24.06.2013 Views

daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar

daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar

daftar isi - Universitas Mahasaraswati Denpasar

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DAFTAR ISI<br />

Corporate Social Responsibility Disclosure : Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi Dan<br />

Kinerja Lingkungan……………………………………………………………………………………………………. 109<br />

Pengaruh Comprehensive Income Pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan 123<br />

Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan<br />

Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Di Kantor Bersama<br />

Samsat <strong>Denpasar</strong>……………………………………………………………………………………………………… 137<br />

Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Dan Komunikasi Dalam Tim<br />

Pada Kinerja Auditor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan<br />

(BPKP) Provinsi Bali………………………………………………………………………………………………….. 156<br />

Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman, Dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor Pada Rentang<br />

Waktu Penyelesaian Audit Kantor Akuntan Publik Di Bali………………………………………… 166<br />

Empirisme Logis Dalam Efficient Market Hypothesis Dan Keterbatasannya…………… 181<br />

Pengaruh Corporate Governance Disclosure Pada Kinerja Perusahaan Perbankan Di<br />

Bursa Efek Indonesia………………………………………………………………………………………………… 190


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE: KAJIAN<br />

BERDASARKAN KINERJA EKONOMI DAN KINERJA LINGKUNGAN<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Desak Made Anggun Pratiwi<br />

I Gede Cahyadi Putra 1<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

This study examines the effect of economic performance and environmental<br />

performance of the Corporate Social Responsibility Disclosure in manufacturing<br />

companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study was to<br />

examine and obtain empirical evidence influence economic performance and<br />

environmental performance of the Corporate Social Responsibility Disclosure.<br />

The research was conducted in the Indonesia Stock Exchange, the object of study<br />

is economic performance, environmental performance, and Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure in manufacturing companies listed on the Stock Exchange in<br />

2009-2011. Total sample in this study were 28 companies, with three years of<br />

observation. The results with multiple linear regression analysis showed that<br />

economic performance and environmental performance significant positive effect on<br />

Corporate Social Responsibility Disclosure.<br />

Keywords: economic performance, environmental performance, corporate social<br />

responsibility disclosure<br />

1Alamat Korespondensi: d34nmld@yahoo.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Perusahaan mempunyai peranan<br />

yang sangat penting terhadap<br />

perekonomian dan masyarakat luas di<br />

era globalisasi sekarang ini. Kemajuan<br />

dibidang informasi dan teknologi serta<br />

adanya keterbukaan pasar memaksa<br />

perusahaan-perusahaan yang ada<br />

harus secara serius dan terbuka<br />

mempehatikan dampak-dampak atau<br />

tingkah laku perusahaan itu sendiri<br />

terhadap lingkungan dan sosialnya<br />

(stakeholder). Sebuah perusahaan<br />

dianggap sebagai suatu lembaga yang<br />

memberikan berbagai kontribusi bagi<br />

masyarakat. Perusahaan dapat<br />

memberikan kesempatan kerja,<br />

menyediakan barang yang dibutuhkan<br />

untuk dikonsumsi, memberikan<br />

sumbangan dan membayar pajak<br />

kepada pemerintah. Perusahaan<br />

sering hanya maksimalisasi laba itu<br />

sendiri, akhirnya disadari bahwa<br />

dampak yang ditimbulkan terhadap<br />

masyarakat semakin besar dan sulit<br />

untuk dikendalikan seperti polusi,<br />

keracunan, keb<strong>isi</strong>ngan, diskriminasi,<br />

pemaksaan, dan kesewenang-<br />

wenangan. Oleh karena itu,<br />

masyarakat menuntut agar<br />

perusahaan senantiasa<br />

memperhatikan dampak-dampak<br />

sosial yang ditimbulkan dan upaya<br />

untuk mengatasinya.<br />

Perkembangan akuntansi pada<br />

saat ini bukan hanya merangkum<br />

informasi tentang hubungan<br />

perusahaan dengan pihak ketiga,<br />

tetapi juga dengan lingkungannya,<br />

namun sejalan dengan perkembangan<br />

waktu serta melihat kond<strong>isi</strong> ekonomi<br />

yang makin global saat ini, kesadaran<br />

perusahaan akan masyarakat sekitar<br />

dan lingkungan pun mulai tumbuh.<br />

Hal ini dikarenakan setiap perusahaan<br />

harus mengambil tanggung jawab<br />

untuk kepentingan bersama, di mana<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

109


tindakan yang dilakukan oleh setiap<br />

korporasi membawa dampak terhadap<br />

kualitas kehidupan manusia, terhadap<br />

individu, masyarakat dan seluruh<br />

kehidupan di bumi. Fenomena inilah<br />

yang kemudian memicu munculnya<br />

wacana tanggung jawab sosial<br />

perusahaan (Corporate Social<br />

Responsibility). Corporate Social<br />

Responsibility (CSR) mengandung<br />

makna perusahaan memiliki tugas<br />

moral untuk berlaku jujur, mematuhi<br />

hukum, menjunjung tinggi integritas<br />

dan tidak korupsi. CSR juga<br />

menekankan bahwa perusahaan harus<br />

mengembangkan praktik bisnis yang<br />

etis dan sustainable secara ekonomi,<br />

sosial dan lingkungan (Yakub, 2004).<br />

CSR sebagai konsep akuntansi yang<br />

baru adalah transparansi<br />

pengungkapan sosial atas kegiatan<br />

atau aktivitas sosial yang dilakukan<br />

oleh perusahaan (Rakhiemah, 2009).<br />

Pengungkapan informasi tanggung<br />

jawab sosial perusahaan (Corporate<br />

Social Responsibility Disclosure)<br />

diharapkan perusahaan akan<br />

memperoleh legitimasi sosial dan<br />

memaksimalkan kekuatan<br />

keuangannya dalam jangka panjang<br />

sehingga akan mendapat respon positif<br />

oleh para pelaku pasar atau investor.<br />

Pengungkapan CSR yang tertuang<br />

dalam sosial perusahaan berpengaruh<br />

dan memiliki hubungan positif dengan<br />

kinerja perusahaan dalam berbagai<br />

perspektif yang berbeda, namun para<br />

peneliti terdahulu menunjukkan<br />

belum adanya hubungan yang tetap<br />

antara tanggung jawab sosial dan<br />

kinerja finansial perusahaan. Seperti<br />

halnya penelitian yang dilakukan<br />

Rakhiemah (2009) mengenai pengaruh<br />

kinerja lingkungan terhadap CSR<br />

Disclosure dan kinerja finansial<br />

perusahaan menunjukkan bahwa<br />

terdapat hubungan yang signifikan<br />

antara kinerja lingkungan dengan CSR<br />

Disclosure. Hasil lain menunjukkan<br />

bahwa tidak ada hubungan signifikan<br />

antara kinerja lingkungan dengan<br />

kinerja finansial perusahaan dan tidak<br />

ada hubungan signifikan antara CSR<br />

Disclosure terhadap kinerja finansial<br />

110<br />

perusahaan, akan tetapi dijumpai<br />

hasil yang berbeda pada penelitian<br />

yang dilakukan Lindrianasari (2007)<br />

menunjukkan bahwa kualitas<br />

pengungkapan lingkungan<br />

dihubungkan dengan rasio akuntansi<br />

untuk mengukur kinerja ekonomi.<br />

Hasil yang didapat adanya hubungan<br />

yang tidak signifikan antara kinerja<br />

ekonomi dengan kualitas<br />

pengungkapan lingkungan.<br />

Pada penelitian ini, menguji<br />

kembali kinerja ekonomi dan kinerja<br />

lingkungan pada Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure pada<br />

perusahaan manufaktur yang<br />

ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia.<br />

Kinerja ekonomi digunakan dalam<br />

penelitian ini karena dapat<br />

memberikan suatu gambaran tentang<br />

pos<strong>isi</strong> keuangan perusahaan yang<br />

digunakan oleh investor untuk<br />

memperoleh perkiraan tentang laba<br />

dan dividen di masa mendatang dan<br />

resiko atas penilaian tersebut dilihat<br />

dari laporan keuangan perusahaan<br />

(financial reports) yang dikeluarkan<br />

secara periodik. Perusahaan yang<br />

memiliki kond<strong>isi</strong> keuangan yang kuat,<br />

juga akan mendapat tekanan yang<br />

lebih dari pihak eksternal perusahaan<br />

untuk lebih mengungkapkan<br />

pertanggungjawaban sosialnya lebih<br />

luas, sebab perusahaan yang memiliki<br />

profit besar harus lebih aktif<br />

melaksanakan CSR. Kinerja<br />

lingkungan perusahaan yang baik<br />

serta melakukan pengungkapan yang<br />

tinggi dapat mempos<strong>isi</strong>kan mereka<br />

sebagai perusahaan yang memiliki<br />

aktifitas berguna dan kualitas<br />

pengungkapan ini juga didorong<br />

legitimasi terhadap masyarakat.<br />

Perusahaan manufaktur dipilih<br />

sebagai sampel karena perusahaan<br />

manufaktur merupakan perusahaan<br />

yang bergerak di bidang pengolahan<br />

sumber daya alam menjadi barang<br />

jadi, sehingga dalam kegiatan<br />

operasionalnya menimbulkan dampak<br />

yang lebih nyata dirasakan baik<br />

terhadap lingkungan maupun<br />

terhadap masyarakat sekitar tempat<br />

Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan


di mana perusahaan tersebut<br />

beroperasi.<br />

Berdasarkan hal tersebut di atas,<br />

maka pokok permasalahan dalam<br />

penelitian ini adalah apakah kinerja<br />

ekonomi dan kinerja lingkungan<br />

berpengaruh pada Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure pada<br />

perusahaan manufaktur yang ter<strong>daftar</strong><br />

di Bursa Efek Indonesia?<br />

II LANDASAN TEORI DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Akuntansi Lingkungan<br />

Akuntansi lingkungan yang mulai<br />

berkembang sejak tahun 1970-an di<br />

Eropa, kini makin berperan dalam<br />

mempertinggi nilai ekonomi dan<br />

meningkatkan perlindungan<br />

lingkungan. Konsep ini didasarkan<br />

pada banyaknya tekanan dari<br />

lembaga-lembaga bukan pemerintah<br />

(non-government), serta meningkatnya<br />

kesadaran lingkungan di kalangan<br />

masyarakat luas yang mendesak agar<br />

perusahaan-perusahaan menerapkan<br />

pengelolaan lingkungan bukan hanya<br />

kegiatan industri demi bisnis saja<br />

(Ikhsan, 2009: 11). Akuntansi<br />

lingkungan (Environmental Accounting)<br />

adalah suatu istilah yang berupaya<br />

untuk menspesifikasikan pembiayaan<br />

yang dilakukan perusahaan dan<br />

pemerintah dalam melakukan<br />

konservasi lingkungan ke dalam pos<br />

“lingkungan” di dalam praktek bisnis<br />

perusahaan dan pemerintah, dari<br />

kegiatan konservasi lingkungan ini<br />

pada akhirnya akan muncul biaya<br />

lingkungan (Environmental Cost) yang<br />

harus ditanggung perusahaan.<br />

Akuntansi lingkungan juga dapat<br />

dianalogikan sebagai suatu kerangka<br />

kerja pengukuran yang kuantitatif<br />

terhadap kegiatan konservasi<br />

lingkungan yang dilakukan<br />

perusahaan.<br />

2.2 Kinerja Ekonomi<br />

Kinerja ekonomi adalah suatu<br />

usaha formal yang dilaksanakan<br />

perusahaan untuk mengevaluasi<br />

ef<strong>isi</strong>en dan efektivitas dari aktivitas<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

keuangan perusahaan yang telah<br />

dilaksanakan pada periode waktu.<br />

Kinerja ekonomi dapat diukur dari<br />

laporan keuangan perusahaan<br />

(financial reports) yang dikeluarkan<br />

secara periodik yang memberikan<br />

suatu gambaran tentang pos<strong>isi</strong><br />

keuangan perusahaan. Informasi yang<br />

terkandung dalam laporan keuangan<br />

digunakan oleh investor untuk<br />

memperoleh perkiraan tentang laba<br />

dan dividen di masa mendatang dan<br />

resiko atas penilaian tersebut.<br />

Informasi keuangan dibutuhkan oleh<br />

investor berupa informasi kuantitatif<br />

dan kualitatif baik yang bersumber<br />

dari pihak internal perusahaan<br />

(manajemen) maupun pihak eksternal<br />

perusahaan. Informasi keuangan<br />

internal merupakan data akuntansi<br />

perusahaan yang dapat berupa<br />

penjualan, profit margin, pendapatan<br />

operasional, aktiva, dan lain-lain,<br />

sedangkan informasi keuangan<br />

eksternal berupa kajian dari para<br />

analis dan konsultan keuangan yang<br />

dipublikasikan.<br />

Kinerja ekonomi sebuah<br />

perusahaan lebih banyak diukur<br />

berdasarkan rasio-rasio keuangan<br />

selama periode tertentu. Menurut<br />

Hanafi (2004) rasio keuangan yang<br />

digunakan untuk mengukur kinerja<br />

ekonomi yaitu rasio likuiditas,<br />

aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.<br />

2.3 Kinerja Lingkungan<br />

Kinerja lingkungan perusahaan<br />

(environmental performance) adalah<br />

kinerja perusahaan dalam<br />

menciptakan lingkungan yang baik<br />

atau green (Suratno, dkk, 2006).<br />

Penilaian peringkat kinerja<br />

perusahaan dalam pengelolan<br />

lingkungan mulai dikembangkan<br />

Kementerian Lingkungan Hidup,<br />

sebagai satu alternatif instrumen sejak<br />

1995. Program ini awalnya dikenal<br />

dengan nama PROPER PROKASIH.<br />

Alternatif instrumen penataan<br />

dilakukan melalui penyebaran<br />

informasi tingkat kinerja penataan<br />

masing–masing perusahaan kepada<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

111


stakeholder pada skala nasional.<br />

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)<br />

mengadakan Program Penilaian<br />

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam<br />

Pengelolaan Lingkungan Hidup<br />

(PROPER) di bidang pengendalian<br />

dampak lingkungan untuk<br />

meningkatkan peran perusahaan<br />

dalam program pelestarian lingkungan<br />

hidup. Adapun dasar hukum<br />

pelaksanaan adalah tertuang dalam<br />

Keputusan Menteri Negara Lingkungan<br />

Hidup Nomor: 127/MENLH/2002<br />

tentang Program Penilaian Peringkat<br />

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan<br />

Lingkungan Hidup (PROPER), karena<br />

yang dinilai adalah kinerja kelola<br />

lingkungan, maka dalam<br />

pelaksanaannya PROPER<br />

menggunakan Environmental<br />

Performance Indicators (EPI) dan<br />

ditetapkan berdasarkan context and<br />

content sesuai perusahaan yang<br />

dinilai. PROPER diumumkan secara<br />

rutin kepada masyarakat sehingga<br />

perusahaan yang dinilai akan<br />

memperoleh insentif maupun<br />

d<strong>isi</strong>nsentif reputasi tergantung pada<br />

tingkat ketaatannya.<br />

Tujuan Program Penilaian<br />

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam<br />

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah<br />

sebagai berikut:<br />

1) Mendorong terwujudnya<br />

pembangunan berkelanjutan dan<br />

berwawasan lingkungan.<br />

2) Meningkatkan komitmen<br />

perusahaan dan stakeholder<br />

lainnya dalam upaya pelestarian<br />

lingkungan.<br />

3) Meningkatkan kesadaran para<br />

pelaku usaha/kegiatan untuk<br />

mentaati peraturan sebagai<br />

konsekuensi keuntungan yang<br />

diterimanya.<br />

4) Meningkatkan pengendalian<br />

dampak lingkungan melalui peran<br />

aktif masyarakat.<br />

5) Menekan dampak negatif kegiatan<br />

perusahaan terhadap lingkungan.<br />

Peringkat kinerja lingkungan<br />

perusahaan dikelompokkan pada lima<br />

peringkat warna guna memudahkan<br />

komunikasi dengan stakeholder dalam<br />

112<br />

menyikapi hasil kinerja penaatan<br />

masing-masing perusahaan.<br />

Penggunaaan peringkat warna<br />

merupakan bentuk komunikatif<br />

penyampaian kinerja kepada<br />

masyarakat sehingga lebih mudah<br />

dipahami dan diingat. Lima peringkat<br />

warna yang digunakan mencakup<br />

hitam, merah, biru, hijau, dan emas.<br />

Peringkat emas dan hijau untuk<br />

perusahaan yang telah melakukan<br />

upaya lebih dari taat dan patut<br />

menjadi contoh, peringkat biru bagi<br />

perusahaan yang telah taat, dan<br />

peringkat merah dan hitam bagi<br />

perusahaan yang belum taat, secara<br />

sederhana lima warna akan diberi skor<br />

secara berturut-turut dengan nilai<br />

tertinggi 5 untuk emas, hijau dengan<br />

skor 4, biru diberi skor 3, merah<br />

dengan skor 2, dan terendah 1 untuk<br />

hitam. Penilaian PROPER mengacu<br />

pada persyaratan penaatan<br />

lingkungan yang ditetapkan dalam<br />

peraturan pemerintah terkait dengan<br />

pengendalian pencemaran air,<br />

pengendalian pencemaran udara,<br />

pengelolaan limbah B3, AMDAL dan<br />

pengendalian pencemaran laut.<br />

Tingkat penaatan perusahaan<br />

dikategorikan taat apabila memenuhi<br />

atau menaati seluruh persyaratan dan<br />

ketentuan yang diwajibkan dalam<br />

peraturan perundang-undangan yang<br />

berlaku. Jika perusahaan memenuhi<br />

atau menaati seluruh persyaratan dan<br />

ketentuan tersebut, maka akan<br />

memperoleh peringkat biru, jika tidak<br />

maka merah atau hitam tergantung<br />

pada aspek ketidaktaatannya.<br />

2.4 Corporate Social Responsibility<br />

(CSR)<br />

Word Bank (2004) mendefin<strong>isi</strong>kan<br />

CSR sebagai komitmen perusahaan<br />

untuk berperan dalam kelangsungan<br />

pertumbuhan ekonomi yang berkaitan<br />

dengan karyawan, keluarga mereka,<br />

masyarakat lokal, dan masyarakat<br />

luas untuk meningkatkan kualitas<br />

hidup, melalui aktivitas yang tepat<br />

bagi perusahaan dan bagi<br />

pengembangan perekonomian<br />

Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan


perusahaan. Menurut World Business<br />

Council for Sustainable Development<br />

(WBCSD), CSR adalah suatu komitmen<br />

berkelanjutan oleh dunia usaha untuk<br />

bertindak etis dan memberikan<br />

kontribusi kepada pengembangan<br />

ekonomi dari komunitas setempat<br />

ataupun masyarakat luas, bersamaan<br />

dengan peningkatan taraf hidup<br />

pekerjanya beserta seluruh<br />

keluarganya. Dauman dan Hargreaves<br />

(1992) dalam Hasibuan (2001)<br />

menyatakan bahwa tanggung jawab<br />

perusahaan dapat dibagi menjadi tiga<br />

level sebagai berikut:<br />

1) Basic Responsibility (BR)<br />

Pada level pertama,<br />

menghubungkan tanggung jawab<br />

yang pertama dari suatu<br />

perusahan, yang muncul karena<br />

keberadaan perusahaan tersebut<br />

seperti perusahaan harus<br />

membayar pajak, memenuhi<br />

hukum, memenuhi standar<br />

pekerjaan dan memuaskan<br />

pemegang saham. Bila tanggung<br />

jawab pada level ini tidak dipenuhi<br />

akan menimbulkan dampak yang<br />

sangat serius.<br />

2) Organization Responsibility (OR)<br />

Pada level kedua ini menunjukan<br />

tanggung jawab perusahaan untuk<br />

memenuhi perubahan kebutuhan<br />

stakeholder seperti pekerja,<br />

pemegang saham dan masyarakat<br />

di sekitarnya.<br />

3) Societal Responses (SR)<br />

Pada level ketiga, menunjukan<br />

tahapan ketika interaksi antara<br />

bisnis dan kekuatan lain dalam<br />

masyarakat yang demikian kuat<br />

sehingga perusahaan dapat<br />

tumbuh dan berkembang secara<br />

berkesinambungan, terlibat<br />

dengan apa yang terjadi dalam<br />

lingkungannya secara<br />

keseluruhan. Contohnya<br />

melakukan recruitment tenaga<br />

kerja dari masyarakat sekitar<br />

(Sulastini, 2007).<br />

Selain melakukan aktivitas yang<br />

berorientasi pada laba, perusahaan<br />

perlu melakukan aktivitas lain,<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

misalnya aktivitas untuk menyediakan<br />

lingkungan kerja yang aman bagi<br />

karyawannya, menjamin bahwa proses<br />

produksinya tidak mencemarkan<br />

lingkungan sekitar perusahaan,<br />

melakukan penempatan tenaga kerja<br />

secara jujur, menghasilkan produk<br />

yang aman bagi para konsumen, dan<br />

menjaga lingkungan eksternal untuk<br />

mewujudkan kepedulian sosial<br />

perusahaan.<br />

2.4 Corporate Social Responsibility<br />

Disclosure<br />

CSR Disclosure adalah proses<br />

pengkomunikasian efek-efek sosial dan<br />

lingkungan atas tindakan-tindakan<br />

ekonomi perusahaan pada kelompokkelompok<br />

tertentu dalam masyarakat<br />

dan pada masyarakat secara<br />

keseluruhan (Gray, dkk, 1987). CSR<br />

Disclosure bertujuan untuk menjalin<br />

hubungan komunikasi yang baik dan<br />

efektif antara perusahaan dengan<br />

publik dan stakeholders lainnya<br />

tentang bagaimana perusahaan telah<br />

mengintegrasikan kepedulian dan<br />

Corporate Social Responsibility dalam<br />

setiap aspek kegiatan operasinya<br />

(Machmud dan Djakman, 2008).<br />

Menurut Freedman, ada tiga<br />

pendekatan dalam pelaporan kinerja<br />

sosial, yaitu:<br />

1) Pemeriksaan Sosial (Social Audit)<br />

Pemeriksaan sosial mengukur dan<br />

melaporkan dampak ekonomi,<br />

sosial dan lingkungan dari<br />

program-program yang<br />

berorientasi sosial dari operasioperasi<br />

yang dilakukan<br />

perusahaan. Hal ini dilakukan<br />

dengan membuat suatu <strong>daftar</strong><br />

aktivitas-aktivitas perusahaan<br />

yang memiliki konsekuensi sosial,<br />

lalu auditor sosial akan mencoba<br />

mengestimasi dan mengukur<br />

dampak-dampak yang ditimbulkan<br />

oleh aktivitas-aktivitas tersebut.<br />

2) Laporan Sosial (Social Report)<br />

Berbagai alternatif format laporan<br />

untuk menyajikan laporan sosial<br />

telah diajukan oleh para akademis<br />

dan prakt<strong>isi</strong>oner. Pendekatan-<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

113


pendekatan yang dapat dipakai<br />

oleh perusahaan untuk<br />

melaporkan aktivitas-aktivitas<br />

pertanggungjawaban sosialnya ini<br />

dirangkum oleh Dilley dan<br />

Weygandt dalam Cahtono (2011)<br />

menjadi empat kelompok sebagai<br />

berikut :<br />

a) Inventory Approach<br />

Perusahaan mengkompilasikan<br />

dan mengungkapkan sebuah<br />

<strong>daftar</strong> yang komprehensif dari<br />

aktivitas-aktivitas sosial<br />

perusahaan. Daftar ini harus<br />

memuat semua aktivitas sosial<br />

perusahaan baik yang bersifat<br />

positif maupun negatif.<br />

b) Cost Approach<br />

Perusahaan membuat <strong>daftar</strong><br />

aktivitas-aktivitas sosial<br />

perusahaan dan<br />

mengungkapkan jumlah<br />

pengeluaran pada masingmasing<br />

aktivitas tersebut.<br />

c) Program Management Approach<br />

Perusahaan tidak hanya<br />

mengungkapkan aktivitasaktivitas<br />

pertanggungjawaban<br />

sosial tetapi juga tujuan dari<br />

aktivitas tersebut serta hasil<br />

yang telah dicapai oleh<br />

perusahaan sesuai dengan<br />

tujuan yang telah ditetapkan<br />

itu.<br />

d) Cost Benefit Approach<br />

Perusahaan mengungkapkan<br />

aktivitas yang memiliki<br />

dampak sosial serta biaya dan<br />

manfaat dari aktivitas<br />

tersebut. Kesulitan dalam<br />

penggunaan pendekatan ini<br />

adalah adanya kesulitan dalam<br />

mengukur biaya dan manfaat<br />

sosial yang diakibatkan oleh<br />

perusahaan terhadap<br />

masyarakat.<br />

3) Pengungkapan Sosial dalam<br />

Laporan Tahunan (Disclosure In<br />

Annual Report)<br />

Pengungkapan sosial adalah<br />

pengungkapan informasi tentang<br />

aktivitas perusahaan yang<br />

berhubungan dengan lingkungan<br />

sosial perusahaan. Pengungkapan<br />

114<br />

sosial dapat dilakukan melalui<br />

berbagai media antara lain laporan<br />

tahunan, laporan sementara,<br />

prospektus, pengumuman kepada<br />

bursa efek atau melalui media masa<br />

(Kuntari dan Sulistyani, 2007).<br />

Variabel dependen dalam penelitian ini<br />

adalah tingkat Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure pada Laporan<br />

Tahunan perusahaan yang dinyatakan<br />

dalam Corporate Social Responsibility<br />

Index (CSRI) yang akan dinilai dengan<br />

membandingkan jumlah<br />

pengungkapan yang dilakukan<br />

perusahaan dengan jumlah<br />

pengungkapan yang disyaratkan<br />

dalam Global Reporting Initiative GRI-<br />

G3 meliputi 79 item pengungkapan.<br />

2.5 Hipotesis Penelitian<br />

2.5.1 Pengaruh Kinerja Ekonomi<br />

pada Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure<br />

Perusahaan yang memiliki kond<strong>isi</strong><br />

keuangan yang kuat, juga akan<br />

mendapat tekanan yang lebih dari<br />

pihak eksternal perusahaan untuk<br />

lebih mengungkapkan<br />

pertanggungjawaban sosialnya lebih<br />

luas, sebab perusahaan yang memiliki<br />

profit besar harus lebih aktif<br />

melaksanakan CSR. Berdasarkan<br />

penelitian Lindrianasari (2007)<br />

mengenai hubungan yang tidak<br />

signifikan antara kinerja ekonomi<br />

terhadap kualitas pengungkapan<br />

lingkungan menjadikan acuan untuk<br />

diteliti lebih dalam lagi. Berbeda<br />

dengan penelitian yang dilakukan<br />

Handayani (2011) menemukan<br />

hubungan yang positif signifikan<br />

antara kinerja ekonomi dengan CSR<br />

Disclosure. Al-Tuwaijri et. al. (2003)<br />

memperjelas hubungan antara kinerja<br />

ekonomi dengan kinerja lingkungan,<br />

dengan menggunakan visual partial<br />

least square (VPLS) sebagai parameter<br />

estimasi atas variabel yang diuji dan<br />

dirasakan lebih ef<strong>isi</strong>en dibandingkan<br />

dengan penggunaan regresi berganda<br />

pada penelitian sebelumnya, mereka<br />

menyatakan bahwa kinerja lingkungan<br />

yang baik didukung dengan kinerja<br />

ekonomi yang baik, atau kinerja<br />

Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan


ekonomi yang baik akan berhubungan<br />

dengan kinerja lingkungan yang baik<br />

pula. Berdasarkan uraian diatas maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H1: Kinerja ekonomi berpengaruh<br />

positif pada CSR Disclosure pada<br />

perusahaan manufaktur di<br />

Bursa Efek Indonesia.<br />

2.5.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan<br />

pada Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure<br />

Secara teori, penetapan hubungan<br />

antara kinerja lingkungan dan CSR<br />

Disclosure adalah penting bagi<br />

perspektif tanggung jawab sosial<br />

perusahaan. Menurut Verrecchia<br />

(1983) dalam Suratno, dkk, (2006)<br />

dengan discretionary disclosure<br />

teorinya mengatakan pelaku<br />

lingkungan yang baik percaya bahwa<br />

dengan mengungkapkan performance<br />

mereka berarti menggambarkan good<br />

news bagi pelaku pasar. Ada asumsi<br />

bahwa environmental performance yang<br />

baik mengurangi pengkungkapan<br />

biaya-biaya lingkungan masa depan<br />

perusahaan. Pengungkapan informasi<br />

biaya-biaya lingkungan ini harus<br />

dirasakan sebagai berita gembira oleh<br />

para investor. Oleh karena itu,<br />

perusahaan dengan environmental<br />

performance yang baik perlu<br />

mengungkapkan informasi kuantitas<br />

dan mutu lingkungan yang lebih<br />

dibandingkan dengan perusahaan<br />

dengan environmental performance<br />

lebih buruk. Berbeda dengan<br />

penelitian Handayani (2011) yang<br />

menemukan hubungan positif tidak<br />

signifikan antara kinerja lingkungan<br />

dengan CSR Disclosure. Penelitian dari<br />

Al-Tuwaijri et. al. (2003) yang<br />

menemukan hubungan positif<br />

signifikan antara environmental<br />

disclosure dengan environmental<br />

performance menunjukkan hasil yang<br />

konsisten dengan teori tersebut.<br />

Begitu pula halnya dengan penelitian<br />

serupa di Indonesia oleh Suratno, dkk,<br />

(2006) yang menemukan hubungan<br />

yang positif dan signifikan secara<br />

statistik antara kinerja lingkungan<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

dengan kinerja ekonomi. Berdasarkan<br />

uraian diatas maka hipotesis yang<br />

dikembangkan adalah:<br />

H2: Kinerja lingkungan berpengaruh<br />

positif pada CSR Disclosure pada<br />

perusahaan manufaktur di Bursa<br />

Efek Indonesia.<br />

III METODE PENELITIAN<br />

3.1 Sampel Penelitian<br />

Sampel yang digunakan dalam<br />

penelitian ini yaitu sebanyak 28<br />

perusahaan. Metode penentuan<br />

sampel yang digunakan adalah metode<br />

purposive sampling yaitu pemilihan<br />

sampel berdasarkan kriteria tertentu.<br />

Kriteria tersebut adalah sebagai<br />

berikut:<br />

1) Perusahaan manufaktur yang<br />

ter<strong>daftar</strong> berturut-turut di Bursa<br />

Efek Indonesia tahun 2009-2011.<br />

2) Perusahaan menyajikan informasi<br />

CSR dalam laporan tahunan<br />

periode 2009-2011.<br />

3) Perusahaan manufaktur tersebut<br />

ikut dalam Program Penilaian<br />

Peringkat Kinerja Perusahaan<br />

dalam Pengelolaan Lingkungan<br />

Hidup (PROPER) periode 2009-<br />

2011.<br />

3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />

3.2.1 Kinerja Ekonomi<br />

Kinerja ekonomi sebagai variabel<br />

independen yang diproksikan dengan<br />

Return on Assets (ROA) yang<br />

merupakan perbandingan antara laba<br />

bersih dengan total asset.<br />

3.2.2 Kinerja Lingkungan<br />

Kinerja lingkungan sebagai<br />

variabel independen dalam penelitian<br />

ini diukur dari prestasi perusahaan<br />

mengikuti Program Penilaian Peringkat<br />

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan<br />

Lingkungan Hidup (PROPER). Sistem<br />

peringkat kinerja PROPER mencakup<br />

pemeringkatan perusahaan dalam lima<br />

(5) warna yaitu emas dengan kreteria<br />

sangat sangat baik diberi skor 5, hijau<br />

dengan kreteria sangat baik diberi skor<br />

4, biru dengan kreteria baik diberi<br />

skor 3, merah dengan kreteria buruk<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

115


diberi skor 2, hitam dengan kreteria<br />

sangat buruk diberi skor 1.<br />

3.2.3 Corporate Social<br />

Responsibility Disclosure<br />

Variabel dependen dalam<br />

penelitian ini adalah tingkat Corporate<br />

Social Responsibility Disclosure pada<br />

laporan tahunan perusahaan yang<br />

dinyatakan dalam Corporate Social<br />

Responsibility Index (CSRI) yang akan<br />

dinilai dengan membandingkan jumlah<br />

pengungkapan yang dilakukan<br />

perusahaan dengan jumlah<br />

pengungkapan yang disyaratkan<br />

dalam GRI-G3 meliputi 79 item<br />

pengungkapan: economic (EC),<br />

environment (EN), labour practice (LP),<br />

human rights (HR), society (SO), dan<br />

product responsibility (PR). Apabila item<br />

informasi yang ditentukan<br />

diungkapkan dalam laporan tahunan<br />

maka diberi skor 1, dan jika item<br />

informasi tidak diungkapkan dalam<br />

laporan tahunan maka diberi skor 0.<br />

Perhitungan Indeks Luas<br />

Pengungkapan CSR (CSRI)<br />

dirumuskan sebagai berikut:<br />

Jumlah item pengungkapan<br />

CSR = …….. (1)<br />

79<br />

3.3 Metode Anal<strong>isi</strong>s Data<br />

3.3.1 Uji Asumsi Klasik<br />

Anal<strong>isi</strong>s data menggunakan teknik<br />

anal<strong>isi</strong>s regresi berganda. Sebelum<br />

model regresi, terlebih dahulu<br />

dilakukan pengujian asumsi klasik.<br />

1) Uji Normalitas<br />

Uji normalitas bertujuan untuk<br />

menguji apakah pada dalam model<br />

regresi, variabel pengganggu atau<br />

residual mempunyai distribusi<br />

normal atau mendekati normal.<br />

Pengujian normalitas data<br />

dilakukan dengan uji Kolmogorov-<br />

Smirnov. Residual berdistribusi<br />

normal apabila tingkat<br />

signifikannya menunjukkan nilai<br />

yang lebih besar dari 0,05.<br />

2) Uji Multikolinearitas<br />

116<br />

Uji multikolinearitas bertujuan<br />

untuk menguji apakah dalam<br />

model regresi ditemukan adanya<br />

korelasi antar variabel bebas<br />

(Ghozali:2009). Model regresi yang<br />

baik adalah yang tidak terjadi<br />

multikolinearitas. Pengujian<br />

multikolinearitas dilakukan<br />

dengan cara melihat nilai VIF dan<br />

nilai tolerance masing-masing<br />

variabel independen, apabila nilai<br />

VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10,<br />

maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan model<br />

regresi bebas dari gejala<br />

multikolinearitas.<br />

3) Uji Autokorelasi<br />

Uji Autokorelasi bertujuan untuk<br />

menguji apakah dalam model<br />

regresi linear ada korelasi antara<br />

kesalahan pengganggu pada<br />

periode t dengan kesalahan<br />

pengganggu pada periode t-1,<br />

untuk mengetahui ada tidaknya<br />

autokorelasi, maka digunakan<br />

metode Durbin Watson (Dw Test).<br />

Dw Test membandingkan nilai<br />

tabel dengan tingkat keyakinan<br />

sebesar 95 persen. apabila<br />

du


1) Koef<strong>isi</strong>en Determinasi (Adjusted R 2)<br />

Koef<strong>isi</strong>en Determinasi (Goodness of<br />

Fit), yang dinotasikan dengan R 2,<br />

merupakan suatu ukuran yang<br />

penting dalam regresi, karena<br />

dapat menginformasikan baik atau<br />

tidaknya model regresi yang<br />

terestimasi. Jika nilai R 2 yang kecil<br />

berarti kemampuan variabelvariabel<br />

independen dalam<br />

menjelaskan variasi variabel<br />

dependen amat terbatas, namun<br />

jika Nilai R 2 yang mendekati satu<br />

berarti variabel-variabel<br />

independen memberikan hampir<br />

semua informasi yang dibutuhkan<br />

untuk memprediksi variasi<br />

variabel dependen (Ghozali,<br />

2009:87). Pada penelitian ini<br />

koef<strong>isi</strong>en determinasi diukur<br />

dengan adjusted R 2<br />

2) Uji Statistik F<br />

Uji statistik F menunjukkan<br />

apakah semua variabel bebas yang<br />

dimasukkan dalam model memiliki<br />

pengaruh secara bersama-sama<br />

terhadap variabel terikat. Hasil uji<br />

statistik F diketahui dari tabel<br />

anal<strong>isi</strong>s varians (ANOVA). Nilai F<br />

hitung dibandingkan dengan<br />

tingkat signifikansi 5 persen, jika<br />

tingkat signifikan < 0,05, hal<br />

tersebut menunjukan bahwa<br />

semua variabel independen secara<br />

serempak dan signifikan<br />

mempengaruhi variabel dependen<br />

(Ghozali, 2009:88).<br />

3) Uji Statistik t<br />

Uji statistik t pada dasarnya<br />

menunjukkan seberapa jauh<br />

pengaruh satu variabel independen<br />

secara individual dalam<br />

menerangkan variasi variabel<br />

dependen. Variabel independen<br />

secara individual mempengaruhi<br />

variabel dependen bila signifikansi<br />

lebih kecil dari 0,05.<br />

3.3.3 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Berganda<br />

Model persamaan regresi dalam<br />

penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />

CSR= α + β1ROA + β2PROPER + ........ (2)<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Keterangan:<br />

CSR : Indeks pengungkapan CSR<br />

ROA : Kinerja Ekonomi<br />

PROPER : Kinerja Lingkungan<br />

α : Konstanta<br />

β : Koef<strong>isi</strong>en regresi<br />

: Error Term<br />

IV HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Berdasarkan kriteria yang telah<br />

ditetapkan, diperoleh sebanyak 28<br />

perusahaan manufaktur sebagai<br />

sampel penelitian dengan total<br />

observasi sebanyak 84. Hipotesis<br />

penelitian dianal<strong>isi</strong>s menggunakan<br />

teknik anal<strong>isi</strong>s regresi linear berganda.<br />

Berikut adalah hasil uji asumsi klasik,<br />

uji goodness of fit suatu model dan uji<br />

hipotesis.<br />

4.1 Hasil Uji Asumsi klasik<br />

4.1.1 Uji Normalitas<br />

Pada Tabel 2 (Lampiran)<br />

menunjukkan hasil uji normalitas<br />

Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai sig<br />

sebesar 0,887 lebih besar dari level of<br />

significant (0,05), sehingga dapat<br />

d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa r<strong>isi</strong>dual dalam<br />

model regresi berdistribusi normal.<br />

4.1.2 Uji Multikolinearitas<br />

Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran)<br />

menunjukkan bahwa masing-masing<br />

variabel bebas memiliki nilai tolerance,<br />

yaitu 0,893 (ROA) dan 0,893 (PROPER)<br />

lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF<br />

masing-masing variabel bebas tersebut<br />

adalah 1,119 (ROA) dan 1,119<br />

(PROPER) lebih kecil dari 10.<br />

Berdasarkan nilai tolerance dan nilai<br />

VIF dari masing-masing variabel<br />

bebas, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />

model regresi berganda bebas dari<br />

gejala multikolinearitas.<br />

4.1.3 Uji Autokorelasi<br />

Berdasarkan Tabel 5 (Lampiran)<br />

diperoleh bahwa nilai Durbin-Waston<br />

untuk persamaan regresi adalah<br />

2,094. Nilai du sebesar 1,694 dengan<br />

taraf signifikasi 5 persen untuk n = 84<br />

dan k = 2. Oleh karena nilai dw dari<br />

persamaan tersebut berada pada<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

117


du


menunjukkan bahwa hipotesis kedua<br />

salam penelitian ini diterima. Hasil<br />

penelitian ini konsisten dengan<br />

Rakhiemah (2009) dan Suratno, dkk<br />

(2006) melakukan penelitian<br />

hubungan antara kinerja lingkungan<br />

dengan CSR Disclosure yang hasilnya<br />

positif signifikan.<br />

V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN<br />

SARAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

pengaruh kinerja ekonomi dan kinerja<br />

lingkungan terhadap CSR Disclosure<br />

pada perusahaan manufaktur di Bursa<br />

Efek Indonesia tahun 2009-2011,<br />

maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />

kinerja ekonomi dan kinerja<br />

lingkungan berpengaruh positif<br />

signifikan terhadap CSR Disclosure.<br />

Hal ini dapat dilihat dari tingkat<br />

signifikansi dari masing-masing<br />

variabel yaitu 0,000 untuk ROA dan<br />

0,006 untuk PROPER yang lebih kecil<br />

dari 0,05.<br />

5.2 Keterbatasan dan Saran<br />

Penelitian ini memiliki<br />

keterbatasan yaitu hanya<br />

menggunakan variabel kinerja<br />

ekonomi yang diukur dengan ROA dan<br />

kinerja lingkungan yang diukur<br />

dengan PROPER untuk menjelaskan<br />

CSR pada perusahaan. Penelitian<br />

selanjutnya dapat memasukan<br />

variabel lain yang mempengaruhi CSR<br />

disclosure seperti ukuran perusahaan,<br />

atau mekanisme Corporate Governance<br />

sehingga hasil penelitian lebih<br />

komprehensif.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Al-Tuwaijri, Sulaiman A., Christensen,<br />

Theodore E., Hughes II, K.E. 2003.<br />

“The Relationship Among<br />

Environment Disclosure,<br />

Environmental Performance, and<br />

Economic Performance: A<br />

Simultaneous Equation Approach”.<br />

Department of Accounting and<br />

Management Information Systems<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

College of Industrial Management<br />

King Fahd University of Petroleum<br />

and Minerals.<br />

Ghozali, Imam. 2009. SPSS. Anal<strong>isi</strong>s<br />

Multivariate Dengan Program SPSS.<br />

Semarang: Badan Penerbit Undip<br />

Hanafi,Mahmud M. 2004. Manajemen<br />

Keuangan, Yogyakarta: BPFE<br />

Handayani. 2011. Pengaruh Kinerja<br />

Ekonomi dan Kinerja Lingkungan<br />

terhadap CSR Disclosure pada<br />

Perusahaan Manufaktur yang<br />

Ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia.<br />

Program Sarjana Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Pendidikan Nasional,<br />

<strong>Denpasar</strong>.<br />

Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001.<br />

Pengaruh Karakteristik Perusahaan<br />

Terhadap Pengungkapan Sosial<br />

(Social Disclosure) Dalam Laporan<br />

Tahunan Emiten di BEJ dan BES.<br />

Tesis S2 Magister Akuntansi Undip<br />

(Tidak dipublikasikan).<br />

Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi<br />

Manajemen Lingkungan,Penerbit<br />

Graha Ilmu Yogyakarta.<br />

Kementerian Lingkungan Hidup,<br />

Laporan Hasil Penilaian PROPER,<br />

URL:<br />

www.menlh.go.id/proper/hasil_pro<br />

per_2010.pdf.<br />

Lindrianasari. 2007. Hubungan antara<br />

Kinerja Lingkungan dan Kualitas<br />

Pengungkapan Lingkungan dengan<br />

Kinerja Ekonomi Perusahaan di<br />

Indonesia,Vol. 2, No. 2,pp 159-172.<br />

Rakhiemah, Noor. 2009. Pengaruh<br />

Kinerja Lingkungan Terhadap<br />

Corporate Social Responsibility<br />

(CSR) Disclosure Dan Kinerja<br />

Finansial Perusahaan Manufaktur<br />

Yang Ter<strong>daftar</strong> Di Bursa Efek<br />

Indonesia. Program Sarjana<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Airlangga, Surabaya.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

119


Sugiyono. 2008. Metode Penelitian<br />

Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />

Sulastini, Sri. 2007. “Pengaruh<br />

Karakteristik Perusahaan Terhadap<br />

Sosial Disclosure Perusahaan<br />

Manufaktur Yang Telah Go Public”.<br />

Simposium Nasional Akuntansi 11.<br />

Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006.<br />

Pengaruh Environmental<br />

Performance terhadap<br />

Environmental Disclosure dan<br />

Economic Performance (Studi<br />

Empiris Pada Perusahaan<br />

Manufaktur yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />

LAMPIRAN<br />

CSR<br />

ROA<br />

PROPER<br />

Valid N (listwise)<br />

NPar Tests<br />

N<br />

Normal Parameters<br />

Most Extreme<br />

Differences<br />

Kolmogorov-Smirnov Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

a.<br />

b.<br />

Tabel 1<br />

Hasil Anal<strong>isi</strong>s Deskriptif<br />

Tabel 2<br />

Hasil Uji Normalitas<br />

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />

a,b<br />

Test distribution is Normal.<br />

Calculated from data.<br />

Descriptive Statistics<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Absolute<br />

