April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
MAHKOTA<br />
DURI, MAHKOTA<br />
KEMENANGAN<br />
Oleh Larry Hiller<br />
Majalah Gereja<br />
Bulan Agustus di Tanah Suci. Di sekeliling<br />
kita reruntuhan Kapernaum berkilau<br />
diterpa panas siang hari. Itu dahulu<br />
sebuah tempat yang menarik, namun pemandu<br />
kami dan cicada [semacam serangga]<br />
keduanya berisik selama beberapa saat, dan<br />
pikiran saya mulai mengembara.<br />
Tiba-tiba saya tersadar sewaktu si pemandu<br />
menunjuk ke arah pohon yang menaungi<br />
kami dan berkata dengan tiba-tiba, “Mereka<br />
menyebut itu pohon ‘mahkota duri’.” Saya<br />
melihat pada cabang-cabangnya yang berdaun<br />
lebat. Di mana durinya? Mengulurkan tangan,<br />
saya dengan hati-hati mencabut batang kecil<br />
terdekat.<br />
Di sana, di antara daun-daun yang lebat,<br />
saya melihat duri-duri itu. Ramping dan hijau,<br />
sangat tajam dan sepanjang ibu jari saya, itu<br />
tidak dapat dilihat dari jarak beberapa meter.<br />
Namun siapa pun yang bersentuhan dengan<br />
salah satu ranting lebat itu pastilah akan merasa<br />
kesakitan.<br />
Saya memikirkan banyak lukisan yang telah<br />
saya lihat mengenai Juruselamat berdiri di<br />
depan pengadilan yang mencemooh, mengenakan<br />
jubah ungu dan memakai mahkota untaian<br />
dedaunan kering, berduri. Tiba-tiba saya<br />
teringat bahwa seorang budak atau serdadu<br />
yang ditugasi membuat mahkota itu mungkin<br />
ingin menggunakan ranting-ranting hijau yang<br />
lentur itu seperti ranting-ranting pohon di<br />
atas—bukan dengan ranting yang lemah dan<br />
kering. Bisa dikatakan, tujuan dari mahkota itu<br />
bukan sekadar untuk menimbulkan rasa sakit<br />
namun untuk menghina dan mencemooh.<br />
Di dunia kuno sebuah mahkota atau<br />
80 <strong>Liahona</strong><br />
SAMPAI KITA BERTEMU LAGI<br />
Bagi saya mahkota<br />
duri telah<br />
menjadi sebuah<br />
simbol kepedulianJuruselamat<br />
terhadap<br />
semua rasa sakit<br />
tersembunyi<br />
kita—dan kemampuan-Nya<br />
untuk menyembuhkannya.<br />
rangkaian bunga berdaun banyak dan<br />
hijau—biasanya dari daun-daun salam<br />
beraroma sering diberikan kepada para<br />
pemenang kontes atau perang. Rangkaian<br />
daun salam mempercantik figur<br />
para raja dan kaisar. Mungkin mahkota<br />
sadis yang disematkan di dahi Juruselamat<br />
berdaun banyak dan hijau yang<br />
secara tajam merujuk pada kehormatan<br />
kuno itu. Itu sekadar anggapan, bukan<br />
masalah ajaran. Namun bagi saya,<br />
memvisualisasi seperti itu memberi satu<br />
aspek Pendamaian secara lebih jelas ke<br />
dalam fokus: Juruselamat peduli terhadap<br />
kesengsaraan kita, dan Dia mampu<br />
menyembuhkan kita.<br />
Jubah yang dipakaikan kepada-Nya<br />
adalah lambang cemoohan terhadap raja.<br />
Itu menutupi bilur-bilur dan luka-luka dari<br />
derita yang baru saja dialami-Nya. Dalam cara<br />
yang sama, sebuah mahkota duri berdaun<br />
banyak akan terlihat seperti kalungan bunga<br />
sang juara namun sebenarnya akan menutupi<br />
rasa sakit yang diakibatkannya.<br />
Begitu banyak dari kita menanggung rasa<br />
sakit yang tak terlihat. Nyanyian pujian mengajarkan<br />
bahwa “dalam hati yang sunyi tersembunyi<br />
kesengsaraan yang mata tak dapat<br />
lihat” (“Lord, I Would Follow <strong>The</strong>e,” Hymns,<br />
no. 220). Namun Juruselamat sungguh melihat.<br />
Dia sangat terbiasa dengan penderitaan<br />
pribadi. Seluruh pelayanan-Nya adalah hidup<br />
dalam antisipasi akan Pendamaian dan Kebangkitan.<br />
Namun mereka yang Dia ajar dan<br />
diberkati serta disembuhkan tidak mengetahuinya.<br />
Bahkan para murid-Nya sendiri tetap<br />
tidak tanggap.<br />
Juruselamat melihat melampaui “jubah”<br />
dan “mahkota” yang menutupi penderitaan<br />
kita dari orang lain. Mengalami “rasa sakit dan<br />
kesengsaraan dan cobaan dari setiap jenis,”<br />
Dia penuh belas kasihan dan mengetahui cara<br />
menolong kita ketika kita meletakkan beban<br />
kita di kaki-Nya (lihat Alma 7:11–12). Dia<br />
adalah balsam yang dapat menyembuhkan<br />
luka-luka yang dalam dan tersembunyi. Dan<br />
mahkota yang Dia ulurkan bagi kita sesungguhnya<br />
adalah mahkota kemenangan. ◼<br />
KRISTUS DENGAN MAHKOTA DURI, OLEH CARL HEINRICH BLOCH, DIGUNAKAN SEIZIN DARI MUSEUM SEJARAH NASIONAL DI FREDERIKSBORG DI HILLERØD, DENMARK, DILARANG MENGOPI.