br />
l<br />
Squares df Square F Sig.<br />
1 Regression 32,737 3 10,912 8,049 ,000(a)<br />
Residual 81,340 60 1,356<br />
Total 114,077 63<br />
a Predictors: (Constant), SIZE, ROE, CGDI<br />
b Dependent Variable: PBV<br />
Tabel 4<br />
Hasil Uji Statistik t<br />
Coefficients(a)<br />
Mode<br />
Unstandardized<br />
Standardize<br />
d<br />
l<br />
Coefficients<br />
Std.<br />
Coefficients t Sig.<br />
B Error Beta Tolerance VIF<br />
1 (Constan<br />
t)<br />
-3,089 1,166 -2,649 ,010<br />
CGDI 6,538 1,566 ,564 4,175 ,000<br />
ROE -,188 1,877 -,012 -,100 ,920<br />
SIZE -6,94E-<br />
010<br />
,000 -,047 -,367 ,715<br />
a Dependent Variable: PBV<br />
202 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />
Indonesia
KEBIJAKAN EDITORIAL<br />
Jurnal Riset Akuntansi (JUARA) adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program<br />
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong> yang bertujuan<br />
untuk mempublikasikan informasi hasil penelitian akuntansi. Lingkup penelitian akuntansi<br />
yang dimuat dalam JUARA meliputi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi<br />
sektor publik, auditing, sistem informasi, pasar modal, dan perpajakan.<br />
Redaksi menerima artikel hasil penelitian akuntansi dalam bahasa Indonesia ataupun<br />
bahasa Inggris. Penulis harus menyatakan bahwa artikel belum pernah dipublikasikan<br />
atau tidak dalam proses penyuntingan di jurnal berkala lain. Penentuan artikel yang<br />
dimuat dalam JUARA akan dilakukan oleh mitra bestari (reviewer) JUARA menggunakan<br />
sistem blind review. Mitra bestari bertanggung jawab untuk menelaah artikel yang masuk<br />
serta menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Artikel dikirimkan ke Sekretariat<br />
Redaksi JUARA dengan alamat:<br />
Program Studi Akuntansi<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
Jl. Kamboja No. 11 A <strong>Denpasar</strong>, Bali - Indonesia<br />
Telp. (0361) 262725, Fax. 0361 (262725)<br />
Email: juara_feunmas@yahoo.co.id<br />
1
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL RISET AKUNTANSI (JUARA)<br />
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR<br />
Berikut ini merupakan pedoman penulisan artikel dalam JUARA untuk menjadi<br />
pertimbangan bagi penulis.<br />
Sistematika Penulisan<br />
Sistematika penulisan dalam artikel terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:<br />
1. Halaman muka (cover)<br />
Bagian ini memuat judul dan nama penulis (ditulis lengkap tanpa gelar), dan institusi<br />
asal penulis.<br />
2. Abstrak<br />
a. Abstrak disajikan di awal teks dan merupakan ringkasan penelitian yang ber<strong>isi</strong><br />
permasalahan, tujuan, metode, hasil, dan pembahasan hasil penelitian.<br />
b. Bagi naskah berbahasa Indonesia, abstrak sebaiknya dibuat dalam bahasa Inggris.<br />
Bagi naskah berbahasa Inggris, abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia. Abstrak<br />
ditulis menggunakan huruf miring (italic).<br />
c. Abstrak ditulis dengan panjang sekitar 150 s/d 400 kata serta memuat sedikitnya<br />
empat keywords (kata kunci) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.<br />
3. Batang tubuh<br />
Batang tubuh memuat I. Pendahuluan (latar belakang dan masalah), II. Kajian Pustaka<br />
dan Pengembangan Hipotesis, III. Metode Penelitian (metode seleksi dan pengumpulan<br />
data, pengukuran dan defin<strong>isi</strong> operasional variabel, dan metode anal<strong>isi</strong>s data), IV. Hasil<br />
dan Pembahasan, V. Simpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran.<br />
4. Daftar pustaka dan lampiran<br />
Daftar pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Lampiran<br />
memuat tabel, gambar, dan instrumen yang digunakan. Tabel dan gambar sebaiknya<br />
disajikan pada halaman terpisah dari badan tulisan (umumnya di bagian akhir naskah).<br />
Penulisan cukup menyebutkan pada bagian di dalam teks tempat pencantuman tabel<br />
atau gambar. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai, dan<br />
sumber kutipan.<br />
Format Penulisan<br />
1. Naskah merupakan hasil penelitian dalam bidang akuntansi.<br />
2. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak dalam proses penyuntingan di<br />
jurnal/media berkala lain.<br />
3. Naskah dapat ditulis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.<br />