Positive<br />

Negative<br />

Bursa Efek Jakarta Periode 2001-<br />

2004). Simposium Nasional<br />

Akuntansi 9. Padang, (23-26<br />

Agustus).<br />

World Bank Group, 2004, Corporate<br />

Social Responsibility, available at:<br />

www.worldbank.org/developmentc<br />

ommunications/where1environment<br />

/csr.htm<br />

Yakub, Riawandi. 2004. “Corporate<br />

Social Responsibility: Perilaku<br />

Korporasi dan Peran Civil Society”.<br />

IPDF Online Service, 14 September.<br />

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation<br />

84 .13 .51 .2789 .09561<br />

84 -.62 .41 .0687 .13373<br />

84 1.00 5.00 3.0952 .75441<br />

84<br />

Unstandardiz<br />

ed Residual<br />

84<br />

.0000000<br />

.08052729<br />

.064<br />

.064<br />

-.037<br />

120 Corporate Social Responsibility Disclosure: Kajian Berdasarkan Kinerja Ekonomi dan Kinerja Lingkungan<br />

.582<br />

.887


Model<br />

1<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

(Constant)<br />

ROA<br />

PROPER<br />

Tabel 3<br />

Hasil Uji Heteroskedast<strong>isi</strong>tas<br />

Model<br />

1<br />

a. Dependent Variable: Abres<br />

Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Variables Entered/Removed b<br />

PROPER,<br />

ROA a Variables Variables<br />

Entered Removed Method<br />

. Enter<br />

a. All requested variables entered.<br />

b. Dependent Variable: Abres<br />

Coefficients a<br />

Unstandardized Standardized<br />

Coefficients Coefficients<br />

B Std. Error Beta<br />

t Sig.<br />

.111 .024 4.716 .000<br />

-.015 .043 -.040 -.353 .725<br />

-.014 .008 -.207 -1.811 .074<br />

Tabel 4<br />

Regression<br />

Variables Entered/Removed b<br />

PROPER,<br />

ROA a Variables Variables<br />

Entered Removed Method<br />

. Enter<br />

a. All requested variables entered.<br />

b. Dependent Variable: CSR<br />

Tabel 5<br />

Model Summary b<br />

.539a Adjusted Std. Error of Durbin-<br />

R R Square R Square the Estimate Watson<br />

.291 .273 .08152 2.094<br />

a. Predictors: (Constant), PROPER, ROA<br />

b.<br />

Dependent Variable: CSR<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

121


Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Regression<br />

Residual<br />

Total<br />

Tabel 6<br />

Uji Statistik F<br />

ANOVA b<br />

.220 2 .110 16.588 .000a Sum of<br />

Squares df Mean Square F Sig.<br />

.538 81 .007<br />

.759 83<br />

a. Predictors: (Constant), PROPER, ROA<br />

b. Dependent Variable: CSR<br />

(Constant)<br />

ROA<br />

PROPER<br />

a.<br />

Dependent Variable: CSR<br />

Tabel 7<br />

Uji Statistik t dan Uji Multikolonieritas<br />

Unstandardized<br />

Coefficients<br />

Coefficients a<br />

Standardized<br />

Coefficients<br />

B Std. Error Beta<br />

t Sig. Tolerance VIF<br />

.151 .039 3.904 .000<br />

.271 .071 .378 3.822 .000 .893 1.119<br />

.035 .013 .280 2.826 .006 .893 1.119<br />

122 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

Collinearity Statistics


PENGARUH COMPREHENSIVE INCOME PADA KECEPATAN PENYAMPAIAN<br />

LAPORAN KEUANGAN<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Gine Das Prena 2<br />

<strong>Universitas</strong> Pendidikan Nasional <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

A financial statement that issued on time will make the stock exchange market<br />

perfomance become more efficient especially due to evaluation function, deciding the<br />

price and also can support an effort to minimize the financial leakage and in the same<br />

time reduce the asymmectric information. The publicity of a financial statement is an<br />

important thing in accordance with the communication process. The fast stepping in<br />

release a financial statement is important characteristic in the accounting information,<br />

because the accouning historical informtion at least will be use by public in makes an<br />

investment dec<strong>isi</strong>on, one of the various factors that have an influential on the fast<br />

stepping the financial statement release is the existence of the item other<br />

comprehensive income.<br />

All samples of this research recruited from 316 companies those listed in<br />

Indonesia Stock exchange Market of 2008. thase samples were based on the purpose<br />

sampling method, and the statistical method that used is the simple regression. That<br />

is mean ithe other comprehensive income has a negative influence to fast stepping of<br />

the financial statement issued and only profitability as the control variable that has<br />

significant influence to fast steeping of financial statement issued.<br />

Key words: fast stepping of financial statement, item other comprehensive income<br />

2Alamat Korespondensi: ginedasprena@yahoo.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Informasi merupakan suatu<br />

sarana yang dipergunakan bagi<br />

berbagai pihak untuk menyampaikan<br />

suatu keadaan. Laporan keuangan<br />

adalah salah satu bentuk informasi<br />

yang bermanfaat bagi investor,<br />

kreditor dan pemakai lainnya dalam<br />

proses pengambilan keputusan.<br />

Informasi yang terkandung dalam<br />

suatu laporan keuangan harus bersifat<br />

komprehensif bagi mereka yang<br />

memiliki pemahaman rasional tentang<br />

bisnis dan ekonomi serta memiliki<br />

kemauan untuk mempelajari informasi<br />

dengan cara yang rasional (SFAC No<br />

1). Untuk menjadikan informasi<br />

keuangan berharga bagi pengguna<br />

maka laporan keuangan harus<br />

memiliki sifat tepat waktu dan<br />

disampaikan sesegera mungkin untuk<br />

tetap menjaga relevansi kandungan<br />

informasinya. Kenley dan Stubus<br />

(1972) dalam Saleh (2004) menyatakan<br />

bahwa kecepatan pelaporan keuangan<br />

dapat berpengaruh pada nilai laporan<br />

keuangan tersebut.<br />

Laporan keuangan yang disajikan<br />

tepat waktu akan mengef<strong>isi</strong>enkan<br />

kinerja pasar saham untuk fungsi<br />

evaluasi dan penetapan harga serta<br />

membantu mengurangi kebocoran<br />

serta insider trading (Owusu dan<br />

Ansah, 2000). Kim dan Verrechia<br />

(1994) menyatakan laporan keuangan<br />

yang disajikan tepat waktu akan<br />

mengurangi asimetri informasi, dan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

123


juga disebutkan bahwa untuk<br />

mengurangi asimetri informasi dapat<br />

dilaksanakan dengan menyajikan<br />

laporan keuangan secara full<br />

disclousure.<br />

Penyampaian laporan keuangan<br />

merupakan hal yang penting bagi<br />

proses komunikasi berbagai informasi<br />

baik yang bersifat wajib (mandatory)<br />

dan bersifat sukarela (voluntary).<br />

Kecepatan penyerahan laporan<br />

keuangan merupakan karakteristik<br />

yang penting bagi informasi akuntansi<br />

karena informasi historis sedikit<br />

tidaknya akan digunakan oleh publik<br />

dalam proses pembuatan keputusan<br />

investasi. Dengan demikian maka<br />

dapat dikatakan keterlambatan<br />

penyampaian laporan keuangan akan<br />

menyebabkan distorsi nilai dan<br />

manfaat dari keberadaan laporan<br />

keuangan bersangkutan.Penelitian ini<br />

dilakukan karena masih banyak<br />

perusahaan publik yang terlambat<br />

menyerahkan laporan keuangan.<br />

Unsur kecepatan adalah<br />

tersedianya informasi bagi pembuatan<br />

keputusan pada saat dibutuhkan<br />

sebelum informasi tersebut kehilangan<br />

kekuatan untuk mempengaruhi<br />

keputusan. Keterlambatan informasi<br />

menyebabkan tanggapan atau<br />

keputusan yang berlaku akan<br />

menjadikan informasi tidak memiliki<br />

nilai tambah lagi. Penelitian tentang<br />

kepatuhan penyerahan laporan<br />

keuangan telah banyak dilakukan.<br />

Penelitian sebelumnya telah<br />

memberikan beberapa bukti empiris<br />

tentang faktor penyebab kepatuhan<br />

penyerahan laporan keuangan. Faktorfaktor<br />

tersebut meliputi faktor yang<br />

terkait dengan karakteristik<br />

perusahaan seperti perbedaan<br />

kecepatan penyerahan laporan<br />

keuangan bagi perusahaan yang<br />

memiliki persediaan bagi operasional<br />

perusahaan dengan perusahaan yang<br />

tidak memiliki persediaan dalam<br />

pelaporan keuangannya, dan faktorfaktor<br />

yang terkait dengan audit<br />

seperti pengungkapan laporan<br />

keuangan bagi klien yang mengalami<br />

124<br />

Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

kerugian beruntun maupun<br />

ketidakmampuan membayar hutang.<br />

Beberapa penelitian yang<br />

dilakukan pada perusahaan publik di<br />

Indonesia telah memberikan bukti<br />

empiris tentang faktor yang<br />

berpengaruh terhadap kecepatan<br />

penyerahan laporan keuangan. Dalam<br />

penelitian ini akan diuji faktor lainnya<br />

yaitu keberadaan pos laba<br />

komprehensif. Laba komprehensif<br />

adalah pelaporan yang dipergunakan<br />

untuk menyajikan secara total<br />

keseluruhan komponen dalam<br />

pelaporan ekuitas. Pelaporan ini<br />

merupakan jumlah dari laba bersih<br />

dan pos laba komprehensif lainnya<br />

yang dijumlah tanpa melalui<br />

penandingan dalam pelaporan laba<br />

rugi, laporan pos laba komprehensif<br />

merupakan suatu isyarat bagaimana<br />

perusahaan memiliki kemungkinan<br />

sumber pendapatan lain langsung atas<br />

keberadaan item-item yang<br />

kemungkinan mampu mengantarkan<br />

suatu bentuk laba ataupun rugi<br />

walaupun tidak tercantum secara jelas<br />

dalam pelaporan laba rugi bersih<br />

perusahaan, misalnya keberadaan<br />

laba rugi kerena perusahaan<br />

melakukan transaksi dalam mata<br />

uang asing atau keuntungan maupun<br />

kerugian kerena keberadaan dana<br />

pensiun maupun juga keuntungan<br />

ataupun kerugian karena revaluasi<br />

nilai aktiva tetap. Keberadaan pos ini<br />

menyebabkan pihak manajemen harus<br />

berkomunikasi lebih lanjut dengan<br />

pihak auditor sebelum menyajikannya<br />

dalam laporan keuangan. Selanjutnya<br />

penelitian ini hendak menguji<br />

keberadaan pos laba komprehensif<br />

dalam hubungannnya dengan<br />

kecepatan penyampaian laporan<br />

keuangan.<br />

Penelitian tentang kecepatan<br />

penyerahan laporan keuangan telah<br />

banyak dilakukan. Penelitian<br />

sebelumnya telah memberikan<br />

beberapa bukti empiris tentang faktor<br />

penyebab kecepatan penyerahan<br />

laporan keuangan. Penelitian ini<br />

menguji pengaruh pos laba<br />

komprehensif pada kecepatan


penyerahan laporan keuangan, sebab<br />

pencantuman pos laba komprehensif<br />

memerlukan diskusi dan persetujuan<br />

lebih lanjut dari berbagai pihak seperti<br />

auditor maupun komisaris.<br />

Berdasarkan latar belakang di atas,<br />

maka permasalahan dalam penelitian<br />

ini adalah apakah keberadaan pos<br />

laba komprehensif berpengaruh pada<br />

kecepatan perusahaan dalam<br />

menyerahkan laporan keuangannya ke<br />

BAPEPAM.<br />

II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Teori Keagenan<br />

Teori yang dapat digunakan untuk<br />

memahami hubungan antara<br />

manajemen dan pemilik perusahaan<br />

adalah teori keagenan. Teori<br />

keagenan berusaha menjelaskan<br />

hubungan antara agen (manajemen<br />

perusahaan) dan prinsipal (pemilik<br />

perusahaan). Dalam hubungan<br />

keagenan terdapat suatu kontrak<br />

yang mana satu orang atau lebih<br />

(prinsipal) memerintah orang lain<br />

(agen) untuk melakukan suatu jasa<br />

atas nama prinsipal dan memberikan<br />

wewenang kepada agen untuk<br />

membuat keputusan yang terbaik bagi<br />

prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976).<br />

Konflik kepentingan yang<br />

disebabkan oleh kemungkinan agen<br />

tidak selalu bertindak sesuai dengan<br />

keinginan prinsipal dapat<br />

mendorong timbulnya biaya<br />

keagenan. Jensen dan Meckling (1976)<br />

menyatakan ada tiga jenis biaya<br />

keagenan yaitu biaya monitoring, biaya<br />

bonding dan biaya kerugian residual.<br />

Prinsipal dapat membatasi divergensi<br />

dari kepentingannya dengan<br />

menetapkan insentif yang layak dan<br />

dengan mengeluarkan biaya<br />

monitoring. Biaya monitoring tersebut<br />

dirancang untuk membatasi aktivitasaktivitas<br />

menyimpang yang dilakukan<br />

oleh agen. Dalam kond<strong>isi</strong> tertentu,<br />

agen dimungkinkan untuk<br />

membelanjakan sumber daya<br />

perusahaan (biaya bonding) untuk<br />

menjamin bahwa agen tidak akan<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

bertindak yang dapat merugikan<br />

prinsipal atau untuk meyakinkan<br />

bahwa prinsipal akan memberikan<br />

kompensasi jika dia benar-benar<br />

melakukan tindakan tersebut. Nilai<br />

uang yang ekuivalen dengan<br />

pengurangan kesejahteraan yang<br />

dialami oleh prinsipal juga<br />

merupakan biaya yang timbul dari<br />

hubungan keagenan, biaya tersebut<br />

sebagai kerugian residual (residual<br />

loss).<br />

Laporan keuanggan merupakan<br />

media komunikasi antara pihak agen<br />

dan prinsipal dan diketahui bahwa<br />

kelengkapan (comprehensiveness)<br />

adalah suatu bentuk kualitas dalam<br />

penyajian laporan keuangan.<br />

Penyajian keuangan yang andal<br />

sekaligus relevan merupakan ukuran<br />

yang diharapkan oleh pihak prinsipal<br />

dari pihak agen pelaksana perusahaan<br />

mereka. Pihak agen pastinya<br />

menghendaki respon yang baik dari<br />

pihak prinsipal, pihak agen akan<br />

menyajikan laporan yang lebih<br />

komprehensif agar terdapat respon<br />

yang baik dari pihak prinsipal.<br />

2.2 Teori Pensinyalan<br />

Teori Persinyalan menurut<br />

Brigham dan Houston (2001:39)<br />

merupakan suatu tindakan yang<br />

diambil manajemen perusahaan yang<br />

memberi petunjuk bagi investor<br />

tentang bagaimana manajemen<br />

memandang prospek perusahaan.<br />

Teori pensinyalan menjelaskan alasan<br />

perusahaan memiliki insentif untuk<br />

melaporkan secara sukarela informasi<br />

kepasar modal meskipun tidak ada<br />

mandat dari badan regulasi. Pelaporan<br />

informasi oleh manajemen bertujuan<br />

untuk mempertahankan investor yang<br />

tertarik pada perusahaan. Informasi<br />

keuangan yang disampaikan<br />

perusahaan bertujuan untuk<br />

mengurangi information asymmetry<br />

antara perusahaan dengan pihak<br />

eksternal perusahaan (Wolk et. al.,<br />

2001). Pihak agen menggunakan<br />

pelaporan yang disajikan dengan<br />

dilengkapi penyajian pos laba<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

125


komprehensif mengisyaratkan<br />

kelengkapan informasi yang dengan<br />

demikian akan memberi sinyal positif<br />

atas penerbitan laporan keuangan.<br />

2.3 Peraturan Pelaporan Keuangan<br />

di Indonesia<br />

Akuntansi merupakan suatu area<br />

aktivitas ekonomi dengan tingkat<br />

regulasi yang sangat tinggi (Scott,<br />

2000). Pemerintah secara langsung<br />

terlibat dalam regulasi melalui hukum<br />

atau undang-undang yang mengatur<br />

profesi akuntansi dan melalui<br />

peraturan tentang pengungkapan<br />

minimum dalam laporan keuangan<br />

dan prospektus. Terdapat tiga alasan<br />

diperlukan regulasi, yaitu kegagalan<br />

pasar, keinginan untuk melindungi<br />

kepentingan pemegang saham dan<br />

meningkatkan kredibilitas laporan<br />

keuangan. Beberapa sumber<br />

kegagalan pasar, antara lain informasi<br />

sebagai barang publik dan asimetri<br />

informasi (Buckley & O’Sullivan, 1980;<br />

Cooper & Keim, 1983; Watts &<br />

Zimmerman, 1986; Wolk &<br />

Tearney,2001; dan Scoot, 2000). Suatu<br />

barang disebut barang publik jika<br />

barang tersebut dapat dikonsumsi oleh<br />

satu atau beberapa orang, tanpa<br />

mengurangi jumlah yang dikonsumsi<br />

oleh lainnya (Davis & Meyer,1983).<br />

Artinya keuntungan (benefits) barang<br />

publik dapat dinikmati oleh sejumlah<br />

besar individu.<br />

Healy dan Palepu (2001)<br />

menyatakan bahwa regulasi<br />

pengungkapan lebih dimotovasi oleh<br />

perhatian (by concern) dibandingkan<br />

dengan kegagalan pasar, artinya<br />

regulasi ditekankan untuk melindungi<br />

investor yang unshophisticated.<br />

Penetapan pengungkapan minimum<br />

dimaksudkan untuk mengurangi<br />

information gap antara investor yang<br />

informed dengan uninformed. Regulasi<br />

dimaksudkan untuk meningkatkan<br />

kredibilitas laporan keuangan<br />

sehingga dapat meningkatkan<br />

kepercayaan publik (Cooper & Kim<br />

1983). Sedangkan Wolk dan Tearney<br />

(1997) menyatakan bahwa regulasi<br />

126<br />

Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

diperlukan karena kegagalan<br />

pelaporan keuangan dan auditing.<br />

Laporan keuangan merupakan<br />

hasil akhir dari suatu proses<br />

akuntansi dalam suatu perusahaan.<br />

Laporan keuangan perusahaan<br />

digunakan oleh investor untuk<br />

pembuatan keputusan investasinya.<br />

Selain investor, laporan keuangan<br />

juga digunakan oleh pihak-pihak lain<br />

untuk membuat keputusan sesuai<br />

dengan kepentingan pihak tersebut.<br />

Penyampaian informasi keuangan<br />

sesegera mungkin kepada publik dapat<br />

mempengaruhi aktivitas pasar dan<br />

harga sekuritas perusahaanperusahaan<br />

yang ter<strong>daftar</strong> di BEI.<br />

Pada Undang-undang (UU) No. 8<br />

Tahun 1995 tentang Pasar Modal<br />

dinyatakan secara jelas bahwa<br />

perusahaan publik wajib<br />

menyampaikan laporan berkala dan<br />

laporan insidental lainnya kepada<br />

Bapepam.<br />

Pada tahun 1996, Bapepam<br />

mengeluarkan Lampiran Keputusan<br />

Ketua Bapepam Nomor: KEP-<br />

80/PM/1996, yang mewajibkan bagi<br />

setiap emiten dan perusahaan publik<br />

untuk menyampaikan laporan<br />

keuangan tahunan perusahaan dan<br />

laporan auditor independennya kepada<br />

Bapepam selambat-lambatnya pada<br />

akhir bulan keempat (120 hari) setelah<br />

tanggal laporan keuangan tahunan<br />

perusahaan. Ketentuan yang lebih<br />

spesifik tentang pelaporan perusahaan<br />

publik diatur dalam Peraturan<br />

Bapepam Nomor VIII.G.2, Lampiran<br />

Keputusan Ketua Bapepam Nomor:<br />

KEP-38/PM/2003 tentang Laporan<br />

Tahunan yang berlaku sejak tanggal<br />

17 Januari 1996. Kemudian pada<br />

tanggal 7 Desember 2006, untuk<br />

meningkatkan kualitas keterbukaan<br />

informasi kepada publik,<br />

diberlakukanlah Peraturan Bapepam<br />

dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor<br />

X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua<br />

Bapepam dan LK Nomor: KEP-<br />

134/BL/2006 tentang Kewajiban<br />

Penyampaian Laporan Tahunan bagi<br />

Emiten atau Perusahaan Publik.


Sejak tanggal 30 September 2003,<br />

Bapepam semakin memperketat<br />

peraturan dengan dikeluarkannya<br />

Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,<br />

Lampiran Keputusan Ketua Bapepam<br />

Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang<br />

Kewajiban Penyampaian Laporan<br />

Keuangan Berkala. Peraturan<br />

Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan<br />

bahwa laporan keuangan tahunan<br />

harus disertai dengan laporan<br />

Akuntan dengan pendapat yang lazim<br />

dan disampaikan kepada Bapepam<br />

selambat-lambatnya pada akhir bulan<br />

ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan<br />

keuangan tahunan dan dalam<br />

Peraturan Bapepam dan LK Nomor<br />

X.K.6 dinyatakan bahwa dalam hal<br />

penyampaian laporan tahunan<br />

dimaksud melewati batas waktu<br />

penyampaian laporan keuangan<br />

tahunan sebagaimana diatur dalam<br />

Peraturan Bapepam Nomor X.K.2<br />

tentang Kewajiban Penyampaian<br />

Laporan Keuangan Berkala, maka hal<br />

tersebut diperhitungkan sebagai<br />

keterlambatan penyampaian laporan<br />

keuangan tahunan.<br />

2.4 Pos Laba Komprehensif<br />

FASB (Statement Of Standards)<br />

SFAC no 130 menyatakan bahwa Laba<br />

komprehensif adalah pelaporan yang<br />

dipergunakan untuk menyajikan<br />

secara total keseluruhan komponen<br />

dalam pelaporan ekuitas .pelaporan ini<br />

digunakan untuk melaporkan item<br />

item seperti pendapatan, biaya,<br />

keuntungan ataupun kerugian yang<br />

secara tersendiri dalam prinsip<br />

akuntansi berterima umum<br />

dimasukan dalam jenis pelaporan pos<br />

laba comprehensive tetapi dalam<br />

penyajian dipihak lain tidak termasuk<br />

dalam pos pelaporan net income. Pos<br />

laba komprehensif merupakan item<br />

yang secara tersendiri langsung<br />

ditandingkan dalam laporan<br />

perubahan modal tanpa melalui<br />

penandingan lebih dahulu dalam<br />

pelaporan laba rugi.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

2.5 Tujuan Pelaporan Pos Laba<br />

Komprehensif<br />

Tujuan pelaporan pos laba<br />

komprehensif adalah untuk<br />

melaporkan pengukuran dari<br />

perubahan ekuitas dalam suatu<br />

perusahaan yang terjadi karena<br />

transaksi atau kejadian ekonomi<br />

dalam suatu periode pelaporan selain<br />

transaksi yang melibatkan pemilik.<br />

Transaksi yang dimaksud juga<br />

termasuk perubahan dalam ekuitas<br />

dalam periode akuntansi kecuali<br />

transaksi yang melibatkan penanaman<br />

modal dari pemilik ataupun distribusi<br />

atau pemberian deviden kepada owner.<br />

Pos laba komprehensif adalah<br />

jumlah dari net income dan item lain<br />

yang mengalami perlakuan Bypass<br />

(pos laba komprehensif) dari laporan<br />

keuangan karena item-item ini belum<br />

diakui pada laporan keuangan,<br />

termasuk item seperti keuntungan<br />

atau kerugiaan holding karena<br />

penjualan penjualan securitas dan<br />

keuntungan atau kerugian karena<br />

transaksi mata uang asing atau<br />

keuntungan atau kerugian karena<br />

revaluasi nilai aktiva tetap. Item-item<br />

kejadian diatas memang bukan<br />

merupakan bagian dari pelaporan net<br />

income, tetapi karena cukup penting<br />

maka akan dimasukan kedalam<br />

pelaporan pos laba komprehensif<br />

sehingga mampu memberikan<br />

gambaran yang lebih mendetail dan<br />

lebih terstruktur tentang keadaan<br />

perusahaan secara keseluruhan. Akun<br />

yang temasuk dalam pos laba<br />

komprehensif tetapi tidak termasuk<br />

dalam net income akan dilaporkan<br />

dalam pelaporan ekuitas.<br />

2.6 Hipotesis Penelitian<br />

Pemikiran awal yang diungkapkan<br />

adalah pelaporan laba komprehensif<br />

diklaim akan menunjukan suatu<br />

bentuk pelaporan yang lebih mendetail<br />

jika dibandingkan bentuk pelaporan<br />

net income yang tidak mencantumkan<br />

keberadaan pos laba komprehensif.<br />

Dengan pernyataan seperti ini didapat<br />

bahwa untuk beberapa alasan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

127


pelaporan pos laba komprehensif<br />

ternyata lebih berasosiasi positif<br />

terhadap returns saham dibandingkan<br />

dengan pelaporan dengan metode net<br />

income (Mohsen Dastgir and Ali Saeedi<br />

Velashani, 2008). Dengan demikian<br />

dapat dipastikan bahwa dengan<br />

pelaporan keuangan yang<br />

mencantumkan pos Laba komprehensif<br />

perusahaan memungkinkan untuk<br />

menyajikan lebih detail bentuk<br />

pertanggungjawaban pelaporan<br />

keuangan. Walau secara penyajian<br />

pelaporan keuangan dengan<br />

mencantumkan pos laba komprehensif<br />

lebih mendetail dibandingkan dengan<br />

pelaporan net income diduga pula<br />

bahwa pelaporan pos laba<br />

komprehensif akan memerlukan<br />

sejumlah waktu yang lebih jika<br />

dibandingkan dengan pelaporan net<br />

income sebab dalam penyajian pos laba<br />

komprehensif mengharuskan pihak<br />

manajemen berkoordinasi lebih<br />

mendetail dengan pihak auditor.<br />

Saeedi (1999) menyatakan bahwa<br />

pelaporan keuangan yang menyajikan<br />

pos laba komprehensif merupakan<br />

pelaporan yang menyajikan secara<br />

menyeluruh dalam penyajian<br />

pelaporan ekuitas jika dibandingkan<br />

dengan penggunaan metode Net<br />

Income. Penggunaan Pelaporan<br />

keuangan dengan pos Laba<br />

komprehensif, menurut (Pamela A<br />

Smith dan Cheri L Reither,1996)<br />

menyatakan bahwa diperlukan<br />

resource yang lebih bagi penyusunan<br />

Laba komprehensif dibandingkan<br />

dengan pada penyusunan Net Income.<br />

Penyajian laporan keuangan yang<br />

didasarkan pada laba komprehensif<br />

memerlukan dianggap memerlukan<br />

resourse yang lebih karena lebih<br />

banyak perusahaan yang memilih<br />

untuk mempergunakan laporan<br />

dengan metode net income pernyataan<br />

ini dapat menjadi landasan bahwa<br />

pada keberadaan perusahaan yang<br />

mempergunakan laporan laba<br />

komprehensif kemungkinan diperlukan<br />

waktu penyusunan laporan yang lebih<br />

panjang jika dibandingkan dengan<br />

128 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

pelaporan keuangan yang berdasarkan<br />

net income. Hal ini yang menjadi dasar<br />

perkiraan yang tertuang dalam<br />

hipotesis sebagai berikut :<br />

Berdasarkan uraian diatas, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah<br />

pos laba komprehensif berpengaruh<br />

pada kecepatan penyampaian laporan<br />

keuangan.<br />

III. Metode Penelitian<br />

3.1 Sampel Penelitian<br />

Populasi yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah perusahaan<br />

ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia (BEI)<br />

tahun 2008. Metode pengambilan<br />

sampel yang digunakan adalah metode<br />

purposive sampling. Populasi yang<br />

akan dijadikan sampel penelitian<br />

adalah populasi yang memenuhi<br />

kriteria sampel tertentu. Kriteriakriteria<br />

tersebut adalah sebagai<br />

berikut:<br />

1) Perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di BEI<br />

tahun 2008.<br />

2) Perusahaan tersebut telah<br />

menerbitkan laporan keuangan<br />

tahunan (annual report) pada<br />

tahun 2008.<br />

3) Menampilkan data tanggal<br />

penyampaian laporan keuangan<br />

tahunan ke Bapepam untuk tahun<br />

2008.<br />

4) Menampilkan data dan informasi<br />

yang digunakan untuk<br />

menganal<strong>isi</strong>s faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi kecepatan<br />

penyampaian laporan keuangan<br />

tahun 2008.<br />

5) Tahun buku laporan keuangan<br />

berakhir pada tanggal 31<br />

Desember.<br />

Data yang digunakan adalah data<br />

sekunder. Data diperoleh dari<br />

berbagai sumber antara lain situs<br />

Bursa Efek Indonesia<br />

(www.idx.co.id), situs Bapepam<br />

(www.bapepam.go.id), dan<br />

Indonesian Capital Market Directory<br />

(ICMD).<br />

3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />

3.2.1 Variabel Dependen


Variable dependen atau variable<br />

bebas dalam penelitian ini adalah<br />

kecepatan penyampaian pelaporan<br />

keuangan perusahaan (TIME).<br />

Kecepatan perusahaan yang dimaksud<br />

adalah kecepatan perusahaan dalam<br />

menyerahkan laporan keuangan<br />

tahunan yakni setelah tanggal 31<br />

Desember. Jumlah hari penyampaian<br />

laporan keuangan menjadi dasar<br />

pengukuran kecepatan perusahaan<br />

dalam menyampaikan laporan<br />

keuangan.<br />

3.2.2 Variabel Independen<br />

Variabel independen dalam<br />

penelitian ini adalah Item Laba<br />

komprehensif (COMPIN) diukur dengan<br />

jumlah item laba komprehensif yang<br />

disajikan dalam pelaporan perubahan<br />

ekuitas.<br />

3.3 Anal<strong>isi</strong>s Data<br />

Data dalam penelitian ini<br />

dianal<strong>isi</strong>s dengan statistik deskriptif,<br />

kemudian dilakukan pengujian<br />

hipotesis. Statistik deskriptif<br />

memberikan gambaran tentang<br />

distribusi frekuensi variabel-variabel<br />

penelitian, nilai maksimum, minimum,<br />

rata-rata dan standar deviasi. Anal<strong>isi</strong>s<br />

data menggunakan teknik anal<strong>isi</strong>s<br />

regresi sederhana. Sebelum model<br />

regresi, terlebih dahulu dilakukan<br />

pengujian normalitas data.<br />

3.3.1 Uji Normalitas<br />

Uji normalitas yang bertujuan<br />

untuk menguji apakah pada model<br />

regresi, variabel pengganggu atau<br />

residual mempunyai distribusi normal.<br />

Pengujian normalitas data dilakukan<br />

dengan uji Kolmogorov-Smirnov.<br />

Residual berdistribusi normal apabila<br />

tingkat signifikannya menunjukkan<br />

nilai yang lebih besar dari 0,05.<br />

3.3.2 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Sederhana<br />

Setelah memenuhi uji normalitas,<br />

maka pengujian selanjutnya adalah<br />

pengujian hipotesis dengan<br />

menggunakan anal<strong>isi</strong>s regresi<br />

sederhana. Persamaan regresi<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

sederhana digunakan untuk menguji<br />

hipotesis yang telah dibangun. Anal<strong>isi</strong>s<br />

regresi sederhana ini akan dikerjakan<br />

dengan bantuan program SPSS<br />

(Statistical Package For Social Sciences)<br />

Release 16. Persamaan regresi<br />

sederhana ini dirumuskan sebagai<br />

berikut:<br />

TIME = + β1COMPIN + ℮ …………..(1)<br />

Keterangan:<br />

TIME : Kecepatan penyampaian<br />

laporan keuangan<br />

: konstanta<br />

β : koef<strong>isi</strong>en regresi<br />

COMPIN : Comprehensive income(pos<br />

laba komprehensif)<br />

℮ : error<br />

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1 Deskripsi Seleksi Sampel<br />

Populasi penelitian ini adalah<br />

seluruh perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di<br />

BEI periode tahun 2008. Proses seleksi<br />

sampel berdasarkan kriteria yang telah<br />

ditetapkan, disajikan pada Tabel 1.<br />

Perusahaan yang go public sampai<br />

dengan tahun 2008 sebanyak 393<br />

perusahaan, berdasarkan kriteria<br />

sampel yang telah ditetapkan diperoleh<br />

sebanyak 304 perusahaan yang<br />

memenuhi syarat sebagai sampel<br />

penelitian.<br />

4.2 Statistik Deskriptif<br />

Berdasarkan Tabel 2 statistik<br />

deskriptif, jumlah observasi dalam<br />

penelitian ini adalah 304 observasi.<br />

TIME adalah kecepatan perusahaan<br />

dalam menyerahkan laporan keuangan<br />

tahunan yakni setelah tanggal 31<br />

Desember. Nilai rata-rata kecepatan<br />

tersebut adalah 89,4901. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa kecepatan ratarata<br />

perusahaan publik menyerahkan<br />

laporan keuangan tahunannya adalah<br />

sebesar 89 hari.<br />

Variabel pos laba komprehensif<br />

(COMPIN) yang diukur dengan jumlah<br />

pos laba komprehensif yang disajikan<br />

dalam pelaporan perubahan ekuitas<br />

mempunyai nilai rata-rata sebesar<br />

1,0822 dengan nilai minimum 0 dan<br />

nilai maksimun sebesar 3 serta<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

129


standar deviasi sebesar 0,96. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa rata-rata jumlah<br />

item pos laba komprehensif yang<br />

disajikan dalam pelaporan perubahan<br />

ekuitas sebanyak satu item.<br />

4.3 Pengujian Normalitas<br />

Statistik uji yang digunakan<br />

untuk menguji normalitas adalah One<br />

- Sample Kolmogorov – Smimov (K-S)<br />

Test. Kriteria yang digunakan adalah<br />

Ho diterima bila sig. K-S > 0,05.<br />

Sebaliknya bila sig. K-S < 0,05, maka<br />

tolak Ho. Dari pengujian (Tabel 3)<br />

diperoleh sig. K-S = 0,079, maka sig.<br />

K-S > 0,05, dengan demikian Ho<br />

diterima. Artinya data yang diolah<br />

memiliki residual yang berdistribusi<br />

normal.<br />

4.4 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Linear<br />

Sederhana<br />

Pengujian model anal<strong>isi</strong>s dalam<br />

penelitian ini menggunakan regresi<br />

sederhana. Model regresi sederhana ini<br />

digunakan untuk membuktikan<br />

variabel pos laba komprehensif<br />

berpengaruh pada kecepatan<br />

penyampaian laporan keuangan.<br />

Berdasarkan hasil regresi<br />

sederhana seperti yang ditunjukkan<br />

pada Tabel 7, maka persamaan<br />

adalah:<br />

TIME = 87,296 + 2,028COMPIN<br />

Berdasarkan berbagai parameter<br />

dalam persamaan regresi mengenai<br />

pengaruh pos laba komprehensif pada<br />

kecepatan penyampaian laporan<br />

keuangan perusahaan yang ter<strong>daftar</strong><br />

di Bursa Efek Indonesia, maka dapat<br />

diberikan interpretasi sebagai berikut:<br />

1) Konstanta<br />

Nilai konstanta sebesar 87,296,<br />

berarti bahwa jika tidak ada<br />

variabel bebas pos laba<br />

komprehensif, maka TIME<br />

menunjukkan nilai sebesar 87,296.<br />

2) Koef<strong>isi</strong>en pos laba komprehensif<br />

Pos laba komprehensif<br />

berpengaruh positif signifikan pada<br />

kecepatan penyampaian laporan<br />

keuangan, dengan koef<strong>isi</strong>en regresi<br />

adalah 2,028 dengan nilai<br />

signifikansi sebesar 0,048. Hal ini<br />

130 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

menunjukkan bahwa setiap<br />

kenaikan penyajian satu pos laba<br />

komprehensif akan memerlukan<br />

tambahan waktu penyampaian<br />

laporan keuangan selama dua hari.<br />

3) Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />

Pos laba komprehensif memiliki<br />

pengaruh terhadap kecepatan<br />

penyajian laporan keuangan yang<br />

ditunjukan dengan nilai adjusted<br />

R 2 sebesar 0,010 yang berarti<br />

bahwa pos laba komprehensif<br />

mempengaruhi penyajian laporan<br />

keuangan sebesar 1% (satu persen)<br />

sedangkan sisanya sebesar 99%<br />

(sembilan puluh sembilan persen)<br />

kecepatan penyajian laporan<br />

keuangan dipengaruhi oleh faktor<br />

lainnya.<br />

V. SIMPULAN DAN SARAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Penelitian ini bertujuan untuk<br />

memperoleh bukti empiris pengaruh<br />

laba komprehensif pada kecepatan<br />

penyampaian laporan keuangan<br />

perusahaan kepada publik. Sampel<br />

penelitian sebanyak 316 perusahaan<br />

yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia<br />

tahun 2008. Berdasarkan anal<strong>isi</strong>s data<br />

dan pembahasan yang telah<br />

dilakukan, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />

bahwa Laba komprehensif yang diukur<br />

dengan jumlah item other laba<br />

komprehensif yang disajikan dalam<br />

pelaporan perubahan ekuitas<br />

mempunyai tingkat signifikansi<br />

sebesar 0,030 yang lebih kecil dari <br />

(0,05) dengan koef<strong>isi</strong>en regresi positif<br />

sebesar 2,914.<br />

Hal tersebut menunjukkan laba<br />

komprehensif berpengaruh positif pada<br />

kecepatan penyampaian laporan<br />

keuangan. Semakin banyak jumlah<br />

pos laba komprehensif yang disajikan<br />

dalam pelaporan perubahan ekuitas<br />

menyebabkan perusahaan semakin<br />

lambat untuk melaporkan laporan<br />

keuangannya kepada publik.<br />

5.2 Saran<br />

Penelitian ini menguji pengaruh<br />

laba komprehensif pada kecepatan


penyampaian laporan keuangan<br />

perusahaan publik yang ter<strong>daftar</strong> di<br />

Bursa Efek Indonesia pada tahun<br />

2008. Pada sampel penelitian yang<br />

digunakan kebijakan penggunaan<br />

pelaporan laba komprehensif masih<br />

merupakan suatu yang bersifat<br />

voluntary report. Sehingga gambaran<br />

yang diterima penulis belum dapat<br />

memprediksi pengaruh keberadaan<br />

pos laba komprehensif pada<br />

ketepatwaktuan maupun kecepatan<br />

pelaporan jika kemudian pelaporan<br />

keuangan dengan metode<br />

comprehensive income menjadi<br />

sesuatu yang bersifat mandatory<br />

report.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Ang, Robert. 1997. The Intelligent to<br />

Indonesian Capital Market, 1 st<br />

Edition. Mediasoft Indonesia.<br />

Ashton, H. Robert., Jhon J. Willington,<br />

and Robert K. Elliot, 1987. An<br />

Empirical Analysis of Audit Delay,<br />

Journal of Accounting Research,<br />

Vol. 25, Autumn.<br />

Beasley, M., 1996. An Empirical<br />

Analysis of The Relation Between<br />

The Board of Director<br />

Composition, Working Paper,<br />

University of Rochester, Penn<br />

State.<br />

Belkaoui, Ahmed. R. 2000. Teori<br />

Akuntansi. Ed<strong>isi</strong> Terjemahan. Jilid<br />

1. Jakarta: Salemba Empat.<br />

Brigham, Eugene F dan Houston J.F.<br />

(2001). Dasar-Dasar Manajemen<br />

Keuangan, Ed<strong>isi</strong> ke 8, Jakarta :<br />

Salemba Empat.<br />

Carslaw, A.P.N dan Kaplan, S.E. 1991.<br />

An Examination of Audit delay:<br />

Further evidence from New<br />

Zealand. Accounting and Business<br />

Research, Vol. 22 (82): Winter: p.<br />

21-32<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Chambers, Anne E, and Stephen<br />

H.Penman,1984. The Timeliness of<br />

Reporting and The Stock Price<br />

Reaction to Earnings<br />

Announcement. Journal of<br />

Accounting Research.p.204-220.<br />

Courtis, J.K, 1976. Relationship<br />

between timeliness in Corporate<br />

Reporting and Corporate<br />

Attributes. Accounting and<br />

Business Research, Vol. 6, Winter:<br />

p.45-56.<br />

Dahya. J., McConnell, J J. and<br />

Travlos, N.G.2002. The Cadbury<br />

Committee, Corporate<br />

Performance, and top Management<br />

turnover. The Journal of Finance.<br />

57(1): 461-483.999.<br />

Dastgir, Mohsen and Velashani, Ali,<br />

Saeedi. 2008. Comprehensive<br />

Income and Net Income as<br />

Measures of Firm Performance:<br />

Some Evidence for Scale Effect.<br />

European Journal of Economic.<br />

Financial and Administrative<br />

Sciences. Issue 12.<br />

Davies, B and Whittred, GP, 1980. The<br />

Association Between Selected<br />

Corporate Attributes and<br />

Timeliness in Corporate reporting:<br />

Further Analysis. Abacus, Vol 16<br />

(1), June: p. 48-60<br />

Dye, R.A, and Sridhar, S.S, 1975.<br />

Industry-wide Disclosure<br />

Dynamics. Journal of Accounting<br />

Research, Vol. 33, Spring, p. 157-<br />

174.<br />

Dyer, J.CIV and A.J.McHugh,1975.<br />

The Timeliness of The Australian<br />

Annual Report. Journal of<br />

Accounting Research; Autumn:.p.<br />

204-219.<br />

Fama, E. dan M. Jensen, 1983.<br />

Separation of Ownership and<br />

Control. Journal of Political<br />

Economy 88: 288-308.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

131


FASB, 1978. Statement of Financial<br />

Accounting Standards No.<br />

130:reporting Comprehensive<br />

Income. Stamford, Connecticut.<br />

FCGI, 2002. Pedoman Komite Audit<br />

Yang Efektif.<br />

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />

Multivariate dengan Program SPSS.<br />

Semarang: Badan Penerbit<br />

<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />

Gilling, M.D, 1977. Timeliness in<br />

Corporate Reporting: Some Further<br />

Comments. Accounting and<br />

Business Research, 8 (29), Winter,<br />

p. 35-40.<br />

Givoly, D., and D.Palmon,1982.<br />

Timeliness of Annual Earning<br />

Announcement: Some Empirical<br />

Evidence. The Accouting Review<br />

57: July:486-508.<br />

Halim, Varianada, 1999. Faktor-Faktor<br />

Yang Mempengaruhi Audit Delay:<br />

Studi Empiris pada Perusahaan-<br />

Perusahaan di Bursa Efek Jakarta,<br />

Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2<br />

No. 1, April p.63-75.<br />

Hartono, Jogiyanto. 2007. Metodologi<br />

Penelitian Bisnis: Salah Kaprah<br />

dan Pengalaman-Pengalaman.<br />

Yogyakarta: BPFE.<br />

Hilmi, Utari F.H dan Ali, Syaiful, 2008.<br />

Anal<strong>isi</strong>s Faktor-Faktor yang<br />

mempengaruhi Ketepatan Waktu<br />

Penyampaian laporan Keuangan.<br />

Simposium Nasional Akuntansi XI.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007.<br />

