21.06.2013 Views

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pun, dia setuju untuk pergi keluar bersamanya.<br />

“Dia mengantar saya pulang. Menjadi<br />

pacarnya, saya harus menetapkan standarstandar<br />

saya dengan benar. Dia mengingatkan<br />

saya tentang perjanjian-perjanjian yang<br />

saya buat saat pembaptisan. Dia mengingatkan<br />

saya tentang semua hal yang sungguh<br />

saya rindukan, seperti membaca tulisan suci<br />

dan malam keluarga. Kaminaga dan saya<br />

melakukan proyek pelayanan bersama. Kami<br />

membaca Kitab Mormon. Kami menghadiri<br />

pertemuan api unggun. Di menunjukkan kepada<br />

saya bagaimana hidup secara berbeda.<br />

Pergi ke gereja bukanlah sekadar pertemuan<br />

sakramen namun juga Sekolah Minggu dan<br />

Lembaga Pertolongan.”<br />

Sewaktu mereka menghabiskan waktu<br />

bersama selama berkencan yang sehat dan<br />

meneguhkan, kehidupan Lydia mulai berubah<br />

dan kesaksiannya tumbuh. Meskipun<br />

demikian, dia masih perlu membereskan<br />

beberapa hal.<br />

“Adalah sulit untuk kembali,” dia mengakui.<br />

“Pertobatan tidaklah mudah, namun saya<br />

sungguh memiliki kesaksian yang kuat tentang<br />

pertobatan. Dalam banyak cara, kencan<br />

kami adalah tentang saling mengenal dan<br />

tentang membawa saya kembali ke gereja,<br />

untuk melihat hal-hal secara berbeda.”<br />

“Itu tentang hubungan,” imbuh Kaminaga.<br />

Lydia dan Kaminaga menikah pada tanggal<br />

28 November 2002. Setahun kemudian<br />

mereka dimeteraikan di Bait Suci Laie Hawaii<br />

dan kuliah di Universitas Brigham Young–<br />

Hawaii. Sekarang mereka tinggal di Kepulauan<br />

Marshall bersama tiga anak mereka.<br />

Lydia melayani sebagai guru Sekolah Minggu<br />

lingkungan mereka untuk remaja putra dan<br />

remaja putri, dan Kaminaga melayani sebagai<br />

presiden Remaja Putra.<br />

Seperti kesaksian Hirobo, Patricia, dan<br />

Lydia, ketika kita menjalankan kesabaran<br />

dan ketekunan serta mencari berkat-berkat<br />

Tuhan, banyak hal adalah mungkin. Mereka<br />

yang mengikuti Juruselamat dan mendengarkan<br />

bisikan Roh Kudus dapat, seperti pelaut<br />

di zaman dahulu yang memandu para pelancong<br />

pulang ke rumah, membuat semua<br />

perbedaan dalam kehidupan orang lain. ◼<br />

PASAK PERTAMA DI KEPULAUAN MARSHALL<br />

Selama bertahun-tahun para anggota Gereja di Kepulauan Marshall<br />

berhasrat untuk memiliki sebuah pasak di sana. Pada tanggal<br />

14 Juni 2009, hasrat mereka terpenuhi. Penatua David S. Baxter dari<br />

Tujuh Puluh, yang mengorganisasi<br />

pasak itu,<br />

menjelaskan, “Sungguh<br />

menakjubkan bagaimana<br />

keanggotaan tumbuh<br />

dalam beberapa tahun<br />

terakhir. Pasak dibentuk<br />

karena perkembangan<br />

Gereja di sana menjadikannya<br />

luar biasa. Namun<br />

dibutuhkan waktu lama<br />

untuk terwujud. Para<br />

anggota harus mengatasi<br />

banyak tantangan.”<br />

Presiden pasak Kepulauan Marshall Arlington Tibon (atas) mengajarkan<br />

kepada para anggota sementara dia melayani sebagai presiden<br />

distrik bahwa jika mereka menginginkan sebuah pasak, mereka harus<br />

mengupayakannya. Dia memerintahkan para pemimpin distrik untuk<br />

mengajar para anggota dari Maleakhi 3 dan 3 Nefi 24 tentang berkatberkat<br />

dari membayar<br />

persepuluhan.<br />

Para pemimpin juga<br />

mengimbau para<br />

remaja dan orang<br />

dewasa untuk menelaah<br />

Kitab Mormon.<br />

Mereka bahkan<br />

mengadakan sebuah<br />

acara yang berhasil<br />

dimana para remaja<br />

membaca Kitab Mormon<br />

selama 12 jam<br />

nonstop.<br />

Presiden Tibon juga menetapkan sebuah gol agar para anggota<br />

memahami “betapa penting untuk dapat dimeteraikan di bait suci,”<br />

menjelaskan bahwa menerima “penganugerahan itu menolong<br />

mereka mengatasi banyak hal, membuat mereka berbeda, mengubah<br />

kehidupan mereka.”<br />

Di bawah kepemimpinan Presiden Tibon, para anggota di Kepulauan<br />

Marshall mengunjungi dua bait suci: satu di Tonga dan satu lagi<br />

di Hawaii. Setiap kunjungan terjadi setelah pengurbanan yang signifikan.<br />

Namun sebagaimana yang Angela Tibon, istri Presiden Tibon,<br />

tuturkan, perjalanan itu “memiliki dampak besar pada betapa para<br />

anggota berkomitmen pada Bapa Surgawi dan kepada Gereja.”<br />

“Ya,” tutur Presiden Tibon, “kami melihat kehidupan rohani di<br />

Majuro ini tumbuh.”<br />

<strong>April</strong> <strong>2011</strong> 37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!