4. Naskah diketik dengan MS Word, pada kertas ukuran A4, menggunakan spasi ganda,<br />
ukuran font 11, huruf Bookman Old Style, dengan batas margin atas, bawah, kanan,<br />
dan kiri adalah 1 inchi.<br />
5. Panjang naskah yang diserahkan adalah 16-25 halaman (termasuk <strong>daftar</strong> pustaka dan<br />
lampiran). Semua halaman termasuk <strong>daftar</strong> pustaka, lampiran (tabel dan gambar)<br />
harus diberi nomor urut halaman.<br />
6. Penulisan Judul, Sub Judul, dan Anak Sub Judul<br />
a. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diketik rata tengah, serta tebal.<br />
b. Sub judul diketik rata kiri dan semua diketik tebal tanpa diakhiri dengan titik.<br />
Semua kata menggunakan huruf kapital. Penulisan sub judul menggunakan angka<br />
romawi I, II, III, IV, dan V.<br />
c. Anak Sub Judul diketik rata kiri dan semua kata diawali huruf kapital tanpa<br />
diakhiri dengan titik. Penulisan anak sub judul menggunakan angka Arab dan<br />
seterusnya.<br />
2
7. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis diantara kurung buka dan kurung tutup yang<br />
menyebutkan nama akhir penulis, tahun, dan nomor halaman (jika dipandang perlu).<br />
Contoh:<br />
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jensen, 1976). Jika disertai nomor<br />
halaman (Jensen, 1976:840) atau (Jensen, 1976:840-842).<br />
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jensen dan Meckling, 1976).<br />
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Dewi dkk., 2005 atau Hotstede<br />
et al., 2000).<br />
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (David, 2005; Dina, 2006).<br />
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Brownell, 1981, 1983). Jika tahun<br />
publikasi sama (Brownell, 1982a, 1982b).<br />
f. Sumber kutipan berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan<br />
akronim institusi yang bersangkutan, misalnya (IAI, 2007).<br />
8. Setiap artikel harus ditulis memuat <strong>daftar</strong> pustaka (hanya yang menjadi sumber<br />
kutipan) dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:<br />
a. Disusun alphabetis sesuai dengan nama akhir/keluarga (tanpa gelar akademik),<br />
baik untuk penulis asing maupun penulis Indonesia.<br />
b. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul buku teks atau<br />
judul jurnal, tempat terbit : nama penerbit.<br />
Contoh:<br />
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Anal<strong>isi</strong>s Investasi. Yogyakarta:BPFE.<br />
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba<br />
Empat.<br />
Hartono, Jogiyanto dan Bambang Riyanto. 1997. The Effect of Asymetrical Information<br />
and Risk Attitude on Incentive Scheme: A Contigency Approach. Jurnal Ekonomi<br />
dan Bisnis Indonesia. Vol 12 No. 1 : 1-12.<br />
Andayani, Wuryan. 2010. Anal<strong>isi</strong>s Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah<br />
Ada Kewajiban Rotasi Audit. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional<br />
Akuntansi XIII, Purwokerto:13-15 Oktober 2010.<br />
Albanese. 2009. Fairer Compensation for Travellers. Diunduh tanggal 30 Januari 2009.<br />
http://www.minister.gov.au<br />
9. Naskah dapat diserahkan langsung atau dikirimkan ke sekretariat redaksi dalam<br />
bentuk hard copy (dua eksemplar) dan soft copy (dalam flashdisk/CD) atau attachment<br />
file(s) melalui email.<br />
10. Mencantumkan CV dan alamat korespondensi (disajikan dalam halaman terpisah).<br />
11. Naskah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan (Februari<br />
dan Agustus) ke alamat redaksi Jurnal Riset Akuntansi (JUARA) di bawah ini:<br />
Program Studi Akuntansi<br />
Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />
Jl. Kamboja No. 11 A <strong>Denpasar</strong>, Bali - Indonesia<br />
Telp. (0361) 262725, Fax. 0361 (262725)<br />
Email: juara_feunmas@yahoo.co.id<br />
3
Nama Jurnal : JUARA (Jurnal Riset Akuntansi)<br />
Dewan Redaksi:<br />
Penanggung Jawab : Gede Gama<br />
Pemimpin Editor : Putu Kepramareni<br />
Dewan Editor : Ni Wayan Rustiarini<br />
Mitra Bestari :<br />
I Gede Cahyadi Putra<br />
1. Made Sudarma (Univ.Brawijaya)<br />
2. Khomsiyah (Univ.Trisakti)<br />
3. I Wayan Suarthana (Univ.Udayana)<br />
4. I Putu Sugiartha Sanjaya (Univ. Atmajaya)<br />
5. Ali Djamuri (Univ. Brawijaya)<br />
Penerbitan : diterbitkan secara berkala 2 kali setahun (Februari dan Agustus)<br />
4