Standar Profesional Akuntan<br />

Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007.<br />

Standar Akuntansi Keuangan.<br />

Jakarta: Salemba Empat.<br />

Indriantoro, Nur. dan Supomo,<br />

Bambang. 2002. Metode Penelitian<br />

132 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

Bisnis: Untuk Akuntansi &<br />

Manajemen. Ed<strong>isi</strong> pertama.<br />

Cetakan kedua. Yogyakarta: BPFE.<br />

Jakarta Stock Exhange, 2002, website:<br />

http://www.jsx.co.id.<br />

Jensen, M, and W.Meckling,1976.<br />

Theory of the Firm: Managerial<br />

Behaviour,<br />

Agency, and Ownership Structure.<br />

Journal of Financial Economics:<br />

305-360.<br />

_____________, 1993. The Modern<br />

Industrial Revolution, Exit, and<br />

the Failure of Internal Control<br />

Systems. The Journal of Finance.<br />

48(3): 831-881.<br />

Jordan, Charles. E. and Clark.<br />

Stanley. J. 1998. Comprehensive<br />

Income: How Is It Being Reported<br />

and What Are Its Effects?. The<br />

Journal of Applied Business<br />

Research. Vol. 8. Number 2.<br />

Khomsiyah, 2005. “Anal<strong>isi</strong>s Hubungan<br />

Struktur dan Indeks Corporate<br />

Governance dengan Kualitas<br />

Pengungkapan”. (Desertasi).<br />

Yogyakarta: <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />

Mada.<br />

Kim, Oliver., & Robert E. Verrechia.<br />

1994. Market Liquidity and<br />

Volume Around Earning<br />

Announcement. Journal of<br />

Accounting and Economics. p. 41-<br />

67.<br />

Lorsch, J.W. 1989. Pawns or<br />

Potentates: The Reality of<br />

America’s Corporate Board. Boston<br />

Harvard Business School Press.<br />

Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim,<br />

2007. Anal<strong>isi</strong>s Laporan Keuangan.<br />

Ed<strong>isi</strong> ketiga. Yogyakarta. AMP-<br />

YKPN.<br />

Mizruchi, M. S. 1983. Who Control<br />

Whom? An Examination of the<br />

Relation between Management and


oards of Directors in Large<br />

American Corporation. Academy of<br />

Management Review. 8. p. 426-<br />

435.<br />

Na'im, Ainun,1999. Nilai Informasi<br />

Ketepatan Waktu Penyampaian<br />

Laporan Keuangan: Anal<strong>isi</strong>s<br />

Empirik Regulasi Informasi Di<br />

Indonesia. Jurnal Ekonomi dan<br />

Bisnis Indonesia. Vol.<br />

14.No.2.P.85-100.<br />

Owusu, Stephen & Ansah, 2000.<br />

Timeliness of Corporate Financial<br />

Reporting in Emerging Capital<br />

Market: Empirical Evidence Fram<br />

The Zimbabwe Stock Exchange.<br />

Journal Accounting and Business.<br />

Vol.30.p.241.<br />

Respati, Novita, Wening, Tyas, 2001.<br />

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi<br />

Terhadap Ketepatan Waktu<br />

Pelaporan Keuangan: Studi<br />

Empiris di Bursa Efek Jakarta.<br />

(Tesis). Semarang: Program Pasca<br />

Sarjana <strong>Universitas</strong> Diponegoro,<br />

Saeedi, Ali. 1999. Examining the<br />

Superiority of Comprehensive<br />

Income to Net Income as a<br />

Measure of Firm Performance.<br />

European Journal of Economic.<br />

Financial and Administrative<br />

Sciences.<br />

Saleh, Rachmad, 2004. Studi Empiris<br />

Ketepatan Waktu Pelaporan<br />

Keuangan Perusahaan<br />

Manufaktur di Bursa Efek<br />

Jakarta. Simposium Nasional<br />

Akuntansi VII:p 897-910.<br />

Schwartz, Kenneth B., & Billy S. Soo,<br />

1996, The Association Between<br />

Auditor Change and Reporting<br />

Lags, Contemporary Accounting<br />

Research, Vol 13.<br />

Scott, W.R., 2000. Financial Accounting<br />

Theory. Second Edition. New Jersey<br />

: Prentice Hall.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Sistya Rachmawati, 2008, Pengaruh<br />

Faktor Internal dan Eksternal<br />

Perusahaan Terhadap Audit Delay<br />

dan Timeliness. Junal Akuntansi<br />

dan Keuangan,Vol 10, NO.1, Mei<br />

2008, Hal.1-10.<br />

Smith, Pamela. A and Reither, Cheri.<br />

L. 1996. Comprehensive Income<br />

and the Effect of Reporting It.<br />

Financial Analysts Journal. Vol. 52.<br />

No. 6. November. p.14-19.<br />

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian<br />

Bisnis. Cetakan ke-9. Bandung:<br />

Alfabeta.<br />

Suharli, M., DAN Rachpriliani, A.<br />

2006. “Studi Empiris Faktor yang<br />

Berpengaruh terhadap Ketepatan<br />

Waktu Pelaporan Keuangan”.<br />

Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8<br />

No.1 (April): 34-55.<br />

Syafrudin, M. 2004. “Pengaruh<br />

Ketidaktepatwaktuan<br />

Penyampaian Laporan Keuangan<br />

pada Earning Response Coefficient:<br />

Stufi di Bursa Efek Jakarta”.<br />

Simposium Nasional Akuntansi VII<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. Hal:<br />

754-776.<br />

Watts R. and J.L. Zimmerman. 1986.<br />

Positive Accounting Theory. New<br />

York: Prentice Hall.<br />

Weston F.J., and Copeland, T.E. 1995.<br />

Manajemen Keuangan<br />

(Terjemahan). Ed<strong>isi</strong> 9. Jakarta:<br />

Binarupa Aksara.<br />

Wild.J.J., K.R.Subramanyam dan R.F.<br />

Halsey. 2003. Financial Statement<br />

Analysis. Eight Edition. Singapore:<br />

McGraw-Hill.<br />

Wirakusuma, Made Gede, 2006.<br />

Faktor-Faktor yang<br />

Mempengaruhi Rentang Waktu<br />

Penyajian Laporan Keuangan<br />

Kepada Publik. Audi Jurnal<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

133


Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1,<br />

Juli p.52 – 74.<br />

Wolk, H.I., Tearney M.G., dan James<br />

L. Dodd, 2001. Accounting<br />

Theory: A Conceptual and<br />

Institutional Approach. South<br />

Western College Publishing, 5 th<br />

Edition.<br />

LAMPIRAN<br />

134 Pengaruh Comprehensive Income pada Kecepatan Penyampaian Laporan Keuangan<br />

Zahra, S., and Peace, J. 1992. Board<br />

Compotion from a Stategic<br />

Contigency Perspective. Journal of<br />

Management Studies. Vol. 29. p.<br />

411-438.<br />

Tabel 1<br />

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Metode Purposive<br />

No Kriteria Jumlah<br />

1 Perusahaan yang ter<strong>daftar</strong> di BEI tahun 2008 393<br />

2 Data tidak lengkap<br />

Data Tidak Digunakan (outlier terlalu lama<br />

menunda pelaporan)<br />

Total sampel selama periode penelitian 304<br />

Sumber: www.idx.co.id, data diolah<br />

TIME<br />

COMPIN<br />

Valid N (listwise)<br />

Tabel 2<br />

Satistik Deskriptif<br />

Descriptive Statistics<br />

77<br />

12<br />

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation<br />

304 23,00 149,00 89,4901 17,29782<br />

304 ,00 3,00 1,0822 ,96634<br />

304


Model<br />

1<br />

a.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

N<br />

Normal Parametersa,b Most Extreme<br />

Differences<br />

Kolmogorov-Smirnov Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

Tabel 3<br />

Uji Normalitas<br />

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />

a. Test distribution is Normal.<br />

b. Calculated from data.<br />

Model<br />

1<br />

a.<br />

b.<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Absolute<br />

Positive<br />

Negative<br />

Tabel 4<br />

Variables Entered/Removed b<br />

Tabel 5<br />

Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />

Unstandardiz<br />

ed Residual<br />

304<br />

,0000000<br />

17,18646923<br />

,222<br />

,198<br />

-,222<br />

1,272<br />

,079<br />

COMPIN a Variables Variables<br />

Entered Removed Method<br />

. Enter<br />

All requested variables entered.<br />

Dependent Variable: TIME<br />

Model Summary b<br />

,113a Adjusted Std. Error of<br />

R R Square R Square the Estimate<br />

,013 ,010 17,21490<br />

Predictors: (Constant), COMPIN<br />

b.<br />

Dependent Variable: TIME<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

135


Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Regression<br />

Residual<br />

Total<br />

Tabel 6<br />

Uji Statistik F<br />

ANOVA b<br />

1163,429 1 1163,429 3,926 ,048a Sum of<br />

Squares df Mean Square F Sig.<br />

89498,542 302 296,353<br />

90661,970 303<br />

a. Predictors: (Constant), COMPIN<br />

b. Dependent Variable: TIME<br />

(Constant)<br />

COMPIN<br />

a.<br />

Dependent Variable: TIME<br />

Unstandardized<br />

Coefficients<br />

Tabel 7<br />

Uji Statistik t<br />

Coefficients a<br />

Standardized<br />

Coefficients<br />

B Std. Error Beta<br />

t Sig.<br />

87,296 1,484 58,833 ,000<br />

2,028 1,023 ,113 1,981 ,048<br />

136 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


PENGARUH KEWAJIBAN MORAL, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI<br />

PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK<br />

DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR<br />

(PKB) DI KANTOR BERSAMA SAMSAT DENPASAR<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Ni Kadek Christina 3<br />

Putu Kepramareni<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

Revenue from domestic potential to continue to be explored and developed is the<br />

tax revenue. Motor Vehicle Tax is a local tax that financed the development of the<br />

province. The purpose of this study was to determine the effect of moral obligation,<br />

qualitys and sanctions compliance tax on taxpayers pay Motor Vehicle Tax.<br />

The analysis technique used multiple linear regression analysis technique.<br />

Location of research at SAMSAT Office <strong>Denpasar</strong> Based on the analysis in mind, that<br />

there is a positive effect of moral obligations, quality of services and sanctions<br />

compliance tax on tax compliance in paying taxes on motor vehicles at the SAMSAT<br />

office <strong>Denpasar</strong>.<br />

Key words: motor vehicle tax, moral obligations, quality services, sanctions<br />

compliance tax.<br />

3Alamat Korespondensi: chris_260190@hotmail.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Pelaksanaan pembangunan<br />

nasional merupakan suatu kegiatan<br />

yang berkesinambungan yang<br />

bertujuan untuk meningkatkan<br />

kesejahteraan rakyat. Pemerintah<br />

membutuhkan dana yang tidak sedikit<br />

untuk menyelenggarakan<br />

pemerintahan umum dan<br />

melaksanakan pembangunan. Dana<br />

yang dibutuhkan tersebut semakin<br />

meningkat seiring dengan peningkatan<br />

kebutuhan pembangunan itu sendiri.<br />

Pengeluaran dapat dibiayai dengan<br />

dana yang berasal dari dalam negeri<br />

(sumber intern) maupun melalui<br />

pinjaman luar negeri (sumber ekstern).<br />

Pemerintah Indonesia terus berupaya<br />

mengurangi ketergantungan terhadap<br />

sumber ekstern tersebut sehingga<br />

sumber-sumber pembiayaan yang<br />

berasal dari dalam negeri sangat<br />

penting untuk terus digali dan<br />

ditingkatkan peranannya untuk<br />

kelangsungan hidup bangsa.<br />

Salah satu sumber penerimaan<br />

dari dalam negeri yang potensial untuk<br />

terus digali dan dikembangkan adalah<br />

penerimaan dari sektor pajak. Pajak<br />

merupakan sumber pendanaan dalam<br />

melaksanakan tanggung jawab negara<br />

untuk mengatasi masalah sosial,<br />

meningkatkan kesejahteraan dan<br />

kemakmuran serta menjadi kontrak<br />

sosial antara warga negara dengan<br />

pemerintah (Ruyadi, 2009).<br />

Penerimaan dalam negeri terutama<br />

sektor pajak diharapkan dapat<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

137


erfungsi sebagai sumber pembiayaan<br />

utama. Tidak berlebihan apabila setiap<br />

tahun Anggaran Pendapatan dan<br />

Belanja Negara (APBN) pemerintah<br />

senantiasa berusaha untuk<br />

meningkatkan penerimaan pajak guna<br />

membiayai pembangunan yang<br />

dilaksanakan (Simanjuntak, 2009).<br />

Hampir seluruh daerah di Indonesia<br />

menggali potensi pendapatan<br />

daerahnya dengan pajak daerah.<br />

Semakin besar jumlah pajak yang<br />

diterima akan semakin<br />

menguntungkan bagi negara (Alim,<br />

2005).<br />

Upaya optimalisasi penyediaan<br />

dana dari sumber-sumber pajak<br />

daerah maupun dari retribusi daerah<br />

dilakukan dengan cara meningkatkan<br />

kinerja pemungutan serta<br />

penyederhanaan, penyempurnaan, dan<br />

penambahan jenis-jenis pajak melalui<br />

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009<br />

tentang Pajak Daerah dan Retribusi<br />

Daerah. Dengan adanya Undang-<br />

Undang tersebut wajib pajak dengan<br />

mudah memahami dan memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya. Pajak<br />

daerah dan retribusi daerah<br />

merupakan sumber pendapatan<br />

daerah yang penting guna membiayai<br />

penyelenggaraan pemerintah daerah<br />

dan pembangunan daerah untuk<br />

mendapatkan otonomi daerah yang<br />

nyata, dinamis, serasi, dan<br />

bertanggung jawab.<br />

Pajak daerah dan retribusi daerah<br />

merupakan salah satu bentuk peran<br />

serta masyarakat dalam<br />

penyelenggaraan otonomi daerah.<br />

Pajak daerah dan retribusi daerah<br />

merupakan sumber pendapatan<br />

daerah yang penting untuk membiayai<br />

penyelenggaraan pemerintah dan<br />

pembangunan daerah (Waluyajati,<br />

2004). Otonomi Daerah yang<br />

diberlakukan pemerintah pada masa<br />

sekarang ini lebih terfokus pada<br />

peningkatkan Pendapatan Asli Daerah<br />

(PAD) yang di anggap sangat penting.<br />

Pengembangan Potensi<br />

Pendapatan Dispenda Provinsi Bali<br />

atas nama Kepala Dinas Pendapatan<br />

Provinsi Bali dalam UU No 28 tahun<br />

2009 ada 4 potensi Pajak Daerah,<br />

seperti Pajak Kendaraan Bermotor<br />

(PKB), Pajak Bea Balik Nama<br />

Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak<br />

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor<br />

(PBBKB), Pajak air bawah tanah atau<br />

air permukaan ABT/AP dijadikan<br />

potensi pendapatan daerah melalui<br />

Pajak.<br />

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

merupakan salah satu pajak daerah<br />

yang membiayai pembangunan daerah<br />

Provinsi. Instansi yang menangani<br />

pembayaran Pajak Kendaraan<br />

Bermotor adalah Dinas Pendapatan<br />

Daerah (Dispenda) melalui Kantor<br />

Bersama Sistem Administrasi<br />

Manunggal dibawah Satu Atap<br />

(SAMSAT) yang merupakan kerja sama<br />

tiga instansi terkait, yaitu Dispenda<br />

Provinsi Bali, Kepol<strong>isi</strong>an RI dan<br />

Asuransi Jasa Raharja.<br />

Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong> merupakan ujung tombak<br />

pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor<br />

(PKB) Kota <strong>Denpasar</strong> karena pada<br />

instansi inilah para Wajib Pajak<br />

kendaraan bermotor Kota <strong>Denpasar</strong><br />

melakukan pembayaran pajak<br />

kendaraan bermotornya, sehingga<br />

instansi ini seharusnya terus<br />

memberikan pelayanan publik yang<br />

berkualitas.<br />

Self assessment system membawa<br />

m<strong>isi</strong> dan konsekuensi perubahan<br />

sikap (kesadaran) warga masyarakat<br />

untuk membayar pajak secara<br />

sukarela voluntary compliance<br />

(Darmayanti, 2004). Masih banyak<br />

masyarakat yang belum sadar atas<br />

kewajibannya sebagai wajib pajak dan<br />

masih banyak upaya yang dilakukan<br />

agar pajak yang mereka tanggung<br />

tidak terlalu besar (Sari dan Nashih,<br />

2005).<br />

Kesadaran wajib pajak dapat<br />

dilihat dari kesungguhan dan<br />

keinginan wajib pajak untuk<br />

memenuhi kewajiban pajaknya yang<br />

ditunjukkan dalam pemahaman wajib<br />

pajak terhadap fungsi pajak dan<br />

kesungguhan wajib pajak dalam<br />

membayar dan melaporkan pajak.<br />

Dalam upaya mencapai target pajak,<br />

138 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


perlu ditumbuhkan secara terus<br />

menerus kesadaran dan kepatuhan<br />

wajib pajak yang merupakan faktor<br />

penting bagi peningkatan penerimaan<br />

pajak oleh karena itu perlu secara<br />

intensif dikaji tentang faktor-faktor<br />

yang mempengaruhi kepatuhan wajib<br />

pajak dalam membayar pajak,<br />

khususnya PKB. Semakin tinggi<br />

tingkat kepatuhan wajib pajak,<br />

semakin tinggi pula tingkat<br />

keberhasilan perpajakan (Yadnyana,<br />

2010). Kesadaran wajib pajak<br />

khususnya wajib pajak PKB masih<br />

sangat rendah, hal ini dapat dilihat<br />

dari adanya tunggakan dan denda<br />

yang cukup besar pada Kantor<br />

Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />

Peredaran jumlah kendaraan<br />

semakin meningkat dari tahun<br />

ketahun, dengan semakin tingginya<br />

jumlah kendaraan bermotor yang<br />

beredar di Kota <strong>Denpasar</strong><br />

menyebabkan jumlah Wajib Pajak<br />

Kendaraan Bermotor semakin<br />

meningkat. Faktor yang memicu<br />

meningkatnya jumlah kendaraan<br />

bermotor adalah tingginya daya beli<br />

masyarakat, kebutuhan masyarakat<br />

terhadap alat transportasi, serta<br />

adanya kemudahan dalam proses<br />

untuk memiliki kendaraan bermotor.<br />

Dengan semakin tingginya jumlah<br />

kendaraan bermotor yang beredar,<br />

maka penerimaan pemerintah yang<br />

bersumber dari pajak khususnya<br />

Pajak Kendaraan Bermotor seharusnya<br />

juga akan mengalami peningkatan.<br />

Persentase tingkat kepatuhan diatas<br />

dihitung dengan membandingkan<br />

jumlah kendaraan bermotor yang<br />

ter<strong>daftar</strong> pada tahun yang<br />

bersangkutan dibandingkan dengan<br />

jumlah Wajib Pajak yang membayar<br />

pada tahun bersangkutan. Pada tahun<br />

2007 tingkat kepatuhan Wajib Pajak<br />

dalam membayar Pajak Kendaraan<br />

Bermotor sebesar 77,65 % dan di<br />

tahun 2008 mengalami penurunan<br />

menjadi 77,03 % tahun 2009<br />

mengalami peningkatan menjadi 77,30<br />

% di tahun 2010 kembali lagi<br />

mengalami penurunan menjadi 76,60<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

% dan di tahun 2011 kembali<br />

mengalami peningkatan menjadi 81,96<br />

%. Mengingat kepatuhan Wajib Pajak<br />

merupakan faktor penting bagi<br />

peningkatan penerimaan pajak, maka<br />

perlu secara intensif dikaji tentang<br />

faktor-faktor yang mempengaruhi<br />

kepatuhan Wajib Pajak. Faktor-faktor<br />

yang mempengaruhi kepatuhan Wajib<br />

Pajak, diantaranya adalah kewajiban<br />

moral Wajib Pajak, kualitas pelayanan,<br />

serta sanksi perpajakan.<br />

Kewajiban moral adalah moral<br />

individu yang dimiliki oleh seseorang,<br />

namun kemungkinan tidak dimiliki<br />

oleh orang lain (Handayani, 2009:05).<br />

Individu yang dimaksud dalam hal ini<br />

adalah wajib pajak seperti misalnya<br />

etika, prinsip hidup, perasaan<br />

bersalah yang nantinya dikaitkan<br />

dengan pemenuhan kewajiban<br />

perpajakan dalam hal ini untuk<br />

kepatuhan wajib pajak dalam<br />

membayar PKB.<br />

Pelayanan adalah suatu proses<br />

bantuan kepada orang lain dengan<br />

cara-cara tertentu memerlukan<br />

kepekaan hubungan interpersonal<br />

agar tercipta kepuasan dan<br />

keberhasilan (Boediono, 2003:60).<br />

Pemberian pelayanan yang berkualitas<br />

dapat meningkatkan kepatuhan wajib<br />

pajak dalam membayar pajak secara<br />

sukarela. Adanya perasaan puas atas<br />

pelayanan yang diberikan diharapkan<br />

akan memicu perilaku masyarakat<br />

yang menganggap bahwa membayar<br />

pajak bukan merupakan paksaan lagi,<br />

sehingga timbul motivasi dan<br />

kesadaran bagi wajib pajak untuk<br />

melaksanakan kewajiban perpajakan<br />

yang pada akhirnya meningkatkan<br />

pendapatan asli daerah. Kantor<br />

Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />

merupakan ujung tombak pelayanan<br />

PKB Kota <strong>Denpasar</strong> karena pada<br />

instansi inilah para wajib pajak PKB<br />

Kota <strong>Denpasar</strong> melakukan<br />

pembayaran pajak kendaraan<br />

bermotornya, sehingga instansi ini<br />

seharusnya terus memberikan<br />

pelayanan publik yang berkualitas.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

139


Faktor lainnya yang<br />

mempengaruhi peningkatan<br />

kepatuhan wajib pajak adalah persepsi<br />

wajib pajak tentang sanksi perpajakan.<br />

Ali (2006) menyatakan bahwa audit<br />

dan sanksi merupakan kebijakan yang<br />

efektif untuk mencegah<br />

ketidakpatuhan. Dalam rangka untuk<br />

memajukan keadilan dan efektivitas<br />

sistem pajak, sanksi harus cukup<br />

tegas untuk mencegah<br />

ketidakpatuhan, mendorong wajib<br />

pajak untuk patuh dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya, harus lebih<br />

obyektif proporsional, dan digunakan<br />

untuk mendidik wajib pajak dan<br />

mendorong kepatuhan wajib pajak di<br />

masa depan. Dari sudut pandang<br />

penegakan hukum, masih banyak para<br />

pelanggar hukum di bidang<br />

perpajakan yang tidak mendapatkan<br />

sanksi yang memadai sesuai dengan<br />

ketentuan perpajakan yang berlaku<br />

(Setiyaji, 2005).<br />

Doran (2009) menyatakan bahwa<br />

hubungan antara sanksi perpajakan<br />

dan kepatuhan pajak murni<br />

merupakan hubungan yang<br />

instrumental, dimana fungsi dari<br />

sanksi pajak semata-mata untuk<br />

meningkatkan kepatuhan pajak. Wajib<br />

pajak akan memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya bila memandang bahwa<br />

sanksi perpajakan akan lebih banyak<br />

merugikan (Nugroho, 2006). Doran<br />

(2009) juga menyatakan bahwa wajib<br />

pajak memenuhi kewajiban pajaknya<br />

untuk menghindari sanksi pajak<br />

(seperti sanksi administrasi dan sanksi<br />

pidana) dimana diperkirakan biaya<br />

yang dikeluarkan akibat sanksi<br />

tersebut lebih besar dibandingkan<br />

kepatuhan untuk membayar pajak.<br />

Berdasarkan latar uraian diatas, maka<br />

pokok permasalahan dalam penelitian<br />

ini adalah apakah kewajiban moral,<br />

kualitas pelayanan dan sanksi<br />

perpajakan berpengaruh terhadap<br />

kepatuhan wajib pajak dalam<br />

membayar Pajak Kendaraan Bermotor<br />

(PKB) di Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong>?.<br />

II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Defin<strong>isi</strong> Pajak Kendaraan Bermotor<br />

menurut Undang-undang Nomor 28<br />

Tahun 2009 (Fitriandi, 2010:389)<br />

adalah pajak atas kepemilikan<br />

dan/atau penguasaan kendaraan<br />

bermotor. Undang-undang Nomor 28<br />

Tahun 2009 menjelaskan beberapa hal<br />

penting berikut ini:<br />

1) Pasal 1 butir 13 bahwa Kendaraan<br />

bermotor adalah semua kendaraan<br />

beroda beserta gandengannya yang<br />

digunakan di semua jenis jalan<br />

darat dan digerakkan oleh<br />

peralatan teknik berupa motor<br />

atau peralatan lainnya yang<br />

berfungsi untuk mengubah suatu<br />

sumber daya energi tertentu<br />

menjadi tenaga gerak kendaraan<br />

bermotor yang bersangkutan,<br />

termasuk alat-alat berat dan alatalat<br />

besar yang dalam operasinya<br />

menggunakan roda dan motor dan<br />

tidak melekat secara permanen,<br />

serta kendaraan bermotor yang<br />

dioperasikan di air.<br />

2) Pasal 3 butir 1 bahwa Obyek Pajak<br />

Kendaraan Bermotor adalah<br />

kepemilikan dan/atau penguasaan<br />

kendaraan bermotor.<br />

3) Pasal 3 butir 2, termasuk dalam<br />

pengertian Kendaraan Bermotor<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1) adalah kendaraan bermotor<br />

beroda beserta gandengannya,<br />

yang dioperasikan di semua jenis<br />

jalan darat dan kendaraan<br />

bermotor yang dioperasikan di air<br />

dengan ukuran <strong>isi</strong> kotor Lima<br />

Gross Tonnage (GT5) sampai<br />

dengan Tujuh Gross Tonnage<br />

(GT7).<br />

4) Pasal 3 butir 3 bahwa dikecualikan<br />

dari pengertian Kendaraan<br />

Bermotor sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (2) sebagai berikut:<br />

a) Kereta api<br />

b) Kendaraan Bermotor yang<br />

semata-mata digunakan untuk<br />

keperluan pertahanan dan<br />

keamanan negara<br />

140 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


c) Kendaraan Bermotor yang<br />

dimiliki dan/atau dikuasai<br />

kedutaan, konsulat,<br />

perwakilan negara asing dan<br />

asas timbal balik dan lembagalembaga<br />

internasional yang<br />

memperoleh fasilitas<br />

pembebasan pajak dari<br />

pemerintah<br />

d) Obyek Pajak lainnya yang<br />

diatur dengan Peraturan<br />

Daerah.<br />

5) Pasal 4 butir 1 bahwa Subyek<br />

Pajak Kendaraan Bermotor adalah<br />

orang pribadi atau badan yang<br />

memiliki dan/atau menguasai<br />

kendaraan bermotor.<br />

6) Pasal 4 butir 2 bahwa Wajib Pajak<br />

Kendaraan Bermotor adalah orang<br />

pribadi atau badan yang memiliki<br />

kendaraan bermotor.<br />

2.2 Obyek Dan Subyek Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Obyek Pajak Kendaraan Bermotor<br />

(PKB) menurut Peraturan Gubernur<br />

Bali Nomor 28 Tahun 2005 Bab II<br />

pasal 3 dan 4, menyebutkan obyek<br />

PKB adalah pemilik dan atau<br />

penguasaan kendaraan bermotor.<br />

Dikecualikan dari obyek pajak:<br />

1) Kendaraan bermotor Pemerintah<br />

Pusat, Pemerintah Daerah,<br />

Pemerintah Kota/Kota, Pemerintah<br />

Kecamatan dan Pemerintah Desa<br />

atau Pemerintah Kelurahan.<br />

2) Kendaraan bermotor Kedaulatan,<br />

Konsulat Perwakilan Negara Asing,<br />

dan Perwakilan Lembaga-lembaga<br />

Internasional dengan asas timbal<br />

balik sebagaimana berlaku untuk<br />

pajak negara.<br />

3) Kendaraan bermotor wisata<br />

mancanegara yang berada di<br />

wilayah Propinsi Bali untuk jangka<br />

waktu 60 hari berturut-turut.<br />

4) Kendaraan bermotor yang<br />

digunakan sebagai pemadam<br />

kebakaran.<br />

5) Kendaraan bermotor yang disegel<br />

atau d<strong>isi</strong>ta oleh Negara atau<br />

tersangkut perkara pidana.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Menurut Peraturan Gubernur Bali<br />

Nomor 28 Tahun 2005, Pasal 5,<br />

menyebutkan Subyek Pajak<br />

Kendaraan Bermotor adalah:<br />

1) Subyek Pajak Kendaraan Bermotor<br />

adalah orang pribadi atau badan<br />

yang memiliki dan atau menguasai<br />

kendaraan bermotor.<br />

2) Wajib Pajak adalah orang pribadi<br />

atau badan yang memiliki<br />

kendaraan bermotor.<br />

3) Yang bertanggung jawab atas<br />

pembayaran pajak adalah:<br />

a) Untuk orang pribadi adalah<br />

oang yang bersangkutan,<br />

kuasanya atau ahli warisnya.<br />

b) Untuk Badan adalah penguasa<br />

atau kuasanya.<br />

2.3 Pajak Kendaraan Bermotor dan<br />

Sanksi PKB<br />

Dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan<br />

Pemerintah No. 65 Tahun 2001<br />

disebutkan bahwa:<br />

1) Kendaraan bermotor adalah semua<br />

kendaraan beroda dua atau lebih<br />

beserta gandengannya yang<br />

digunakan di semua jalan darat<br />

dan digerakkan oleh peralatan<br />

teknik berupa motor atau<br />

peralatan lainnya yang berfungsi<br />

untuk mengubah suatu sumber<br />

daya energi tertentu menjadi<br />

tenaga gerak kendaraan bermotor<br />

yang bersangkutan, termasuk alatalat<br />

berat, alat-alat besar yang<br />

bergerak.<br />

2) Pajak kendaraan bermotor adalah<br />

pajak yang dipungut atas<br />

kepemilikan kendaraan bermotor<br />

dan atau penguasaan kendaraan<br />

bermotor.<br />

3) Subyek pajak kendaraan bermotor<br />

adalah orang pribadi atau badan<br />

yang memiliki dan/atau<br />

menguasai kendaraan bermotor.<br />

4) Wajib pajak kendaraan bermotor<br />

adalah orang pribadi atau badan<br />

yang memiliki kendaraan<br />

bermotor.<br />

5) Obyek pajak kendaraan bermotor<br />

adalah kepemilikan dan/atau<br />

penguasaan kendaraan bermotor.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

141


6) Dikecualikan sebagai obyek pajak<br />

kendaraan bermotor adalah<br />

kepemilikan dan/atau penguasaan<br />

kendaraan bermotor sebagai<br />

berikut:<br />

a) Pemerintah pusat dan<br />

pemerintah daerah<br />

b) Kedutaan, konsulat,<br />

perwakilan Negara asing, dan<br />

perwakilan lembaga-lembaga<br />

internasional dengan asas<br />

timbale balik.<br />

c) Subyek pajak lainnya yang<br />

diatur dengan peraturan<br />

daerah<br />

Adapun persyaratan untuk<br />

membayar pajak kendaraan bermotor<br />

adalah:<br />

a) Meng<strong>isi</strong> formulir Surat<br />

Pen<strong>daftar</strong>an dan Pendataan<br />

Kendaraan Bermotor (SPPKB)<br />

yang sekaligus berfungsi<br />

sebagai pernyataan tidak<br />

terjadi perubahan spesifikasi<br />

kendaraan bermotor.<br />

b) Surat Tanda Kendaraan<br />

Bermotor (STNK) asli<br />

c) Bukti Pemilikan Kendaraan<br />

Bermotor (BPKB) asli<br />

d) Bukti pelunasan PKB/ Bea<br />

Balik Nama Kendaraan<br />

Bemotor (BBNKB)<br />

Sanksi PKB diatur dalam<br />

Peraturan Daerah (Perda) Propinsi<br />

Daerah Tingkat I Bali Nomor 28 Tahun<br />

2005 Pasal 15 ayat 2. Peraturan ini<br />

menyebutkan bahwa wajib pajak yang<br />

tidak memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya dikenakan sanksi<br />

administrasi berupa bunga sebesar 2<br />

persen sebulan dari pajak yang tidak<br />

atau terlambat dibayar untuk jangka<br />

waktu paling lama 24 bulan atas pajak<br />

yang tidak atau terlambat dibayar.<br />

2.4 Masa Pajak, Tarif Pajak<br />

Kendaraan Bermotor dan Surat<br />

Pemberitahuan Pajak Daerah<br />

(SPTPD)<br />

Adapun ketentuan mengenai masa<br />

Pajak Kendaraan Bemotor menurut<br />

Perda Propinsi Bali No. 1 Tahun 2004<br />

tentang Pajak Kendaraan Bermotor<br />

dalam Pasal 11 yang berbunyi:<br />

a) Masa pajak adalah 12 (dua<br />

belas) bulan berturut-turut yang<br />

merupakan tahun pajak dimulai<br />

dari saat pen<strong>daftar</strong>an<br />

kendaraan bermotor.<br />

b) Pajak yang karena suatu dan<br />

lain hal masa pajaknya tidak<br />

sampai 12 (dua belas) bulan<br />

maka dapat dilakukan restitusi.<br />

c) Bagian dari bulan yang<br />

melebihi 15 (lima belas) hari<br />

dihitung satu bulan penuh.<br />

Tarif pajak yang berlaku pada<br />

Pajak Kendaraan Bermotor adalah tarif<br />

sebanding/proporsional yaitu suatu<br />

tarif berupa persentase yang tetap<br />

terhadap berapapun jumlah yang<br />

dikenakan pajak sehingga besarnya<br />

pajak yang terutang proporsional<br />

terhadap nilai yang dikenakan pajak.<br />

Peraturan Gubernur Bali Nomor 31<br />

Tahun 2006 menyatakan bahwa<br />

perhitungan dasar pengenaan Pajak<br />

Kendaraan Bermotor berdasarkan<br />

perkalian nilai jual kendaraan<br />

bermotor dan bobot yang<br />

mencerminkan serta relatif kadar<br />

kerusakan jalan dan pencemaran<br />

lingkungan akibat penggunaan<br />

kendaraan bermotor. Bobot untuk<br />

menghitung dasar pengenaan Pajak<br />

Kendaraan Bermotor dihitung<br />

berdasarkan faktor-faktor yang<br />

meliputi:<br />

a) Tekanan gandar<br />

b) Jenis bahan bakar kendaraan<br />

bermotor<br />

c) Jenis, penggunaan, tahun<br />

pembuatan, dan ciri-ciri mesin<br />

dari kendaraan bermotor.<br />

Bobot sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1) ditetapkan sebagai<br />

berikut:<br />

a) Sedan, Sedan Station, Jeep,<br />

Station Wegon, Minibus, Microbus,<br />

Bus, Sepeda Motor, dan sejenisnya<br />

serta alat-alat berat dan alat-alat<br />

besar, sebesar 1,00.<br />

b) Mobil Barang/ Beban, sebesar<br />

1,30.<br />

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan<br />

Bermotor untuk kendaraan umum<br />

ditetapkan 40 persen (empat puluh<br />

142 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


persen) sampai 60 persen (enam puluh<br />

persen) dari dasar pengenaan PKB.<br />

SPTPD dalam peraturan Gubernur<br />

Bali Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 12<br />

disebutkan bahwa:<br />

a) Setiap wajib pajak meng<strong>isi</strong> SPTPD.<br />

b) SPTPD harus di<strong>isi</strong> dengan jelas,<br />

benar dan lengkap serta<br />

ditandatangani oleh wajib pajak<br />

atau orang yang diberi kuasa<br />

olehnya.<br />

c) SPTPD disampaikan ke Dinas<br />

Pendapatan paling lama:<br />

(1) 14 (empat belas) hari sejak<br />

pemilikan untuk kendaraan<br />

bermotor baru, mutasi di<br />

daerah<br />

(2) Untuk kendaraan bukan baru<br />

sampai dengan tanggal<br />

berakhir masa pajak<br />

(3) 30 (tiga puluh) hari sejak<br />

tanggal fiskal antara daerah<br />

bagi kendaraan bermotor yang<br />

pindah dari luar daerah<br />

d) Apabila terjadi perubahan atas<br />

kendaraan bermotor dalam<br />

masa pajak baik perubahan<br />

bentuk, fungsi, maupun<br />

penggantian mesin suatu<br />

kendaraan bermotor, wajib<br />

dilaporkan dengan<br />

menggunakan SPTPD.<br />

Pasal 13 peraturan Gubernur Bali<br />

Nomor 28 Tahun 2005 menyebutkan<br />

bahwa SPTPD sebagaimana dimuat<br />

dalam pasal 12 ayat (1) ini sekurangkurangnya<br />

memuat:<br />

1) Nama dan alamat lengkap<br />

pemilik<br />

2) Jenis, merek, <strong>isi</strong> silinder,<br />

tahun pembuatan, warna,<br />

nomor rangka, dan nomor<br />

mesin<br />

3) Gandengan dan jumlah sumbu<br />

4) Bentuk, <strong>isi</strong>, kualitas, dan<br />

ukuran SPTPD ditetapkan oleh<br />

gubernur.<br />

2.3 Kewajiban Moral<br />

2.3.1 Pengertian Kewajiban Moral<br />

Menurut Kamus Besar Bahasa<br />

Indonesia, moral adalah integritas dan<br />

martabat pribadi yang dimiliki<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

manusia. Dalam Mustikasari (2007)<br />

kewajiban moral merupakan norma<br />

individu yang dipunyai oleh seseorang<br />

namun tidak dimiliki oleh orang lain.<br />

Sedangkan moral adalah<br />

perbuatan/ucapan/tindakan<br />

seseorang yang terkait dengan nilainilai<br />

baik dan buruk. Kewajiban<br />

adalah sesuatu yang harus dilakukan,<br />

oleh karena itu kewajiban moral<br />

adalah perbuatan atau tindakan yang<br />

harus dilaksanakan oleh seseorang<br />

sesuai dengan rasa yang berlaku di<br />

masyarakat.<br />

Wajib Pajak memiliki kewajiban<br />

moral yang sesuai dengan nilai rasa<br />

yang berlaku di masyarakat, maka<br />

wajib akan melakukan tindakan sesuai<br />

dengan peraturan yang ada seperti<br />

membayar pajak, oleh karena itu jika<br />

masyarakat memiliki kewajiban moral<br />

yang besar maka tingkat kepatuhan<br />

penyelesaian kewajiban perpajakannya<br />

juga besar sehingga keinginan<br />

melaporkan Surat Pemberitahuan<br />

(SPT) juga besar. Menurut Mustikasari<br />

(2007) indikator kewajiban moral<br />

adalah sebagai berikut:<br />

1) Melanggar etika<br />

Dalam pemenuhan kewajiban<br />

perpajakannya, wajib pajak<br />

merasa melanggar etika yang telah<br />

ada, jika tidak memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya<br />

merupakan sesuatu yang wajib<br />

dilakukan.<br />

2) Perasaan bersalah<br />

Dalam memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya wajib pajak<br />

dituntut untuk jujur dalam<br />

mernghitung pajak terutangnya<br />

dengan benar dan melaporkan SPT<br />

secara tepat waktu serta<br />

memenuhi semua kewajiban<br />

pajaknya. Sehingga jika wajib<br />

pajak tidak memenuhi hal tersebut<br />

maka wajib pajak akan memiliki<br />

perasaan bersalah pada dirinya.<br />

3) Prinsip hidup<br />

Tiap wajib pajak memiliki prinsip<br />

hidup yang berbeda-beda, ada<br />

wajib pajak yang memiliki prinsip<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

143


144<br />

hidup bahwa pajak merupakan hal<br />

yang tidak penting untuk dirinya.<br />

2.4 Kualitas Pelayanan<br />

Menurut Supadmi (2009:217)<br />

secara sederhana kualitas adalah<br />

suatu kond<strong>isi</strong> dinamis yang<br />

berhubungan dengan produk, jasa<br />

manusia, proses, dan lingkungan yang<br />

memenuhi atau melebihi harapan<br />

pihak yang menginginkannya. Wiyono<br />

(2006) menyatakan kualitas adalah<br />

keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik<br />

dari suatu produk atau jasa<br />

menyangkut kemampuan untuk<br />

memenuhi kebutuhan-kebutuhan<br />

yang telah ditentukan atau yang telah<br />

bersifat laten.<br />

Kualitas pelayanan merupakan<br />

suatu sikap atau pertimbangan global<br />

tentang keuangan dari suatu<br />

pelayanan (Adi, 2009). Menurut Gap<br />

theory yang diusulkan oleh<br />

Parasuraman, dkk (2006), bahwa<br />

kualitas pelayanan merupakan<br />

perbandingan antara harapan yang<br />

diinginkan oleh pelanggan dengan<br />

penilaian mereka terhadap kinerja<br />

aktual dari suatu penyediaan layanan.<br />

Kualitas pelayanan yang baik akan<br />

mendorong seseorang untuk<br />

memenuhi kewajibannya membayar<br />

pajak.<br />

Tiptono (2002: 70) menyatakan<br />

bahwa adanya lima dimensi yang<br />

dapat digunakan untuk mengevaluasi<br />

kualitas jasa pelayanan, yaitu.<br />

1) Keandalan merupakan<br />

kemampuan para petugas pajak<br />

dalam memberikan pelayanan<br />

yang menjanjikan dengan segera<br />

dan memuaskan. Keandalan dapat<br />

diimplementasikan dari<br />

kemudahan para Wajib Pajak<br />

dalam memperoleh formulirformulir<br />

dalam melakukan<br />

kewajiban perpajakan, seperti<br />

Surat Pemberitahuan Terhutang<br />

(SPT).<br />

2) Daya tanggap merupakan<br />

karakteristik kecocokan dalam<br />

pelayanan manusia yaitu<br />

keinginan para petugas pajak<br />

untuk membantu Wajib Pajak dan<br />

memberikan pelayanan dengan<br />

tanggap. Daya tanggap dapat<br />

diimplementasikan dari<br />

kemudahan Wajib Pajak dalam<br />

memperoleh penyuluhan atau<br />

bimbingan perpajakan dari<br />

petugas pajak.<br />

3) Jaminan, yaitu mencakup<br />

kemampuan, kesopanan, dan sifat<br />

dapat dipercaya yang dimiiliki oleh<br />

petugas pajak bebas dari r<strong>isi</strong>ko,<br />

bahaya atau keragu-raguan.<br />

Jaminan dapat diimplementasikan<br />

dari sikap yang ditunjukkan oleh<br />

petugas pajak.<br />

4) Empati, yaitu meliputi kemudahan<br />

petugas pajak dalam melakukan<br />

hubungan komunikasi yang baik<br />

dan memahami para Wajib Pajak.<br />

Empati dapat diimplementasikan<br />

dari sikap yang ditunjukan oleh<br />

petugas pajak.<br />

5) Bukti langsung, yaitu meliputi<br />

fasilitas f<strong>isi</strong>k, pegawai,<br />

perlengkapan, dan komunikasi.<br />

Bukti langsung tersebut dapat<br />

diimplementasikan dari<br />

kenyamanan Wajib Pajak dengan<br />

fasilitas pada kantor pajak.<br />

2.5 Sanksi Perpajakan<br />

Menurut Mardiasmo (2009:47),<br />

sanksi perpajakan merupakan<br />

jaminan bahwa ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan perpajakan<br />

(norma perpajakan) akan<br />

dituruti/dipatuhi, dengan kata lain<br />

sanksi perpajakan merupakan alat<br />

pencegah (preventif) agar Wajib Pajak<br />

tidak melanggar norma perpajakan.<br />

Dalam Undang-undang perpajakan<br />

dikenal dua macam sanksi<br />

perpajakan, yaitu sanksi administrasi<br />

dan sanksi pidana. Sanksi<br />

administrasi merupakan pembayaran<br />

kerugian negara, khususnya yang<br />

berupa denda, bunga, dan kenaikan.<br />

Sanksi pidana merupakan sanksi<br />

berupa siksaan atau penderitaan.<br />

Sanksi merupakan suatu alat terakhir<br />

atau benteng hukum yang digunakan<br />

fiskus agar norma perpajakan<br />

dipatuhi. Sanksi perpajakan<br />

dikenakan kepada wajib pajak yang<br />

Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


tidak patuh dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya.<br />

Doran (2009) dalam penelitiannya<br />

menyebutkan bahwa hubungan antara<br />

sanksi perpajakan dan kepatuhan<br />

pajak murni merupakan hubungan<br />

yang instrumental, dimana fungsi dari<br />

sanksi pajak semata-mata untuk<br />

meningkatkan kepatuhan pajak.<br />

Menurut James (2004), tujuan utama<br />

dari adanya perpajakan adalah lebih<br />

kepada untuk meningkatkan<br />

penerimaan negara bukan untuk<br />

memberatkan warganya. Wajib Pajak<br />

akan memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya bila memandang bahwa<br />

sanksi perpajakan akan lebih banyak<br />

merugikannya (Nugroho, 2006). Doran<br />

(2009) juga mengatakan, bahwa Wajib<br />

Pajak memenuhi kewajiban pajaknya<br />

untuk menghindari sanksi pajak<br />

(seperti sanksi administrasi dan sanksi<br />

pidana) dimana diperkirakan biaya<br />

yang dikeluarkan akibat sanksi<br />

tersebut lebih besar dibandingkan<br />

kepatuhan untuk membayar pajak.<br />

Pandangan tentang sanksi<br />

perpajakan tersebut diukur dengan<br />

indikator sebagai berikut (Yadnyana,<br />

2010).<br />

1) Sanksi administratif yang<br />

dikenakan bagi pelanggar aturan<br />

pajak cukup berat.<br />

2) Sanksi pidana yang dikenakan bagi<br />

pelanggar aturan pajak cukup<br />

berat.<br />

3) Pengenaan sanksi yang cukup berat<br />

merupakan salah satu sarana<br />

untuk mendidik Wajib Pajak.<br />

4) Sanksi pajak harus dikenakan<br />

kepada pelanggarnya tanpa<br />

terkecuali.<br />

5) Pengenaan sanksi atau pelanggaran<br />

pajak dapat dinegosiasikan.<br />

2.6 Kepatuhan Perpajakan Wajib<br />

Pajak PKB<br />

Kepatuhan menurut Kamus<br />

Umum Bahasa Indonesia berarti<br />

tunduk atau patuh pada ajaran atau<br />

aturan (Badudu dan Zain, 1995).<br />

Kepatuhan perpajakan didefin<strong>isi</strong>kan<br />

sebagai suatu keadaan dimana wajib<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

pajak memenuhi semua kewajiban<br />

perpajakan dan melaksanakan hak<br />

perpajakannya. Dalam hubungannya<br />

dengan kepatuhan wajib pajak maka<br />

pengertian kepatuhan atas<br />

pemenuhan kewajiban pajak<br />

kendaraan bermotor adalah suatu<br />

ketaatan untuk melakukan ketentuanketentuan<br />

atau aturan-aturan<br />

perpajakan khususnya Pajak<br />

Kendaraan Bermotor seperti yang telah<br />

digariskan dalam Undang-undang<br />

Nomor 28 Tahun 2009 dan Peraturan<br />

Daerah Propinsi Bali Nomor 28 Tahun<br />

2005 yang wajib dan harus<br />

dilaksanakan oleh wajib pajak.<br />

Kepatuhan perpajakan yang<br />

dikemukakan oleh Nowak sebagai<br />

suatu iklim kepatuhan dan kesadaran<br />

pemenuhan kewajiban perpajakan<br />

tercermin dalam situasi (Devano,<br />

2006:110) sebagai berikut.<br />

1) Wajib Pajak paham atau berusaha<br />

untuk memahami semua<br />

ketentuan peraturan perundangundangan<br />

perpajakan.<br />

2) Meng<strong>isi</strong> formulir pajak dengan<br />

lengkap dan jelas.<br />

3) Menghitung jumlah pajak yang<br />

terutang dengan benar.<br />

4) Membayar pajak yang terutang<br />

tepat pada waktunya.<br />

Kepatuhan pemenuhan kewajiban<br />

perpajakan bagi wajib pajak<br />

kendaraan bermotor menurut<br />

Peraturan Daerah Propinsi Daerah<br />

Tingkat I Bali Nomor 1 Tahun 2004<br />

adalah sebagai berikut:<br />

1) Tepat waktu dalam menyampaikan<br />

Surat Pemberitahuan Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (SPPKB),<br />

Surat Pemberitahuan Pajak<br />

Terutang Daerah (SPTPD).<br />

2) Tidak mempunyai tunggakan<br />

pajak untuk Pajak Kendaraan<br />

Bermotor (PKB) dan Bea Balik<br />

Nama Kendaraan Bermotor<br />

(BBNKB).<br />

3) Tidak pernah dijatuhi hukuman<br />

karena melakukan tindakan<br />

pidana dibidang perpajakan dalam<br />

jangka waktu 10 tahun terakhir.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

145


2.7 Hipotesis Penelitian<br />

2.7.1 Pengaruh Kewajiban Moral<br />

pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Kewajiban moral merupakan moral<br />

individu yang dimiliki seseorang yang<br />

kemungkinan tidak dimiliki oleh orang<br />

lain, dalam hal ini adalah Wajib Pajak<br />

PKB. Seperti misalnya etika, prinsip<br />

hidup, perasaan bersalah yang<br />

nantinya dikaitkan dengan<br />

pemenuhan kewajiban perpajakan<br />

dalam hal ini untuk kepatuhan<br />

pelaporan Wajib Pajak PKB. Dengan<br />

moral yang sehat dan kejujuran yang<br />

terbebas dari pengaruh negatif, Wajib<br />

Pajak dapat memenuhi kewajiban<br />

dalam perpajakan (Handayani, 2009).<br />

Tingkat kepatuhan pajak akan<br />

menjadi lebih tinggi ketika Wajib Pajak<br />

memiliki kewajiban moral yang lebih<br />

kuat (Ho, 2009). Berdasarkan uraian<br />

diatas maka hipotesis yang<br />

dikembangkan adalah:<br />

H1: Kewajiban moral berpengaruh<br />

positif terhadap kepatuhan wajib<br />

pajak dalam membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di<br />

Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong>.<br />

2.7.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan<br />

pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Meningkatkan kepatuhan Wajib<br />

Pajak dapat dilakukan melalui<br />

peningkatan kualitas pelayanan<br />

(Danuta, 2009). Pelayanan yang baik<br />

menyebabkan kepatuhan Wajib Pajak<br />

meningkat (Suryadi, 2006). Pelayanan<br />

adalah suatu proses bantuan kepada<br />

orang lain dengan cara-cara tertentu<br />

yang memerlukan kepekaan dan<br />

hubungan interpersonal agar<br />

terciptanya kepuasan dan<br />

keberhasilan. Pelayanan kepada<br />

pelanggan di katakan bermutu apabila<br />

memenuhi atau melebihi harapan<br />

pelanggan atau semakin kecil<br />

kesenjangan antara pemenuhan janji<br />

dengan harapan pelanggan adalah<br />

semakin mendekati ukuran bermutu.<br />

Menyediakan jasa secara konsisten<br />

kepada pelanggan adalah pelayanan<br />

bermutu. pelayanan yang berkualitas<br />

harus dapat memberikan keamanan,<br />

kenyamanan, kelancaran, dan<br />

kepastian hukum kepada pelanggan<br />

(Yadnyana, 2010). Jika kualitas<br />

pelayanan meningkat maka akan<br />

berdampak pada kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam memenuhi kewajiban<br />

perpajakan (Suryadi, 2006).<br />

Berdasarkan uraian diatas maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H2: Kualitas pelayanan Kantor<br />

Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />

bepengaruh positif terhadap<br />

kepatuhan wajib pajak dalam<br />

membayar Pajak Kendaraan<br />

Bermotor (PKB) di Kantor<br />

Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />

2.7.3 Pengaruh Sanksi Perpajakan<br />

padaTingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Sanksi adalah hukuman negatif<br />

kepada orang yang melanggar<br />

peraturan, dan denda adalah<br />

hukuman dengan cara membayar<br />

uang karena melanggar peraturan dan<br />

hukum yang berlaku, sehingga dapat<br />

dikatakan bahwa sanksi denda adalah<br />

hukuman negatif kepada orang yang<br />

melanggar peraturan dengan cara<br />

membayar uang. Undang-undang dan<br />

peraturan secara garis besar ber<strong>isi</strong>kan<br />

hak dan kewajiban, tindakan yang<br />

diperkenankan dan tidak<br />

diperkenankan oleh masyarakat. Agar<br />

undang-undang dan peraturan<br />

tersebut dipatuhi, maka harus ada<br />

sanksi bagi pelanggarnya, demikian<br />

halnya untuk hukum pajak. Undangundang<br />

pajak dan peraturan<br />

pelaksanaannya tidak memuat jenis<br />

penghargaan bagi WP yang taat dalam<br />

melaksanakan kewajiban perpajakan<br />

baik berupa prioritas untuk<br />

mendapatkan pelayanan publik<br />

ataupun piagam penghargaan.<br />

Walaupun WP tidak mendapatkan<br />

penghargaan atas kepatuhannya<br />

dalam melaksanakan kewajiban<br />

perpajakan, WP akan dikenakan<br />

146 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


anyak hukuman apabila alfa atau<br />

sengaja tidak melaksanakan kewajiban<br />

perpajakannya.<br />

WP akan mematuhi pembayaran<br />

pajak bila memandang sanksi denda<br />

akan lebih banyak merugikannya.<br />

Semakin banyak sisa tunggakan pajak<br />

yang harus dibayar WP, maka akan<br />

semakin berat bagi WP untuk<br />

melunasinya. Oleh sebab itu sikap<br />

atau pandangan WP terhadap sanksi<br />

denda diduga akan berpengaruh<br />

terhadap tingkat kepatuhan WP dalam<br />

membayar pajak. Hal ini sangat<br />

relevan jika digunakan sebagai<br />

variabel bebas dalam penelitian ini.<br />

Bukti empiris seperti penelitian<br />

Purnomo (2008), telah menunjukkan<br />

bahwa sikap wajib pajak terhadap<br />

sanksi berpengaruh positif terhadap<br />

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan<br />

uraian diatas maka hipotesis yang<br />

dikembangkan adalah:<br />

H3: Sanksi perpajakan berpengaruh<br />

positif terhadap kepatuhan wajib<br />

pajak dalam membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di<br />

Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong>.<br />

III. METODE PENELITIAN<br />

3.1 Metode Penentuan Sampel<br />

Populasi dalam penelitian ini<br />

adalah Wajib Pajak PKB yang ter<strong>daftar</strong><br />

di Kantor Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong><br />

per Mei 2011. Minimal wajib pajak<br />

yang ter<strong>daftar</strong> sejak Januari 2009<br />

yaitu sejumlah 609.525 orang wajib<br />

pajak. Metode penentuan sampel yang<br />

digunakan dalam penelitian ini adalah<br />

metode accsidental sampling, yaitu<br />

teknik penentuan sampel berdasarkan<br />

kebetulan, yaitu siapa saja yang<br />

secara kebetulan bertemu dengan<br />

peneliti dapat digunakan sebagai<br />

sampel, bila orang yang kebetulan<br />

ditemui di pandang cocok sebagai<br />

sumber data (Sugiyono, 2009).<br />

Wajib pajak PKB yang digunakan<br />

sebagai sampel diperoleh berdasarkan<br />

perhitungan penentuan sampel<br />

dengan rumus slovin (Husein,<br />

2008:67), yaitu:<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

n = N/(1+Ne 2) .............................(1)<br />

Keterangan:<br />

n : Jumlah anggota sampel<br />

N : Jumlah anggota populasi<br />

e : Nilai kritis (batas ketelitian 0,1)<br />

Berdasarkan kriteria tersebut,<br />

jumlah sampel yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah sejumlah 100<br />

(seratus) Wajib Pajak PKB.<br />

3.2 Metode Pengumpulan Data<br />

Metode pengumpulan data yang<br />

digunakan dalam penelitian ini adalah.<br />

1) Wawancara, yaitu metode<br />

pengumpulan data dengan cara<br />

melakukan tanya jawab dengan<br />

wajib pajak maupun fiskus<br />

mengenai hal-hal terkait dengan<br />

penelitian. Data yang diperoleh<br />

melalui wawancara yaitu sejarah<br />

dan tugas masing-masing bagian<br />

di Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong> serta responden tersebut<br />

bukan orang ketiga (biro<br />

jasa/calo).<br />

2) Kuesioner yaitu metode yang<br />

digunakan untuk memperoleh<br />

data primer yang relevan dengan<br />

obyek penelitian berupa<br />

serangkaian pernyataan atau<br />

pertanyaan tertulis kepada<br />

responden untuk dijawab. Data<br />

yang diperoleh dari metode ini<br />

adalah peneliti memperoleh<br />

jawaban dari hasil peng<strong>isi</strong>an<br />

kuesioner oleh Wajib Pajak<br />

kendaraan bermotor seputaran<br />

variabel yang akan diteliti yaitu<br />

pernyataan mengenai pengaruh<br />

kewajiban moral, kualitas<br />

pelayanan dan sanksi perpajakan<br />

pada tingkat kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam membayar pajak<br />

kendaraan bermotor pada kantor<br />

Bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />

3.4 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />

1) Kewajiban Moral (X1)<br />

Kewajiban moral diukur<br />

menggunakan 3 pertanyaan,<br />

dinilai dengan menggunakan skala<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

147


likert yang dimodifikasi 1-4<br />

(Irianto, 2005).<br />

2) Kualitas Pelayanan (X2)<br />

Kualitas pelayanan diukur<br />

menggunakan 2 pertanyaan,<br />

dinilai dengan skala likert yang<br />

dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />

3) Sanksi Perpajakan (X3)<br />

Sanksi perpajakan diukur<br />

menggunakan 3 pertanyaan,<br />

dinilai dengan skala likert yang<br />

dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />

4) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)<br />

Untuk mengukur kepatuhan wajib<br />

pajak dalam membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor<br />

menggunakan 6 pertanyaan,<br />

dinilai dengan skala likert yang<br />

dimodifikasi 1-4 (Irianto, 2005).<br />

3.5 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />

1) Uji Validitas<br />

Valid berarti instrumen tersebut<br />

dapat digunakan untuk mengukur apa<br />

yang seharusnya di ukur (Sugiyono,<br />

2009:172). Uji validitas dapat<br />

dilakukan dengan menghitung korelasi<br />

antara skor masing-masing butir<br />

pertanyaan dengan skor total. Apabila<br />

koef<strong>isi</strong>en korelasi positif dan lebih<br />

besar dari 0,3 dengan tingkat<br />

kepatuhan alpha 0,05 maka indikator<br />

tersebut dikatakan valid (Sugiyono,<br />

2009:178).<br />

2) Uji Reliabilitas<br />

Reliabel berarti seberapa besar<br />

suatu pengukuran dapat<br />

dipercaya. Instrumen yang reliabel<br />

adalah instrumen yang bila<br />

digunakan beberapa kali untuk<br />

mengukur obyek yang sama<br />

(Sugiyono, 2009:184). Suatu<br />

variabel dikatakan reliabel jika<br />

memberikan nilai cronbach alpha<br />

lebih besar dari 0,6 (Ghozali,<br />

2009).<br />

3) Uji Asumsi Klasik<br />

a) Uji Normalitas<br />

Uji ini bertujuan untuk<br />

menguji apakah dalam model<br />

regresi, variabel pengganggu<br />

atau residual memiliki<br />

distribusi normal (Ghozali,<br />

2009:147). Metode yang<br />

digunakan adalah dengan<br />

statistik Kolmogorov Smirnov.<br />

Residual berdistribusi normal<br />

apabila sig > alpha.<br />

b) Uji Multikolinearitas<br />

Uji Multikolinearitas bertujuan<br />

untuk mengetahui apakah<br />

model regresi di temukan<br />

adanya korelasi antar variabel<br />

bebas (Independen) (Ghozali,<br />

2009:95). Jika nilai tolerance<br />

lebih dari 10 persen atau VIF<br />

Kurang dari 10, maka di<br />

katakan tidak ada<br />

multikolinearitas.<br />

4) Uji Model (Goodness Of Fit)<br />

Ketepatan fungsi Regresi sample<br />

dalam menaksir nilai aktual dapat<br />

diukur dengan Goodness Of Fit-nya .<br />

Secara statistik, setidaknya ini dapat<br />

diukur dari Adjusted R 2 dan Uji<br />

Statistik F.<br />

a) Uji Adjusted R-Square<br />

Digunakan untuk mengukur<br />

seberapa besar kemampuan<br />

variabel-variabel independen<br />

dalam menerangkan variasi<br />

variabel dependen (Ghozali 2009).<br />

b) Uji statistik F-test<br />

Uji statistik F bertujuan untuk<br />

mengetahui kelayakan model<br />

regresi linear berganda sebagai<br />

alat anal<strong>isi</strong>s yang menguji<br />

pengaruh variabel independen<br />

terhadap variabel dependen. Bila<br />

nilai signifikansi


Secara parsial, pengujian hipotesis<br />

dilakukan dengan uji t-test. Menurut<br />

Ghozali (2005:84) uji statistik t pada<br />

dasarnya menunjukkan seberapa jauh<br />

pengaruh satu variabel independen<br />

secara individual dalam menerangkan<br />

variabel dependen. Apabila tingkat<br />

signifikansi < α 0,05 maka secara<br />

parsial variabel independen tersebut<br />

mempunyai pengaruh yang signifikan<br />

terhadap variabel dependen.<br />

IV HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

4.1 Hasil Uji Statistik<br />

1) Uji Validitas<br />

Berdasarkan Tabel 1 (Lampiran)<br />

menunjukkan bahwa semua nilai<br />

pearson correlation untuk masingmasing<br />

peryataan tentang kewajiban<br />

moral, kualitas pelayanan, sanksi<br />

perpajakan dan kepatuhan wajib pajak<br />

PKB lebih besar dari 0,30. Hal ini<br />

berarti bahwa masing-masing<br />

pertanyaan dalam penelitian ini adalah<br />

valid.<br />

2) Uji Reliabilitas<br />

Hasil uji reliabilitas (Tabel 2)<br />

(Lampiran) menunjukkan bahwa nilai<br />

cronbach alpha>0,60, hal ini berarti<br />

bahwa instrumen yang digunakan<br />

adalah reliabel.<br />

3) Uji Asumsi Klasik<br />

a) Uji Normalitas<br />

Dari hasil uji normalitas<br />

Kolmogorov-Smirnov Test pada Tabel<br />

3 (Lampiran) menunjukkan bahwa<br />

berdasarkan nilai Sig (2-tailed),<br />

dapat dilihat bahwa Sig (2-tailed)<br />

(0,199) > dari level of significant<br />

(0,05), sehingga dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />

bahwa residual berdistribusi<br />

normal.<br />

b) Uji Multikolinearitas<br />

Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran)<br />

dapat dilihat bahwa nilai tolerance<br />

masing-masing variabel memiliki<br />

nilai VIF di bawah 10 dan nilai<br />

tolerance diatas 0,10 sehingga dapat<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa tidak terjadi<br />

hubungan multikolinearitas antar<br />

variabel bebas tersebut.<br />

4) Uji Model (Goodness Of Fit)<br />

a) Adjusted R 2<br />

Berdasarkan Tabel 5 (Lampiran)<br />

menunjukan Besarnya nilai<br />

adjusted R 2 sebesar 0,837 yang<br />

berarti variabilitas variabel<br />

dependen yang dapat dijelaskan<br />

oleh variabilitas variabel independen<br />

sebesar 83,7 %. Sedangkan sisanya<br />

16,3 % dijelaskan oleh variabel<br />

lainnya yang tidak dimasukkan<br />

dalam model regresi.<br />

b) Uji Statistik F<br />

Berdasarkan Tabel 6 (Lampiran),<br />

hasil uji menunjukkan bahwa nilai<br />

signifikansi F (0,000) < α (0,05).<br />

Dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa model<br />

regresi yang digunakan untuk<br />

mengetahui pengaruh kewajiban<br />

moral, kualitas pelayanan, dan<br />

sanksi perpajakan dalam<br />

membayar pajak PKB di kantor<br />

bersama SAMSAT <strong>Denpasar</strong> layak<br />

(fit).<br />

5) Pengujian Hipotesis<br />

Berdasarkan Tabel 7 (Lampiran),<br />

dapat ditulis persamaan regresi linier<br />

sebagai berikut:<br />

Y = 0,103 + 0,522X1 + 0,124X2 +<br />

0,735X3<br />

Berdasarkan hasil perhitungan<br />

menggunakan SPSS pada Tabel 7<br />

(Lampiran) ketiga variabel<br />

independen, yaitu kewajiban moral,<br />

kualitas pelayanan dan sanksi<br />

perpajakan berpengaruh signifikan<br />

pada kepatuhan Wajib Pajak dalam<br />

membayar Pajak kendaraan bermotor,<br />

dengan tingkat signifikansi sebesar<br />

0,000 untuk semua variabel<br />

independen.<br />

4.2 Pembahasan Hasil Pengujian<br />

Hipotesis<br />

4.2.1 Pengaruh Kewajiban Moral<br />

pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

149


Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />

diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />

variabel kewajiban moral sebesar<br />

0,522 dengan nilai signifikansi sebesar<br />

0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />

hipotesis pertama yang menyatakan<br />

bahwa Kewajiban moral berpengaruh<br />

positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />

ini konsisten dengan hasil penelitian<br />

yang dilakukan oleh Agustini (2008)<br />

yang menyatakan kewajiban moral<br />

berpengaruh positif signifikan<br />

terhadap tingkat kepatuhan Wajib<br />

Pajak.<br />

4.2.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan<br />

pada Tingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB<br />

Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />

diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />

variabel kewajiban moral sebesar<br />

0,124 dengan nilai signifikansi sebesar<br />

0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />

hipotesis kedua yang menyatakan<br />

bahwa Kewajiban moral berpengaruh<br />

positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />

ini sesuai dengan teori yang telah<br />

dipaparkan dan penelitian sebelumnya<br />

yang menyebutkan bahwa kualitas<br />

pelayanan berpengaruh positif<br />

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil<br />

penelitian ini konsisten dengan hasil<br />

penelitian yang dilakukan oleh<br />

Diatnyani (2011) yang menyatakan<br />

bahwa kualitas pelayanan<br />

berpengaruh positif terhadap tingkat<br />

kepatuhan Wajib Pajak.<br />

4.2.3 Pengaruh Sanksi Perpajakan<br />

padaTingkat Kepatuhan Wajib<br />

Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB)<br />

Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s<br />

diperoleh nilai koef<strong>isi</strong>en regresi untuk<br />

variabel kewajiban moral sebesar<br />

0,735 dengan nilai signifikansi sebesar<br />

0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga<br />

hipotesis ketiga yang menyatakan<br />

bahwa Sanksi perpajakan berpengaruh<br />

positif dapat diterima. Hasil penelitian<br />

ini konsisten dengan hasil penelitian<br />

yang dilakukan oleh Purnomo (2008)<br />

yang menyatakan bahwa sanksi<br />

perpajakan berpengaruh positif pada<br />

kepatuhan Wajib Pajak.<br />

V. SIMPULAN DAN SARAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s dan<br />

uraian pada pembahasan sebelumnya,<br />

maka dapat diperoleh simpulan bahwa<br />

kewajiban moral, kualitas pelayanan<br />

dan sanksi perpajakan berpengaruh<br />

positif pada kepatuhan wajib pajak<br />

dalam membayar Pajak Kendaraan<br />

Bermotor (PKB) di Kantor Bersama<br />

SAMSAT <strong>Denpasar</strong>.<br />

5.2 Saran<br />

Berdasarkan simpulan diatas<br />

maka Kantor Bersama SAMSAT<br />

<strong>Denpasar</strong> diharapkan mampu<br />

meningkatkan kond<strong>isi</strong> gedung,<br />

teknologi, sikap baik dan sopan<br />

terhadap wajib pajak, lebih<br />

memperhatikan kebutuhan wajib<br />

pajak, memberikan bimbingan dan<br />

penyuluhan serta memberikan<br />

penjelasan tentang perubahan<br />

peraturan perpajakan kepada para<br />

Wajib Pajak.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Adi, Putra. 2009. Pengaruh Kualitas<br />

Pelayanan Terhadap Kinerja<br />

Kerelasian Nasabah. Jurnal<br />

Ekonomi Bisnis, 14 (2): h: 151-160,<br />

Malang: Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Negeri Malang.<br />

Ali et al. 2001. The Effects of Tas Rates<br />

and Enforcement Policies on<br />

Taxpayer Compliance: A Study of<br />

Self-Employed Taxpayers. Antlantic<br />

Economic Journal, Vol. 29, No. 2:<br />

June.<br />

Alim, Setiadi. 2005. Perencanaan<br />

Pajak Penghasilan Yayasan yang<br />

Bergerak di Bidang Pendidikan.<br />

Jurnal Akuntansi dan Teknologi<br />

Informasi, IV (2).<br />

150 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


Anonim. 2000. Undang-undang Nomor<br />

16 Tahun 2000. Tentang<br />

Ketentuan Umum dan Tata Cara<br />

Perpajakan.<br />

Anonim. 2009. Undang-undang<br />

Republik Indonesia Nomor 28<br />

Tahun 2009. Tentang Pajak<br />

Daerah dan Retribusi Daerah.<br />

Badudu dan Zain. 1995. Kamus Besar<br />

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai<br />

Pustaka.<br />

Boediono. 2003. Pelayanan Prima<br />

Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka<br />

Cipta.<br />

Danuta, A. Nitecki. 1997. Measuring<br />

Service Quality. Journal of<br />

Marketing. Associate University<br />

Librarian, Yale University Library.<br />

Devano, Sony. 2006. Perpajakan:<br />

Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta:<br />

Prenanda Media Group.<br />

Doran, Michael. 2009. “Tax Penalties<br />

and Tax Complience”, Harvard<br />

Journal on Legislation<br />

(www.ssrn.com), Vol 46: p 111-<br />

161.<br />

Fitriandi, Primandita, Yuda Aryanto,<br />

dan Agus Puji Priyono. 2010.<br />

Kompilasi Undang-Undang<br />

Perpajakan. Jakarta: Salemba<br />

Empat.<br />

Handayani, I G. A. Ayu Ngr Adhi.<br />

2009. Pengaruh Tanggung Jawab<br />

Moral dan Kualitas Pelayanan<br />

Terhadap Kepatuhan pelaporan<br />

Wajib Pajak Badan Pada Kantor<br />

Pelayanan Pajak <strong>Denpasar</strong> Barat.<br />

Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Udayana<br />

http://puslit.petra.ac.id/journals/a<br />

ccounting/<br />

Husein Umar. 2008. Metode Penelitian<br />

untuk Skripsi dan Tesis Bisnis<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Ed<strong>isi</strong> Kedua. Jakarta: PT.<br />

Rajagrafindo Persada.<br />

Ho, Daniel. 2009. A Study of Hongkong<br />

Tax Complience Ethics.<br />

Internasional Business Research, 2<br />

(4).<br />

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />

Multivariate dengan Program SPSS.<br />

Semarang: Badan Penerbit<br />

<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />

Irianto, Selamet Edi. 2005. Politik<br />

Perpajakan: Membangun<br />

Demokrasi Negara, UII Pres,<br />

Yogyakarta.<br />

James, S. and Alley, C. 2004. Tax<br />

Compliance, Self-Assessment and<br />

Tax Administration. Journal of<br />

Finance and Management in Public<br />

Service, Vol. 2, No. 2: p 27-42.<br />

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Ed<strong>isi</strong><br />

Rev<strong>isi</strong> 2009. Yogyakarta: C.V ANDI<br />

OFFSET.<br />

Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh Sikap<br />

Wajib Pajak pada Pelaksanaan<br />

Sanksi, Denda, Pelayanan Fiskus<br />

dan Kesadaran Perpajakan<br />

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak<br />

(Studi Empiris terhadap wajib<br />

pajak orang pribadi di kota<br />

Semarang). Tesis Magister<br />

Akuntansi Program Pascasarjana<br />

<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />

Parasuraman, Zeithaml, Berry. 1985.<br />

A Conceptual Model of Service<br />

Quality Its Implication Future<br />

Research. Journal of Marketing, 49:<br />

h: 41-50.<br />

Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor<br />

1 Tahun 2004 Tentang Pajak<br />

Kendaraan Bermotor.<br />

Peraturan Gubernur Bali Nomor 28<br />

Tahun 2005 Tentang Pajak<br />

Kendaraan Bermotor.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

151


Peraturan Gubernur Bali Nomor 31<br />

Tahun 2006 Tentang Perhitungan<br />

Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan<br />

Bermotor dan Bea Balik Nama<br />

Kendaraan Bermotor.<br />

Purnomo, Adi. 2008. Pengaruh<br />

Kesadaran wajib pajak, Persepsi<br />

wajib pajak tentang sanksi<br />

perpajakan dan Hasrat Membayar<br />

Pajak Terhadap Kepatuhan wajib<br />

pajak (studi empiris terhadap<br />

wajib pajak yang ter<strong>daftar</strong> di<br />

Kantor Pelayanan Pajak Gubeng<br />

Surabaya). Skripsi Sarjana<br />

Jurusan Akuntansi <strong>Universitas</strong><br />

Trunojoyo.<br />

Ruyadi, M.Khoiru. 2009. Dampak<br />

Persepsi Tanggung Jawab Sosial<br />

Perusahaan Terhadap Manajemen<br />

Perpajakan. Jurnal Akuntansi dan<br />

Bisnis, 9 (1): h: 61-70, Malang:<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Brawijaya.<br />

Sari, Puput Tri Komala and Moh.<br />

Nashih. 2005. Degree of Tax Payers<br />

Complience and Tax Tarif: The<br />

Testing on The Impact of Income<br />

Types. Simposium Nasional<br />

Akuntansi, SNA ( VIII ) Solo.<br />

Simanjuntak, Timbul Hamonangan.<br />

2009. Kepatuhan Pajak (Tax<br />

Complience) dan Bagi Hasil Pajak<br />

dalam Perekonomian di Jawa<br />

Timur.<br />

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian<br />

Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />

Supadmi, Ni luh. 2009. Meningkatkan<br />

Kepatuhan Wajib Pajak Melalui<br />

Kualitas Pelayanan. Audi Jurnal<br />

Akuntansi dan Bisnis, 4 (2): h:214-<br />

219, <strong>Denpasar</strong>: Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />

Suryadi. 2006. Model Hubungan<br />

Kausal Kesadaran, Pelayanan,<br />

Kepatuhan Wajib Pajak dan<br />

Pengaruhnya Terhadap Kinerja<br />

Penerimaan Pajak: Suatu Survei di<br />

Wilayah Jawa Timur . Jurnal<br />

Keuangan Publik, 4(1): h:105-121.<br />

Undang-Undang nomor 28 Tahun<br />

2009 Tentang Pajak Daerah dan<br />

Retribusi Daerah. Jakarta.<br />

Wiyono, Slamet. 2009. Studi Tentang<br />

Kualitas Pelayanan dan Kepuasan<br />

Konsumen di Rumah Sakit Islam<br />

Menisrenggo Klaten. Jurnal<br />

Manajemen Daya Saing, 2 (2): h:<br />

188-197.<br />

Yadnyana, I Ketut. 2009. Pengaruh<br />

Moral dan Sikap Wajib Pajak pada<br />

Kepatuhan Wajib Pajak Koperasi di<br />

Kota <strong>Denpasar</strong>. <strong>Denpasar</strong>: Skripsi<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Udayana<br />

152 Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak<br />

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama Samsat <strong>Denpasar</strong>


LAMPIRAN<br />

Variabel Item<br />

pernyataan<br />

Kewajiban P1<br />

Moral (X1) P2<br />

P3<br />

Kualitas P1<br />

Pelayanan P2<br />

(X2)<br />

P3<br />

P4<br />

P5<br />

P6<br />

P7<br />

P8<br />

P9<br />

P10<br />

P11<br />

P12<br />

P13<br />

P14<br />

P15<br />

P16<br />

P17<br />

P18<br />

Sanksi<br />

P1<br />

Perpajakan P2<br />

(X3)<br />

P3<br />

Kepatuhan P1<br />

Wajib Pajak P2<br />

Kendaraan P3<br />

Bermotor P4<br />

(Y)<br />

P5<br />

P6<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Tabel 1<br />

Hasil Uji Validitas<br />

Koef<strong>isi</strong>en<br />

Korelasi<br />

0,95<br />

0,91<br />

0,97<br />

0,99<br />

0,95<br />

0,81<br />

0,91<br />

0,93<br />

0,87<br />

0,89<br />

0,94<br />

0,87<br />

0,96<br />

0,87<br />

0,91<br />

0,91<br />

0,90<br />

0,94<br />

0,88<br />

0,89<br />

0,92<br />

0,93<br />

0,91<br />

0,93<br />

0,98<br />

0,91<br />

0,77<br />

0,96<br />

0,92<br />

0,88<br />

Tabel 2<br />

Hasil Uji Reliabilitas<br />

Variabel Cronbach<br />

alpha<br />

Kewajiban Moral 0,93<br />

Kualitas pelayanan 0,98<br />

Keterangan<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Valid<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

153


154<br />

Sanksi Perpajakan 0,91<br />

Kepatuhan Wajib Pajak PKB 0,95<br />

Tabel 3<br />

Hasil Uji Normalitas (Kolmogorv-Smirnov Test)<br />

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />

N<br />

Normal Parametersa ,b<br />

Most Extreme<br />

Differences<br />

Kolmogorov-Smirnov Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Absolute<br />

Positive<br />

Negative<br />

a. Test distribution is Normal.<br />

b. Calculated from data.<br />

Tabel 4<br />

Variables Entered/Removed b<br />

Sanksi Perpajakan,<br />

Kewajiban Moral,<br />

Kualitas Pelayanan a<br />

Variables Entered<br />

a. All requested variables entered.<br />

b. Dependent Variable: Kepatuhan WP PKB<br />

Tabel 5<br />

Model Summary b<br />

Unstandardiz<br />

ed Residual<br />

100<br />

.0000000<br />

1.65367109<br />

.107<br />

.096<br />

-.107<br />

1.074<br />

.199<br />

Variables<br />

Removed Method<br />

. Enter<br />

.918a Adjusted Std. Error of<br />

R R Square R Square the Estimate<br />

.842 .837 1.67931<br />

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2<br />

b.<br />

Dependent Variable: Y<br />

Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Regression<br />

Residual<br />

Total<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Tabel 6<br />

Uji Statistik F<br />

ANOVA b<br />

1446.719 3 482.240 171.002 .000a Sum of<br />

Squares df Mean Square F Sig.<br />

270.728 96 2.820<br />

1717.447 99<br />

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2<br />

b. Dependent Variable: Y<br />

(Constant)<br />

X1<br />

X2<br />

X3<br />

a.<br />

Dependent Variable: Y<br />

Tabel 7<br />

Uji Statistik t dan Uji Multikolonieritas<br />

Coefficients a<br />

Unstandardized Standardized<br />

Coefficients Coefficients<br />

Collinearity Statistics<br />

B Std. Error Beta<br />

t Sig. Tolerance VIF<br />

.103 1.133 .091 .928<br />

.522 .109 .273 4.791 .000 .505 1.981<br />

.124 .019 .389 6.484 .000 .456 2.193<br />

.735 .110 .383 6.660 .000 .497 2.014<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

155


PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN<br />

KOMUNIKASI DALAM TIM PADA KINERJA AUDITOR PERWAKILAN BADAN<br />

PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) PROVINSI BALI<br />

Ni Nyoman Ristya Prayanti<br />

I Ketut Sujana 4<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

Along with increased competition and global change, professional auditors in the<br />

present and future will come prepared to face an increasingly heavy audit<br />

assignment. For that much needed efforts to inprove the Performance of auditorsin<br />

order to support the success of auditors in performing their duties and functions<br />

well. Efforts in improving the quality of performance for each profession to be an<br />

important theme for professional organizations in maintaining the existence and<br />

public trust. A good performance certainly is not formed for granted, but is determine<br />

the effect of superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level of performance audit of Bali Provincial<br />

Legislative BPKP.<br />

The population in this study is BPKP Bali Provincial Legislative auditors.<br />

Sampling method used was purposive sampling, while data collected by the survey<br />

method is by questionaire technique. Target respondents in this study were 98<br />

respondents, but the data can be processed respondents who were 82 respondents<br />

answers. The results of multiple linear regression analysis showed that the variable<br />

performance of auditors can be explained by the variable superv<strong>isi</strong>on,<br />

professionalism, level of education, and communication within the team at 77,6<br />

percent, while the remaining 22,4 percent is explained by other factors not included in<br />

the model. T statistical test result showed that the superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level<br />

of education, and communication within the team positive and significant effect on the<br />

performance of auditors.<br />

Key words: superv<strong>isi</strong>on, professionalism, level of education, communication within<br />

the team, performance of auditors.<br />

4Alamat Korespondensi: ketutsujana_fe@yahoo.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Siklus manajemen pemerintahan<br />

menunjukkan bahwa Badan<br />

Pengawasan Keuangan dan<br />

Pembangunan (BPKP) merupakan<br />

Lembaga Pemerintahan Non<br />

Departemen (LPND) yang mempunyai<br />

tugas pemerintahan di bidang<br />

pengawasan dan pembangunan<br />

sebagaimana disebutkan dalam pasal<br />

52 keputusan Presiden Nomor 103<br />

tahun 2001 tentang Kedudukan,<br />

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan<br />

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga<br />

Non Departemen. Menurut Peraturan<br />

Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008<br />

tentang Sistem Pengendalian Intern<br />

Pemerintah, BPKP adalah aparat<br />

pengawasan intern pemerintah yang<br />

bertanggung jawab langsung kepada<br />

Presiden yang melakukan pengawasan<br />

intern terhadap akuntabilitas<br />

keuangan negara (pasal 50) atas<br />

kegiatan pemerintah (pasal 50) yang<br />

156 Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


meliputi kegiatan: lintas sektoral,<br />

kebendaharaan umum negara, dan<br />

penugasan dari Presiden. Pasal 59<br />

juga menyebutkan bahwa BPKP<br />

adalah instansi Pembina Sistem<br />

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)<br />

dan jabatan fungsional auditor yang<br />

meliputi: penyusunan pedoman teknis,<br />

sosialisasi, pembimbingan dan<br />

konsultasi , serta peningkatan<br />

kompetensi auditor.<br />

Upaya dalam meningkatkan<br />

kinerja untuk setiap profesi menjadi<br />

tema penting bagi organisasi profesi<br />

dalam menjaga keberadaan dan<br />

kepercayaan masyarakat. Auditor<br />

BPKP sebagai auditor internal<br />

pemerintah harus meningkatkan<br />

kinerjanya baik untuk kebutuhan<br />

masa kini maupun ant<strong>isi</strong>pasi<br />

kebutuhan masa yang akan datang<br />

(Sumardi dan Hardiningsih, 2002).<br />

Kinerja auditor menunjukkan tingkat<br />

auditor dalam mencapai hasil (output)<br />

terutama dilihat dari s<strong>isi</strong> kualitas dan<br />

kuantitasnya. Tingginya tingkat<br />

kemampuan auditor sangat<br />

mempengaruhi kinerja audit yang<br />

menunjukkan bahwa bila auditor<br />

memiliki perilaku profesional yang<br />

lebih besar, ia akan efektif dalam<br />

mencerminkan kinerja audit yang<br />

lebih tinggi, begitupun sebaliknya<br />

(Baotham, 2007).<br />

Kinerja adalah suatu hasil kerja<br />

yang dicapai seseorang dalam<br />

melaksanakan tugas yang dibebankan<br />

kepadanya yang didasarkan atas<br />

kecakapan, pengalaman dan<br />

kesungguhan serta waktu (Laksmi,<br />

2010). Kinerja auditor merupakan<br />

tindakan atau pelaksanaan tugas<br />

pemeriksaan yang telah diselesaikan<br />

oleh auditor dalam kurun waktu<br />

tertentu. Pengertian kinerja auditor<br />

menurut Mulyadi (2002:11) adalah<br />

kemampuan auditor dalam<br />

melaksanakan penugasan<br />

pemeriksaan (examination) secara<br />

obyektif atas laporan keuangan suatu<br />

perusahaan atau organisasi lain<br />

dengan tujuan untuk menentukan<br />

kewajaran laporan keuangan agar<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

sesuai dengan prinsip akuntansi yang<br />

berlaku umum, dalam semua hal yang<br />

material, pos<strong>isi</strong> keuangan dan hasil<br />

usaha perusahaan. Kalbers dan<br />

Forgarty dalam Laksmi (2010)<br />

mengemukakan bahwa kinerja auditor<br />

sebagai evaluasi terhadap pekerjaan<br />

yang dilakukan oleh atasan, rekan<br />

kerja, diri sendiri, dan bawahan<br />

langsung. Peningkatan kinerja auditor<br />

merupakan aspek yang penting,<br />

karena keberhasilan suatu instansi<br />

atau perusahaan dapat tercapai<br />

dengan upaya dan kualitas sumber<br />

yang dimilikinya. Begitu juga dengan<br />

BPKP, keberhasilan BPKP dalam<br />

mengemban m<strong>isi</strong> pemeriksaan sangat<br />

tergantung dari upaya dan kualitas<br />

para auditornya.<br />

Kinerja yang baik tentunya tidak<br />

terbentuk begitu saja, namun<br />

ditentukan oleh banyak faktor. Guna<br />

menunjang keberhasilan dalam<br />

menjalankan tugas dan fungsi,<br />

sangatlah diperlukan kinerja auditor<br />

BPKP yang baik dan berkualitas.<br />

Sebagai seorang auditor internal harus<br />

mampu menerapkan profesionalisme,<br />

kemampuan dan pengetahuan yang<br />

dimiliki dalam melaksanakan<br />

penugasan audit untuk menghasilkan<br />

audit yang berkualitas (Marganingsih<br />

dan Martani, 2002). Adanya keahlian<br />

dan kemampuan dalam melaksanakan<br />

pemeriksaan dan pengawasan akan<br />

dapat mengetahui kekeliruan serta<br />

penyimpangan yang merupakan salah<br />

satu bagian kompetensi seorang<br />

auditor. Kinerja auditor yang baik dan<br />

berkualitas ini diharapkan dapat<br />

meminimalisasi penyimpangan<br />

penggunaan anggaran. Jadi, bisa<br />

dikatakan bahwa segi sumber daya<br />

manusia (SDM) berpengaruh terhadap<br />

kinerja auditor.<br />

Kegiatan superv<strong>isi</strong> dalam standar<br />

pekerjaan lapangan dikatakan bahwa<br />

pekerjaan harus direncanakan sebaik–<br />

baiknya dan jika digunakan asisten<br />

harus disuperv<strong>isi</strong> dengan semestinya.<br />

Superv<strong>isi</strong> adalah tindakan mengawasi<br />

atau mengarahkan penyelesaian<br />

pekerjaan. Penelitian Laksmi (2010)<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

157


menunjukkan bahwa superv<strong>isi</strong><br />

berpengaruh positif terhadap kinerja<br />

auditor. Kemampuan supervisor<br />

terlihat dalam memberikan bantuan<br />

teknis dan dukungan pada perilaku<br />

karyawan. Demikian juga dengan iklim<br />

part<strong>isi</strong>patif yang diciptakan oleh<br />

supervisor dapat memiliki pengaruh<br />

substansial daripada melakukan<br />

part<strong>isi</strong>pasi dalam suatu keputusan<br />

spesifik karena merasa mendapat<br />

perhatian dan dukungan yang cukup<br />

dari atasannya (Luthans dalam<br />

Laksmi, 2010). Salah satu bentuk dari<br />

superv<strong>isi</strong> adalah mentoring (pelatihan)<br />

yang didefin<strong>isi</strong>kan sebagai proses<br />

membentuk dan mempertahankan<br />

hubungan yang berkembang,<br />

berlangsung secara intensif dari<br />

karyawan senior (pementor) dan<br />

karyawan junior (Chandra, 2006).<br />

Setiap internal auditor diharapkan<br />

dapat melaksanakan tugas utamanya<br />

dengan baik sehingga sangat<br />

diperlukan peranan superv<strong>isi</strong> dari lini<br />

pimpinan SPI.<br />

Salah satu syarat utama yang<br />

harus dimiliki seseorang auditor dalam<br />

menjalankan tugasnya adalah<br />

mempertahankan sikap<br />

profesionalisme. Profesionalisme<br />

mengacu pada prilaku, tujuan atau<br />

kualitas yang memberi karakteristik<br />

atau menandai suatu profesi atau<br />

orang yang profesional. Penelitian<br />

Satyawati (2009), Laksmi (2010) dan<br />

Suarniti (2010) menunjukkan bahwa<br />

profesionalisme berpengaruh positif<br />

terhadap kinerja auditor. Auditor yang<br />

memiliki pandangan profesionalisme<br />

yang tinggi akan memberikan<br />

kontribusi yang dapat dipercaya oleh<br />

para pengambil keputusan baik pihak<br />

internal maupun pihak eksternal<br />

perusahaan. Selain itu dengan<br />

profesionalisme yang tinggi kebebasan<br />

auditor dalam menjalankan tugasnya<br />

akan semakin terjamin. Profesi auditor<br />

merupakan profesi kepercayaan yang<br />

hanya dapat bertahan jika dapat<br />

menjaga dan memegang teguh amanat<br />

yang diberikan masyarakat (Fadhila,<br />

2009). Profesionalisme meliputi<br />

kemampuan penguasaan baik secara<br />

teknis maupun secara teoritis bidang<br />

keilmuan dan ketrampilan yang<br />

berhubungan dengan tugasnya<br />

sebagai pemeriksa. Gambaran tentang<br />

profesionalisme seorang auditor,<br />

tercermin dalam lima hal, yaitu:<br />

pengabdian pada profesi, kewajiban<br />

sosial, kemandirian, kepercayaan<br />

terhadap peraturan profesi dan<br />

hubungan dengan rekan seprofesi<br />

(Lestari dan Cahyono, 2003).<br />

Auditor harus senantiasa<br />

bertindak sebagai seorang ahli di<br />

bidang akuntansi dan bidang auditing<br />

dalam melaksanakan audit untuk<br />

dapat sampai pada pernyataan<br />

pendapat (Ikatan Akuntan Indonesia<br />

(IAI), 2001:210.1). Pencapaian keahlian<br />

tersebut dimulai dari pendidikan<br />

formalnya, yang diperluas melalui<br />

pengalaman–pengalaman selanjutnya<br />

dalam praktik audit. Penelitian<br />

Satyawati (2009) menunjukkan<br />

pendidikan merupakan salah satu<br />

faktor yang mempengaruhi kinerja<br />

audit. Beragamnya jenjang pendidikan<br />

dan bidang studi pilihan<br />

mencerminkan kemampuan masing–<br />

masing anggota tim dalam<br />

memberikan kontribusi pada kualitas<br />

dan proses pekerjaan itu sendiri.<br />

Tingkat pendidikan yang ditempuh<br />

oleh auditor akan berdampak pada<br />

kualitas dan proses pekerjaan itu<br />

sendiri. Hal tersebut didukung dengan<br />

adanya penelitian yang dilakukan oleh<br />

Aprilia (2008) dan yang menemukan<br />

bahwa tingkat pendidikan<br />

berpengaruh signifikan terhadap<br />

kinerja auditor. Berdasar dari<br />

pernyataan tersebut dapat dikatakan<br />

bahwa tingkat pendidikan auditor<br />

sangatlah penting karena auditor yang<br />

memiliki tingkat pendidikan yang<br />

memadai akan dapat menjalankan<br />

tugasnya secara efektif dan ef<strong>isi</strong>en.<br />

Pengertian komunikasi dalam satu<br />

kelompok, menurut Ivancevich dan<br />

Matteson (1987) dalam<br />

Halimatusyadiah (2003) adalah<br />

pengiriman informasi oleh salah<br />

seorang anggota kelompok kepada<br />

158 Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


anggota yang lain dengan<br />

menggunakan simbol-simbol tertentu.<br />

Sebagai seorang auditor tentu tidak<br />

terlepas dari proses komunikasi dan<br />

selalu dituntut untuk melakukan<br />

komunikasi baik dengan klien maupun<br />

dengan karyawan profesional dan<br />

klerikal dalam perusahaan. Putusnya<br />

komunikasi antar auditor dapat<br />

memberi pengaruh kurang baik<br />

terhadap kinerja auditor, selain itu<br />

dapat menimbulkan konsekuensi yang<br />

membahayakan perusahaan dan juga<br />

menghambat kemampuan auditor<br />

untuk menyelesaikan pekerjaannya<br />

dengan baik (Hammer dan Gavin,<br />

1983 dalam Halimatusyadiah, 2003).<br />

Komunikasi yang terjalin diantara<br />

anggota tim audit menjadi aktivitas<br />

yang sangat fundamental untuk<br />

mencapai hasil akhir dalam audit.<br />

Komunikasi antar staf tim audit<br />

merupakan aktivitas pokok dalam<br />

rangka menggabungkan berbagai<br />

informasi mengenai perolehan bukti<br />

audit, pelaksanaan prosedur audit dan<br />

pelaksanaan audit lainnya yang akan<br />

menjadi produk akhir, yaitu hasil<br />

audit yang berkualitas. Adanya<br />

kelancaran komunikasi dalam tim<br />

audit maka kecenderungan<br />

menurunnya kinerja auditor dalam<br />

penugasan audit dapat diperkecil atau<br />

dihindari (Halimatusyadiah, 2003).<br />

Penelitian mengenai faktor-faktor<br />

yang mempengaruhi kinerja auditor<br />

telah banyak dilakukan. Misalnya<br />

penelitian Satyawati (2009) yang<br />

menunjukkan bahwa profesionalisme,<br />

etika profesi, tingkat pendidikan, dan<br />

pengalaman kerja berpengaruh positif<br />

dan signifikan terhadap kinerja<br />

auditor, penelitian Laksmi (2010) yang<br />

menunjukkan bahwa variabel<br />

superv<strong>isi</strong>, profesionalisme, tingkat<br />

pendidikan, dan pengalaman kerja<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

terhadap kinerja auditor, serta<br />

penelitian Suarniti (2010) yang<br />

menunjukkan bahwa profesionalisme,<br />

etika profesi, tingkat pendidikan,<br />

pengalaman kerja, dan budaya kerja<br />

secara serempak berpengaruh<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

terhadap kinerja auditor. yang<br />

menunjukkan bahwa variabel<br />

profesionalisme dan tingkat<br />

pendidikan berpengaruh positif dan<br />

signifikan terhadap kinerja auditor<br />

Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />

Penelitian ini meneliti pengaruh<br />

variabel superv<strong>isi</strong>, profesionalisme,<br />

tingkat pendidikan dan komunikasi<br />

dalam tim pada kinerja auditor<br />

Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />

II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Teori Keagenan<br />

Teori keagenan menjelaskan<br />

hubungan antara agen (pihak<br />

manajemen suatu perusahaan) dengan<br />

principal (pemilik). Hubungan agensi<br />

ada ketika salah satu pihak (principal)<br />

menyewa pihak lain (agen) untuk<br />

melaksanakan suatu jasa , dan dalam<br />

hal itu, mendelegasikan wewenang<br />

untuk membuat keputusan kepada<br />

agen tersebut (Anthony dan<br />

Govindarajan, 2005:269). Principal<br />

merupakan pihak yang memberikan<br />

amanat kepada agen untuk<br />

melakukan suatu jasa atas nama<br />

principal, sementara agen adalah pihak<br />

yang diberi mandat, dengan demikian<br />

dapat d<strong>isi</strong>mpulkan agen bertindak<br />

sebagai pihak yang berkewenangan<br />

mengambil keputusan, sedangkan<br />

principal ialah pihak yang<br />

mengevaluasi informasi.<br />

Implementasi teori keagenan<br />

dapat berupa kontrak kerja yang<br />

mengatur proporsi hak dan kewajiban<br />

masing-masing pihak dengan<br />

memaksimumkan utilitas, sehingga<br />

diharapkan agen bertindak<br />

menggunakan cara-cara yang sesuai<br />

kepentingan principal. Pada penelitian<br />

ini, perusahaan bertindak sebagai<br />

principal, sementara auditor<br />

independen merupakan agen.<br />

2.2 Kinerja Auditor<br />

Kalbers dan Foganty dalam<br />

Rahmiati dan Kusuma (2004)<br />

mendefin<strong>isi</strong>kan kinerja sebagai<br />

evaluasi terhadap pekerjaan yang<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

159


dilakukan melalui atasan langsung,<br />

rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan<br />

langsung. Kinerja auditor merupakan<br />

hasil kerja yang dicapai oleh auditor<br />

dalam melaksanakan tugasnya sesuai<br />

dengan tanggung jawab yang diberikan<br />

padanya dan menjadi salah satu tolak<br />

ukur yang digunakan untuk<br />

menentukan apakah suatu pekerjaan<br />

yang dilakukan baik atau sebaliknya<br />

(Zaenal dalam Laksmi, 2010). Berdasar<br />

pernyataan tersebut dapat dinyatakan<br />

apabila seseorang dapat<br />

melaksanakan tugas atau pekerjaan<br />

yang diberikan dengan baik dan sesuai<br />

harapan organisasinya, maka dapat<br />

dikatakan bahwa orang tersebut<br />

memiliki kinerja atau prestasi kerja<br />

yang baik pula.<br />

Ukuran yang digunakan dalam<br />

menentukan kinerja adalah ukuran<br />

kuantitatif dan ukuran kualitatif<br />

(Bastian, 2001:336-338). Ukuran<br />

tersebut menggambarkan tingkat<br />

pencapaian sasaran dan tujuan yang<br />

telah ditetapkan dengan<br />

mempertimbangkan elemen indikator<br />

sebagai berikut.<br />

1) Indikator masukan (input), yaitu<br />

segala sesuatu yang dibutuhkan<br />

agar mampu menghasilkan produk<br />

baru, baik barang dan jasa yang<br />

meliputi sumber daya manusia,<br />

informasi, dan kebijakan.<br />

2) Indikator keluaran (outputs), yaitu<br />

sesuatu yang diharapkan langsung<br />

dicapai dari suatu kegiatan yang<br />

berupa f<strong>isi</strong>k dan nonf<strong>isi</strong>k.<br />

3) Indikator hasil (outcomes), yaitu<br />

segala sesuatu yang<br />

mencerminkan berfungsinya<br />

keluaran kegiatan pada jangka<br />

menengah.<br />

4) Indikator manfaat (benefit), yaitu<br />

sesuatu yang terkait dengan<br />

tujuan akhir dari pelaksanaan<br />

kegiatan.<br />

5) Indikator dampak (impacts), yaitu<br />

pengaruh yang ditimbulkan, baik<br />

yang positif maupun negatif, pada<br />

setiap tingkat indikator.<br />

160<br />

2.3 Superv<strong>isi</strong><br />

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)<br />

dalam (SA seksi 311, PSA No. 05)<br />

menyatakan superv<strong>isi</strong> mencakup<br />

pengarahan usaha asisten dalam<br />

mencapai tujuan audit dan penentuan<br />

apakah tujuan tersebut tercapai.<br />

Standar Pemeriksaan Keuangan<br />

Negara (SPKN) merupakan pedoman<br />

yang digunakan oleh BPK RI untuk<br />

melaksanakan kegiatan audit<br />

menyatakan dalam standar pengerjaan<br />

lapangannya bahwa pekerjaan harus<br />

direncanakan dengan sebaik–baiknya<br />

dan jika digunakan tenaga asisten<br />

harus disuperv<strong>isi</strong> dengan semestinya.<br />

Superv<strong>isi</strong> tersebut dimaksudkan<br />

untuk menilai dan mencapai hasil<br />

pemeriksaan sesuai dengan standar,<br />

pedoman, petunjuk pelaksanaan,<br />

petunjuk teknis, dan program<br />

pemeriksaan yang telah ditetapkan.<br />

Berdasarkan uraian diatas, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H1: Superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif dan<br />

signifikan pada kinerja auditor<br />

Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />

2.4 Profesionalisme<br />

Hardjana (2002:21) menyatakan<br />

bahwa seseorang disebut profesional<br />

apabila ia menjalani profesinya sesuai<br />

dengan keahlian yang dimiliki.<br />

Seorang auditor yang menjalankan<br />

tugas profesi dengan sungguh–<br />

sungguh maka kinerjanya akan<br />

optimal. Pencapaian hasil kerja<br />

auditor, baik secara kuantitas maupun<br />

kualitas memerlukan auditor–auditor<br />

yang memiliki profesionalisme yang<br />

tinggi, yaitu mempunyai suatu<br />

keandalan dalam pelaksana tugas agar<br />

terlaksana dengan mutu tinggi dan<br />

waktu yang tepat serta cermat.<br />

Berdasarkan uraian diatas, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H2: Profesionalisme berpengaruh<br />

positif dan signifikan pada kinerja<br />

auditor Perwakilan BPKP Provinsi<br />

Bali.<br />

Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


2.5 Tingkat Pendidikan<br />

Standar umum auditing<br />

mengemukakan bahwa audit harus<br />

dilaksanakan oleh seseorang atau<br />

lebih yang memiliki keahlian dan<br />

pelatihan teknis yang cukup sebagai<br />

auditor, sehingga dalam melakukan<br />

auditing diperlukan pendidikan formal.<br />

Tingkat pendidikan yang memadai,<br />

akan mempermudah seorang auditor<br />

dalam menjalankan profesinya dengan<br />

seefektif dan seef<strong>isi</strong>en mungkin. Hal ini<br />

tentu akan berpengaruh pada kinerja<br />

dimana dapat diindikasikan dari<br />

jumlah temuan dan kualitas hasil<br />

pemeriksaannya (Laksmi, 2010).<br />

Berdasarkan uraian diatas, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H3: Tingkat pendidikan berpengaruh<br />

positif dan signifikan pada kinerja<br />

auditor.<br />

2.6 Komunikasi dalam Tim<br />

Furtwengler dalam Negari (2009),<br />

menyatakan bahwa komunikasi dalam<br />

tim sangat dibutuhkan untuk bisa<br />

menghasilkan kinerja yang baik.<br />

Semakin lancar komunikasi yang<br />

dilakukan maka semakin cepat<br />

terbinanya hubungan kerja. Putusnya<br />

komunikasi antar auditor dapat<br />

memberi pengaruh kurang baik<br />

terhadap kinerja auditor, selain itu<br />

dapat menimbulkan konsekuensi yang<br />

membahayakan perusahaan dan juga<br />

menghambat kemampuan auditor<br />

untuk menyelesaikan pekerjaannya<br />

dengan baik (Hammer dan Gavin,<br />

1983 dalam Halimatusyadiah, 2003).<br />

Seseorang yang tidak dapat<br />

melakukan komunikasi maka sulit<br />

baginya untuk membina hubungan<br />

kerja dengan orang lain, oleh karena<br />

itu dapat dikatakan bahwa<br />

keberhasilan membina kerja sama<br />

akan ditentukan oleh keberhasilannya<br />

dalam melakukan komunikasi.<br />

Berdasarkan uraian diatas, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H4: Komunikasi dalam tim<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

pada kinerja auditor.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

III. METODE PENELITIAN<br />

3.1 Sampel dan Responden<br />

Sampel dalam penelitian ini<br />

ditentukan melalui teknik purposive<br />

sampling dengan kriteria penentuan<br />

sampel adalah auditor yang berstatus<br />

PNS, bersertifikasi Diklat Auditor<br />

Ahli/Terampil dan sudah pernah<br />

melaksanakan tugas pemeriksaan<br />

lebih dari satu kali.<br />

Responden yang terpilih dalam<br />

penelitian ini adalah sebanyak 98<br />

orang responden dimana responden<br />

tersebut adalah auditor yang berstatus<br />

PNS dengan pertimbangan bahwa<br />

auditor–auditor tersebut telah<br />

memenuhi syarat sebagai responden<br />

penelitian dan telah melakukan audit<br />

sesuai ketentuan sertifikasi yang<br />

ditetapkan oleh institusi.<br />

3.2 Variabel Penelitian<br />

Variabel independen yang<br />

digunakan pada penelitian ini adalah:<br />

superv<strong>isi</strong> (X1), profesionalisme (X2),<br />

tingkat pendidikan (X3), komunikasi<br />

dalam tim (X4). Variabel dependen<br />

pada penelitian ini adalah kinerja<br />

auditor pada Perwakilan BPKP Provinsi<br />

Bali.<br />

3.3 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />

3.3.1 Anal<strong>isi</strong>s Regresi Linear<br />

Berganda<br />

Penelitian ini diawali dengan<br />

pengujian instrumen penelitian yaitu<br />

dengan menguji validitas dan<br />

reliabilitas. Agar hasil perhitungan<br />

dapat diinterpretasikan dengan<br />

akurat, dilakukan pengujian asumsi<br />

klasik yang meliputi uji normalitas,<br />

multikolinearitas, dan<br />

heterokedast<strong>isi</strong>tas. Selanjutnya data<br />

dianal<strong>isi</strong>s dengan regresi linear<br />

berganda dan dinyatakan dalam<br />

persamaan:<br />

Y= + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ℮..(1)<br />

Keterangan:<br />

Y : Kinerja auditor<br />

: Nilai intersep konstan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

161


β1–β4: Koef<strong>isi</strong>en regresi dari X1, X2,<br />

X3, dan X4<br />

X1 : Superv<strong>isi</strong><br />

X2 : Profesionalisme<br />

X3 : Tingkat pendidikan<br />

X4 : Komunikasi dalam tim<br />

℮ : Variabel pengganggu<br />

Model persamaan regresi yang<br />

digunakan dalam penelitian ini<br />

diasumsikan linier dan diuji dengan<br />

tingkat signifikansi 5 persen, uji ini<br />

menggunakan uji satu s<strong>isi</strong>.<br />

3.3.2 Uji Kelayakan model<br />

Uji kelayakan model (model fit)<br />

dilakukan dengan uji F.<br />

IV HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1 Statistik Deskriptif<br />

Statistik deskriptif menunjukkan<br />

rata-rata dan deviasi standar dengan N<br />

adalah banyak kuesioner yang diolah<br />

yaitu sebanyak 82 kuesioner. Ratarata<br />

(mean) merupakan cara yang<br />

paling umum digunakan untuk<br />

mengukur nilai sentral dari suatu<br />

distribusi data yang diteliti. Tabel 1<br />

(Lampiran) memperlihatkan nilai<br />

minimum, nilai maksimum, mean, dan<br />

deviasi standar dari variabel superv<strong>isi</strong><br />

yaitu masing-masing 15,40, 56,51,<br />

39,592, dan 11,566. Variabel<br />

profesionalisme memiliki nilai<br />

minimum 20,87, nilai maksimum<br />

68,64, mean 49,371, dan deviasi<br />

standarnya sebesar 14,012. Variabel<br />

tingkat pendidikan memiliki nilai<br />

minimum 6,00, nilai maksimum 23,46,<br />

mean 17,032, dan deviasi standarnya<br />

sebesar 4,875. Variabel komunikasi<br />

dalam tim memiliki nilai minimum<br />

3,00, nilai maksimum 11,61, mean<br />

8,638, dan deviasi standarnya sebesar<br />

2,579. Variabel kinerja auditor<br />

memiliki nilai minimum 18,98, nilai<br />

maksimum 61,45, mean 45,826, dan<br />

deviasi standarnya sebesar 13,461.<br />

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian<br />

Berdasarkan hasil perhitungan<br />

anal<strong>isi</strong>s data yang diperoleh dengan<br />

bantuan software SPSS 15, maka<br />

162<br />

rangkuman hasil anal<strong>isi</strong>s regresi<br />

ditunjukkan dalam Tabel 2 (Lampiran).<br />

Berdasarkan hasil uji regresi linear<br />

berganda diatas, dapat dilihat bahwa<br />

semua koef<strong>isi</strong>en variabel bebas bernilai<br />

positif yaitu X1, X2, X3, X4 sebesar 0,<br />

242, 0,503, 0,550, 0,840. Hal ini<br />

berarti bahwa variabel superv<strong>isi</strong>,<br />

profesionalisme, tingkat pendidikan,<br />

dan komunikasi dalam tim<br />

berpengaruh positif terhadap kinerja<br />

auditor. Hasil uji F (F test)<br />

menunjukkan bahwa nilai F hitung<br />

sebesar 71, 347 dengan p value 0,000<br />

yang lebih kecil dari α (0,05), ini<br />

berarti model yang digunakan pada<br />

penelitian ini adalah layak. Hasil ini<br />

memberikan makna bahwa keempat<br />

variabel independen mampu<br />

memprediksi atau menjelaskan<br />

fenomena kinerja auditor Perwakilan<br />

BPKP Provinsi Bali. Penelitian ini juga<br />

menghasilkan nilai adjusted R 2<br />

sebesar 0,776 yang berarti bahwa 77,6<br />

persen variabel kinerja auditor dapat<br />

dijelaskan oleh variabel superv<strong>isi</strong>,<br />

profesionalisme, tingkat pendidikan,<br />

dan komunikasi dalam tim, sedangkan<br />

sisanya 22,4 persen dipengaruhi oleh<br />

faktor-faktor lain yang tidak masuk ke<br />

dalam model penelitian.<br />

4.3 Pengujian Hipotesis<br />

Hasil uji statistik t (uji hipotesis)<br />

menunjukkan besar pengaruh variabel<br />

independen secara individual dalam<br />

menerangkan variasi variabel<br />

independen.<br />

Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />

variabel superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif<br />

dan signifikan pada kinerja auditor.<br />

Hal ini terlihat dari nilai β sebesar<br />

0,242 dengan tingkat signifikansi<br />

sebesar 0,000 yang berarti dibawah α<br />

(0,05). Hasil penelitian ini mendukung<br />

hasil penelitian Laksmi (2010) yang<br />

menyatakan bahwa superv<strong>isi</strong><br />

berpengaruh signifikan pada kinerja<br />

auditor. Superv<strong>isi</strong> merupakan<br />

tindakan mengawasi atau<br />

mengarahkan penyelesaian pekerjaan.<br />

Superv<strong>isi</strong> yang dilakukan saat<br />

pemeriksaan berlangsung<br />

Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


dimaksudkan untuk menilai dan<br />

mencapai hasil pemeriksaan sesuai<br />

dengan standar, pedoman, petunjuk<br />

pelaksanaan, petunjuk teknis, dan<br />

program pemeriksaan yang telah<br />

ditetapkan.Superv<strong>isi</strong> dapat<br />

memberikan feedback atau masukanmasukan<br />

bagi auditor untuk<br />

melakukan perbaikan-perbaikan.<br />

Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />

variabel profesionalisme berpengaruh<br />

positif dan signifikan secara statistik<br />

pada kinerja auditor. Hal ini terlihat<br />

dari dari nilai β sebesar 0,503 dengan<br />

tingkat signifikansi sebesar 0,004<br />

yang berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />

penelitian ini mendukung hasil<br />

penelitian Satyawati (2009), Laksmi<br />

(2010), dan Suarniti (2010) yang<br />

menyatakan bahwa profesionalisme<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

pada kinerja auditor. Profesionalisme<br />

auditor meliputi baik secara teknis<br />

maupun teoritis di bidang keilmuan<br />

dan keterampilan yang ada hubungan<br />

dengan tugas pemeriksaan. Adanya<br />

keahlian dan kemampuan dalam<br />

melaksanakan pemeriksaan akan<br />

dapat mengetahui kekeliruan serta<br />

penyimpangan yang merupakan salah<br />

satu bagian kompetensi seorang<br />

auditor. Profesionalisme seorang<br />

auditor sangat mendukung dalam<br />

melaksanakan dan menyelesaikan<br />

tugas-tugasnya<br />

Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />

variabel tingkat pendidikan<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

pada kinerja auditor. Hal ini terlihat<br />

dari nilai β sebesar 0,550 dengan<br />

tingkat signifikansi sebesar 0,003 yang<br />

berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />

penelitian ini mendukung hasil<br />

penelitian dari Satyawati (2009),<br />

Laksmi (2010), dan Suarniti (2010)<br />

yang menyatakan bahwa tingkat<br />

pendidikan berpengaruh positif dan<br />

signifikan pada kinerja auditor.<br />

Seorang auditor memiliki kewajiban<br />

untuk memelihara dan meningkatkan<br />

kemampuan serta pengetahuannya<br />

melalui pendidikan formal ataupun<br />

tidak formal yang disebut pendidikan<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

profesional berkelanjutan. Tingkat<br />

pendidikan berpengaruh positif pada<br />

kinerja auditor dikarenakan dengan<br />

tingkat pendidikan yang memadai,<br />

seorang auditor tentu dapat<br />

menjalankan profesinya seefektif dan<br />

seef<strong>isi</strong>en mungkin. Hal ini tentu akan<br />

berpengaruh pada jumlah temuan dan<br />

hasil pemeriksannya.<br />

Hasil uji t menunjukkan bahwa<br />

variabel komunikasi dalam tim<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

pada kinerja auditor. Hal ini dilihat<br />

dari nilai β sebesar 0,840 dengan<br />

tingkat signifikansi sebesar 0,012<br />

yang berarti dibawah α (0,05). Hasil<br />

penelitian ini sesuai dengan hasil<br />

penelitian Negari (2009) yang<br />

menyatakan bahwa komunikasi<br />

berpengaruh signifikan terhadap<br />

kinerja frontliner. Komunikasi<br />

merupakan faktor penentu dalam<br />

membina kerjasama yang baik dalam<br />

tim auditor. Komunikasi dibutuhkan<br />

untuk bisa menghasilkan kinerja yang<br />

baik. Komunikasi yang terjalin<br />

diantara anggota tim audit menjadi<br />

aktivitas yang sangat fundamental<br />

untuk mencapai hasil akhir audit.<br />

Adanya komunikasi berarti adanya<br />

pertukaran informasi antar auditor,<br />

dengan begitu kecukupan informasi<br />

yang menyangkut tersedianya<br />

informasi yang akurat dan tepat waktu<br />

sesuai dengan yang dibutuhkan pun<br />

terpenuhi.<br />

V. SIMPULAN DAN SARAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Berdasarkan hasil anal<strong>isi</strong>s data<br />

dan pembahasan yang telah<br />

dilakukan, maka dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />

sebagai berikut:<br />

1) Superv<strong>isi</strong> berpengaruh positif dan<br />

signifikan pada kinerja auditor<br />

Perwakilan BPKP Provinsi Bali.<br />

2) Profesionalisme berpengaruh<br />

positif dan signifikan pada kinerja<br />

auditor Perwakilan BPKP Provinsi<br />

Bali.<br />

3) Tingkat pendidikan terbukti<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

163


pada kinerja auditor Perwakilan<br />

BPKP Provinsi Bali.<br />

4) Komunikasi dalam tim terbukti<br />

berpengaruh positif dan signifikan<br />

pada kinerja auditor Perwakilan<br />

BPKP Provinsi Bali.<br />

5.2 Saran<br />

Penelitian selanjutnya dapat<br />

melakukan penelitian dengan<br />

menggunakan variabel yang sama<br />

namun pada obyek penelitian yang<br />

berbeda, misalnya pada Perwakilan<br />

BPKP di luar Provinsi Bali, sehingga<br />

dapat diperbandingkan output yang<br />

dihasilkan, yaitu mengenai pengaruh<br />

variabel superv<strong>isi</strong>, profesionalisme,<br />

tingkat pendidikan, dan komunikasi<br />

dalam tim pada kinerja auditor<br />

Perwakilan BPKP di luar Provinsi Bali<br />

dengan auditor Perwakilan BPKP<br />

Provinsi Bali.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing. Ed<strong>isi</strong><br />

ke-3. Jakarta: Lembaga Penerbit<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Indonesia.<br />

Anthony dan Govindarajan. 2005.<br />

Management Control System. Buku<br />

2. Jakarta: Salemba Empat.<br />

Aprilia, Ayu. 2008. Pengaruh<br />

Profesionalisme, Etika Profesi,<br />

Tingkat Pendidikan dan<br />

Pengalaman Kerja terhadap<br />

Kinerja Auditor pada Perwakilan<br />

BPK RI <strong>Denpasar</strong>. Skripsi Jurusan<br />

Akuntansi pada Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana, <strong>Denpasar</strong>.<br />

Badan Pengawasan Keuangan dan<br />

Pembangunan. 2010. Profil<br />

Organisasi. Jakarta.<br />

Baotham, Sumintorn. 2007. Effects of<br />

Professionalism on Audit Quality<br />

and Self-image of CPAs in<br />

Thailand.<br />

International Journal of Business St<br />

164<br />

rategy. Thailand: Source Volume: 7<br />

Source Issue: 2.<br />

Chandra, Kris Ferdinand. 2006.<br />

Pengaruh Tindakan Superv<strong>isi</strong><br />

terhadap Kinerja Auditor Internal<br />

dengan Motivasi Kerja sebagai<br />

Variabel Intervening (Studi<br />

Empiris Pada PT. Bank ABC).<br />

Tesis Program Studi Magister<br />

Sains Akuntansi <strong>Universitas</strong><br />

Diponegoro.<br />

Fadhila, Nheila. 2009. Pengaruh<br />

Profesionalisme Auditor Terhadap<br />

Pertimbangan<br />

Tingkat Materialitas dalam Proses<br />

Pengauditan Laporan (Survei Pada<br />

Auditor di KAP Wilayah Surakarta<br />

dan Yogyakarta). Skripsi Fakultas<br />

Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Muhamadiyah Surakarta.<br />

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Anal<strong>isi</strong>s<br />

Multivariate dengan Program SPSS.<br />

Ed<strong>isi</strong> ke-2. Semarang: <strong>Universitas</strong><br />

Diponogoro.<br />

Halim, Abdul. 2003. Auditing 1. Dasar<br />

– dasar Audit Laporan Keuangan.<br />

Ed<strong>isi</strong> Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP<br />

YKPN.<br />

Hardjana, Agus M. 2002. Pekerja<br />

Profesional. Yogyakarta: Kan<strong>isi</strong>us.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001.<br />

Standar Profesional Akuntan<br />

Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />

Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing<br />

(Pengauditan). Yogyakarta: STIE<br />

YKPN.<br />

Laksmi, Dian. 2010. Pengaruh<br />

Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat<br />

Pendidikan, dan Pengalaman Kerja<br />

terhadap Kinerja Auditor BPK RI<br />

Perwakilan Provinsi Bali. Skripsi<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong><br />

Udayana.<br />

Pengaruh Superv<strong>isi</strong>, Profesionalisme, Tingkat pendidikan, dan Komunikasi dalam Tim pada Kinerja Auditor<br />

Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali


Lestari dan Cahyono. 2003. Komitmen<br />

Organisasi dan Kepuasan Kerja<br />

Sebagai Mediasi Hubungan<br />

Profesionalisme dengan Intensi<br />

Keluar (Studi Empiris Pada<br />

Internal Auditor Perusahaan<br />

Manufaktur di Indonesia).<br />

Simposium Nasional Akuntansi VI<br />

Surabaya.<br />

Marganingsih dan Martani. 2002.<br />

Anal<strong>isi</strong>s Variabel Anteseden<br />

Perilaku Auditor<br />

Internal dan Konsekuensinya<br />

terhadap Kinerja: Studi Empiris<br />

pada Auditor di Lingkungan Aparat<br />

Pengawasan Intern Pemerintah –<br />

Lembaga Pemerintah Non<br />

Departemen. Jurnal Riset<br />

Akuntansi Indonesia, Vol 5, No. 3.<br />

Mulyadi. 2002. Auditing. Ed<strong>isi</strong><br />

Keenam. Buku 1. Jakarta:<br />

Salemba Empat.<br />

Negari, Purnawinati. 2009. Pengaruh<br />

Budaya Organisasi, Komunikasi<br />

dan Stres Kerja terhadap Kinerja<br />

Frontliner pada PT. Telkomsel Bali.<br />

Skripsi Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />

Rahmiati dan Kusuma. 2004.<br />

Hubungan antara Mentoring<br />

dengan Roles Stress dan Job<br />

Outcomes dalam Lingkungan<br />

Akuntan Publik. Simposium<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Nasional Akuntansi VII. <strong>Denpasar</strong>.<br />

2-3 Desember 2004.<br />

Satyawati, Mega Made. 2009.<br />

Pengaruh Profesionalisme, Etika<br />

Profesi, Tingkat Pendidikan, dan<br />

Pengalaman Kerja terhadap<br />

Kinerja Auditor (Studi Kasus pada<br />

BPKP Perwakilan Provinsi Bali).<br />

Skripsi Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />

Singleton, Hall. 2007. Information<br />

Technology Auditing and<br />

Assurance. Buku 1. Jakarta:<br />

Salemba Empat.<br />

Suarniti, Dewi Kadek. 2010. Pengaruh<br />

Profesionalisme, Etika Profesi,<br />

Tingkat Pendidikan, Pengalaman<br />

Kerja, dan Budaya Kerja Auditor<br />

terhadap Kinerja Auditor pada<br />

Kantor Akuntan Publik di Bali.<br />

Skripsi Fakultas Ekonomi<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana.<br />

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian<br />

Bisnis. Bandung: Alfabeta.<br />

Sumardi dan Hardiningsih. 2002<br />

Pengaruh Pengalaman terhadap<br />

Profesionalisme serta Pengaruh<br />

Profesionalisme terhadap Kinerja<br />

dan Kepuasan Kerja : Studi Kasus<br />

Auditor BPKP Semarang. Jurnal<br />

Bisnis dan Ekonomi.<br />

Idjurnal.blogspot.com<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

165


166<br />

PENGARUH GENDER, PELATIHAN, PENGALAMAN, DAN DISIPLIN<br />

KERJA AUDITOR PADA RENTANG WAKTU PENYELESAIAN AUDIT<br />

KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI<br />

Luh Putri Mas Mirayani<br />

Ni Wayan Rustiarini 5<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

Timeliness of submission of financial statements can be traced from the audit<br />

delay, namely the length of time the completion of the audit as measured from the<br />

date of the closing fiscal year until the date of issuance of audit reports. The purpose<br />

of this paper is to investigate the relationship between gender, training, experience,<br />

and discipline with audit delay.<br />

This research was carried out at the Bali province with respondent from auditor<br />

at the Bali Public Accountant Offices. Data was collected by questionnaire and was<br />

analyzed with multiple regression analysis. The results indicated that gender do not<br />

have significant effect on audit delay, but other variables which are training,<br />

experience, and discpline have significant effect on audit delay. This finding gives<br />

contribution for auditor in public accountant offices about importance of training,<br />

experience, and discipline to reduce the length of time of audit reports.<br />

Keywords: experience, gender, timeliness<br />

5Alamat Korespondensi: rusti_arini@yahoo.co.id<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Seiring dengan bertambahnya<br />

perusahaan yang menjual sahamnya<br />

ke masyarakat, permintaan atas<br />

laporan keuangan yang diaudit juga<br />

semakin meningkat. Laporan<br />

keuangan yang disampaikan secara<br />

berkala merupakan sumber informasi<br />

dan memberikan bahan pertimbangan<br />

bagi para pengguna dalam<br />

pengambilan keputusan. Hal ini<br />

tentunya akan meningkatkan peran<br />

akuntan publik mengingat setiap<br />

perusahaan yang telah go public wajib<br />

untuk menyampaikan laporan<br />

keuangan yang telah diaudit kantor<br />

akuntan publik yang independen.<br />

Laporan keuangan auditan dapat<br />

meningkatkan kepercayaan pihakpihak<br />

yang berkepentingan<br />

(stakeholders) atas informasi yang<br />

disampaikan pada laporan keuangan.<br />

Oleh karena itu, audit atas laporan<br />

keuangan perlu dilakukan agar para<br />

pengguna laporan keuangan merasa<br />

lebih yakin atas kualitas laporan<br />

keuangan yang dikeluarkan oleh<br />

perusahaan.<br />

Kerangka Dasar Penyusunan dan<br />

Penyajian Laporan Keuangan (IAI,<br />

2002) menyebutkan empat<br />

karakteristik kualitatif yang harus<br />

terdapat pada laporan keuangan yaitu<br />

dapat dipahami, relevan, andal, dan<br />

dapat diperbandingkan. Untuk<br />

mendapatkan informasi yang relevan,<br />

salah satu kendala yang sering<br />

dihadapi adalah kendala<br />

ketepatanwaktuan. Hal ini sesuai<br />

PSAK No.1 Tentang Penyajian Laporan<br />

Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


Keuangan paragraf 43, yaitu apabila<br />

terdapat penundaan yang tidak<br />

semestinya dalam pelaporan, maka<br />

informasi yang dihasilkan akan<br />

kehilangan relevansinya. Manfaat dari<br />

kandungan informasi yang ada dalam<br />

laporan keuangan dapat semakin<br />

berkurang seiring dengan berjalannya<br />

waktu sehingga suatu informasi tidak<br />

relevan lagi digunakan dalam<br />

pengambilan keputusan. Oleh karena<br />

itu perusahaan harus memperhatikan<br />

ketepatwaktuan penyampaian laporan<br />

keuangan. Semakin cepat informasi<br />

disampaikan maka semakin besar<br />

kandungan informasi yang cepat<br />

diketahui oleh pihak pengguna<br />

sehingga semakin cepat pula dalam<br />

pengambilan keputusan.<br />

Badan Pengawas Pasar Modal<br />

Laporan Keuangan (Bapepam-LK)<br />

melalui lampiran SK Ketua Bapepam<br />

No. 80/PM/1996 mewajibkan setiap<br />

perusahaan publik untuk<br />

menyampaikan laporan keuangan<br />

tahunan perusahaan dan laporan<br />

audit independennya kepada Bapepam<br />

selambat-lambatnya 120 hari setelah<br />

tanggal laporan tahunan perusahaan.<br />

Selain itu, Bapepam semakin<br />

memperketat peraturan sejak 30<br />

September 2003 melalui lampiran<br />

Surat SK Ketua Bapepam No. Kep<br />

36/PM/2003 yang menyatakan bahwa<br />

laporan keuangan tahunan disertai<br />

dengan laporan akuntan dengan<br />

pendapat yang lazim harus<br />

disampaikan kepada Bapepam<br />

selambat-lambatnya pada akhir bulan<br />

ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan<br />

keuangan tahunan. Hal ini<br />

mengindikasikan bahwa<br />

ketepatwaktuan penyampaian laporan<br />

keuangan merupakan hal yang sangat<br />

penting bagi perusahaan go public di<br />

bursa efek.<br />

Ketepatwaktuan penyampaian<br />

laporan keuangan dipengaruhi oleh<br />

lamanya proses audit yang dilakukan<br />

dan rentang waktu penyampaian<br />

laporan keuangan auditan oleh auditor<br />

independen. Rentang waktu<br />

penyelesaian audit menunjukkan<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

lamanya waktu yang digunakan<br />

auditor dalam menyelesaikan<br />

pekerjaan auditnya. Rentang waktu<br />

diukur dari tanggal penutupan tahun<br />

buku perusahaan hingga tanggal<br />

diterbitkannya laporan audit (Halim,<br />

2000). Wirakusuma (2006)<br />

menyatakan bahwa rentang waktu<br />

penyelesaian laporan audit (audit<br />

delay) diukur berdasarkan lamanya<br />

hari yang dibutuhkan untuk<br />

memperoleh laporan keuangan auditor<br />

independen atas audit laporan<br />

keuangan perusahaan sejak tanggal<br />

tutup buku, yaitu per 31 Desember<br />

sampai tanggal opini audit yang<br />

tercantum pada laporan auditor<br />

independen. Semakin pendek rentang<br />

waktu penyelesaian audit maka<br />

perusahaan semakin cepat<br />

melaporkan laporan keuangan<br />

sehingga pengambilan keputusan<br />

ekonomi juga semakin cepat.<br />

Sebaliknya, semakin panjang rentang<br />

waktu penyelesaian audit maka<br />

pengambilan keputusan akan semakin<br />

lama.<br />

Menurut Dyer dan Hugh (1975),<br />

lamanya waktu audit laporan<br />

keuangan dipengaruhi beberapa faktor<br />

seperti terdapatnya hal-hal yang tidak<br />

disepakati oleh manajemen klien dan<br />

auditor, masalah-masalah akuntansi<br />

dan auditing. Selain itu, proses audit<br />

merupakan proses sistematis sehingga<br />

memerlukan waktu cukup lama untuk<br />

menyelesaikan tugas. Meskipun<br />

demikian, auditor dapat<br />

memperpanjang rentang waktu<br />

penyelesaian audit untuk memenuhi<br />

standar dan meningkatkan kualitas<br />

audit sehingga membutuhkan waktu<br />

yang lebih lama. Hal ini sesuai<br />

Standar Profesional Akuntan Publik<br />

(IAI, 2004) yang menyatakan bahwa<br />

auditor perlu memiliki perencanaan<br />

atas aktivitas yang akan dilakukan,<br />

pemahaman memadai atas struktur<br />

pengendalian internal, serta bukti<br />

yang kompeten sebagai dasar<br />

menyatakan pendapat pada laporan<br />

keuangan. Audit juga dilaksanakan<br />

dengan penuh kecermatan dan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

167


ketelitian, dengan alat-alat<br />

pengumpulan bukti yang cukup<br />

memadai sehingga proses audit<br />

memerlukan waktu yang lebih<br />

panjang. Dapat dikatakan bahwa<br />

apabila auditor melakukan audit<br />

dengan standar yang tinggi maka<br />

memerlukan waktu yang lebih lama,<br />

demikian juga sebaliknya (Subekti dan<br />

Widiyanti, 2004).<br />

Penelitian ini bertujuan untuk<br />

membuktikan pengaruh gender,<br />

pelatihan, pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin<br />

kerja auditor terhadap rentang waktu<br />

penyelesaian audit Kantor Akuntan<br />

Publik di Bali. Penelitian ini dilakukan<br />

mengingat masih terbatasnya<br />

penelitian di Indonesia yang mengulas<br />

tentang pengaruh gender, pelatihan,<br />

pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />

terhadap rentang waktu penyelesaian<br />

audit di kantor akuntan publik. Oleh<br />

karena itu topik ini merupakan hal<br />

yang penting dan menarik untuk<br />

diteliti lebih lanjut. Selain itu,<br />

beberapa penelitian sebelumnya lebih<br />

banyak membahas pengaruh faktor<br />

spesifik perusahaan terhadap rentang<br />

waktu penyelesaian audit seperti<br />

ukuran, umur perusahaan, likuiditas,<br />

profitabilitas, solvabilitas, pelaporan<br />

item-item luar biasa (Saleh, 2004;<br />

Wirakusuma, 2006; Almilia dan<br />

Setiady, 2006).<br />

Gender adalah pembedaan sifat<br />

dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />

tanggung jawab antara laki-laki dan<br />

perempuan dari aspek sosial, budaya,<br />

dan psikologis. Isu gender ini turut<br />

berimplikasi dalam bidang pekerjaan,<br />

tidak terkecuali pada profesi akuntan.<br />

Gender dikatakan sebagai salah satu<br />

faktor individu yang mempengaruhi<br />

kinerja seseorang. Hasil penelitian<br />

Radityastuti (2011) menunjukkan<br />

bahwa wanita umumnya memiliki<br />

kecendrungan bekerja lebih tekun dan<br />

rapi sehingga berpengaruh pada<br />

rentang waktu penyelesaian auditnya.<br />

Selain itu, seorang auditor juga<br />

dituntut untuk selalu meningkatkan<br />

kemampuan yang dimilikinya melalui<br />

pelatihan-pelatihan. Hal tersebut<br />

168<br />

dapat membantu auditor apabila<br />

menemui kendala dalam<br />

melaksanakan tugasnya, serta dapat<br />

melaksanakan tugasnya seefektif dan<br />

seef<strong>isi</strong>en mungkin.<br />

Persyaratan profesional lain yang<br />

dituntut dari auditor adalah<br />

pengalaman bekerja sebagai auditor,<br />

yaitu pengalaman auditor dalam<br />

melakukan pemeriksaan laporan<br />

keuangan baik dari segi lamanya<br />

waktu, maupun banyaknya penugasan<br />

yang pernah dilakukan. Seseorang<br />

yang melakukan pekerjaan sesuai<br />

dengan pengalaman yang dimiliki akan<br />

memberikan hasil yang lebih baik<br />

daripada yang tidak memiliki<br />

pengalaman yang cukup dalam<br />

tugasnya. Auditor yang memiliki<br />

pengalaman tinggi dipandang dapat<br />

lebih cepat dalam menyelesaikan<br />

penugasan audit yang diberikan.<br />

Selain pengalaman, tingkat<br />

ked<strong>isi</strong>plinan para auditor dalam<br />

melaksanakan tugasnya juga dianggap<br />

turut berpengaruh terhadap rentang<br />

waktu penyelesaian audit. Apabila<br />

seorang auditor memiliki tingkat<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi maka segala<br />

tugas yang dilaksanakannya akan<br />

selesai tepat waktu, dan sebaliknya.<br />

Hasil penelitian ini diharapkan<br />

menjadi pedoman dan membantu<br />

auditor dalam mengidentifikasi faktorfaktor<br />

yang mempengaruhi rentang<br />

waktu penyelesaian audit sehingga<br />

dapat mempersingkat waktu<br />

penyampaian laporan sesuai dengan<br />

aturan waktu yang telah ditentukan<br />

oleh Bapepam.<br />

II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Teori Keagenan<br />

Teori keagenan merupakan teori<br />

yang mendasari hubungan keagenan<br />

antara pemegang saham dan<br />

manajemen perusahaan.<br />

Ketidakselarasan antara kepentingan<br />

pemegang saham dan manajemen<br />

menyebabkan timbulnya agency<br />

problem. Selain itu adanya<br />

keterbatasan pemegang saham untuk<br />

Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


mengakses informasi perusahaan<br />

menyebabkan asimetri informasi<br />

sehingga manajemen perusahaan<br />

dapat menyajikan informasi yang tidak<br />

sebenarnya pada pemegang saham.<br />

Oleh karena itu untuk meminimalisasi<br />

agency problem dibutuhkan pihak<br />

ketiga yang memiliki sikap independen<br />

yaitu auditor.<br />

2.2 Stakeholding Theory<br />

Menurut Machan (2009),<br />

perusahaan dapat dipandang dari dua<br />

teori, yaitu Shareholding Theory dan<br />

Stakeholding Theory. Pada<br />

Shareholding Theory dirumuskan<br />

bahwa perusahaan berdiri dan<br />

beroperasi untuk memaksimumkan<br />

kesejahteraan pemegang saham,<br />

sedangkan Stakeholding Theory<br />

menyatakan bahwa perusahaan tidak<br />

saja berhubungan dengan pemegang<br />

saham tapi juga stakeholders lain<br />

seperti karyawan, pelanggan,<br />

pemerintah, kreditur, supplier, dan<br />

masyarakat. Penelitian ini mengacu<br />

pada Stakeholding Theory yang<br />

diimplementasikan melalui<br />

penyampaian laporan keuangan<br />

sebagai salah satu bentuk<br />

pertanggungjawaban perusahaan<br />

kepada pihak lain yang<br />

berkepentingan. Untuk menjamin<br />

akuntabilitas, kewajaran, dan<br />

transparansi laporan keuangan yang<br />

disampaikan, maka diperlukan auditor<br />

independen yang akan mengaudit dan<br />

mengeluarkan opini atas laporan<br />

keuangan yang dibuat manajemen<br />

perusahaan. Penyelesaian proses audit<br />

yang dilakukan tepat pada waktunya<br />

dianggap merupakan salah satu cara<br />

untuk mengurangi timbulnya asimetri<br />

informasi.<br />

2.3 Pengaruh Gender pada Rentang<br />

Waktu Penyelesaian Audit<br />

Gender adalah konsep yang<br />

digunakan untuk membedakan sifat<br />

dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />

tanggung jawab antara laki-laki dan<br />

perempuan yang dikonstruksi dari<br />

beberapa aspek seperti sosial, budaya,<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

dan psikologis (Jamilah et al., 2007)<br />

dan selalu mengalami perubahan di<br />

masyarakat seiring perkembangan<br />

jaman. Isu gender ini berimplikasi<br />

dalam bidang pekerjaan yang turut<br />

mempengaruhi profesionalisme kerja<br />

auditor. Penelitian Radityastuti (2011)<br />

menunjukkan bahwa wanita<br />

umumnya cenderung bekerja lebih<br />

tekun dan rapi sehingga berpengaruh<br />

pada rentang waktu penyelesaian<br />

auditnya.<br />

Dalam hal pengambilan<br />

keputusan, kaum pria umumnya tidak<br />

menggunakan semua informasi yang<br />

tersedia sehingga tidak dapat<br />

mengambil keputusan secara<br />

keseluruhan. Pada s<strong>isi</strong> lain, kaum<br />

wanita memiliki daya ingat yang lebih<br />

baik sehingga dapat menggunakan<br />

seluruh informasi untuk pengambilan<br />

keputusan yang lebih komprehensif<br />

(Meyer dan Levy, 1986). Banyaknya<br />

informasi yang harus ditelaah oleh<br />

auditor akan mempengaruhi lamanya<br />

hari yang dibutuhkan untuk<br />

mengeluarkan opini atas laporan<br />

keuangan. Berdasarkan uraian<br />

tersebut, maka hipotesis yang<br />

dikembangkan adalah:<br />

H1: Gender berpengaruh pada rentang<br />

waktu penyelesaian audit<br />

2.4 Pengaruh Pelatihan pada<br />

Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit<br />

Standar umum auditing pertama<br />

dalam Standar Profesional Akuntan<br />

Publik menyatakan bahwa auditor<br />

harus dilaksanakan oleh seorang atau<br />

lebih yang memiliki keahlian dan<br />

pelatihan teknis yang cukup sebagai<br />

auditor (IAI, 2004). Pelatihan<br />

merupakan suatu proses yang<br />

mengajarkan pengetahuan, keahlian,<br />

dan sikap sehingga seseorang semakin<br />

terampil dan bertanggung jawab<br />

sesuai dengan standar yang berlaku<br />

(Mangkuprawira, 2003). Menurut<br />

Novityanti dan Bandi (2002), kegiatan<br />

pelatihan formal yang bertujuan untuk<br />

peningkatan pengetahuan memiliki<br />

kualitas yang sama dengan<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

169


pengetahuan yang diperoleh dari<br />

pengalaman kerja sebelumnya.<br />

Selain itu, pelatihan yang cukup<br />

dan memadai juga diperlukan dalam<br />

rangka memenuhi persyaratan<br />

profesional pekerjaan sehingga dalam<br />

melaksanakan tugasnya seorang<br />

auditor dapat mengatasi permasalahan<br />

yang mungkin timbul di lapangan.<br />

Adapun beberapa kegiatan pelatihan<br />

yang dapat menunjang profesionalisme<br />

seorang auditor seperti seminar,<br />

simposium, lokakarya, kegiatan<br />

penunjang keterampilan, ataupun<br />

jenis pelatihan lainnya. Dengan<br />

adanya berbagai kegiatan pelatihan,<br />

para auditor akan meningkatkan<br />

proses sosialisasi sehingga dapat<br />

dengan cepat beradaptasi pada<br />

perubahan lingkungan (Novityanti dan<br />

Bandi, 2002). Pelatihan dalam<br />

penelitian ini diharapkan dapat<br />

meningkatkan profesionalisme auditor<br />

sehingga akan memperpendek rentang<br />

waktu penyelesaian audit.<br />

Berdasarkan uraian tersebut, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H2: Pelatihan berpengaruh pada<br />

rentang waktu penyelesaian audit<br />

2.5 Pengaruh Pengalaman Kerja pada<br />

Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit<br />

Pengalaman kerja adalah tingkat<br />

penguasaan dan pemahaman atas<br />

pekerjaan yang dimiliki seseorang.<br />

Pengetahuan dan pengalaman kerja<br />

merupakan faktor penting untuk<br />

meningkatkan keahlian (Purnamasari,<br />

2005). Keahlian dan kompetensi<br />

seseorang tidak hanya dipengaruhi<br />

oleh pendidikan formal tapi juga aspek<br />

lain seperti pengalaman. Pengalaman<br />

kerja dapat diukur dari lamanya<br />

karyawan bekerja, penguasaan atas<br />

tugas yang diberikan, pelatihan, serta<br />

keinginan untuk menambah wawasan<br />

dan pengetahuan. Dalam bidang<br />

akuntansi, berbagai pelatihan,<br />

superv<strong>isi</strong>, serta review terhadap hasil<br />

pekerjaannya yang diberikan oleh<br />

auditor yang lebih berpengalaman<br />

merupakan beberapa cara untuk<br />

meningkatkan pengalaman seorang<br />

auditor. Mengingat pengalaman<br />

dianggap sebagai suatu aspek penting<br />

yang dapat mempengaruhi kinerja<br />

akuntan publik, maka Menteri<br />

Keuangan melalui Surat Keputusan<br />

No. 423/KMK.06/2002 memasukkan<br />

pengalaman sebagai salah satu<br />

persyaratan dalam memperoleh ijin<br />

menjadi akuntan publik.<br />

Menurut Purnamasari (2005),<br />

pengalaman kerja yang tinggi dari<br />

seorang auditor akan bermanfaat<br />

dalam mendeteksi kesalahan dan<br />

mampu mencari penyebab kesalahan<br />

yang terjadi. Auditor yang<br />

berpengalaman dapat lebih banyak<br />

menemukan item-item yang tidak<br />

umum dan wajar dibandingkan<br />

auditor yang kurang berpengalaman<br />

sehingga dapat mempersingkat waktu<br />

penyelesaian tugas-tugas dan<br />

tanggung jawab yang diberikan (Choo<br />

dan Trotman, 1991). Beberapa<br />

penelitian sebelumnya juga<br />

menemukan bahwa pengalaman kerja<br />

berpengaruh signifikan pada rentang<br />

waktu penyelesaian audit (Wijaya,<br />

2006; Wicaksana, 2010). Pada<br />

penelitian ini, pengalaman kerja<br />

diharapkan dapat meningkatkan<br />

keterampilan dan kecepatan seorang<br />

auditor dalam menyelesaikan tugas<br />

audit yang menjadi tanggung<br />

jawabnya. Berdasarkan uraian<br />

tersebut, maka hipotesis yang<br />

dikembangkan adalah:<br />

H3: Pengalaman kerja berpengaruh<br />

pada rentang waktu penyelesaian<br />

audit<br />

2.6 Pengaruh D<strong>isi</strong>plin Kerja pada<br />

Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit<br />

D<strong>isi</strong>plin merupakan usaha<br />

menciptakan situasi dan kond<strong>isi</strong> kerja<br />

yang tertib, dan berdaya guna melalui<br />

sistem pengaturan tertentu. D<strong>isi</strong>plin<br />

kerja dapat juga diartikan sebagai<br />

kepatuhan seluruh karyawan<br />

perusahaan pada aturan yang berlaku<br />

yang dilandasi oleh kesadaran<br />

(Nitisemito, 1984) dalam Wijaya (2006).<br />

170 Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


Ked<strong>isi</strong>plinan berperan untuk<br />

memotivasi karyawan bekerja dengan<br />

lebih baik sehingga membantu<br />

tercapainya tujuan organisasi. Dengan<br />

demikian, d<strong>isi</strong>plin dapat digunakan<br />

untuk membantu mengarahkan<br />

seseorang untuk mencapai tujuan<br />

melalui kepatuhannya dalam<br />

menjalankan aturan.<br />

Apabila auditor tidak memiliki<br />

tingkat kepatuhan yang tinggi atas<br />

suatu peraturan, prosedur, dan<br />

kebijakan yang berlaku, maka auditor<br />

tidak akan memiliki kinerja yang baik.<br />

Selain itu, auditor yang tidak d<strong>isi</strong>plin<br />

dalam bekerja cenderung<br />

membutuhkan waktu yang cukup<br />

lama untuk dapat menyelesaikan<br />

pekerjaan audit yang diberikan. Oleh<br />

karena itu, semakin rendah tingkat<br />

ked<strong>isi</strong>plinan auditor maka semakin<br />

lama waktu yang dibutuhkan untuk<br />

mengeluarkan opini atas laporan<br />

keuangan yang telah diaudit.<br />

Berdasarkan uraian tersebut, maka<br />

hipotesis yang dikembangkan adalah:<br />

H4: D<strong>isi</strong>plin kerja berpengaruh pada<br />

rentang waktu penyelesaian audit<br />

III. METODE PENELITIAN<br />

3.1 Sampel Penelitian<br />

Populasi dalam penelitian ini<br />

adalah seluruh auditor yang bekerja<br />

pada 10 (sepuluh) Kantor Akuntan<br />

Publik di Bali. Metode pengumpulan<br />

data yang digunakan adalah metode<br />

survei menggunakan kuesioner yang<br />

ber<strong>isi</strong> <strong>daftar</strong> pertanyaan terkait<br />

dengan variabel gender, pelatihan,<br />

pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja,<br />

serta rentang waktu yang dibutuhkan<br />

auditor untuk menyelesaikan tugas<br />

audit yang diberikan. Adapun jumlah<br />

ku<strong>isi</strong>oner yang disebarkan kepada<br />

responden sebanyak 65 ku<strong>isi</strong>oner,<br />

namun sebanyak 6 ku<strong>isi</strong>oner tidak<br />

dikembalikan dan sebanyak 4<br />

ku<strong>isi</strong>oner tidak dapat digunakan<br />

dalam penelitian karena tidak<br />

menjawab secara lengkap pertanyaan<br />

yang diberikan. Dengan demikian,<br />

secara keseluruhan jumlah ku<strong>isi</strong>oner<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

yang layak untuk dianal<strong>isi</strong>s lebih<br />

lanjut adalah sebanyak 55 ku<strong>isi</strong>oner.<br />

3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />

Variabel bebas yang digunakan<br />

dalam penelitian ini antara lain:<br />

1) Gender (X1)<br />

Gender adalah konsep yang<br />

digunakan untuk membedakan sifat<br />

dan perilaku, peran, fungsi, dan<br />

tanggung jawab antara laki-laki dan<br />

perempuan yang dikonstruksi dari<br />

beberapa aspek seperti sosial,<br />

budaya, dan psikologis. Gender<br />

merupakan variabel dummy yaitu<br />

diberi nilai 1 untuk pria dan nilai 0<br />

untuk wanita.<br />

2) Pelatihan (X2)<br />

Pelatihan merupakan suatu proses<br />

yang mengajarkan pengetahuan,<br />

keahlian, dan sikap sehingga<br />

seseorang semakin terampil dan<br />

bertanggungjawab sesuai dengan<br />

standar yang berlaku. Pelatihan<br />

diukur dari jumlah pelatihan yang<br />

pernah dilakukan oleh auditor.<br />

3) Pengalaman kerja (X3)<br />

Pengalaman adalah tingkat<br />

penguasaan dan pemahaman atas<br />

pekerjaan yang dimiliki seseorang.<br />

Pengalaman kerja merupakan faktor<br />

penting untuk meningkatkan<br />

keahlian auditor.<br />

4) D<strong>isi</strong>plin kerja (X4)<br />

D<strong>isi</strong>plin merupakan usaha<br />

menciptakan situasi dan kond<strong>isi</strong><br />

kerja yang tertib, dan berdaya guna<br />

melalui sistem pengaturan tertentu<br />

sehingga dapat meningkatkan<br />

kinerja auditor.<br />

5) Variabel terikat dalam penelitian ini<br />

adalah rentang waktu penyelesaian<br />

audit, yaitu lamanya waktu yang<br />

dibutuhkan oleh auditor dalam<br />

melakukan suatu audit atas laporan<br />

keuangan yang dihitung dari<br />

tanggal tutup tahun buku<br />

perusahaan sampai dengan tanggal<br />

yang tertera di laporan auditor.<br />

Rentang waktu penyelesaian audit<br />

dinyatakan dalam hari. Rata-rata<br />

waktu penyelesaian audit ini<br />

kemudian diberikan skor sesuai<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

171


dengan penelitian sebelumnya yang<br />

dilakukan oleh Wicaksana (2010).<br />

Adapun skor yang diberikan untuk<br />

rentang waktu penyelesaian audit<br />

ditunjukkan dalam Tabel 2<br />

(Lampiran).<br />

3.3 Teknik Anal<strong>isi</strong>s Data<br />

Teknik anal<strong>isi</strong>s data yang<br />

digunakan dalam penelitian ini adalah<br />

regresi linear berganda. Sebelum<br />

dilakukan anal<strong>isi</strong>s terhadap data yang<br />

dikumpulkan, maka terlebih dahulu<br />

dilakukan pengujian instrumen<br />

penelitian yaitu pengujian validitas<br />

dan reliabilitas atas ku<strong>isi</strong>oner yang<br />

digunakan. Sebelum dilakukan<br />

anal<strong>isi</strong>s regresi, terlebih dahulu<br />

dilakukan uji asumsi klasik<br />

menggunakan uji normalitas, uji<br />

multikolinieritas, dan uji<br />

heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Berikut<br />

persamaan regresi yang digunakan<br />

dalam penelitian ini:<br />

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +<br />

ε…………………..………………….(1)<br />

Keterangan:<br />

Y : rentang waktu penyelesaian<br />

audit<br />

α : konstanta<br />

β1-β4 : koef<strong>isi</strong>en regresi<br />

X1 : gender<br />

X2 : pelatihan<br />

X3 : pengalaman kerja<br />

X4 : d<strong>isi</strong>plin kerja<br />

e : error<br />

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas<br />

Instrumen<br />

Hasil uji validitas pada penelitian<br />

ini dilakukan pada variabel<br />

pengalaman kerja auditor yang<br />

dibentuk oleh 14 indikator dan<br />

variabel d<strong>isi</strong>plin kerja yang dibentuk<br />

oleh 12 indikator. Hasil penelitian<br />

menunjukkan bahwa seluruh<br />

indikator dalam variabel pengalaman<br />

kerja auditor dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />

memiliki koef<strong>isi</strong>en korelasi yang lebih<br />

besar dari 0.3. Jadi dapat d<strong>isi</strong>mpulkan<br />

bahwa seluruh indikator telah<br />

memenuhi syarat validitas data. Hasil<br />

uji reliabilitas menunjukkan nilai<br />

Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60.<br />

Hasil uji menunjukkan nilai cronbach<br />

alpha untuk variabel pengalaman<br />

kerja auditor sebesar 0.948 dan<br />

variabel d<strong>isi</strong>plin kerja auditor sebesar<br />

0.949. Hal ini menunjukkan bahwa<br />

variabel pengalaman kerja auditor dan<br />

variabel d<strong>isi</strong>plin kerja auditor telah<br />

memenuhi syarat reliabilitas data.<br />

4.2 Anal<strong>isi</strong>s Regresi<br />

Uji asumsi klasik dilakukan<br />

menggunakan tiga uji asumsi klasik<br />

yaitu uji normalitas, multikolinearitas<br />

dan heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Hasil uji<br />

normalitas menggunakan Kolmogorov-<br />

Smirnov menunjukkan nilai sebesar<br />

0.674, yang lebih besar dari 0.05. Hal<br />

ini berarti variabel gender, pelatihan,<br />

pengalaman kerja, d<strong>isi</strong>plin kerja, dan<br />

RWPA telah berdistribusi normal. Hasil<br />

uji multikolinearitas menunjukkan<br />

nilai tolerance diatas 10% dan nilai VIF<br />

yang semuanya dibawah 10. Hal ini<br />

berarti dalam model regresi tidak<br />

terjadi multikolinieritas. Hasil uji<br />

heterokedast<strong>isi</strong>tas melalui uji Gletjer<br />

menunjukkan bahwa variabel bebas<br />

memiliki nilai lebih besar dari 0.05<br />

sehingga dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa<br />

tidak terjadi heterokedast<strong>isi</strong>tas dalam<br />

model regresi yang digunakan.<br />

Nilai koef<strong>isi</strong>en korelasi (R) sebesar<br />

0.741 menunjukkan bahwa tingkat<br />

korelasi antara variabel independen<br />

dengan variabel dependen sebesar<br />

74.1%. Artinya rentang waktu<br />

penyelesaian audit mempunyai<br />

hubungan yang kuat dengan variabel<br />

gender, pelatihan, pengalaman kerja,<br />

dan d<strong>isi</strong>plin kerja auditor karena<br />

memiliki nilai koef<strong>isi</strong>en korelasi lebih<br />

besar dari 0.5. Nilai koef<strong>isi</strong>en<br />

determinasi (R 2) menggunakan<br />

adjusted R square menunjukkan nilai<br />

sebesar 0.514 atau 51.4% yang berarti<br />

bahwa variabel gender, pelatihan,<br />

pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja<br />

berpengaruh sebesar 51.4% terhadap<br />

rentang waktu penyelesaian audit<br />

pada Kantor Akuntan Publik di Bali,<br />

172 Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


sedangkan sisanya 48.6% dipengaruhi<br />

oleh variabel lain yang tidak diteliti<br />

dalam penelitian ini.<br />

Hasil uji simultan menunjukkan<br />

nilai F memiliki signifikansi sebesar<br />

0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa<br />

variabel bebas yaitu gender, pelatihan,<br />

pengalaman kerja, dan d<strong>isi</strong>plin kerja<br />

berpengaruh secara simultan pada<br />

rentang waktu penyelesaian audit KAP<br />

di Bali pada tingkat signifikansi 5%.<br />

Hasil uji statistik t menunjukkan<br />

bahwa variabel gender tidak<br />

berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit KAP di Bali dengan<br />

nilai signifikansi sebesar 0.645.<br />

Meskipun demikian, variabel<br />

pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja berpengaruh pada<br />

rentang waktu penyelesaian audit KAP<br />

di Bali dengan nilai signifikansi<br />

sebesar 0.002; 0.003, dan 0.000.<br />

4.3 Pengujian Hipotesis<br />

Hasil pengujian hipotesis pertama<br />

menunjukkan bahwa gender tidak<br />

berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit dengan signifikansi<br />

sebesar 0.645. Gender tidak<br />

menentukan rentang waktu<br />

penyelesaian audit, karena gender<br />

belum tentu menjamin kinerja<br />

seseorang dalam suatu pekerjaan.<br />

Meskipun wanita dan pria memiliki<br />

kemampuan yang berbeda dalam<br />

memproses informasi namun hal<br />

tersebut tidak mempengaruhi rentang<br />

waktu penyelesaian audit. Hal ini<br />

dapat disebabkan karena wanita<br />

cenderung teliti dan berhati-hati dalam<br />

pengambilan keputusan sehingga<br />

memerlukan waktu yang cukup lama<br />

untuk melakukan audit dan<br />

mengeluarkan opini. Hasil penelitian<br />

ini bertentangan dengan hasil<br />

penelitian Radityastuti (2011) yang<br />

menyatakan bahwa wanita umumnya<br />

cenderung bekerja lebih tekun dan<br />

rapi sehingga berpengaruh pada<br />

rentang waktu penyelesaian auditnya.<br />

Penelitian ini menunjukkan bahwa<br />

pelatihan berpengaruh pada rentang<br />

waktu penyelesaian audit dengan<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

signifikansi sebesar 0.002. Pelatihan<br />

menentukan rentang waktu<br />

penyelesaian audit karena kegiatan<br />

pelatihan dapat meningkatkan<br />

ketrampilan dan profesionalisme kerja<br />

auditor sehingga dapat memperpendek<br />

rentang waktu penyelesaian audit.<br />

Selain itu, pelatihan yang cukup dan<br />

memadai juga diperlukan dalam<br />

rangka memenuhi persyaratan<br />

profesional pekerjaan sehingga dalam<br />

melaksanakan tugasnya seorang<br />

auditor dapat mengatasi permasalahan<br />

yang mungkin timbul di lapangan.<br />

Pengujian hipotesis ketiga<br />

menunjukkan nilai signifikasi sebesar<br />

0.003 yang berarti bahwa pengalaman<br />

kerja berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit. Semakin sering<br />

auditor melakukan audit, maka<br />

tingkat ketrampilan auditor tersebut<br />

meningkat dan menjadi semakin<br />

berpengalaman. Semakin tinggi tingkat<br />

pengalaman kerja auditor maka<br />

semakin cepat auditor tersebut<br />

menyelesaikan tugas auditnya. Auditor<br />

yang berpengalaman dapat lebih<br />

banyak menemukan item-item yang<br />

tidak umum dan wajar dibandingkan<br />

auditor yang kurang berpengalaman<br />

sehingga dapat mempersingkat waktu<br />

penyelesaian tugas-tugas dan<br />

tanggung jawab yang diberikan (Choo<br />

dan Trotman, 1991). Hasil penelitian<br />

ini konsisten dengan penelitian<br />

sebelumnya yang dilakukan oleh<br />

Wijaya (2006) dan Wicaksana (2010)<br />

yang menyatakan bahwa pengalaman<br />

kerja berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit.<br />

Hipotesis keempat menyatakan<br />

bahwa d<strong>isi</strong>plin kerja auditor<br />

berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit Kantor Akuntan<br />

Publik di Bali. Hasil pengujian<br />

menunjukkan bahwa d<strong>isi</strong>plin kerja<br />

berpengaruh secara signifikan pada<br />

rentang waktu penyelesaian audit<br />

dengan signifikansi sebesar 0.000.<br />

Berarti auditor yang memiliki tingkat<br />

d<strong>isi</strong>plin yang tinggi akan memiliki<br />

kinerja yang lebih baik daripada<br />

auditor yang memiliki tingkat d<strong>isi</strong>plin<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

173


yang rendah. Selain itu auditor dengan<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi<br />

membutuhkan waktu yang lebih<br />

pendek untuk menyelesaikan<br />

pekerjaan audit yang diberikan.<br />

Dengan demikian, dapat dikatakan<br />

bahwa semakin tinggi tingkat<br />

ked<strong>isi</strong>plinan seorang auditor maka<br />

semakin pendek rentang waktu yang<br />

dibutuhkan untuk mengeluarkan opini<br />

atas laporan keuangan.<br />

V. SIMPULAN, KETERBATASAN<br />

DAN SARAN PENELITIAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Penelitian ini bertujuan untuk<br />

mengetahui pengaruh gender,<br />

pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja auditor pada rentang<br />

waktu penyelesaian audit kantor<br />

akuntan publik di Bali. Penelitian ini<br />

dilakukan mengingat masih<br />

terbatasnya penelitian di Indonesia<br />

yang mengulas tentang pengaruh<br />

gender, pelatihan, pengalaman, dan<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja auditor terhadap rentang<br />

waktu penyelesaian audit di kantor<br />

akuntan publik. Selain itu, beberapa<br />

penelitian sebelumnya lebih banyak<br />

membahas pengaruh faktor spesifik<br />

perusahaan terhadap rentang waktu<br />

penyelesaian audit seperti ukuran,<br />

umur perusahaan, likuiditas,<br />

profitabilitas, solvabilitas, pelaporan<br />

item-item luar biasa.<br />

Hasil pengujian hipotesis pertama<br />

menunjukkan bahwa gender tidak<br />

berpengaruh pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa gender belum<br />

tentu menjamin kinerja seseorang<br />

dalam suatu pekerjaan. Meskipun<br />

demikian, variabel lain seperti<br />

pelatihan, pengalaman kerja, dan<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja memiliki pengaruh<br />

signifikan pada rentang waktu<br />

penyelesaian audit. Pengujian<br />

hipotesis kedua menunjukkan bahwa<br />

pelatihan berpengaruh pada rentang<br />

waktu penyelesaian audit. Berbagai<br />

kegiatan pelatihan yang dimiliki<br />

auditor akan meningkatkan<br />

ketrampilan dan profesionalisme<br />

174<br />

auditor sehingga dapat memperpendek<br />

rentang waktu penyelesaian audit.<br />

Selain itu, apabila auditor sering<br />

melakukan tugas audit dan dalam<br />

jangka waktu yang cukup lama, maka<br />

auditor maka semakin cepat auditor<br />

tersebut menyelesaikan tugas<br />

auditnya. Hal ini juga tentunya harus<br />

didukung oleh tingginya tingkat<br />

d<strong>isi</strong>plin seorang auditor sehingga akan<br />

menghasilkan kinerja yang lebih baik.<br />

Hasil penelitian ini memberikan<br />

informasi kepada pihak auditor dan<br />

kantor akuntan publik bahwa variabel<br />

pelatihan, pengalaman, dan d<strong>isi</strong>plin<br />

kerja merupakan hal penting yang<br />

mempengaruhi rentang waktu<br />

penyelesaian audit. Oleh karena itu<br />

auditor dan kantor akuntan publik<br />

hendaknya senantiasa meningkatkan<br />

kualitas jasa audit yang ditawarkan<br />

dengan mengikuti berbagai kegiatan<br />

pelatihan sehingga dapat menambah<br />

pengalaman dalam bidang audit.<br />

Selain itu auditor harus memiliki<br />

d<strong>isi</strong>plin kerja yang tinggi sehingga<br />

rentang waktu yang diperlukan untuk<br />

mengeluarkan opini audit tidak terlalu<br />

panjang.<br />

5.2 Keterbatasan dan Saran<br />

Penelitian ini memiliki<br />

keterbatasan-keterbatasan. Pertama,<br />

penelitian ini hanya menggunakan<br />

empat variabel yang mempengaruhi<br />

rentang waktu penyelesaian audit.<br />

Peneliti selanjutnya disarankan untuk<br />

mengembangkan penelitian ini dengan<br />

meneliti faktor-faktor lain yang<br />

berpengaruh terhadap rentang waktu<br />

penyelesaian audit seperti tekanan<br />

ketaatan, keahlian, dan kompleksitas<br />

tugas. Kedua, penelitian ini hanya<br />

menggunakan responden yang berasal<br />

dari akuntan publik saja sehingga<br />

hasilnya tidak bisa digeneralisasi<br />

untuk semua auditor. Peneliti<br />

selanjutnya hendaknya memperluas<br />

sampel tidak hanya auditor kantor<br />

akuntan publik, namun juga auditor<br />

pemerintah dan auditor internal.<br />

Ketiga, instrumen kuesioner yang<br />

digunakan dalam penelitian ini<br />

Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


mungkin belum dapat<br />

menggambarkan secara utuh kond<strong>isi</strong><br />

yang terjadi. Peneliti selanjutnya dapat<br />

menambah metode lain seperti<br />

wawancara untuk mengatasi<br />

kelemahan pada metode kuesioner ini.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Almilia, Luciana Spica dan Lucas<br />

Setiady. 2006. Faktor-faktor yang<br />

Mempengaruhi Penyelesaian<br />

Penyajian Laporan Keuangan pada<br />

Perusahaan yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />

Bursa Efek Jakarta. Seminar<br />

Nasional Good Corporate<br />

Governance. 24-25 November<br />

2006.<br />

Choo, F. dan K.T. Trotman. 1991. The<br />

Relationship between Knowledge<br />

Structure and Judgments for<br />

Experienced and Inexperienced<br />

Auditors. The Accounting Review.<br />

Juli. pp. 464-485.<br />

Dyer, J.D. and Arhur Mc. Hugh. 1975.<br />

The Timeliness of the Australian<br />

Annual Report, Journal of<br />

Accounting Research, Autums, pp.<br />

204 – 219.<br />

Halim, Varianda. 2000. Faktor-Faktor<br />

yang Mempengaruhi Audit Delay:<br />

Studi Empiris pada Perusahaan-<br />

Perusahaan di Bursa Efek Jakarta.<br />

Dalam Jurnal Bisnis dan Akuntansi<br />

(2:1), April, h:63 –75.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004.<br />

Standar Profesional Akuntan<br />

Publik. Jakarta: Salemba Empat.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002.<br />

Standar Akuntasi Keuangan.<br />

Jakarta: Salemba Empat.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia<br />

Kompartemen Akuntan Publik.<br />

2012. Directory Kantor Akuntan<br />

Publik dan Akuntan Publik.<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Jakarta: IAI Kopartemen Akuntan<br />

Publik.<br />

Jamilah, Siti, Xaenal Fanani, dan<br />

Grahita Chandrarin. 2007.<br />

Pengaruh Gender, Tekanan<br />

Ketaatan, dan Kompleksitas<br />

Tugas terhadap Audit<br />

Judgement. Simposium Nasional<br />

Akuntansi X Makasar. 25–28 Juli<br />

2007: 1–30.<br />

Machan, Tibor R. 2009. Stekeholder vs<br />

Shareholder Theory of The Ethics<br />

Of Corporate Management.<br />

Economics and Business Research.<br />

Vol 1, No. 1.<br />

Mangkuprawira, Tb. Sjafari. 2003.<br />

Manajemen Sumber Daya Manusia<br />

Strategik. Jakarta: Ghalia<br />

Indonesia.<br />

Meyer dan Levy. J. 1986. Gender<br />

Differences in Information<br />

Processing: A Selectivity<br />

Interpretation. Cognitive and<br />

Affective Responses to Advert<strong>isi</strong>ng.<br />

Edited by P., Cafferata and<br />

M.Tybout. pp 219-260.<br />

Novityanti, Putri dan Bandi. 2002.<br />

Pengaruh Pengalaman dan<br />

Pelatihan terhadap Struktur<br />

Pengetahuan Auditor tentang<br />

Kekeliruan. Simposium Nasional<br />

Akuntansi V. hal:481-488.<br />

Purnamasari, Dian Indri. 2005.<br />

Pengaruh Pengalaman Kerja<br />

terhadap Hubungan Part<strong>isi</strong>pasi<br />

dengan Efektifitas Sistem<br />

Informasi. Jurnal Riset Akuntansi<br />

Keuangan.<br />

Radityastuti, Anak Agung Ratih. 2011.<br />

Pengaruh Gender, Tekanan<br />

Ketaatan, Kompleksitas Tugas,<br />

Tingkat Pendidikan, Hirarkhi<br />

Jabatan dan Pengalaman Auditor<br />

terhadap Profesionalisme Auditor<br />

Kantor Akuntan Publik Di Bali.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

175


176<br />

Skripsi. <strong>Universitas</strong> Udayana,<br />

<strong>Denpasar</strong>.<br />

Saleh, Rachmaf. 2004. Studi Empiris<br />

Ketepatan Waktu Pelaporan<br />

Keuangan Perusahaan Manufaktur<br />

di Bursa Efek Jakarta. Simposium<br />

Nasional Akuntansi VII. Bali.<br />

Subekti, Imam dan Novi Wulandari<br />

Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor<br />

yang Berpengaruh terhadap Audit<br />

Delay di Indonesia. Simposium<br />

Nasional Akuntansi VII.<br />

Wicaksana Santosa, I Gede Arya.<br />

2010. Pengaruh Status Klien dan<br />

Karakteristik Demografis Auditor<br />

pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di<br />

LAMPIRAN<br />

Bali. Skripsi. <strong>Universitas</strong> Udayana,<br />

<strong>Denpasar</strong>.<br />

Wijaya, I Gusti Bagus Adi. 2006.<br />

Pengaruh Tingkat Pendidikan,<br />

D<strong>isi</strong>plin dan Pengalaman Kerja<br />

Auditor terhadap Rentang Waktu<br />

Penyelesaian Audit pada Kantor<br />

Akuntan Publik di Bali. Skripsi.<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana, <strong>Denpasar</strong>.<br />

Wirakusuma, Made Gede. 2006.<br />

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi<br />

Rentang Waktu Penyajian Laporan<br />

Keuangan ke Publik (Studi Empiris<br />

Mengenai Keberadaan Div<strong>isi</strong><br />

Internal Audit Pada Perusahaan<br />

Perusahaan yang Ter<strong>daftar</strong> di<br />

Bursa Efek Jakarta). Jurnal AUDI.<br />

Volume 1, No. 1.<br />

www.idx.co.id<br />

Tabel 1<br />

Nama Kantor Akuntan Publik di Bali<br />

NO NAMA KAP ALAMAT<br />

1 KAP. Drs. Ida Bagus Djagera Jl. Hassanuddin No.1, <strong>Denpasar</strong><br />

2 KAP. Drs. I Made Oka & Rekan Jl. Werkudara No. 5, <strong>Denpasar</strong><br />

3 KAP I Wayan Ramantha Jl. Rampai No.1 A Lantai 3 <strong>Denpasar</strong><br />

4 KAP. Drs. Johan Malonda, Astika Jl. Muding Indah I No. 5 Kuta Utara,<br />

& Rekan (Cab)<br />

Kerobokan, <strong>Denpasar</strong><br />

5 KAP. K Gunarsa Jl. Tukad Pakerisan No. 116 A,<br />

Panjer, <strong>Denpasar</strong><br />

6 KAP. Drs. Ketut Budiartha Jl. Tegal Harum No. 11, <strong>Denpasar</strong><br />

Timur<br />

7 KAP. Drs. Sri Marmo Djogosarkoro Jl. Gunung Muria Blok VE No.1<br />

Monang-maning, <strong>Denpasar</strong><br />

8 KAP. Drs Tasnim Ali Widjanarko &<br />

Rekan (Cab)<br />

Gedung Hiswana Migas Bali Lantai 1<br />

Jl. Kepundung No. 12 <strong>Denpasar</strong><br />

9 KAP. Drs Wayan Sunasdyana Jl. Pura Demak I Gang Buntu, No. 89,<br />

<strong>Denpasar</strong><br />

10 KAP Rama Wendra (Cab) Grand Sudirman Blok B No. 10, Jl.<br />

Jend. Sudirman <strong>Denpasar</strong><br />

Sumber: Directory of The Indonesian Institute of Certified Public Accountants (2012)<br />

Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman dan D<strong>isi</strong>plin Kerja Auditor pada Rentang Waktu Penyelesaian<br />

Audit Kantor Akuntan Publik di Bali


Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

Tabel 2<br />

Skor untuk Rentang Waktu Penyelesaian Audit<br />

No. Rentang Waktu Penyelesaian Audit Skor<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

19 hari kerja – 45 hari kerja<br />

46 hari kerja – 71 hari kerja<br />

72 hari kerja – 97 hari kerja<br />

98 hari kerja – diatas 124 hari kerja<br />

Sumber: Wicaksana (2010)<br />

Tabel 3<br />

Hasil Uji Realibilitas<br />

No. Variabel Cronbach<br />

Alpha<br />

4<br />

3<br />

2<br />

1<br />

Keterangan<br />

1 Pengalaman Kerja Auditor 0.948 Reliabel<br />

2 Sistem Akuntansi (X2) 0.949 Reliabel<br />

Sumber: data diolah<br />

N<br />

Normal Parameters a,b<br />

Most Extreme<br />

Differences<br />

Kolmogorov-Smirnov Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

Tabel 4<br />

Hasil Uji Normalitas<br />

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Absolute<br />

Positive<br />

Negative<br />

a. Test distribution is Normal.<br />

b.<br />

Calculated from data.<br />

Unstandardized<br />

Residual<br />

55<br />

,0000000<br />

,67230390<br />

,097<br />

,097<br />

-,070<br />

,722<br />

,674<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

177


178<br />

Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Tabel 5<br />

Hasil Uji Multikolinearitas<br />

Gender<br />

Pelatihan<br />

Pengalaman Kerja<br />

D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />

Coefficients a<br />

a. Dependent Variable: RWPA<br />

(Constant)<br />

Gender<br />

Pelatihan<br />

Pengalaman<br />

Kerja<br />

D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />

Collinearity Statistics<br />

Tolerance VIF<br />

,916 1,092<br />

Tabel 6<br />

Hasil Uji Heteroskedast<strong>isi</strong>tas<br />

Coefficients a<br />

Unstandardized<br />

Coefficients<br />

a. Dependent Variable: ABSOLUT RESIDUAL<br />

,914 1,094<br />

,757 1,322<br />

,794 1,260<br />

Standardized<br />

Coefficients<br />

B<br />

Std.<br />

Error Beta<br />

t Sig.<br />

1,404 ,264 5,311 ,000<br />

-,063 ,050 -,166 -1,248 ,218<br />

-,037 ,050 -,099 -,741 ,462<br />

-,009 ,005 -,268 -1,832 ,073<br />

-,007 ,006 -,179 -1,252 ,216<br />

Tabel 7<br />

Hasil Uji Koef<strong>isi</strong>en Korelasi dan Koef<strong>isi</strong>en Determinasi<br />

Model<br />

1<br />

Model Summary<br />

,741a Adjusted R Std. Error of<br />

R R Square Square the Estimate<br />

,550 ,514 ,69868<br />

a.<br />

Predictors: (Constant), D<strong>isi</strong>plin Kerja, Pelatihan , Gender,<br />

Pengalaman Kerja<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya


LAMPIRAN<br />

Variabel<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

Tabel 8<br />

Hasil Uji F<br />

Tabel 9<br />

Hasil Uji t<br />

Tabel 1<br />

Statistik Deskriptif<br />

N Minimum Maximum Mean Std.<br />

Deviation<br />

Superv<strong>isi</strong> (X1) 82 15,40 56,51 39,592 11,566<br />

Profesionalisme (X2) 82 20,87 68,64 49,371 14,012<br />

Tingkat pendidikan<br />

(X3)<br />

Model<br />

1<br />

Model<br />

1<br />

Komunikasi dalam<br />

tim (X4)<br />

Regression<br />

Residual<br />

Total<br />

ANOVA b<br />

29,791 4 7,448 15,257 ,000a Sum of<br />

Squares df Mean Square F Sig.<br />

24,408 50 ,488<br />

54,198 54<br />

a. Predictors: (Constant), D<strong>isi</strong>plin Kerja, Pelatihan , Gender, Pengalaman Kerja<br />

b. Dependent Variable: RWPA<br />

(Constant)<br />

Gender<br />

Pelatihan<br />

Pengalaman Kerja<br />

D<strong>isi</strong>plin Kerja<br />

a.<br />

Dependent Variable: RWPA<br />

Coefficients a<br />

Unstandardized<br />

Coefficients<br />

Standardized<br />

Coefficients<br />

B Std. Error Beta<br />

t Sig.<br />

-,653 ,522 -1,252 ,216<br />

,046 ,099 ,046 ,464 ,645<br />

,331 ,099 ,331 3,331 ,002<br />

,031 ,010 ,335 3,067 ,003<br />

,042 ,011 ,397 3,729 ,000<br />

82 6,00 23,46 17,032 4,875<br />

82 3,00 11,61 8,638 2,579<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

179


Kinerja auditor (Y) 82 18,98 61,45 45,826 13,461<br />

Valid N (listwise) 82<br />

Sumber: Data Diolah<br />

Tabel 2<br />

Hasil Regresi Linear Berganda<br />

Unstandardized Standardized<br />

Coefficients<br />

Std.<br />

Coefficients<br />

Model<br />

B Error Beta T Sig.<br />

1 (Constant) -5,238 3,213 -1,630 0,107<br />

180<br />

Superv<strong>isi</strong> 0,242 0,081 0,208 3,002 0,004<br />

Profesionalisme 0,503 0,066 0,524 7,595 0,000<br />

Tingkat pendidikan 0,550 0,178 0,199 3,094 0,003<br />

Komunikasi dalam tim 0,840 0,325 0,161 2,587 0,012<br />

R 0,887 a<br />

R 2<br />

Adjusted R 2<br />

0,788<br />

0,776<br />

F hitung 71,347<br />

Signifikansi F 0,000 a<br />

Sumber: Data Diolah<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya


EMPIRISME LOGIS DALAM EFFICIENT MARKET HYPOTHESIS DAN<br />

KETERBATASANNYA<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

I Gusti Ketut Agung Ulupui 6<br />

<strong>Universitas</strong> Udayana <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

This paper discusses the empirical study on the efficient market hypothesis<br />

(EMH), which is a main pillar in the neoclassical finance referred to Ross (2002). But<br />

the way empirical study contains many flaws. Among others, called Popper science is<br />

not merely works by drawing general conclusions by collecting concrete facts<br />

(induction) always justify a theory or a law of science with the facts that support<br />

(verification) but should focus on anomalous fact-finding efforts to the theory or the<br />

laws of science. And proven discovery, many anomalies occur as observed by Jones<br />

(1996). Instead Khun stated that the more anomalous in theory it should be replaced<br />

with other approaches such as the behavioral finance research Du Kai (2004)<br />

This discussion has not decided whether to be a revolution paradigm Khun view<br />

of EMH theory to behavioral finance. But keep in mind is the logical empiricist<br />

approach in the EMH should be placed in the proper context, in the sense that if this<br />

study need to observe the behavior of investors in the behavioral finance information<br />

can be integrated in the EMH. So it does not rule out the existence of other<br />

epistemologies that may be enriching the phenomenon under study.<br />

Keyword: efficient market hypothesis, behavioral finance, epistemologies.<br />

6Alamat Korespondensi: ulupui@yahoo.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Tahapan atau langkah dalam<br />

memperoleh suatu pengetahuan<br />

menurut aliran positivisme logis dan<br />

empirisme logis menuntut adanya<br />

suatu siklus empiris. Positivisme logis<br />

dan empirisme logis memandang ilmu<br />

pengetahuan sebagai sesuatu yang<br />

bersifat terbuka terhadap verifikasi<br />

yang bertindak sebagai garis<br />

demarkasi antara pengetahuan<br />

(ilmiah) dan non-pengetahuan (non<br />

ilmiah). Ada dua prinsip dari ilmu<br />

pengetahuan menurut pandangan<br />

positivisme logis dan empirisme logis<br />

yaitu: (1) terbuka pada verifikasi,<br />

sehingga segala hal yang berhubungan<br />

dengan metaf<strong>isi</strong>k akan ditolak, karena<br />

tidak dapat diverifikasi, (2) rasional;<br />

sehingga tidak berada di luar subjek,<br />

serta kegiatan-kegiatan ilmiah yang<br />

dilakukan menurut pandangan ini<br />

haruslah memenuhi ”contex of<br />

justification” yang berdasarkan pada<br />

ciri-ciri ilmu pengetahuan instrinsic.<br />

Kontruksi rasional tersebut tercermin<br />

di dalam tahapan dalam siklus<br />

empiris. Tahapan-tahapan dalam<br />

siklus empiris: (1) observasi, (2)<br />

hukum universal; (3) teori; dan (4)<br />

hipotesa.<br />

Tulisan ini akan meninjau siklus<br />

empiris dari salah satu bidang teori<br />

dalam ilmu keuangan yaitu Efficient<br />

Market Hypothesis (EMH). Tulisan ini<br />

dimulai dengan apa yang dimaksud<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

181


dengan pasar ef<strong>isi</strong>en (ontologi)<br />

dilanjutkan dengan epistemologi yang<br />

ber<strong>isi</strong> pengujian terhadap pasar ef<strong>isi</strong>en<br />

berikutnya di sebutkan pandangan<br />

Popper dan Kuhn mengenai<br />

keterbatasan studi empiris dan<br />

terakhir mencoba menerapkan<br />

pandangan Popper dan Kuhn tersebut<br />

pada EMH.<br />

II. ONTOLOGI<br />

2.1 Apakah yang dimaksud dengan<br />

Hipotesis Pasar Ef<strong>isi</strong>en.<br />

Secara umum, Beaver (1989)<br />

dalam Hartono (2000) menyatakan<br />

pasar ef<strong>isi</strong>en sebagai hubungan antara<br />

harga-harga sekuritas dengan<br />

informasi. Namun secara detail,<br />

terdapat beberapa pandangan yang<br />

mendefin<strong>isi</strong>kan ef<strong>isi</strong>ensi pasar dalam<br />

beberapa macam defin<strong>isi</strong>, misalnya<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar berdasarkan nilai<br />

instrinsik sekuritas Jadi konsep pasar<br />

yang ef<strong>isi</strong>en d<strong>isi</strong>ni adalah pasar yang<br />

nilai-nilai sekuritasnya tidak<br />

menyimpang dari nilai-nilai<br />

intrinsiknya.<br />

Perkembangan selanjutnya konsep<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar lebih menjurus kepada<br />

aspek akurasi dari return ekspektasi<br />

investor (Fama, 1970), Fama (1970)<br />

mendefin<strong>isi</strong>kan pasar yang ef<strong>isi</strong>en<br />

sebagai berikut:<br />

“Suatu pasar sekuritas dikatakan<br />

ef<strong>isi</strong>en jika harga-harga sekuritas<br />

mencerminkan secara penuh<br />

informasi yang tersedia (a security<br />

market is efficient if security prices<br />

”fully reflect” the information<br />

available).”<br />

Defin<strong>isi</strong> ini menimbulkan banyak<br />

perdebatan. Misalnya Beaver (1989)<br />

menyatakan defin<strong>isi</strong> ini tidak jelas,<br />

tidak operasional dan sirkular. Defin<strong>isi</strong><br />

oleh Fama hanya menunjukkan<br />

perubahan harga saja sudah cukup<br />

untuk mengatakan pasar sudah<br />

ef<strong>isi</strong>en.<br />

Beaver (1970) lebih mengarahkan<br />

kepada ketersediaan informasi. Pasar<br />

dikatakan ef<strong>isi</strong>en terhadap suatu<br />

informasi yang spesifik, jika harga<br />

yang terjadi setelah informasi diterima<br />

182<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />

oleh pelaku pasar sama dengan harga<br />

yang akan terjadi jika setiap orang<br />

mendapatkan informasi tersebut.<br />

Artimya, semua investor mempunyai<br />

pengharapan yang sama atau<br />

kepercayaan yang sama. Harga yang<br />

terjadi di pasar yang ef<strong>isi</strong>en ini disebut<br />

dengan full information price.<br />

Selanjutnya defin<strong>isi</strong> pasar ef<strong>isi</strong>en<br />

menurut kecepatan pasar menyerap<br />

informasi tersebut (Jones, 1995).<br />

Suatu pasar yang ef<strong>isi</strong>en menurut<br />

Jones adalah pasar yang memiliki<br />

sekuritas dimana harga-harga<br />

sekuritasnya secara cepat dan penuh<br />

mencerminkan semua informasi yang<br />

tersedia terhadap aktiva tersebut.<br />

III. EPISTEMOLOGI<br />

Epistemologi, atau teori<br />

pengetahuan, membahas secara<br />

mendalam segenap proses yang<br />

terlihat dalam usaha kita untuk<br />

memperoleh pengetahuan. Ilmu<br />

merupakan pengetahuan yang didapat<br />

melalui proses tertentu yang<br />

dinamakan metode keilmuan. Metode<br />

inilah yang membedakan ilmu dengan<br />

buah pemikiran yang lainnya. Atau<br />

dengan perkataan lain, ilmu adalah<br />

pengetahuan yang diperoleh dengan<br />

menerapkan metode keilmuan. Karena<br />

ilmu merupakan sebahagian dari<br />

pengetahuan, yakni pengetahuan yang<br />

memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu<br />

dapat juga disebut pengetahuan<br />

keilmuan. Untuk itu kita<br />

mempergunakan istilah ilmu untuk<br />

ilmu pengetahuan ( Suriasumantri,<br />

1989).<br />

Salah satu metoda untuk<br />

memperoleh pengetahuan adalah<br />

dengan metoda empiris. Seorang<br />

penganut empirisme biasanya<br />

berpendirian bahwa kita dapat<br />

memperoleh pengetahuan berdasarkan<br />

pengalaman. Pengetahuan diperoleh<br />

dengan perantaraan indera kata<br />

seorang penganut empirisme. John<br />

Locke bapak empirisme Britania<br />

mengatakan bahwa pada waktu<br />

manusia dilahirkan akalnya<br />

merupakan sejenis buku catatan yang


kosong (tabula rasa) dan di dalam<br />

catatan-catatan itu dicatat<br />

pengalaman-pengalaman inderawi.<br />

Menurut Locke, seluruh sisa<br />

pegetahuan kita diperoleh dengan<br />

jalan menggunakan serta<br />

membandingkan ide-ide yang<br />

diperoleh dari penginderaan dan<br />

refleksi yang pertama-tama dan<br />

sederhana tersebut. (Kattsoff, 2004).<br />

Jadi epistemologi bisa disebut suatu<br />

metoda dengan cara bagaimana kita<br />

memperoleh pengetahuan.<br />

Ilmu haruslah sistematis dan<br />

berdasarkan metodologi ilmiah untuk<br />

mencari jawaban terhadap suatu<br />

masalah. Metoda ilmiah mengikuti<br />

prosedur-prosedur tertentu yang<br />

dipergunakan dalam usahanya<br />

memberi jawaban atas pertanyaanpertanyaan<br />

yang dihadapi seorang<br />

ilmuwan. Metoda ilmiah dimulai<br />

dengan melakukan pengamatan dan<br />

kemudian mengakhiri pengamatan itu.<br />

Dalam kajian ilmiah, jika data yang<br />

terkumpul belum mencukupi, maka<br />

diperlukan suatu penyelesaian yang<br />

memungkinkan, yang disebut<br />

hipotesa. Jadi hipotesa merupakan<br />

usulan penyelesaian berupa saransaran<br />

dan sebagai akibatnya harus<br />

dipandang bersifat sementara dan<br />

memerlukan verifikasi. Verifikasi ini<br />

dilakukan dengan mengumpulkan<br />

bukti-bukti yang mendukung. Bahanbahan<br />

bukti yang memperkuat suatu<br />

hipotesa bisa berasal dari: (1) suatu<br />

keterangan yang diketahui harus<br />

cocok dengan hipotesa tersebut; (2)<br />

hipotesa itu harus meramalkan datadata<br />

yang dapat diamati, yang<br />

memang demikian keadaannya<br />

(Kattsoff, 2004). Jika data<br />

mensahihkan hipotesa, maka hipotesa<br />

dianggap benar dan menjadi teori.<br />

Kalau teori mencapai generalisasi yang<br />

umum, maka menjadi dalil.<br />

3.1 Propos<strong>isi</strong> Efficient Markets<br />

Hyphotesis (EMH)<br />

Pasar menurut umum merupakan<br />

tempat pertemuan penjual dan<br />

pembeli dengan r<strong>isi</strong>ko ada untung ada<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

rugi. Pasar tidak hanya berupa pasar<br />

penjual barang-barang tetapi juga<br />

dikenal adanya pasar uang dan pasar<br />

modal. Pada pasar uang perusahaan<br />

dapat memperoleh kebutuhan dana<br />

yang bersifat jangka pendek<br />

sedangkan pada pasar modal<br />

perusahaan dapat memperoleh dana<br />

yang bersifat jangka panjang.<br />

Makalah ini mengartikan pasar<br />

sebagai pasar modal khususnya pasar<br />

modal atau pasar ekuitas. Pembeli di<br />

pasar modal disebut investor. Investor<br />

sebagai pembeli juga sangat<br />

memperhatikan nilai atau harga asset<br />

yang dimilikinya di pasar modal. Hal<br />

ini dapat mempengaruhi investor<br />

untuk melakukan transaksi atau<br />

tidak. Harapan seorang investor dalam<br />

bertransaksi di pasar modal adalah<br />

untuk menghasilkan dividend atau<br />

capital gain. Karena itu, harga yang<br />

terbentuk merupakan konsensus dari<br />

part<strong>isi</strong>pan pasar mengenai nilai dari<br />

aktiva tersebut berdasarkan informasi<br />

yang tersedia. Keadaan ini<br />

menimbulkan suatu propos<strong>isi</strong> dalam<br />

ilmu keuangan, bahwa pasar bereaksi<br />

terhadap informasi yang tersedia di<br />

pasar. Propos<strong>isi</strong> ini dikenal dengan<br />

nama Efficient Markets Hypothesis<br />

(EMH).<br />

3.2 Metodologi Pengujian Ef<strong>isi</strong>ensi<br />

Pasar<br />

Ide tentang pengujian pasar yang<br />

ef<strong>isi</strong>en dituangkan dalam suatu<br />

hipotesis yang disebut dengan<br />

Hipotesis pasar ef<strong>isi</strong>en atau efficient<br />

market hypothesis (EMH). Untuk<br />

mengetahui kebenaran dari hipotesis<br />

ini, maka perlu dilakukan pengujian<br />

empiris untuk masing-masing bentuk<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar.<br />

Fama (1970) membagi pengujian<br />

atas ef<strong>isi</strong>ensi pasar sesuai dengan<br />

bentuk ef<strong>isi</strong>ensi pasarnya dalam tiga<br />

bentuk yaitu: Weak form test, yaitu<br />

seberapa kuat informasi masa lalu<br />

dapat memprediksi tingkat<br />

pengembalian (return) di masa yang<br />

akan dating. Semi-strong form yaitu<br />

menguji seberapa cepat harga<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

183


sekuritas dapat merefleksikan<br />

informasi yang dipublikasikan. Strong<br />

test yaitu untuk menjawab pertanyaan<br />

apakah investor mempunyai informasi<br />

privat yang tidak terefleksikan pada<br />

harga sekuritas (Jogiyanto, 2003).<br />

Fama (1991) selanjutnya<br />

melakukan perubahan terhadap ketiga<br />

macam pengujian bentuk ef<strong>isi</strong>ensi<br />

pasar tersebut yaitu: 1) pengujian<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk lemah diganti<br />

menjadi pengujian-pengujian terhadap<br />

pendugaan return (test for return<br />

predictability.) 2) Pengujian-pengujian<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk setengah kuat<br />

diubah menjadi studi-studi peristiwa<br />

(event study). 3) Pengujian-pengujian<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk kuat diusulkan<br />

menjadi pengujian-pengujian terhadap<br />

informasi privat (test for private<br />

information).<br />

Ketiga perubahan tersebut<br />

disajikan cara atau teknik yang<br />

dilakukan pada masing-masing<br />

pengujian di atas (Hartono, 2000):<br />

1) Pengujian pendugaan return (test<br />

for return predictability)<br />

Ho: Pt = Pt-1<br />

H1: Pt ≠ Pt-1<br />

Sebelum tahun 1970-an, pengujian<br />

pasar bentuk lemah difokuskan pada<br />

prediksi akan harga saham<br />

berdasarkan harga masa lalu. Jika<br />

hipotesis benar berarti perubahan<br />

harga masa lalu tidak berhubungan<br />

dengan harga saham sekarang,<br />

sehingga tidak dapat digunakan untuk<br />

memprediksi harga atau return dari<br />

sekuritas. Oleh karena itu, pengujian<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk lemah<br />

melibatkan pertanyaan apakah<br />

informasi yang terkandung di hargaharga<br />

sekuritas masa lalu yang<br />

berurutan sudah secara penuh<br />

mencerminkan harga sekarang?<br />

Hipotesis untuk menguji bentuk lemah<br />

ini berhubungan dengan hipotesis<br />

langkah acak (random walk<br />

hypothesis). Jika harga-harga<br />

mengikuti pola langkah acak maka<br />

perubahan harga dari waktu ke waktu<br />

sifatnya adalah acak yang<br />

independent. Ini berarti bahwa<br />

184<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />

perubahan harga hari ini tidak ada<br />

hubungannya dengan perubahan<br />

harga kemarin atau hari-hari<br />

sebelumnya.<br />

Karena itu setelah tahun 1970,<br />

pengujian dari ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk<br />

lemah tidak hanya difokuskan pada<br />

variable return atau harga masa lalu<br />

untuk memprediksi return atau harga<br />

masa depan, tetapi juga melibatkan<br />

variable-variabel yang lainnya<br />

misalnya suku bunga, dividend yield<br />

dan lainnya.<br />

Teknik pengujian dari ef<strong>isi</strong>ensi<br />

bentuk lemah ini dapat dilakukan<br />

melalui pengujian statistik atau<br />

pengujian dengan menggunakan<br />

aturan-aturan perdagangan teknis.<br />

Pengujian statistik adalah menguji<br />

hubungan antar variabel dengan<br />

menggunakan korelasi atau regresi<br />

linier atau run test. Sedangkan<br />

pengujian secara aturan perdagangan<br />

teknis adalah dengan melihat pola<br />

cyclical dari pergerakan harga-harga<br />

saham. Pola pergerakan pengujian ini<br />

dilakukan jika pasar tidak ef<strong>isi</strong>en<br />

bentuk lemah, yaitu dengan melihat<br />

pergerakan return dari waktu ke<br />

waktu. Hal ini akan berkaitan dengan<br />

kapan investor harus membeli dan<br />

kapan investor harus menjual<br />

sekuritasnya.<br />

2) Studi Peristiwa<br />

Menurut Kritzman, 1994 event<br />

study mengukur hubungan antara<br />

suatu kejadian yang mempengaruhi<br />

saham dan return dari saham<br />

tersebut. Event study umumnya<br />

digunakan untuk menguji efficient<br />

market hypothesis.<br />

Event study dapat digunakan<br />

untuk menguji kandungan informasi<br />

(information content) dari suatu<br />

pengumuman dan dapat juga<br />

digunakan untuk menguji ef<strong>isi</strong>ensi<br />

pasar bentuk setengah kuat. Pengujian<br />

kandungan informasi dan pengujian<br />

ef<strong>isi</strong>ensi pasar bentuk setengah kuat<br />

merupakan pengujian yang berbeda.<br />

Pengujian kandungan informasi<br />

dimaksudkan untuk melihat reaksi


dari suatu pengumuman. Jika<br />

pengumuman mengandung informasi<br />

maka diharapkan pasar akan bereaksi<br />

pada waktu pengumuman tersebut<br />

diterima oleh pasar. Reaksi pasar<br />

ditunjukkan oleh perubahan harga<br />

dari suatu sekuritas yang<br />

bersangkutan yang dapat diukur<br />

dengan abnormal return. Artinya<br />

suatu pengumuman yang<br />

mengandung informasi akan<br />

memberikan abnormal return kepada<br />

pasar.<br />

Pengujian kandungan informasi<br />

hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi<br />

tidak menguji seberapa cepat pasar itu<br />

bereaksi. Jika pengujian melibatkan<br />

kecepatan reaksi dari pasar untuk<br />

menyerap informasi yang diumumkan,<br />

maka pengujian ini merupakan<br />

pengujian ef<strong>isi</strong>ensi pasar secara<br />

informasi bentuk setengah kuat. Pasar<br />

dikatakan ef<strong>isi</strong>en bentuk setengah<br />

kuat jika investor bereaksi dengan<br />

cepat untuk menyerap abnormal<br />

return untuk menuju ke harga<br />

keseimbangan yang baru. Jika pasar<br />

lambat dalam menyerap abnormal<br />

return dengan lambat, maka pasar<br />

dikatakan tidak ef<strong>isi</strong>en bentuk<br />

setengah kuat.<br />

Pertanyaan yang muncul adalah<br />

bagaimana jika pengumuman suatu<br />

peristiwa tidak menimbulkan abnormal<br />

return? Ada yang menyimpulkan<br />

bahwa pasarnya ef<strong>isi</strong>en setengah kuat.<br />

Alasannya adalah investor tidak<br />

mendapatkan keuntungan luar biasa<br />

yang merugikan orang lain (fair game)<br />

(Hartono, 2003) atau bisa saja terjadi<br />

abnormal return namun abnormal<br />

return tersebut diserap dengan sangat<br />

cepat. Hal ini juga menimbulkan<br />

pertentangan, bagaimana mungkin<br />

pasar disebut ef<strong>isi</strong>en jika tidak terjadi<br />

abnormal return. Tidak ada abnormal<br />

return berarti investor tidak bereaksi,<br />

karena reaksi investor terhadap<br />

informasi yang baru ditunjukkan oleh<br />

abnormal return itu.<br />

3). Pengujian Informasi Privat<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

Pengujian informasi privat<br />

merupakan pengujian pasar ef<strong>isi</strong>en<br />

bentuk kuat. Terdapat permasalahan<br />

dalam pengujian ef<strong>isi</strong>ensi pasar<br />

bentuk kuat. Permasalahannya adalah<br />

informasi privat yang akan diuji<br />

merupakan informasi yang tidak dapat<br />

diobservasi secara langsung. Oleh<br />

karena itu, pengujian ini harus<br />

dilakuakn secara tidak langsung<br />

dengan menggunakan proksi. Proksi<br />

yang digunakan adalah return yang<br />

diperoleh oleh corporate insider dan<br />

return yang diperoleh oleh portfolio<br />

reksadana. Alasannya adalah corporate<br />

insider dan reksa dana dianggap<br />

mempunyai informasi privat di dalam<br />

perdagangan sekuritas. Yang<br />

dimaksud corporate insider adalah<br />

pejabat perusahaan, manajemennya,<br />

direksinya atau pemegang saham<br />

mayoritas yang mempunyai informasi<br />

privat.<br />

Saffe (1974) dalam Hartono (2003)<br />

menunjukkan bahwa membeli suatu<br />

sekuritas yang banyak dibeli oleh<br />

insider dan menjual sekuritas yang<br />

banyak dijual oleh insider dapat<br />

menghasilkan abnormal return yang<br />

tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa<br />

insider tampaknya mempunyai<br />

informasi privat yang belum terefleksi<br />

di harga sekuritas.<br />

Finnerty (1976) menggunakan data<br />

populasi semua kegiatan transaksi<br />

yang dilakuka oleh insider selama<br />

bulan Januari 1969 sampai dengan<br />

Desember 1972. Jumlah sample yang<br />

digunakan adalah sebanyak 30.000<br />

transaksi insider. Hasil penelitian ini<br />

menunjukkan adanya abnormal return<br />

baik untuk transaksi pembelian atau<br />

penjualan sekuritas.<br />

Givoly dan Palmon (1985)<br />

melakukan pengujian dengan cara<br />

yang cerdik yaitu dengan<br />

mengkorelasikan kegiatan insider<br />

dengan informasi yang diumumkan<br />

setelahnya untuk mengetahui apakah<br />

insider menggunakan informasi<br />

tersebut dalam perdagangannya.<br />

Hasilnya menunjukkan ternyata tidak<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

185


ada hubungan antara insider trading<br />

dengan pengumuman tersebut.<br />

Pengujian-pengujian yang<br />

dilakukan di atas, semata-mata<br />

berdasarkan observasi pada dunia<br />

yang nyata. Namun, metoda empirisme<br />

logis dengan melakukan observasi<br />

memiliki keterbatasan.<br />

IV. KETERBATASAN METODA<br />

PENGUJIAN SECARA EMPIRIS<br />

Keterbatasan Metoda Pengujian<br />

Secara Observasi (Empiris); Pertama<br />

observasi yang dilakukan dapat<br />

menimbulkan kesalahan pengukuran.<br />

Hal ini ditandai dengan perhatian yang<br />

tinggi terhadap masalah realibilitas<br />

dan validitas dalam ilmu-ilmu sosial.<br />

Ketika prosedur observasi dan<br />

teknologi pengukuran telah dapat<br />

diperbaiki, kesalahan pengukuran<br />

dapat diminimisasi tetapi hal itu tidak<br />

akan dapat dihilangkan seluruhnya.<br />

Kedua, keterbatasan yang timbul dari<br />

observasi sangat tergantung pada<br />

teori.<br />

Karl Raimund Popper (1902-1994)<br />

menawarkan suatu alternatif untuk<br />

mengatasi berbagai masalah yang<br />

dihadapi oleh empirisme logis yaitu<br />

dengan falsifikasi. Falsifikasi ini timbul<br />

karena ketidakpuasan Popper akan<br />

status keilmiahan suatu teori<br />

ditentukan oleh prinsip pembuktian<br />

teori lewat fakta-fakta (observasi). Karl<br />

Raimund Popper mengatakan ilmu<br />

pengetahuan tidak semata-mata hanya<br />

bekerja berdasarkan penarikan<br />

kesimpulan umum melalui<br />

pengumpulan fakta-fakta konkret<br />

(logika induksi) yang selalu<br />

membenarkan suatu teori atau<br />

hukum ilmu pengetahuan dengan<br />

mengumpulkan fakta-fakta yang<br />

mendukung (verifikasi) melainkan<br />

harus berfokus pada upaya-upayua<br />

menemukan fakta anomali yang dapat<br />

menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />

pengetahuan tersebut. Jadi<br />

berdasarkan penganut aliran falsifikasi<br />

tidak ada suatu teori atau hukum ilmu<br />

pengetahuan yang benar secara<br />

mutlak.<br />

186<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />

Berbeda dengan Thomas Khun<br />

yang memiliki pandangan dan fikiran<br />

yang tidak sama dengan Popper, yang<br />

dimuat dalam salah satu bukunya<br />

yang berjudul The Structure of<br />

Scientific Revolution yang diterbitkan<br />

pada tahun 1962 oleh The Chicago<br />

University press. Menurut Khun ilmu<br />

pengetahuan berkembang dalam<br />

proses histories (dimensi sejarah). Ilmu<br />

pengetahuan yang berkembang<br />

menurut proses historis digambarkan<br />

sebagai berikut:<br />

Tahap pra-paradigma – Tahap<br />

Paradigma – Tahap Kr<strong>isi</strong>s – Tahap<br />

Revolusi.<br />

Khun berpendapat bahwa ilmu<br />

pengetahuan tersebut bukanlah<br />

bersifat tunggal (unified science)<br />

seperti yang dianut oleh aliran<br />

positivisme dan masih meninggalkan<br />

jejaknya pada Karl Raimund Popper<br />

melainkan bersifat jamak atau plural<br />

(plural sience). Menurut Thomas<br />

Khun, ilmuwan selalu bekerja di<br />

bawah satu payung paradigma yang<br />

memuat asumsi-asumsi umum yang<br />

bersifat teoritis, hukum-hukum<br />

ilmuwan tertentu dalam<br />

mengembangkan ilmu<br />

pengetahuannya. Apabila suatu<br />

paradigma sudah tidak sanggup<br />

mempertahankan diri dari desakandesakan<br />

yang ditimbulkan oleh<br />

akumulasi fakta-fakta anomali akan<br />

mendorong lahirnya paradigma baru<br />

yang sama sekali lain dengan<br />

paradigma sebelumnya. Sehingga<br />

menurut Thomas Khun, ilmu<br />

pengetahuan berkembang sebagai<br />

patahan-patahan revolusioner dari<br />

suatu paradigma ke paradigma<br />

lainnya.<br />

4.1 Anomali Pasar Tantangan<br />

Empiris Hipotesis Pasar Ef<strong>isi</strong>en<br />

Karl Raimund Popper mengatakan<br />

ilmu pengetahuan tidak semata-mata<br />

hanya bekerja berdasarkan penarikan<br />

kesimpulan umum melalui<br />

pengumpulan fakta-fakta konkret<br />

(logika induksi) yang selalu<br />

membenarkan suatu teori atau


hukum ilmu pengetahuan dengan<br />

mengumpulkan fakta-fakta yang<br />

mendukung (verifikasi) melainkan<br />

harus berfokus pada upaya-upaya<br />

menemukan fakta anomali yang dapat<br />

menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />

pengetahuan tersebut.<br />

Jones (1996) mendefin<strong>isi</strong>kan<br />

anomaly pasar sebagai teknik atau<br />

strategi yang tampaknya bertentangan<br />

dengan pasar ef<strong>isi</strong>en. Beberapa<br />

anomaly yang banyak mendapat<br />

perhatian adalah anomaly karena<br />

strategi PER rendah (low P/E ratio)<br />

dan anomaly efek ukuran perusahaan<br />

(size effect).<br />

Basu (1977) melakukan penelitian<br />

dengan membandingkan hasil dari<br />

grup dengan PER rendah dan PER<br />

tinggi selama 12 bulan setelah terjadi<br />

pembelian sekuritas. Hasil yang<br />

diperoleh menunjukkan bahwa<br />

sekuritas dengan PER rendah<br />

mengalahkan sekuritas dengan PER<br />

tinggi. Hal ini dikatakan anomaly<br />

karena informasi PER merupakan<br />

informasi yang tersedia luas dan<br />

sudah banyak digunakan oleh pasar<br />

dalam menilai suatu sekuritas. Jika<br />

banyak investor sudah menggunakan<br />

strategi ini seharusnya strategi ini<br />

akan menghasilkan abnormal return.<br />

Akan tetapi kenyataannya strategi ini<br />

tidak dapat menghasilkan abnormal<br />

return, sehingga dianggap suatu<br />

anomaly.<br />

Anomaly pasar juga terjadi pada<br />

perusahaan kecil. Banz (1981)<br />

menemukan bahwa perusahaan NYSE<br />

yang berukuran kecil memberikan<br />

return yang lebih besar dibandingkan<br />

dengan return perusahaanperusahaan<br />

besar.<br />

4.2 Behavioral Finance Tantangan<br />

Teoritis bagi EMH<br />

Menurut Thomas Khun, ilmuwan<br />

selalu bekerja di bawah satu payung<br />

paradigma yang memuat asumsiasumsi<br />

umum yang bersifat teoritis,<br />

hukum-hukum ilmuwan tertentu<br />

dalam mengembangkan ilmu<br />

pengetahuannya. Apabila suatu<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

paradigma sudah tidak sanggup<br />

mempertahankan diri dari desakandesakan<br />

yang ditimbulkan oleh<br />

akumulasi fakta-fakta anomali maka<br />

akan mendorong lahirnya paradigma<br />

baru yang sama sekali lain dengan<br />

paradigma sebelumnya.<br />

Akumulasi dari anomali-anomali<br />

d<strong>isi</strong>kapi sebagai suatu tantangan<br />

terhadap teori EMH, yang merupakan<br />

salah satu pilar dari keuangan<br />

neoklasik. Peneliti telah melihat begitu<br />

banyak terjadi anomali, dan sangat<br />

sedikit penjelasan yang meyakinkan<br />

yang diberikan oleh aliran keuangan<br />

neoklasik sehingga mereka<br />

membutuhkan beberapa perubahan<br />

untuk memperbaiki atau bahkan<br />

mengganti teori yang trad<strong>isi</strong>onal.<br />

Teori behavioral finance—finance<br />

dari sudut pandang sosial yang luas<br />

termasuk psikologi dan sosiologi, telah<br />

muncul untuk memberikan beberapa<br />

rev<strong>isi</strong> terhadap teori trad<strong>isi</strong>onal, dan<br />

bahkan mempunyai kemampuan yang<br />

potensial untuk menggantikan teori<br />

neoklasik keuangan khususnya EMH<br />

(Du Kai, 2004). Kemungkinan ini dapat<br />

terjadi bila dilihat asumsi-asumsi<br />

dasar yang digunakan oleh EMH<br />

kurang kuat. Pertama adalah investor<br />

diasumsikan rasional dan karena itu<br />

menilai saham secara rasional. Kedua,<br />

jika ada investor yang tidak rasional,<br />

perdagangan yang terjadi diantara<br />

mereka bersifat random, karena itu<br />

tidak mempengaruhi harga. Ketiga,<br />

jika investor tidak rasional dalam caracara<br />

yang sama, mereka akan bertemu<br />

di pasar secara arbitrase sehingga<br />

akan mengurangi pengaruh mereka<br />

terhadap harga.<br />

Berbeda dengan EMH yang<br />

menganggap investor rasional menurut<br />

model ekonomi normatif, behavioral<br />

finance pertama menggunakan teori<br />

dan bukti psikologi sebagai<br />

fondasinya, kedua bukti psikologi<br />

menunjukkan bahwa manusia tidak<br />

akan terlalu jauh menyimpang dari<br />

perilaku rasional, penyimpangan<br />

terjadi lebih banyak pada cara-cara<br />

yang sama, sehingga mereka tidak<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

187


akan dapat membatalkan satu sama<br />

lain. Ketiga, berbeda dengan teori<br />

pasar ef<strong>isi</strong>en, behavioral finance<br />

menyatakan bahwa arbitrage di dunia<br />

nyata sangat ber<strong>isi</strong>ko dan karena itu<br />

sifatnya sangat terbatas (Du Kai,<br />

2004).<br />

Dengan demikian, perpindahan<br />

paradigma pada teori keuangan,<br />

ataukah teori keuangan trad<strong>isi</strong>onal<br />

ataupun neoklasik semestinya<br />

memasukkan pertimbangan perilaku<br />

untuk meningkatkan kemampuan<br />

mereka dalam memberi interpretasi.<br />

Sehingga, meskipun EMH bersifat<br />

elegan dan hebat tetapi berbeda<br />

dengan behavioral finance ketika<br />

diterapkan untuk menginterpretasikan<br />

realitas keuangan. Meskipun terdapat<br />

beberapa keterbatasan EMH tetap<br />

merupakan tolok ukur yang penting<br />

bagi prakt<strong>isi</strong> dan ahli ekonomi<br />

keuangan. Hal ini sesuai dengan<br />

pandangan Khun yang apabila dikutip<br />

adalah sebagai berikut:<br />

“Once it has achieved the status of<br />

paradigm, a scientific theory is<br />

declared invalid only if an alternate<br />

candidate is available to take its<br />

place. No process yet disclosed by<br />

the historical study of scientific<br />

development at all resembles the<br />

methological stereotype of<br />

falsification by direct comparison<br />

with nature.” (Du Kai, 2004)<br />

5. PENUTUP<br />

Makalah ini membahas mengenai<br />

studi empiris pada efficient market<br />

hypothesis (EMH) yang merupakan<br />

pilar utama dalam keuangan neoklasik<br />

sebagaimana disebut Ross (2002).<br />

Namun dalam perjalanannya telaah<br />

empiris yang dilakukan mengandung<br />

banyak kelemahan. Antara lain<br />

disebut Popper ilmu pengetahuan<br />

tidak semata-mata hanya bekerja<br />

berdasarkan penarikan kesimpulan<br />

umum melalui pengumpulan faktafakta<br />

konkret (logika induksi) yang<br />

selalu membenarkan suatu teori atau<br />

hukum ilmu pengetahuan dengan<br />

mengumpulkan fakta-fakta yang<br />

188<br />

Empirisme Logis dalam Efficient Market Hypothesis dan Keterbatasannya<br />

mendukung (verifikasi) melainkan<br />

harus berfokus pada upaya-upaya<br />

menemukan fakta anomali yang dapat<br />

menggugurkan teori atau hukum ilmu<br />

pengetahuan tersebut. Dan terbukti<br />

penemuan anomali-anomali ini banyak<br />

terjadi misalnya yang diamati oleh<br />

Jones (1996). Sebaliknya Khun<br />

menyatakan jika semakin banyak<br />

anomaly maka sebaiknya teori itu<br />

diganti dengan pendekatan lain<br />

misalnya dengan behavioral finance<br />

seperti penelitian Du Kai (2004).<br />

Pembahasan ini belum<br />

memutuskan apakah perlu terjadi<br />

revolusi paradigma seperti pandangan<br />

Khun dari teori EMH ke behavioral<br />

finance. Namun yang perlu<br />

diperhatikan adalah pendekatan<br />

empirisme logis dalam EMH perlu<br />

ditempatkan dalam konteks yang<br />

tepat, dalam arti jika memang<br />

penelitian ini perlu mengamati prilaku<br />

investor dalam memperoleh informasi<br />

maka behavioral finance dapat<br />

diintegrasikan dalam EMH. Sehingga<br />

tidak menyampingkan adanya<br />

epistemologi lain yang barangkali<br />

dapat memperkaya fenomena yang<br />

diteliti.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Kai Du. (2004). Efficient Markets<br />

Hypothesis and Behavioral<br />

Finance. JEL Classification: B00,<br />

B49, G14., hal.1-90<br />

Kritzman P.M. (1994). About Event<br />

Studies, What Practitioners Need<br />

to Know. Financial Analyst<br />

Journal., hal 17-20<br />

Hartono, J.H.M. (2003). Teori Portofolio<br />

dan Anal<strong>isi</strong>s Investasi. BPFE-UGM,<br />

Yogyakarta, Ed3.<br />

Verhaak & R. Haryono Imam. (1995).<br />

Filsafat Ilmu Pengetahuan. Penerbit<br />

PT Gramedia Pustaka Utama,<br />

Jakarta.


Kattsoff.L.O. alih bahasa: Soejono<br />

Soemargono. (2004). Pengantar<br />

Filsafat. Tiara Wacana, Jogja.<br />

Khun S. Thomas.(1970). The Structure<br />

of Scintific Revolutions.<br />

International Encyclopedia of<br />

Unified Science. The University of<br />

Chicago Press, vol 1&2.<br />

Vol. 2, No.2, Agustus 2012<br />

Popper R. Karl. (1992). The Logic of<br />

Scientific Discovery. London and<br />

New York.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

189


PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE PADA<br />

KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN<br />

DI BURSA EFEK INDONESIA<br />

I Komang Arthana 7<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

ABSTRACT<br />

Corporate Governance (CG) is a way to ensure that management acts the best for<br />

the stakeholders’ interest. The research that links the application of corporate<br />

governance and corporate performance has been conducted by several researchers.<br />

The result of this research shows inconsistency. This research aims to examine the<br />

effect of corporate governance disclosure. This research uses company’s profitability<br />

ratio control variable, that is return on equity (ROE) and company size (size) by using<br />

the natural logarithm of total assets (total assets). This research uses the banking<br />

company with concentrated share ownership in Indonesia Stock Exchange in the<br />

period of 2004-2008 as a research sample.<br />

The results of the test indicate regression model has not faced classical<br />

assumption problem. The hypothesis testing shows the effect of the corporate<br />

governance (CG) to the market performance. ROE control variable and size has no<br />

effect on market performance as well as the market response and having positive<br />

assessment on Corporate Governance (CG) companies. This is probably beacuse CG<br />

is a necessity not just as compliance to the regulations. Management in general is<br />

interested in long-term benefits for the implementation of CG.<br />

Keywords: Corporate governance, ROE, Size, market performance.<br />

7Alamat Korespondensi: fenkqajuz@yahoo.com<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Corporate governance (CG)<br />

merupakan suatu cara untuk<br />

menjamin bahwa manajemen<br />

bertindak yang terbaik untuk<br />

kepentingan stakeholders.<br />

Pelaksanaan good corporate<br />

governance menuntut adanya<br />

perlindungan yang kuat terhadap hakhak<br />

pemegang saham, terutama<br />

pemegang saham minoritas. Prinsipprinsip<br />

atau pedoman pelaksanaan<br />

corporate governance memuat adanya<br />

perlindungan tersebut. Corporate<br />

governance merupakan sistem yang<br />

mengatur dan mengendalikan<br />

perusahaan untuk menciptakan nilai<br />

tambah (value added) untuk semua<br />

stakeholder.<br />

Indonesia mulai memberi respon<br />

pada permintaan pasar mengenai<br />

corporate governance dengan<br />

membentuk sebuah komite yang<br />

disebut dengan Komite Nasional<br />

tentang Kebijakan Corporate<br />

governance (KNKCG) yang dibentuk<br />

pada Tahun 1999 berdasarkan<br />

Keputusan Menko Ekuin Nomor:<br />

KEP/31/M.EKUIN/08/1999. Komite<br />

ini kemudian menerbitkan pedoman<br />

corporate governance bagi perusahaan<br />

di Indonesia pada tahun 2001.<br />

Pengadopsian pedoman tersebut<br />

bersifat sukarela, kecuali beberapa<br />

bagian yang diwajibkan oleh badan<br />

190 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


erwenang seperti Bapepam dan Bursa<br />

Efek Indonesia.<br />

Corporate governance tidak hanya<br />

menarik dari s<strong>isi</strong> penerapannya.<br />

Pengungkapan corporate governance<br />

juga menjadi aspek penting karena<br />

bentuk pengungkapan yang dilakukan<br />

perusahaan diyakini akan<br />

mempengaruhi kinerja pasar<br />

perusahaan. Salah satu prinsip<br />

corporate governance yaitu<br />

transparansi menghendaki agar<br />

perusahaan melakukan keterbukaan<br />

informasi baik dalam proses<br />

pengambilan keputusan maupun<br />

dalam mengungkapkan informasi<br />

material dan relevan mengenai<br />

perusahaan. Stakeholder theory<br />

menyatakan bahwa manajemen<br />

perusahaan diharapkan melakukan<br />

aktivitas-aktivitas yang diharapkan<br />

para stakeholder dan melaporkan<br />

aktivitas-aktivitas tersebut kepada<br />

mereka. Teori ini berpandangan bahwa<br />

akuntabilitas organisasional tidak<br />

hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />

atau keuangan saja sehingga<br />

perusahaan perlu melakukan<br />

pengungkapan tentang corporate<br />

governance dan informasi lainnya<br />

melebihi dari yang diharuskan<br />

(mandatory) oleh badan yang<br />

berwenang.<br />

Penelitian mengenai praktik<br />

pengungkapan corporate governance<br />

telah dilakukan oleh beberapa peneliti.<br />

Collett dan Hrasky (2005) dalam<br />

Sharma dan Singh (2009) meneliti<br />

pengungkapan informasi corporate<br />

governance antar perusahaan dan<br />

ketertarikan untuk mencari dana di<br />

pasar modal baik melalui penerbitan<br />

saham maupun utang. Hasil<br />

penelitiannya menunjukkan hanya 29<br />

perusahaan Australia yang melakukan<br />

pengungkapan corporate governance<br />

dan memiliki variasi yang berbeda<br />

antar perusahaan. Sharma dan Singh<br />

(2009) meneliti praktik pengungkapan<br />

corporate governance pada empat jenis<br />

perusahaan industri di India yaitu<br />

software, tekstil, gula, dan kertas.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

tidak ada perbedaan signifikan tingkat<br />

pengungkapan corporate governance<br />

pada keempat jenis industri.<br />

Penelitian yang menghubungkan<br />

pengungkapan corporate governance<br />

dengan kinerja perusahaan juga<br />

dilakukan oleh beberapa peneliti. Fong<br />

dan Shek (2009) meneliti pengaruh<br />

pengungkapan corporate governance<br />

pada kinerja perusahaan pengembang<br />

properti di Cina dan Hongkong yang<br />

dikendalikan keluarga. Hasil<br />

penelitiannya menunjukkan bahwa<br />

pengungkapan corporate governance<br />

berpengaruh positif pada kinerja<br />

perusahaan. Kusumawati dan Riyanto<br />

(2005) menemukan bahwa<br />

pengungkapan corporate governance<br />

berpengaruh positif pada nilai<br />

perusahaan.<br />

Berdasarkan latar belakang<br />

tersebut penelitian ini ingin meneliti<br />

kembali pengaruh pengungkapan<br />

corporate governance pada kinerja<br />

pasar perusahaan. Penelitian ini<br />

menggunakan perusahaan perbankan<br />

yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa Efek Indonesia<br />

yang memiliki saham terkonsentrasi.<br />

Perusahaan perbankan dipilih karena<br />

memiliki regulasi yang lebih ketat<br />

sehingga penerapan corporate<br />

governance cenderung lebih intensif.<br />

Perbankan juga merupakan<br />

perusahaan yang memiliki<br />

akuntabilitas publik yang tinggi<br />

sehingga lebih banyak informasi yang<br />

harus diungkapkan.<br />

II. KAJIAN PUSTAKA DAN<br />

PENGEMBANGAN HIPOTESIS<br />

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)<br />

Teori yang terkait dengan corporate<br />

governance adalah agency theory.<br />

Jensen dan Meckling (1976)<br />

mengemukakan teori keagenan yang<br />

menjelaskan hubungan antara<br />

manajemen perusahaan (agen) dan<br />

pemegang saham (prinsipal). Dalam<br />

hubungan keagenan (agency<br />

relationship) terdapat suatu kontrak<br />

satu orang atau lebih (prinsipal)<br />

memerintah orang lain (agen) untuk<br />

melakukan suatu jasa atas nama<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

191


prinsipal dan memberi wewenang<br />

kepada agen untuk membuat<br />

keputusan yang terbaik bagi prinsipal.<br />

Untuk itu manajemen diberikan<br />

sebagian kekuasaan untuk membuat<br />

keputusan bagi kepentingan terbaik<br />

pemegang saham. Oleh karena itu,<br />

manajemen wajib<br />

mempertanggungjawabkan semua<br />

upayanya kepada pemegang saham.<br />

Karena unit anal<strong>isi</strong>s dalam teori<br />

keagenan adalah kontrak yang<br />

melandasi hubungan antara prinsipal<br />

dan agen, maka fokus dari teori ini<br />

adalah pada penentuan kontrak yang<br />

paling ef<strong>isi</strong>en yang mendasari<br />

hubungan antara prinsipal dan agen.<br />

Untuk memotivasi agen maka prinsipal<br />

merancang suatu kontrak agar dapat<br />

mengakomodasi kepentingan pihakpihak<br />

yang terlibat dalam kontrak<br />

keagenan.<br />

2.2 Stakeholder Theory<br />

Teori lain berusaha menjelaskan<br />

dan menganal<strong>isi</strong>s corporate<br />

governance. Masing-masing teori<br />

menjelaskan corporate governance<br />

berdasar perspektif yang berbeda.<br />

Dapat dikatakan pula stakeholder<br />

theory sebagai teori pendukung dari<br />

agency theory. Stakeholder teory<br />

menurut Friedman dan Miles dalam<br />

Kiroyan (2006) menyebutkan defin<strong>isi</strong><br />

stakeholder yang saat ini diterima<br />

secara luas adalah kelompok atau<br />

orang perorangan yang berdampak<br />

terhadap atau dapat terkena dampak<br />

pencapaian tujuan organisasi. Teori<br />

Keagenan (Agency theory) muncul dari<br />

d<strong>isi</strong>plin keuangan dan keuangan<br />

sedangkan Teori Pemangku<br />

Kepentingan (Stakeholder Teory)<br />

muncul dari perspektif yang<br />

berorientasi pada aspek sosial<br />

(Warsono,2009).<br />

Penganut stakeholder theory<br />

berpandangan bahwa perusahaan<br />

bukan merupakan kumpulan berbagai<br />

aset yang dimiliki oleh pemegang<br />

saham perusahaan yang<br />

bersangkutan, melainkan suatu<br />

kumpulan hubungan antara<br />

perusahaan dengan pemangku<br />

kepentingan internal (pemilik,<br />

karyawan, dan para menajer) serta<br />

pemangku kepentingan eksternal yang<br />

sama pentingnya, yaitu para<br />

pelanggan, pemasok, pasaing, dan<br />

kelompok-kelompok kepentingan<br />

lainnya, yang terikat dalam<br />

pengaturan formal maupun tidak<br />

formal. Ada jaringan kepentingan yang<br />

saling terkait menciptakan nilai<br />

tambah bagi perusahaan yang tidak<br />

akan didapatkannya sendiri. Selain<br />

itu, teori ini menganggap bahwa<br />

akuntabilitas organisasional tidak<br />

hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />

atau keuangan saja sehingga<br />

perusahaan perlu melakukan<br />

pengungkapan tentang corporate<br />

governance dan informasi lainnya<br />

melebihi dari yang diharuskan<br />

(mandatory) oleh badan yang<br />

berwenang.<br />

Pengungkapan corporate<br />

governance juga menjadi aspek penting<br />

karena bentuk pengungkapan yang<br />

dilakukan perusahaan diyakini akan<br />

mempengaruhi kinerja pasar<br />

perusahaan. Salah satu prinsip<br />

corporate governance yaitu<br />

transparansi menghendaki agar<br />

perusahaan melakukan keterbukaan<br />

informasi baik dalam proses<br />

pengambilan keputusan maupun<br />

dalam mengungkapkan informasi<br />

material dan relevan mengenai<br />

perusahaan. Stakeholder theory<br />

menyatakan bahwa manajemen<br />

perusahaan diharapkan melakukan<br />

aktivitas-aktivitas yang diharapkan<br />

para stakeholder, dan melaporkan<br />

aktivitas-aktivitas tersebut kepada<br />

mereka. Teori ini berpandangan bahwa<br />

akuntabilitas organisasional tidak<br />

hanya terbatas pada kinerja ekonomi<br />

atau keuangan saja sehingga<br />

perusahaan perlu melakukan<br />

pengungkapan tentang corporate<br />

governance dan informasi lainnya<br />

melebihi dari yang diharuskan<br />

(mandatory) oleh badan yang<br />

berwenang.<br />

192 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


Penelitian yang menghubungkan<br />

pengungkapan corporate governance<br />

dengan kinerja dan nilai perusahaan<br />

juga dilakukan oleh beberapa peneliti.<br />

Fong dan Shek (2009) meneliti<br />

pengaruh pengungkapan corporate<br />

governance pada kinerja perusahaan<br />

pengembang properti di Cina dan<br />

Hongkong yang dikendalikan keluarga.<br />

Hasil penelitiannya menunjukkan<br />

bahwa pengungkapan corporate<br />

governance berpengaruh positif pada<br />

kinerja perusahaan. Kusumawati dan<br />

Riyanto (2005) menemukan bahwa<br />

pengungkapan corporate governance<br />

berpengaruh positif pada nilai<br />

perusahaan.<br />

Berdasarkan landasan teori dan<br />

penelitian sebelumnya maka hipotesis<br />

yang dikembangkan adalah corporate<br />

governance disclosure berpengaruh<br />

positif pada kinerja pasar<br />

III. METODE PENELITIAN<br />

3.1 Sampel Penelitian<br />

Populasi dalam penelitian ini<br />

adalah perusahaan-perusahaan<br />

perbankan yang ter<strong>daftar</strong> di Bursa<br />

Efek Indonesia pada tahun 2004-2008.<br />

Pemilihan sampel penelitian<br />

didasarkan pada metoda<br />

nonprobability sampling tepatnya<br />

metoda purposive sampling, yaitu<br />

teknik pengambilan sampel dengan<br />

pertimbangan/kriteria tertentu<br />

(Sugiyono, 2008). Adapun kriteria yang<br />

digunakan untuk memilih sampel<br />

pada penelitian ini adalah sebagai<br />

berikut.<br />

1) Perusahaan sampel menerbitkan<br />

annual report selama perioda<br />

pengamatan.<br />

2) Perusahaan sampel adalah<br />

perusahaan dengan kepemilikan<br />

terkonsentrasi. Kepemilikan<br />

terkonsentrasi diidentifikasi dengan<br />

melihat adanya persentase<br />

kepemilikan saham 50 persen atau<br />

lebih. Hal ini mengacu pada PSAK 4<br />

tentang Laporan Keuangan<br />

Konsolidasi, PSAK 7 tentang<br />

Pengungkapan Pihak-pihak Yang<br />

Mempunyai Hubungan Istimewa,<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

PSAK 22 tentang Akuntansi<br />

Penggabungan Usaha, dan PSAK 38<br />

tentang Akuntansi Restrukturisasi<br />

Entitas Sipengendali (SAK:2009).<br />

Ini berarti bahwa pemegang saham<br />

dikatakan memiliki kendali apabila<br />

memiliki saham 50 persen atau<br />

lebih.<br />

3.2 Defin<strong>isi</strong> Operasional Variabel<br />

1) Corporate governance disclosure<br />

Variabel independen penelitian ini<br />

adalah corporate governance.<br />

Variabel ini diukur dengan<br />

menggunakan instrumen yang<br />

dikembangkan sendiri yang<br />

merupakan perpaduan indikator<br />

dari KNKCG, FCGI, dan penelitian<br />

yang dilakukan oleh Khomsiyah<br />

(2005), Kusumawati dan Riyanto<br />

(2005), serta Kusumawati (2005).<br />

Indeks pengungkapan corporate<br />

governance dalam penelitian ini<br />

diukur dengan 90 item<br />

pengungkapan (lampiran 2).<br />

Pemberian skor dilakukan secara<br />

dikotomi, diberi skor 1 bila<br />

diungkapkan dan skor 0 bila tidak<br />

diungkapkan. Selanjutnya dari<br />

setiap item dijumlahkan untuk<br />

memperoleh keseluruhan skor<br />

untuk setiap perusahaan. Indeks<br />

corporate governance kemudian<br />

dihitung dengan menggunakan<br />

rumus sebagai berikut.<br />

ICG J<br />

<br />

<br />

Nij<br />

Xij<br />

..........<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

......(<br />

193<br />

1)<br />

Keterangan:<br />

ICGj: Indeks pengungkapan<br />

corporate governance<br />

perusahaan j<br />

Nj: jumlah item pengungkapan<br />

perusahaan j, nj = 90<br />

Xij: dummy variable: 1 = jika item<br />

i diungkapkan; 0 = jika item i<br />

tidak diungkapkan<br />

2) Kinerja Pasar<br />

Kinerja pasar pada penelitian ini<br />

diukur dengan rasio price to book<br />

value (PBV). Rasio ini mengukur<br />

nilai yang diberikan pasar


keuangan kepada manajemen dan<br />

organisasi sebagai perusahaan<br />

yang terus bertumbuh. Rasio PBV<br />

merupakan perbandingan antara<br />

harga saham dengan nilai buku<br />

ekuitas (Aggarwal et al.,, 1992 dan<br />

Wirawati, 2008).<br />

3) Tingkat Profitabilitas Perusahaan<br />

Profitabilitas perusahaan<br />

merupakan tingkat kemampuan<br />

perusahaan untuk menghasilkan<br />

keuntungan atau laba.<br />

Profitabilitas merupakan tingkat<br />

keuntungan bersih yang berhasil<br />

diperoleh perusahaan dalam<br />

menjalankan operasinya. Rasio<br />

profitabilitas perusahaan dalam<br />

penelitian ditinjau dari return on<br />

equity (ROE). Return on equity<br />

(ROE) adalah perbandingan antara<br />

jumlah laba yang tersedia bagi<br />

pemilik modal sendiri disatu pihak<br />

dengan jumlah modal sendiri yang<br />

menghasilkan laba tersebut dilain<br />

pihak atau dengan kata lain<br />

profitabilitas modal sendiri adalah<br />

kemampuan suatu perusahaan<br />

dengan modal sendiri yang bekerja<br />

didalamnyua untuk menghasilkan<br />

keuntungan (Riyanto, 2002:44).<br />

4) Ukuran perusahaan<br />

Pengaruh ukuran perusahaan<br />

terhadap corporate governance<br />

diukur dengan menggunakan total<br />

aktiva. Perusahaan besar dapat<br />

memiliki masalah keagenan yang<br />

lebih besar (karena lebih sulit<br />

untuk dimonitor) sehingga<br />

membutuhkan corporate<br />

governance yang lebih baik. Dengan<br />

demikian, penelitian ini<br />

memasukkan variabel ukuran<br />

perusahaan sebagai variabel<br />

kontrol. Penelitian ini<br />

menggunakan total aktiva sebagai<br />

proksi untuk mengukur variabel<br />

ukuran perusahaan, karena nilai<br />

total aktiva yang dapat disajikan<br />

secara historis dianggap lebih stabil<br />

dan lebih dapat mencerminkan<br />

ukuran perusahaan. Nilai total<br />

aktiva dalam penelitian ini dengan<br />

menggunakan satuan jutaan<br />

(000.000) Rupiah.<br />

Anal<strong>isi</strong>s data dilakukan dengan<br />

menggunakan teknik anal<strong>isi</strong>s regresi<br />

linear berganda. yang didahului<br />

dengan pengujian asumsi klasik.<br />

Pengujian asumsi klasik yang<br />

dilakukan dalam penelitian ini terdiri<br />

dari uji normalitas, multikolinearitas,<br />

dan heteroskedast<strong>isi</strong>tas. Persamaan<br />

Regresi Berganda dalam penelitian ini<br />

dapat disajikan sebagai berikut:<br />

Y = α+b0 + b1 CGD + b2ROE + b3 Size+<br />

e..............................................(2)<br />

Keterangan:<br />

Y = Kinerja Pasar<br />

b0 = Konstanta<br />

b1, b2 , b3 = Koef<strong>isi</strong>en Regresi<br />

e = Variabel Pengganggu<br />

CGD = corporate governance<br />

disclosure<br />

ROE = return on equity<br />

Size = Ukuran Perusahaan<br />

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Sampel yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah sebanyak 64<br />

pengamatan perusahaan perbankan<br />

selama periode 2004-2008. Jumlah<br />

sampel untuk masing-masing tahun<br />

berbeda-beda yaitu pada Tahun 2006<br />

dan 2008 masing-masing sebanyak 13<br />

perusahaan, Tahun 2004 sebanyak 12<br />

perusahaan, Tahun 2005 sebanyak 11<br />

perusahaan sedangkan Tahun 2007<br />

sebanyak 15 perusahaan. Tabel 1<br />

(Lampiran) menunjukkan secara ratarata<br />

jumlah perusahaan yang<br />

persentase kepemilikannya<br />

terkonsentrasi meningkat pada Tahun<br />

2007 dan mengalami penurunan<br />

pada Tahun 2008.<br />

Tabel 2 (Lampiran) menunjukkan<br />

bahwa nilai adjusted R 2 adalah 0,251.<br />

Ini berarti bahwa varian dari variabel<br />

bebas yaitu corporate governance<br />

disclosur mampu menjelaskan varian<br />

variabel terikat (kinerja pasar) sebesar<br />

25,10 persen, sedangkan sisanya<br />

sebesar 74,90 persen dijelaskan oleh<br />

194 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


variabel lain yang tidak dimasukkan<br />

dalam model.<br />

Pada Tabel 4 (Lampiran) dapat<br />

diketahui Variabel bebas corporate<br />

governance disclosure berpengaruh<br />

terhadap kinerja pasar dengan tingkat<br />

signifikansi 0,000 < 0,05. Ini berarti<br />

hipotesis yang diajukan didukung<br />

dalam penelitian ini. Variabel kontrol<br />

profitabilitas dengan menggunakan<br />

ROE menunjukkan tidak berpengaruh<br />

pada kinerja pasar dengan tingkat<br />

signifikansi 0,920>0,05. Begitu halnya<br />

dengan melihat ukuran perusahaan<br />

menunjukkan tidak adanya pengaruh<br />

dengan tingkat signifikansi 0,715 ><br />

0,05.<br />

Hasil penelitian ini menunjukkan<br />

bahwa pengungkapan corporate<br />

governance berpengaruh terhadap<br />

kinerja pasar perusahaan. Ini<br />

dibuktikan dengan nilai signifikansi<br />

yang diperoleh sebesar 0,00. Hasil<br />

tersebut konsisten hasil penelitian<br />

sebelumnya Klapper dan Love (2002)<br />

dalam Herawaty (2007), Collett dan<br />

Hrasky (2005) dalam Sharma dan<br />

Singh (2009) Fong dan Shek (2009)<br />

Kusumawati dan Riyanto (2005).<br />

Hubungan corporate governance<br />

dengan Kinerja pasar memiliki<br />

hubungan endogenity yang artinya<br />

perusahaan memiliki nilai pasar yang<br />

tinggi memiliki kecenderungan untuk<br />

menerapkan corporate governance<br />

dengan baik (Black et al, 2003).<br />

Kompleksnya kegiatan di dunia<br />

bank menyebabkan semakin tinggi<br />

pula resiko dan tantangan. Oleh<br />

karena itu penerapan corporate<br />

governance sangat diperlukan agar<br />

tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.<br />

Implementasi corporate governance<br />

diharapkan dapat menambah dan<br />

memaksimalkan kinerja perusahaan<br />

yang salah satunya nilai pasar<br />

perusahaan. Harapan yang ingin<br />

dicapai nantinya berkontribusi dengan<br />

meningkatnya nilai harga saham di<br />

pasar saham. Meningkatnya harga<br />

saham mendorong ketertarikan<br />

investor untuk menanam investasinya.<br />

Aktualisasi corporate governance<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

mendorong peningkatan kualitas<br />

layanan mencapai service leader, serta<br />

pengembangan bisnis di berbagai<br />

segmen dan perluasan jaringan<br />

pelayanan.<br />

V. SIMPULAN, KETERBATASAN<br />

DAN SARAN<br />

5.1 Simpulan<br />

Berdasarkan rumusan masalah,<br />

tujuan, landasan teori, hipotesis dan<br />

hasil pengujian yang dilakukan, maka<br />

dapat d<strong>isi</strong>mpulkan bahwa Corporate<br />

Governance Disclosure berpengaruh<br />

pada kinerja perusahaan perbankan<br />

yang diproksikan dengan PBV. Hal ini<br />

berarti pasar memberikan penilaian<br />

pada Corporate Governance Disclosure<br />

perusahaan. Dengan demikian dapat<br />

dikatakan bahwa 90 item<br />

pengungkapan yang diproksikan<br />

dengan indikator dari KNKCG, FCGI,<br />

Khomsiyah (2005), Fong dan Shek<br />

(2009) dapat mempengaruhi kinerja<br />

pasar perusahaan. Profitabilitas (ROE)<br />

dan ukuran perusahaan (size) yang<br />

digunakan sebagai variabel kontrol<br />

tidak berpengaruh pada kinerja pasar.<br />

Ini berarti pasar tidak memberikan<br />

penilaian pada ROE dan size. Studi ini<br />

mendukung studi sebelumnya.<br />

5.2 Keterbatasan dan Saran<br />

Penelitian ini memiliki beberapa<br />

keterbatasan, yang apabila diatasi<br />

pada penelitian selanjutnya akan<br />

dapat memperbaiki hasil penelitian.<br />

Beberapa saran yang dapat<br />

dikemukakan dalam kaitannya dengan<br />

keterbatasan penelitian ini adalah<br />

sebagai berikut.<br />

1) Pemilihan sampel dalam penelitian<br />

ini hanya menggunakan<br />

perusahan perbankan dengan<br />

kepemilikan terkonsentrasi.<br />

Penelitian selanjutnya diharapkan<br />

dapat menggunakan jenis industri<br />

yang berbeda dan memperpanjang<br />

periode pengamatan. Tujuan<br />

menggunakan jenis perusahaan<br />

yang berbeda dengan maksud<br />

apakah penelitian sejenis dengan<br />

obyek yang berbeda dapat<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

195


digeneralisasi. Periode pengamatan<br />

diperpanjang dengan periode<br />

waktu di masa yang akan datang<br />

dengan harapan apakah ada<br />

perbedaan pengaruh dengan<br />

waktu jangka panjang.<br />

2) Item-item pengungkapan dalam<br />

variabel ini menggunakan 90<br />

indikator pengungkapan dalam<br />

penelitian ini mengacu pada<br />

indikator dari KNKCG, FCGI,<br />

Khomsiyah (2005), Fong dan Shek<br />

(2009). Penelitian selanjutnya<br />

dapat memperbaharui dan<br />

menambah item pengungkapan<br />

dengan berbagai sumber yang ada.<br />

Penambahan pengungkapan pada<br />

umumya mengalami perubahan<br />

dan penambahan setiap waktunya.<br />

3) Begitu halnya dalam penggunaan<br />

variabel kontrol seperti ukuran<br />

perusahaan (Size) dalam penelitian<br />

selanjutnya bisa menggunakan<br />

ukuran perusahaan yang lain<br />

seperti total penjualan dan<br />

kapitalisasi pasar.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Aggarwal, Raj, Takato Hiraki, dan<br />

Ramesh P. Rao. 1992. Price/Book<br />

Value Ratios and Equity Return on<br />

the Tokyo Stock Exhange:<br />

Empirical Evidence of an<br />

Anomalous Regularity. The<br />

Financial Review. Vol. 27, No. 4,<br />

pp. 589-605.<br />

Bai, C., Liu, Q., Lu, J., Song, dan<br />

Zhang (2002) Corporate governance<br />

and firm valuations in China.<br />

Working paper.<br />

Bartholomeusz S and Tanewski G A<br />

(2006), “The Relationship Between<br />

Family Firms and Corporate<br />

governance”, Journal of Small<br />

Business Management, Vol. 44, No.<br />

2, pp. 245-267.<br />

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor<br />

Publik di Indonesia, Ed<strong>isi</strong> 1.<br />

Yogyakarta: BPFE UGM.<br />

Black, B.S., Jang, H., & Kim, W (2003)<br />

Does Corporate governance affect<br />

firm value? Evidancd from Korea,<br />

Diambil dari http://papers<br />

.ssrn.com.<br />

Braun M and Sharma A (2007),<br />

“Should the CEO also be the Chair<br />

of the Board?An Empirical<br />

Examination of Family-Controlled<br />

Public Firms”, Family Business<br />

Review, Vol. 20, No. 2, pp. 111-<br />

126.<br />

Berle, Adolph dan Means, Gardiner<br />

(1932). The Modern Corporation<br />

and Private Property. MacMillan,<br />

New York, N.Y.<br />

Claeesens. S & Fan, J.P.H (2003)<br />

Corporate governance in Asia: A<br />

survey Internasional Review of<br />

Finance.<br />

Collet, Peter and S. Hrasky. (2005).<br />

Voluntary Disclosure of Corporate<br />

Governance Practices by Listed<br />

Australian Companie’s. Corporate<br />

Governance. Vol. 13, No. 2: 188-<br />

196.<br />

Colgan, P. Mc. 2001. Agency Theory<br />

and Corporate governance: A<br />

Review of the Literature from a UK<br />

Perspective. Working Paper.<br />

Darmawati, Khomsyiah dan Rika Gelar<br />

R, (2005), “Hubungan Corporate<br />

Governance dan Kinerja<br />

Perusahaan”, Jurnal Riset<br />

Akuntansi Indonesia, Yogyakarta,<br />

Ikatan Akuntan Indonesia<br />

Kompartemen Akuntan Publik, Vol<br />

8, No. 1, Januari 2005.<br />

Eisenhardt, K.M (1989) Agency Theory:<br />

An assessment and review.<br />

Academy of Management Review.<br />

Fong, S. C. C. and W. W. Y. Shek<br />

(2009). “Corporate governance<br />

Disclosure and Company<br />

Performance of Hong Kong-Based<br />

and China-Based Family-Controlled<br />

196 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


Property Development Companies,<br />

The IUP Journal of Corporate<br />

governance, Vol. VIII, Nos. 3 & 4,<br />

2009<br />

Forum for Corporate governance in<br />

Indonesia (2001). “ Tata Kelola<br />

Perusahaan” Seri Tata kelola<br />

Perusahaan, Jilid I Ed<strong>isi</strong> ke 3<br />

Jakarta.<br />

Gunarsih, T (2002). Strutur corporate<br />

governance governance dan kinerja<br />

perusahaan: struktur kepemilikan<br />

dan strategi diversifikasi terhadap<br />

kinerja perusahaa, Disretasi tidak<br />

dipublikasi, <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />

Mada Yogyakarta.<br />

Ghozali, Imam. 2006. Anal<strong>isi</strong>s<br />

Multivariate dengan Program SPSS.<br />

Semarang: Badan Penerbit<br />

<strong>Universitas</strong> Diponegoro.<br />

Herawaty, Vinola. Peran Praktek<br />

Corporate Governance Sebagai<br />

Moderating Variable dari Pengaruh<br />

Earnings Management Terhadap<br />

Nilai Perusahaan, Jurnal<br />

Akuntansi. <strong>Universitas</strong> Trisakti.<br />

2007.<br />

Ho S M (2003), “Corporate governance<br />

in Hong Kong: Key Problems and<br />

Prospects”, Centre for Accounting<br />

Disclosure and Corporate<br />

governance, School of Accountancy,<br />

The Chinese University of Hong<br />

Kong.<br />

Jensen, M. C., and Meckling, W. H.<br />

(1976). “Theory of the Firm:<br />

Managerial Behavior, Agency Costs<br />

and Ownership Structure”, Journal<br />

of Financial Economics, 3: 305-<br />

360.<br />

Jogiyanto H.M, Prof., Dr, MBA., Ak<br />

(2007). “Metodelogi Penelitian<br />

Bisnis: Salah Kaprah dan<br />

Pengalaman-pengalaman”. BPFE-<br />

Yogyakarta<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Johnson S, Boone P, Breach A and<br />

Friedman E (1998), “Corporate<br />

governance in the Asian Financial<br />

Cr<strong>isi</strong>s 1997-98”, available at<br />

http://www.worldbank.org/ html/<br />

prddr/trans/janfeb00/phs26-<br />

27.htm<br />

Khomsiyah. 2005. Anal<strong>isi</strong>s Hubungan<br />

Struktur dan Indeks Corporate<br />

governance dengan Kualitas<br />

Pengungkapan. Disertasi doktor<br />

tidak publikasi, <strong>Universitas</strong> Gadjah<br />

Mada. Yogyakarta.<br />

Komite Nasional Kebijakan Corporate<br />

governance (KNKCG). 2001.<br />

Pedoman Good Corporate<br />

governance: Ref. 4. 0.<br />

Kusumawati, D.N. 2007. “Profitability<br />

and Corporate governance<br />

Disclosure: An Indonesian Study”.<br />

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.<br />

Vol. 10, No. 2: 131-146.<br />

Klapper, L., F & Love, (2002).<br />

Corporate governance, investor<br />

protection, and performance in<br />

emerging markets, World Bank<br />

Policy Research, Http:/econ<br />

worldbank.org<br />

dan Riyanto B. 2005. Corporate<br />

Governance dan Kinerja: Anal<strong>isi</strong>s<br />

Pengaruh Compliance Reporting<br />

dan Struktur Dewan terhadap<br />

Kinerja. Simposium Nasional<br />

Akuntansi VIII.<br />

La Porta, Rafael; Lopez-de-Silanes,<br />

Florencio; Shleifer, Andrei (1998).<br />

“Corporate Ownership Around the<br />

World.”Journal of Finance. Vol. 54,<br />

No. 2: 471-517.<br />

Mitton, T.2002. A Cross-firm analysis<br />

of the impact of corporate<br />

governance on the East Asian<br />

Financial cr<strong>isi</strong>s. Journal of<br />

Financial Economics.<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

197


Monks., R. A. G & Minow, N (1995).<br />

Corporate governance, Blackwell<br />

Business<br />

Nuryaman, 2008. Pengaruh<br />

Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran<br />

Perusahaan, dan Mekanisme<br />

Corporate governance terhadap<br />

Manajemen Laba. Makalah<br />

Disampaikan dalam Simposium<br />

Nasional Akuntansi XI. Pontianak:<br />

23-24 Juli.<br />

OECD Principles of Corporate<br />

governance, 1999.<br />

Oman, C., P (2001) Corporate<br />

governance and national<br />

development, Technical Paper No.<br />

180, OECD Developmnent Centre.<br />

Pusat Pembinaan dan Pengembangan<br />

Bahasa. 1995. Bahan Penyuluhan<br />

Bahasa Indonesia. Departemen<br />

Pendidikan Nasional.<br />

Riyanto Bambang. 2002. Dasar-Dasar<br />

Pembelanjaan<br />

Perusahaan.Yogyakarta: BPFE<br />

Schulze W S, Lubatkin M H, Dino R N<br />

and Buchholtz, A K (2001),<br />

“Agency Relationships in Family<br />

Firms: Theory and Evidence”,<br />

Organization Science. Vol. 12, No.<br />

2, pp. 99-116.<br />

Sekaran, Uma (2007), Research<br />

Methods For Business: Metodelogi<br />

Penelitian Untuk Bisnis, Selemba<br />

Empat , Jakarta<br />

Shleifer, A & Vishny, RW. (1997). A.<br />

Survey Of Corporate governance.<br />

The Journal of Finance<br />

Siregar, Baldric. 2007. Pengaruh<br />

Pemisahan Hak Kontrol dan Hak<br />

Aliran Kas terhadap Dividen.<br />

Disampaikan dalam Simposium<br />

Nasional Akuntansi X. Makasar:<br />

26-28 Juli.<br />

Sharma, R., and Singh, F. (2009).<br />

Voluntary Corporate Governance<br />

Disclosure: A Study of Selected<br />

Companies in India, The ICFAI<br />

University Journal of Corporate<br />

Governance, Vol. VIII, No. 3 & 4,<br />

pp. 91-108.<br />

Solomon, J., & Solomon, A (2004).<br />

Corporate governance and<br />

accountability. England: John Wiley<br />

& Sons, LTd.<br />

Sugiyono. 2008. Metoda Penelitian<br />

Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.<br />

Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda.<br />

2006. Penerapan Good Corporate<br />

Governance: Mengesampingkan<br />

Hak-Hak Istimewa Demi<br />

Kelangsungan Usaha, Jakarta:<br />

Prenada Media Group.<br />

Standar Akuntansi, 2009. Standar<br />

Akuntansi.2009 Per 1 Juli 2009,<br />

Jakarta , Ikatan Akuntansi<br />

Indonesia, Selaemba Empat<br />

Tsipouri, L. & Xanthakis, M (2004).<br />

Can corporate governance bee<br />

rated? Ideas Based on the Greek<br />

experience. Corporate governance.<br />

Wirawati, Ni Gusti Putu. 2008.<br />

Pengaruh Faktor Fundamental<br />

Perusahaan terhadap Price to Book<br />

Value dalam Penilaian Saham di<br />

Bursa Efek Jakarta dalam Kond<strong>isi</strong><br />

Kr<strong>isi</strong>s Moneter. Buletin Studi<br />

Ekonomi. Vol. 13, No. 1. pp. 90-99.<br />

Wolk, H. L & Tearney, M.G (1997).<br />

Accounting Theory: A. Conceptual<br />

and Instituional Approach, Fourth<br />

Edition, Ohio: South-Western<br />

College Publishing.<br />

Xu, Xiaonian dan Yan Wang. 1997.<br />

Ownership Structure, Corporate<br />

governance, and Corporate<br />

Performance (The Case of Chinese<br />

Stock Companies).<br />

http://ssrn.com/abstract=45303.<br />

(Accessed December 2009).<br />

198 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


Yuniasih, Ni Wayan. 2010. Pengaruh<br />

Modal Intelektual Pada Kinerja<br />

Pasar Perusahaan Sektor<br />

Keuangan Di Bursa Efek<br />

Indonesia, Tesis Program Magister<br />

Akuntansi.<br />

Warsono Sony, Amalia Fitri, Kartika<br />

Dian Rahajeng.2009.“Corporate<br />

LAMPIRAN<br />

NO. KETERANGAN<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

Tabel 1<br />

Indikator Pengungkapan<br />

Corporate Governance<br />

Governance Concept and Model:<br />

Preserving True Organization<br />

Welfare”. Center For Good<br />

Corporate Governance Fakultas<br />

Ekonomika dan Bisnis <strong>Universitas</strong><br />

Gadjah Mada.<br />

Ref.<br />

1<br />

Shareholders<br />

Hak-hak pemegang saham KNKCG<br />

2 Rapat Umum Pemegang Saham KNKCG<br />

3 Akuntabilitas pemegang saham KNKCG<br />

4 Perjanjian dan sistem remunerasi dewan KNKCG<br />

5 Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham KNKCG<br />

6 Perlakuan terhadap pemegang saham minoritas<br />

Dewan Komisaris<br />

Khomsiyah<br />

7 Fungsi Dewan Komisaris KNKCG<br />

8 Kompos<strong>isi</strong> dewan komisaris KNKCG<br />

9 Kesesuaian dengan peraturan atau pedoman KNKCG<br />

10 Rapat dewan komisaris KNKCG<br />

11 Informasi tentang dewan komisaris KNKCG<br />

12 Bisnis lain yang berhubungan dengan dewan<br />

komisaris dan/atau direksi dan perusahaan<br />

KNKCG/FCGI<br />

13 Kemampuan dan integritas anggota dewan komisaris KNKCG<br />

14 Perjanjian dan besarnya remunerasi dewan komisaris KNKCG<br />

15 Mekanisme dan kriteria evaluasi kinerja anggota KNKCG<br />

dewan komisaris<br />

16 Keberadaan dewan komisaris dalam komite KNKCG<br />

17 Pertanggungjawaban dewan komisaris KNKCG<br />

18 Independensi dewan komisaris Khomsiyah<br />

19 Proses pemilihan dan pengangkatan dewan komisaris FCGI<br />

20 Nama-nama dewan komisaris FCGI<br />

21 Kepemilikan saham oleh anggota dewan komisaris FCGI<br />

22 Daftar riwayat hidup anggota dewan komisaris FCGI<br />

23 Kehadiran komisaris dalam rapat FCGI<br />

Dewan Direksi<br />

24 Peran direksi KNKCG<br />

25 Kompos<strong>isi</strong> direksi KNKCG<br />

26 Kesesuaian dengan peraturan atau pedoman KNKCG<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

199


27 Kemampuan dan integritas anggota dewan direksi KNKCG<br />

28 Rapat dewan direksi KNKCG<br />

29 Pengendalian Internal KNKCG<br />

30 Peranan direksi dalam kebijakan akuntansi KNKCG<br />

31 Register KNKCG<br />

32 Pertanggungjawaban dewan direksi KNKCG<br />

33 Nama-nama dewan direksi FCGI<br />

34 Kepemilikan saham oleh anggota dewan direksi FCGI<br />

35 Daftar riwayat hidup anggota dewan direksi FCGI<br />

36 Mekanisme dan kriteria evaluasi kinerja anggota FCGI<br />

dewan direksi<br />

37 Pedoman tentang cross-directorship FCGI<br />

38 Proses pemilihan dan pengangkatan direksi FCGI<br />

39 Perjanjian dan besarnya remunerasi dewan direksi FCGI<br />

40 Kehadiran direksi dalam rapat FCGI<br />

41 Independensi dewan komisaris Khomsiyah<br />

42 Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan<br />

Sistem Audit<br />

43 Eksternal Auditor KNKCG<br />

44 Prosedur penunjukkan eskternal auditor KNKCG<br />

45 Besarnya fee audit dan nonaudit Fong dan<br />

Shek, 2009<br />

46 Pernyataan auditor independen Fong dan<br />

Shek, 2009<br />

47 Opini audit atas laporan keuangan Fong dan<br />

Shek, 2009<br />

48 Laporan mengenai ketidakpastian material yang Fong dan<br />

dihadapi perusahaan<br />

Shek, 2009<br />

49 Keberadaan komite audit KNKCG<br />

50 Nama-nama anggota komite audit Khomsiyah<br />

51 Prosedur pemilihan komite audit KNKCG<br />

52 Peran komite audit KNKCG<br />

53 Keberadaan komite fungsional lainnya KNKCG<br />

54 Peran komite fungsional lainnya KNKCG<br />

55 Jadwal rapat komite audit<br />

Sekretaris Perusahaan<br />

KNKCG<br />

56 Fungsi Sekretaris Perusahaan KNKCG<br />

57 Kualifikasi sekretaris perusahaan KNKCG<br />

58 Tanggung jawab KNKCG<br />

59 Peran sekretaris perusahaan dalam pengungkapan<br />

Stakeholders<br />

KNKCG<br />

60 Hak-hak stakeholders KNKCG<br />

61 Part<strong>isi</strong>pasi stakeholder dalam pemantauan<br />

KNKCG<br />

manajemen<br />

62 Jumlah karyawan KNKCG<br />

63 Besarnya gaji dan bonus yang diterima karyawan KNKCG<br />

64 Prosedur rekruitment karyawan KNKCG<br />

65 Jaminan atas lingkungan kerja yang kondusif KNKCG<br />

(kesehatan dan keselamatan kerja)<br />

66 Pedoman etika dan perilaku kerja KNKCG<br />

67 Perjanjian dengan mitra bisnis KNKCG<br />

200 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


68 Tanggungjawab atas kualitas produk dan jasa yang<br />

dihasilkan serta dampak negatif terhadap dan<br />

keselamatan pengguna<br />

Vol. 2, No. 2, Agustus 2012<br />

KNKCG<br />

69 Pengungkapan informasi internal KNKCG<br />

70 Pemberian donasi KNKCG<br />

71 Etika bisnis dan pernyataan antikorupsi KNKCG<br />

72 Penyediaan kesempatan kerja<br />

Pengungkapan (Transparansi)<br />

KNKCG<br />

73 Waktu dan keakuratan pengungkapan KNKCG<br />

74 Pengungkapan informasi material untuk pembuatan KNKCG<br />

keputusan<br />

75 Kesesuaian pengungkapan dengan aturan KNKCG<br />

76 Pengungkapan tentang sesitivitas harga KNKCG<br />

77 Pengungkapan r<strong>isi</strong>ko bisnis FCGI<br />

78 Pengungkapan transaksi benturan kepentingan FCGI<br />

79 Penyampaian Laporan Keuangan Khomsiyah<br />

80 Sarana penyebaran informasi Khomsiyah<br />

81 Klaim atas aset dan kekayaan dan kasus-kasus di FCGI<br />

pengadilan<br />

82 Transaksi antarpihak yang berhubungan FCGI<br />

83 Sistem manajemen r<strong>isi</strong>ko FCGI<br />

84 Tujuan dan strategi bisnis FCGI<br />

85 Kepemilikan silang saham perusahaan dan jaminan FCGI<br />

hutang bersilang<br />

86<br />

Penerapan Corporate Governance<br />

Struktur organisasi KNKCG<br />

87 V<strong>isi</strong>, m<strong>isi</strong> dan nilai-nilai perusahaan KNKCG<br />

88 Pemegang saham pengendali KNKCG<br />

89 Hasil penilaian penerapan GCG yang dilaporkan KNKCG<br />

dalam RUPS tahunan<br />

90 Kejadian luar biasa yang telah dialami perusahaan<br />

dan dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan<br />

Tabel 2<br />

Koef<strong>isi</strong>en determinasi<br />

Mode<br />

R Adjusted<br />

Std. Error<br />

of the<br />

l R Square R Square Estimate<br />

1 ,536(a) ,287 ,251 1,16433<br />

a Predictors: (Constant), SIZE, ROE, CGDI<br />

b Dependent Variable: PBV<br />

KNKCG<br />

Jurnal Riset Akuntansi JUARA<br />

201


Tabel 3<br />

Hasil Uji Statistik F<br />

ANOVA(b)<br />

Mode<br />

Sum of<br />

Mean<br />

l<br />

Squares df Square F Sig.<br />

1 Regression 32,737 3 10,912 8,049 ,000(a)<br />

Residual 81,340 60 1,356<br />

Total 114,077 63<br />

a Predictors: (Constant), SIZE, ROE, CGDI<br />

b Dependent Variable: PBV<br />

Tabel 4<br />

Hasil Uji Statistik t<br />

Coefficients(a)<br />

Mode<br />

Unstandardized<br />

Standardize<br />

d<br />

l<br />

Coefficients<br />

Std.<br />

Coefficients t Sig.<br />

B Error Beta Tolerance VIF<br />

1 (Constan<br />

t)<br />

-3,089 1,166 -2,649 ,010<br />

CGDI 6,538 1,566 ,564 4,175 ,000<br />

ROE -,188 1,877 -,012 -,100 ,920<br />

SIZE -6,94E-<br />

010<br />

,000 -,047 -,367 ,715<br />

a Dependent Variable: PBV<br />

202 Pengaruh Corporate Governance Disclosure pada Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek<br />

Indonesia


KEBIJAKAN EDITORIAL<br />

Jurnal Riset Akuntansi (JUARA) adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program<br />

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong> yang bertujuan<br />

untuk mempublikasikan informasi hasil penelitian akuntansi. Lingkup penelitian akuntansi<br />

yang dimuat dalam JUARA meliputi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi<br />

sektor publik, auditing, sistem informasi, pasar modal, dan perpajakan.<br />

Redaksi menerima artikel hasil penelitian akuntansi dalam bahasa Indonesia ataupun<br />

bahasa Inggris. Penulis harus menyatakan bahwa artikel belum pernah dipublikasikan<br />

atau tidak dalam proses penyuntingan di jurnal berkala lain. Penentuan artikel yang<br />

dimuat dalam JUARA akan dilakukan oleh mitra bestari (reviewer) JUARA menggunakan<br />

sistem blind review. Mitra bestari bertanggung jawab untuk menelaah artikel yang masuk<br />

serta menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Artikel dikirimkan ke Sekretariat<br />

Redaksi JUARA dengan alamat:<br />

Program Studi Akuntansi<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

Jl. Kamboja No. 11 A <strong>Denpasar</strong>, Bali - Indonesia<br />

Telp. (0361) 262725, Fax. 0361 (262725)<br />

Email: juara_feunmas@yahoo.co.id<br />

1


PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL RISET AKUNTANSI (JUARA)<br />

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR<br />

Berikut ini merupakan pedoman penulisan artikel dalam JUARA untuk menjadi<br />

pertimbangan bagi penulis.<br />

Sistematika Penulisan<br />

Sistematika penulisan dalam artikel terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:<br />

1. Halaman muka (cover)<br />

Bagian ini memuat judul dan nama penulis (ditulis lengkap tanpa gelar), dan institusi<br />

asal penulis.<br />

2. Abstrak<br />

a. Abstrak disajikan di awal teks dan merupakan ringkasan penelitian yang ber<strong>isi</strong><br />

permasalahan, tujuan, metode, hasil, dan pembahasan hasil penelitian.<br />

b. Bagi naskah berbahasa Indonesia, abstrak sebaiknya dibuat dalam bahasa Inggris.<br />

Bagi naskah berbahasa Inggris, abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia. Abstrak<br />

ditulis menggunakan huruf miring (italic).<br />

c. Abstrak ditulis dengan panjang sekitar 150 s/d 400 kata serta memuat sedikitnya<br />

empat keywords (kata kunci) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.<br />

3. Batang tubuh<br />

Batang tubuh memuat I. Pendahuluan (latar belakang dan masalah), II. Kajian Pustaka<br />

dan Pengembangan Hipotesis, III. Metode Penelitian (metode seleksi dan pengumpulan<br />

data, pengukuran dan defin<strong>isi</strong> operasional variabel, dan metode anal<strong>isi</strong>s data), IV. Hasil<br />

dan Pembahasan, V. Simpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran.<br />

4. Daftar pustaka dan lampiran<br />

Daftar pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Lampiran<br />

memuat tabel, gambar, dan instrumen yang digunakan. Tabel dan gambar sebaiknya<br />

disajikan pada halaman terpisah dari badan tulisan (umumnya di bagian akhir naskah).<br />

Penulisan cukup menyebutkan pada bagian di dalam teks tempat pencantuman tabel<br />

atau gambar. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai, dan<br />

sumber kutipan.<br />

Format Penulisan<br />

1. Naskah merupakan hasil penelitian dalam bidang akuntansi.<br />

2. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak dalam proses penyuntingan di<br />

jurnal/media berkala lain.<br />

3. Naskah dapat ditulis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.<br />

4. Naskah diketik dengan MS Word, pada kertas ukuran A4, menggunakan spasi ganda,<br />

ukuran font 11, huruf Bookman Old Style, dengan batas margin atas, bawah, kanan,<br />

dan kiri adalah 1 inchi.<br />

5. Panjang naskah yang diserahkan adalah 16-25 halaman (termasuk <strong>daftar</strong> pustaka dan<br />

lampiran). Semua halaman termasuk <strong>daftar</strong> pustaka, lampiran (tabel dan gambar)<br />

harus diberi nomor urut halaman.<br />

6. Penulisan Judul, Sub Judul, dan Anak Sub Judul<br />

a. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diketik rata tengah, serta tebal.<br />

b. Sub judul diketik rata kiri dan semua diketik tebal tanpa diakhiri dengan titik.<br />

Semua kata menggunakan huruf kapital. Penulisan sub judul menggunakan angka<br />

romawi I, II, III, IV, dan V.<br />

c. Anak Sub Judul diketik rata kiri dan semua kata diawali huruf kapital tanpa<br />

diakhiri dengan titik. Penulisan anak sub judul menggunakan angka Arab dan<br />

seterusnya.<br />

2


7. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis diantara kurung buka dan kurung tutup yang<br />

menyebutkan nama akhir penulis, tahun, dan nomor halaman (jika dipandang perlu).<br />

Contoh:<br />

a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jensen, 1976). Jika disertai nomor<br />

halaman (Jensen, 1976:840) atau (Jensen, 1976:840-842).<br />

b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jensen dan Meckling, 1976).<br />

c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Dewi dkk., 2005 atau Hotstede<br />

et al., 2000).<br />

d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (David, 2005; Dina, 2006).<br />

e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Brownell, 1981, 1983). Jika tahun<br />

publikasi sama (Brownell, 1982a, 1982b).<br />

f. Sumber kutipan berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan<br />

akronim institusi yang bersangkutan, misalnya (IAI, 2007).<br />

8. Setiap artikel harus ditulis memuat <strong>daftar</strong> pustaka (hanya yang menjadi sumber<br />

kutipan) dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:<br />

a. Disusun alphabetis sesuai dengan nama akhir/keluarga (tanpa gelar akademik),<br />

baik untuk penulis asing maupun penulis Indonesia.<br />

b. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul buku teks atau<br />

judul jurnal, tempat terbit : nama penerbit.<br />

Contoh:<br />

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Anal<strong>isi</strong>s Investasi. Yogyakarta:BPFE.<br />

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba<br />

Empat.<br />

Hartono, Jogiyanto dan Bambang Riyanto. 1997. The Effect of Asymetrical Information<br />

and Risk Attitude on Incentive Scheme: A Contigency Approach. Jurnal Ekonomi<br />

dan Bisnis Indonesia. Vol 12 No. 1 : 1-12.<br />

Andayani, Wuryan. 2010. Anal<strong>isi</strong>s Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah<br />

Ada Kewajiban Rotasi Audit. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional<br />

Akuntansi XIII, Purwokerto:13-15 Oktober 2010.<br />

Albanese. 2009. Fairer Compensation for Travellers. Diunduh tanggal 30 Januari 2009.<br />

http://www.minister.gov.au<br />

9. Naskah dapat diserahkan langsung atau dikirimkan ke sekretariat redaksi dalam<br />

bentuk hard copy (dua eksemplar) dan soft copy (dalam flashdisk/CD) atau attachment<br />

file(s) melalui email.<br />

10. Mencantumkan CV dan alamat korespondensi (disajikan dalam halaman terpisah).<br />

11. Naskah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan (Februari<br />

dan Agustus) ke alamat redaksi Jurnal Riset Akuntansi (JUARA) di bawah ini:<br />

Program Studi Akuntansi<br />

Fakultas Ekonomi <strong>Universitas</strong> <strong>Mahasaraswati</strong> <strong>Denpasar</strong><br />

Jl. Kamboja No. 11 A <strong>Denpasar</strong>, Bali - Indonesia<br />

Telp. (0361) 262725, Fax. 0361 (262725)<br />

Email: juara_feunmas@yahoo.co.id<br />

3


Nama Jurnal : JUARA (Jurnal Riset Akuntansi)<br />

Dewan Redaksi:<br />

Penanggung Jawab : Gede Gama<br />

Pemimpin Editor : Putu Kepramareni<br />

Dewan Editor : Ni Wayan Rustiarini<br />

Mitra Bestari :<br />

I Gede Cahyadi Putra<br />

1. Made Sudarma (Univ.Brawijaya)<br />

2. Khomsiyah (Univ.Trisakti)<br />

3. I Wayan Suarthana (Univ.Udayana)<br />

4. I Putu Sugiartha Sanjaya (Univ. Atmajaya)<br />

5. Ali Djamuri (Univ. Brawijaya)<br />

Penerbitan : diterbitkan secara berkala 2 kali setahun (Februari dan Agustus)<br />

4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!